Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. A DENGAN BBLR


DI RUANG PERINA
RS MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Dwi Priharsiwi (202102040058)
2. Fifi Lutfiah (202102040076)
3. Laeli Nutul Husna (202102040057)
4. Muamarotul Chadafiyah (202102040105)
5. Rina Yatilah (202102040011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


PEKALONGAN

2020-2021
RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. A

DENGAN BBLR DIRUANG PERINA RS MUHAMMADIYAH ROEMANI


SEMARANG

Topik : Sasaran Keperawatan Klien dengan BBLR

Sasaran : Klien By. A

Waktu : 60 menit

Hari/ Tanggal : Kamis, 28 Oktober 2021

A. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka
kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015).
Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh
dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu
9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka
terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi
Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor
risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang
yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki
risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan
riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014).
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi
BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang
meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi
berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan
insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi
(Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan angka
kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan
kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan
ketat terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR.
B. Tujuan Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Ronde Keperawatan dilakukan untuk me,bahas dan mendapatkan penyeleaian/
mengatasi masalah keperawatan yang dialami olek klien.
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis
b. Menimbulkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis.
d. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
e. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
C. Sasaran
Nama : By. A
Umur : 7 hari
Diagnosa medis : BBLR
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Presentasi dan diskusi
F. Media
Sasaran diskusi (buku, polpoint)
Materi disampaikan secara lisan.
G. Proses Kegiatan Ronde
1. Ronde keperawatan dilakukan pada hari kamis tanggal 28 Oktober 2021.
2. Ronde keperawatan dilakukan oleh perawat primer, perawat assosiate, kepala
ruang.
3. Perawat melakukan presentasi diruang keperawatan pasien mengenai pengkajian
yang didapatkan pada pasien, menentukan masalah keperawatan pasien,
menjelaskan rencana keperawatan yang telah, belum, dan yang akan dilaksanakan,
menjelaskan implementasi yang telah dilaksanakan dan yang akan ditetapkan.
4. Membuka acara diskusi, dimana kegiatan dilakukan diruang pasien.
5. Perawat bersama perawat assosiate, perawat primer, kepala ruang dan melakukan
validasi terhadap masalah yang ditemukan pada pasien diruang tersebut.
H. Pengorganisasian
1. Pasien : By. A
2. Kepala Ruang : Ns. Andarwati., S.Kep
3. Perawat Pelaksana : - Dwi Priharsiwi
- Muamarotul Chadafiyah
- Fifi Lutfiah

4. Perawat Assosiate : - Laeli Nurul Husna


- Rina Yatilah
I. Kriteria Evauasi
1. Ealuasi Struktur
a. Kontrak dengan pasien dan kepala ruang
b. Persiapan ronde keperawatan
c. Menyiapkan ronde keperawatan
d. Mneyiapkan rencana strategi pelaksanaan ronde keperawatan
2. Evaluasi Proses
a. Pasien dapat bekerja sama selama ronde keperawatan
b. Pelaksanaan diskusi tentang masalah keperawatan yang muncul
c. Peran perawat primer, perawtan pelaksana, dan anggota tim kesehatan lain
saat.
3. Evaluasi Hasil
a. Teridentifikasi masalah pasien
b. Adanya pemecahan masalah pasien
c. Adanya respon dari tindakan yang telah dilakukan

J. KEPUSTAKAAN
Anggraini, Yuli. 2010. Pengetahuan Orang Tua tentang Metode Kanguru Pada Bayi
Prematur di RSU Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2010. Juni 2010 [Diakses
tanggal 25 Juli 2013]. Didapat dari : http://repository.usu.ac.id

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta. Hal 169; 173-174; 194; 235

Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007.
Desember 2008 [Diakses tanggal 30 Januari 2013]. Didapat dari :
http://www.bps.go.id

Budiman dan Riyanto. A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal 4-7.

Sistiarani, Colti. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang
Beresiko Terhadap Kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR).
MATERI
A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat
dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi.
(Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi
yang telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low
Birth Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada bayi prematur atau
bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa
juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam
pertumbuhannya selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).

B. Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dapat di klasifikasikan berdasarkan gestasinya, Bayi bblr dapat
digolongkan sebagai berikut :
1 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu BBLR yang
mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat badan pada masa gestasi itu
pada umumnya biasa disebut neonatus kurang bulan untuk masa kehamilan
(Saputra, 2014).
2 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, Yaitu BBLR yang memiliki
berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa kehamilan. BBLR dismatur
dapat lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-kecil masa kehamilan,
masa kehamilan term atau cukup bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan
post-term atau lebih bulan-kecil masa kehamilan (Saputra, 2014).

C. Etiologi BBLR
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus. Etiologi
dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine
Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia,
penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi
plasenta, plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi
uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor
maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu
alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari
faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau
malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari
faktor fetus yaitu Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital
anomali, atau gestasi multipel (Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013).
Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat
badan lahir rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1 Faktor ibu :
1) Penyakit Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi dan
biasanya kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada saat ibu
hamil ataupun pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik, Preeklampsia,
diabetes melitus dan jantung (England, 2014).
a. Adanya komplkasi - komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c. Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu (geografis)
a. Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke anak
yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
c. Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling sering
terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
d. Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial ekonomi
yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga mempengaruhi keadaan
bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
c. Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
2 Faktor Janin
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR disebabkan
oleh : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan, gawat janin, dan kehamilan kembar).
3 Faktor plasenta
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat
menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oeh :
hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4 Faktor lingkungan
Banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor
lingkungan ini. Faktor lingku ngan yang dapat menyebabkan BBLR, yaitu :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
(England, 2014).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan
untuk menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari
BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi klinis dari
premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya
testis.
i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j. Menangis dan lemah.
k. Pernapasan kurang teratur.
l. Sering terjadi serangan apnea.
m. Refleks tonik leher masih lemah.
n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas
sebagai berikut :
a. Kulit pucat ada seperti noda.
b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis.
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada .
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis.
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat.
f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014)

E. Penatalaksanaan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi perhatian yang cukup besar
serta memerlukan penanganan yang tepat dan cepat. Untuk mengatasi masalah-
masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi Hal – hal berikut :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
BBLR mudah mengalami hipotermia. Maka, suhu sering diperhatikan dan
dijaga ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi karena sangat rentan. Bayi BBLR juga memiliki imunitas yang sangat
kurang. Hal sekecil apapun harus perlu diperhatikan untuk pencegahan bayi
BBLR. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi dan ASI.
Refleks menelan pada BBLR belum sempurna dan lemahnya refleks otot juga
terdapat pada bayi BBLR Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan
dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat.
Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan secara ketat karena peningkatan
berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat maternal
1. Umur ibu dalam resiko kehamilan (<16 tahun atau >35 tahun)
2. Kehamilan ganda (gemeli)
3. Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
4. Adanya riwayat kelahiran premature sebelumnya
5. Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
6. Kondisi kehamilan: toksemia gravidarium, KPD, plasenta previa dll
7. Penggunaan narkoba, alcohol, rokok
b. Riwayat kelahiran
1. Gestasi : 24-37 minggu
2. BB : <2500 gram
3. APGAR SCORE
c. System kardiovaskular
1. HR : 120-160 x/menit
2. Saat lahir mungkin terdapat murmur : indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
d. System gastrointestinal
1. Abdomen menonjol
2. Pengeluaran meconium : 12-24 jam
3. Refleks hisap lemah, koordinasi menghisap dan menelan lemah
4. Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan
5. Berat badan kurang 2500
e. System integument
1. Kulit : pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
2. Kulit tipis, transparant, halus dan licin
3. Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
4. Terdapat edema umum atau local
5. Kuku pendek
6. Rambut sedikit halus
7. Garis tangan sedikit dan halus
f. System musculoskeletal
1. Tulang rawan telinga (cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
2. Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
3. Reflek kurang dan letargi
g. Neurosensory
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubunganya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat (tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia destasi : rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32: koordinasi refleks untuk menghisap, menelan biasanya terbentuk
pada gestasi minggu ke-32: komponen pertama dari reflex moro (ekstensi
lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi
minggu ke 28: komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi mingguke 32.
h. Pernafasan
Skor APGAR mungkin rendah. Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur :
pernapasan diagfragmatik intermiten atau periodik (40-60x/menit). Mengorok,
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adanya sindrom distress pernafasan (RDS).
i. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah, wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin ada pada semua atau
sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
j. Seksualitas
Genetelia : labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol : testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.

G. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas fungsi paru dan
neuromuskuler
2. Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan
mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
3. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan (imaturitas saluran cerna).

H. Intervensi keperawatan

Dx. Keperawatan Tujuan Perencanaan


Tidak efektifnya pola Pola nafas efektif. Kriteria 1. Observasi pola nafas
nafas berhubungan hasil : 2. Observasi frekuensi dan
dengan imaturitas fungsi  RR = 30-60x/menit bunyi nafas
paru dan neuromuskuler  Tidak sianosis 3. Observasi adanya

 Sesak berkurang sianosis

 Ronchi tidak ada 4. Monitor dengan teliti


hasil pemeriksaan gas
 Whezzing tidak ada
darah
5. Beri O2 sesuai program
dokter
6. Observasi respon bayi
terhadap ventilator dan
terapi O2
7. Atur ventilasi ruangan
tempat perawatan klien
8. Kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya.
Resiko tinggi tidak Suhu tubuh kembali normal. 1. Observasi tanda-tanda
efektifnya termoregulasi: Kriteria hasil : vital
hipotermi berhubungan  Suhu = 36-37℃ 2. Tempatkan pada
dengan mekanisme  Kulit hangat incubator
pengaturan suhu tubuh  Sianosis tidak ada 3. Awasi dan atur control
immatur  Ekstremitas hangat temperature dalam
incubator sesuai
kebutuhan
4. Monitor tanda-tanda
hipertermi
5. Hindari bayi dari
pengaruh yang dapat
menurunkan suhu tubuh
6. Ganti pakaian setiap
basah
7. Observasi adanya
sianosis
Resiko tinggi gangguan Nutrisi terpenuhi dengan 1. Observasi intake dan
nutrisi: kurang dari kriteria hasil : output
kebutuhan tubuh  Reflex hisap dan menelan 2. Observasi reflex hisap
berhubungan dengan baik dan menelan
lemahnya daya cerna dan  Muntah tidak terjadi 3. Beri minum sesuai
absorbsi makanan  Tidak kembung program
(imaturitas saluran  BAB lancar 4. Pasang NGT bila reflex
cerna)  Berat badan meningkat hisap dan menelan tidak
ada
 Turgor elastis
5. Monitor tanda-tanda
intoleransi terhadap
nutrisi parenteral
6. Timbang BB setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai