Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN NEPHROLITHIASIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus renal.
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) nefrolitiasis adalah pembentukan dan
penumpukan batu maupun kalkuli dalam saluran kemih mulai dari ginjal hingga
ke kandung kemih oleh kritalisasi dari substansi ekskersi di dalam urine.
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin mencapai
nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada
tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan
adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu
ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu ginjal
lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya
pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal.
Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana
tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih
(Nurqoriah dkk, 2012).
2. Etiologi
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis belum
memiliki penyebab yang pasti (idiopatik), namun terdapat beberapa faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada pH yang
tinggi, dan batu asam urat banyak terdapat pada pH yang rendah).
4. Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius

5. I m o b i l is asi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan


d ig i nja l
tersaring
6. Faktor metabolik
7. Faktor makanan yang dikonsumsi
8. Penyakit renal
9. Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau
penurunan eksresinya).
10. Faktor herediter

Brunner & Suddarth .(2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab lain
dari terjadinya nefrolitiasis yang meliputi:
1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam

yang dapat membentuk batu


2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar
80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit.
3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut
batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar
disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis
renalis dan kalises renalis.
3. Manifestasi Klinis
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa tanda dan
gejala yang dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi:
1. Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi
2. Nausea dan vomitus 4
3. Demam dan menggigil karena infeksi
4. Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang

be rf n g s i
M e nu r u t Smeltzer, & Bare (2002) beberapa tanda dan gejala yang juga
dapat muncul pada penderita nefrolitiasis meliputi:
1. Keluhan yang disampaikan oleh klien tergantung pada posisi atau letak batu,
besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh
klien adalah nyeri pada pinggang, menjalar ke daerah panggul, bersifat terus-
menerus pada daerah pinggang.
2. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh klien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing.
3. Urgency
4. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh klien akibat trauma pada mukosa
saluran kemih yang disebabkan oleh batu

5. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis


ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik, nyeri hilang setelah
batu keluar.
a. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan kolik, nyeri
hilang setelah batu keluar
b. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitis
6. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran
kemih: demam dan menggigil.
7. Gejala gastrointestinal, meliputi mual, muntah, diare dan perasaan tidak enak
di perut berhubungan dengan refluks antara ureter dan intestin
4. Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine
membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam
urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau
magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal
dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat)
atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahanbahan
pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau
obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang
menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di
bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan
batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering
menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk
imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu
penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan
risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat
yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena
kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi
di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi di
sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas
kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh

u r in e . H i d o ur et er
k el u ar d a ri g i n j a l
y n g ti da k d ia t s i, ta u o b s tr u k s i p a d a tau d i
da p at m e ny e b ab k an h id r o n e f ro s i s y ait u pe m
at a s t e m p at u re te r ginjal dan sistem duktus pengumpul.
b e n g k a k an p e lv is
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena
suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan
cedera berulang.
PATHWAY

Infeksi saluran kemih kronis, gangguan


metabolism (Hiperparatiroidisme,
hiperuresemia, hiperkalsiuria), benda asing,
jaringan mati, inflamasi usus, masukkan
vitamin D yang berlebihan

Pengendapan garam mineral. infeksi,


megubah pH urin asam menjadi alkalis

Pembentukan batu

Obstrusi saluran kemih

Obstruksi diureter Peningkatan distensi Kurang pengetahuan


abdomen

Kalkulus berada diureter Anoreksia


Cemas

Gesekan pada dinding Mual/muntah


ureter

Gangguan rasa nyaman, Output berlebihan


Nyeri

Intoleransi aktivitas
5. Komplikasi
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) beberapa komplikasi yang dapat
muncul akibat nefrolitiasis adalah:
1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal
2. Nekrosis tekanan
3. Obstruksi oleh batu
4. Hidronefrosis
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
7. Infeksi
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) hasil pemeriksaan berikut ini
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis nefrolitiasis.
1. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
2. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan
ukuran serta lokasi batu
3. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti
hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak

t am p a k p a da fo t o B N O
4. K ul tu r u r in ya n g m e m perlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi
saluran kemih
5. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor,
dan asam dalam urin
6. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya
7. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal
8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas
yang tidak terikat dengan protein
7. Penatalaksanaan
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan beberapa penatalaksanaan
yang dapat dilakukan meliputi:

1. Penambahan asupan cairan hingga lebih 3L per hari untuk meningkatkan


hidrasi
2. Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih menurut
hasil kultur mikroorganisme
3. Obat-obat analgetik sepertik meperidin (Demerol) atau morfin untuk
meredakan rasa nyeri
4. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan pembentukan
batu. Preparat tiazida untuk menurunkan ekskresi kalsium ke dalam urin.
5. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi
6. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi
7. Kolestiramin yang dpaat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorptif
8. Paratiroidektomi untuk hiperparatiroidisme
9. Allopurinol untuk batu asam urat
10. Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin
11. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal yang
tidak dapat keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar
12. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi ukuran yang
lebih kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan melakukan
pengisapan
13. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat
pengalih aliran urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa,
status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.

Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang


pinggang
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan
terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada
klien dengan urolithiasis biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian
pinggang dan menjalar kesaluran kemih.
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan.
Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri yang di rasakan seperti
menusuk - nusuk.
R: Region : Daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien
dengan urolithiasis biasanya nyeri dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity :Derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.
Skala nyeri biasanya
T : Time : Waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolithiasi
biasanya dirasakan kadang-kadang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah
bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman
kaleng.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, Hipertensi.
3. Riwayat Psikososial
1. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses
suatu penyembuhan penyakit.
2. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dihadapi.
3. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan
efisien.
4. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama
sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.

5. Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :


a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,
lingkungan dan terhadap penyakitnya
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang
lain
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien
terhadap status dan posisinya
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
4. Pola Kehidupan sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan
pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien
dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena
adanya luka pada ginjal
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji
mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat
berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi,
konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada
klien dengan batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya
sumbatan atau batu ginjal dalam perut
c) Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan
batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena
adanya nyeri
d) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjal
klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan
karena adanya luka pada ginjal
e) Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene
(mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan batu
ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di bagian pinggang
5. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala

1) Rambut Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada


rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu
mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien
2) Mata Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak
ikterik
3) Telinga Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan
pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan
klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi
4) Hidung Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung
simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan
5) Mulut Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa
bibir kering
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
c) Thorak
1) Paru- paru
Inspeksi : Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak
teraba massa
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas
lapang paru bunyinya normal
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal
2) Jantung
Inspeksi : Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal
Auskultasi : Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak
d) Abdomen
Inspeksi : Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau
menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat
streatmarc
Auskultasi : Peristaltik normal
Palpasi : Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal
(Timpani)
e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan
normal
f) Genitalia Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami
gangguan pada genitalia
II. Diagnosis Keperawatan
SDKI (2018) diagnosis yang mungkin muncul dengan masalah keperawatan
nefr :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
5. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral
III. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Intervensi
(SDKI) Kriteria Hasil Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
1 D.0077 L.08066 I.08238
Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Tujuan : Setelah Obserνasi
D e f in i s i
Pe n g a l a man dilakukan Asuhan 1. Identifikasi lokasi,
sensorik atau emosional Keperawatan karakteristik,
yang berkaitan dengan selama 1x24 jam durasi, kualitas,
kerusakan jaringan aktual diharapkan tingkat intensitas nyeri
atau fungsional, dengan nyeri menurun. 2. Identifikasi skala
onset mendadak atau Kriteria hasil : nyeri
lambat dan 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi
berintensitas ringan hingga menurun respons nyeri non
berat yang berlangsung 2. Meringis verbal
kurang dari 3 bulan. menurun 4. Identifikasi faktor
3. Kesulitan tidur yang memperberat
Penyebab
menurun dan memperingan
4. Frekuensi nadi nyeri
1. Agen pencedera
fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, membaik 5. Identifikasi
neoplasma) 5. Pola napas pengetahuan dan
2. Agen pencedra membaik keyakinan tentang
kimiawi (mis. 6. Tekanan darah nyeri
Terbakar, bahan kimia membaik 6. Identifikasi
iritan) 7. Fungsi pengaruh budaya
3. Agen pencidra fisik berkemih terhadap respon
(mis. Abses, trauma, membaik nyeri
amputasi, terbakar, 8. Pola tidur 7. Identifikasi
terpotong, mengangkat membaik pengaruh nyeri
berat,prosedur pada kualitas
operasi,trauma, latihan hidup
fisik berlebihan 8. Monitor
keberhasilan
Gejala dan Tanda Mayor terapi
Subjektif komplementer
1. Mengeluh nyeri
yang sudah
Objektif diberikan

1. Tampa meringis 9. Monitor efek


2. Bersikap protektif samping
(mis. waspada, posisi penggunaan
menghindari nyeri) analgetik
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
Terapeutik
meningkat
1. Berikan teknik
5. Sulit tidur
nonfarmakoloki
untuk mengurangi
Gejala dan Tanda Minor
rasa nyeri (misal
Subjektif tens, hipnosis,
(tidak tersedia)
akupresur, terapi
musik, terapi pijat,
Objektif
1. Tekanan darah aromaterapi,
teknik imajinasi
meningkat
2. Pola nafas berubah terbimbing,
3. Nafsu makan berubah kompres
4. Proses berpikir hangat/dingin,
terganggu terapi bermain)
5. Menarik diri 2. Kontrol
6. Berfokus pada diri lingkungan yang
sendiri memperberat rasa
7. Diaforesis myeri (misal suhu
ruangan,
Kondisi Klinis Terkait pencahayaan,
1. Kondisi pembedahan kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
2. Cedera traumatis
dan tidur
3. Infeksi
4. Pertimbangan jenis
4. Sindrom coroner akut dan sumber nyeri
5. Glaukoma dalam pemilihan
strategi meredekan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kaloborasi
1. Kaloborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu
2 D.0019 L.03030 I.03119
Defisit Nutrisi Luaran Utama Manajemen Nutrisi
Definisi Satus Nutrisi Observasi
Asupan nutrisi tidak Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
cukup untuk memenuhi intervensi nutrisi
kebutuhan metabolism keperawatan 2. Identifikasi
selama 3x24 jam, alergindan
Penyebab maka status nutrisi intoleransi
1. Ketidakmampuan membaik dengan makanan
menelan Kriteria Hasil : 3. Identifikasi
makanan 1. Porsi makanan yang
2. Ketidakmampuan makanaan disukai
mencerna yang 4. Identifikasi
makanan dihabiskan kebutuhan kalori
3. Ketidakmampuan meningkat dan jenis nutrisi
mengabsorbsi 2. Berat badan 5. Identisikasi
nutrient membaik perlunya
4. Peningkatan
3. Na f su p n g unaan
kebutuhan m e m bai s el a ng
m akan
k
m e t a b olism
5. Fa c t o r ek
onomi
(mis. finansial tidak 4. Membran nasogastric
cukup) mukosa 6. Monitor asupan
6. Faktor psikilogis membaik makanan
(mis. stress, 7. Monitor berat
keengganan untuk badan
makan) 8. Monitor hasil
pemeriksaan
Gejala dan Tanda Minor laboratorium
Subjektif Terapeutik
(tidak 1. Lakukan oral
tersedia) hygiene sebelum
Objektif makan, jika perlu
1. Berat badan menuru 2. Fasilitasi
minimal 10% menentukan
dibawah rentang
pedoman diet
ideal
(mis. Piramida
Gejala dan Tanda Mayor makanan)
Subjektif 3. Sajikan makanan
1. Cepat kenyang secara menarik
dan suhu yang
setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen sesuai
3. Nafsu 4. Berikan makanan
makan tinggi serat untuk
menurun mencegah
Objektif konstipasi
1. Bising usus 5. Berikan makanan
hiperaktif tinggi kalori dan
2. Otot pengunyah tinggi protein
lemah 6. Berikan suplemen
3. Otot menelan lemah makanan, jika
4. Membrane mukosa perlu
pucat 7. Hentikan
5. Sariawan pemberian makan
6. Serum albumin turun melalui selang
7. Rambut rontok nasogastric jika
berlebihan asupan oral dapat
8. Diare ditoleransi
Edukasi
Kondisi Klinis Terkait 1. Anjurkan posisi
1. Stroke duduk, jika
2. Parkinson mampu
3. Mobius syndrome 2. Ajarkan diet yang
4. Cerebral palsy
diprogramkan
5. Clef lip
6. cleft palate
7. Amνottropic lateral
sclerosis Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan, (mis.
Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
3 D.0111 L.12111 I.12383
Tingkat Edukasi Kesehatan
Defisit pengetahuan
Obserνasi
Definisi pengetahuan 1. Identifikasi
Tujuan : setelah
kesiapan dan
Ketiadaan atau kurangnya dilakukan asuhan
kemampuan
informasi kognitif yang keperawatan menerima
berkaitan dengan topik selama 1x24 jam informasi
tertentu diharapkan tingkat 2. Identifikasi factor-
Penyebab pengetahuan faktor yang dapat
1. Keteratasan kognitif pasien meningkat meningkatkan dan
2. Gangguan menurunkan
dengan kriteria
motivasi perilaku
fungsi kognitif hasil : hidup bersih dan
3. Kekeliruan mengikuti 1) Perilaku sesuai sehat
anjuran anjuran
4. Kurang terpapar m ni n gk Terapeutik
informasi 2) Kem a m 1. Sediakan materai
5. Kurang minat a t dan media
p u an
dalam belajar pendidikan
menjelaskan
kesehaatn
6. Kurang mampu pengetahuan
2. Jadwalkan
mengingat tentang suatu
pendidikan
topik
7. Ketidaktahuan kesehatan sesuai
meningkat
menemukan sumber pendidikan
3) Kemampuan
informasi 3. Berikan
menggambarka
kesempatan untuk
n pengalaman
bertanya
Gejala dan Tanda Mayor sebelumnya
Subjektif yang sesuai
Edukasi
dengan topik
(tidak 1. Jelaskan factor-
4) Perilaku sesuai
tersedia) faktor yang dapat
dengan
pengetahuan
5) Pertanyaan mempengaruhi
Objektif tentang kesehatan
1. Menunjukan masalah yang 2. Ajarkan perilaku
dihadapi hidup bersih dan
perilaku tidak sesuai
6) Persepsi yang sehat
anjuran keliru terhadap 3. Ajarkan strategi
2. Menunjikan presepsi masalah yang dapat
yang keliru terhadap digunakan untuk
masalah meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
Gejala dan Tanda Minor
1. Menjalani pemeriksaan
yang tepat
2. Menunjikan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan,
agitasi,histeria)

Kondisi Klinis terkait


1. Kondisi klinis yang

baru dihadapi
oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasi
bedasarkan topik
tertentu,yaitu:
1. Gaya hidup sehat
2. Keamanan diri
3. Keamanan fisik anak
4. Kehamilan dan
persalinan
5. Kesehatan maternal
pasca persalinan
6. Kesehatan maternal
prekonsepsi
7. Ketrampilan
psikomotorik
8. Konservasi energi
9. Latihan toiletting
10. Manajemen arthritis
rheumatoid
11. Manajemen asma
12. Manajemen berat badan
4 D.0056 L.05047 I. 05178
Intoleransi Aktivitas Definisi Toleransi Manajemen Energi
Ketidakcukupan energy Aktivitas Obserνasi
Tujuan : Setelah
untuk melakukan aktivitas 1. Identifkasi
dilakukan asuhan
sehari-hari keperawatan gangguan fungsi
tubuh yang
Penyebab s e l mengakibatkan
d ih
1. Ketidakseimbangan m 1 x 24 kelelahan
a rapak a n
anatara suplai dan 2. Monitor kelelahan
kebutuhan oksigen jam toleransi
aktivitas pasien fisik dan emosional
2. Tirah baring
meningkat dengan 3. Monitor pola dan
3. Kelemahan
kriteria hasil : jam tidur
4. Imobilitas
1. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan
5. Gaya hidup monoton
meningkat ketidaknyamanan
Gejala dan Tanda Mayor 2. Saturasi
selama melakukan
oksigen
Subjektif aktivitas
meningkat
1. Mengeluh lelah
3. Kemudahan
dalam Terapeutik
Objektif
melakukan 1. Sediakan
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari aktivitas lingkungan
kondisi istirahat sehari-hari nyaman dan
meningkat
rendah stimulus
4. Kecepatan
Gejala dan Tanda Minor (mis. cahaya,
berjalan
Subjektif suara, kunjungan)
meningkat
1. Dispnea saat/setelah
5. Jarak berjalan 2. Lakukan rentang
aktivitas
meningkat gerak pasif
2. Merasa tidak nyaman
6. Kekuatan dan/atau aktif
setelah beraktivitas
tubuh bagian 3. Berikan aktivitas
3. Merasa lemah
atas meningkat
distraksi yang
7. Kekuatan
Objektif
tubuh bagian menyenangkan
1. Tekanan darah berubah 4. Fasilitas duduk di
>20% dari kondisi ba w a h
m e n in gk sisi tempat tidur,
istirahat jika tidak dapat
at
2. Gambaran EKG berpindah atau
8. Toleransi
menunjukan aritmia dalam menaiki berjalan
saat/setelah aktivitas tangga Edukasi
3. Gambaran EKG meningkat 1. Anjurkan tirah
menunjukan iskemia 9. Keluhan lelah
baring
4. Sianosis menurun
10. Dispnea saat 2. Anjurkan
aktivitas melakukan
Kondisi Klinis Terkait menurun aktivitas secara
1. Anemia 11. Dispnea setelah bertahap
aktivitas 3. Anjurkan
menurun
12. Perasaan lemah
menurun
2. Gagal jantung kongesif13. Aritmia saat menghubungi
3. Penyakit jantung aktivitas perawat jika tanda
koroner menurun dan gejala
4. Penyakit katup jantung14. Aritmia setelah
kelelahan tidak
aktivitas
5. Aritmia berkurang
menurun
6. Penyakit paru obstruksi
15. Sianosis 4. Ajarkan strategi
kronis (PPOK) menurun koping untuk
7. Gangguan metabolik 16. Warna kulit mengurangi
8. Gangguan membaik kelelahan
muskuloskeletal 17. Tekanan darah Kolaborasi
membaik
1. Kolaborasi dengan
18. Frekuensi
ahli gizi tentang
napas membaik
cara meningkatkan
19. EKG iskemia
asupan makanan
membaik
5 D.0034 I.03028 I.03116
Resiko Hipovolemia Status Ciaran Manajemen
Definisi Tujuan : Setelah Hipovolemia
Beresiko mengalami dilakukan asuhan Obserνasi
penurunan volume cairan keperawatan 1. Periksa tanda dan
intravascular, interstisial, selama 1x24 jam gejala
dan/atay intraselular diharapakan satus hypovolemia
cairan membaik (mis. frekuensi
Faktor Risiko dengan kriteria nadi meningkat,
1. Kehilangan cairan hasil : nadi teraba
secara aktif 1. Frekuensi nadi lemah, tekanan
2. Gangguan absorbs membaik darah menurun,
cairan 2. Tekanan darah tekanan nadi
3. Usia lanjut membaik menyempit,
4. Kelebihan berat badan 3. Membran turgor kulit
5. Status hipermetabolik mukosa menurun,
6. Kegagalan mekanisme membaik membrane
regulasi 4. Jugular Venous mukosa kering,
7. Evaporasi Pressure (JVP) volume urin
8. Kekurangan intake membaik menurun,
cairan hematocrit
9. Efek agen farmakologis meningkat, haus,
lemah)
Kondisi klinis terkait 2. Monitor intake
1. Penyakit Addison dan output cairan
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar Terapeutik
4. AIDS 1. Hitung kebutuhan
5. Penyakit crohn cairan
6. Muntah 2. Berikan posisi
7. Diare modified
8. Colitis ulseratif trendeleburg
3. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahanposisi mendadak

Kolaborasi
Kolaborasi pemberiancairan IV isotonis (mis. Nacl, RL)
Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis.

Glukosa 2,5%,
nacl 0,4%) Kolaborasi
pemberian
3. kolod
Albumin, plasmanate) Kolaborasi
cairan (mis.

4.
pemberian produk
darah)

IV. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah
membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru
atau mamantau status atau masalah yang ada
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan
baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan
penyimpangan

3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya


sendiri
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk
memperoleh arahan yang tepat
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri
V. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan (Nursalam, 2009 : 135)
DAFTAR PUSTAKA

TimPokjaSDKIDPPPPNI,(2016), ]tjnhjrHijgnksisDoporjwjtjnLnhknosij (]HDL), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia


Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), ]tjnhjr Cujrjn Doporjwjtjn Lnhknosij (]CDL), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), ]tjnhjr Lntorvonsi Doporjwjtjn Lnhknosij (]LDL), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://qdoc.tips/laporan-pendahuluan-nefrolitiasis-5-pdf-free.html diakses pada tanggal 20
juli 2021 pukul 20.18 WIB http://repo.stikesperintis.ac.id/170/1/52%20LIZA
%20SASMITA.pdf diakses pada tanggal 20 juli 2021 pukul 20.30 WIB
http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI%20GINJAR.pdf

https://dokumen-tips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/lp-
%3D#aoh=16267509671419&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%
nefrolitiasis.html?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdokumen.tips%2Fdocuments%2Flp-
nefrolitiasis.html diakses pada tanggal 20 juli 2021 pukul 20.49 WIB

Anda mungkin juga menyukai