Anda di halaman 1dari 25

1

LAPORAN PENDAHULUAN
VESIKOLITHIASIS

I. Konsep dasar penyakit


A. Pengertian
Batu buli-buli adalah batu yang abnormal dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik pada vesika urinaria yang
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan
fosfat, oksalar dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001)

B. Penyebab
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah :
1. Faktor endogen
Faktor genetik, fanulial pada hipersistunuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.

2. Faktor eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejernihan mineral
dalam air minum.

3. Faktor lainnya
Infeksi, statis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan
atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing.

4. Faktor predisposisi
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia
c. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
d. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
e. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
f. Masukan cairan kurang
g. Pekerja keras
h. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vit. D terlalu lama
2

C. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat
memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium
oksalat. Aski reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya dan terjadi
peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dari asam urat sehingga terjadinya
batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan
batu kandung kemih mencakup infeksi ureter atua vesika urinaria, statis urine,
periode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Batu kandung kemih
sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita terutama pada usia 60 tahun
keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
Kelainan bawaan/cidera, keadaan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih atau tumor. Keadaan tersebut sering
menyebabkan bendungan hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih
baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma, tumor dan kelainan metabolisme
dapat menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan
dan statis urine. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urine lama kelamaan
kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu.
3

Pohon masalah :

Infeksi, trauma, tumor, kelainan metabolisme

Striktur uretra

Statis urine

Kalsium (oksalat dan fosfat) mengendap

Asam urat meningkat

Batu kandung kemih

Obstruksi saluran kemih

Oliguria + hematuria Meningkatkan tekanan


hidrostatik

Kolik ureter
Nyeri tekan disaluran
osteovertebral

Mual dan muntah

Kolik renal
(Brunner and Suddarth, 2001)

D. Teori pembentukan batu ginjal


1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kritalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
4

2. Teori matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% hexose,
3-5 hexosamin dan 10% air. Adanya matriks menyebabkan penebalan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.

3. Teori kurangnya inhibitor


Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang
melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.

4. Teori epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contoh eksresi asam urat yang berlebih dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.

5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

E. Manifestasi klinis
Ketika batu menghambat dari saluran limfe, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran
osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode
kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdonural dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxinutas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar
biasa, akut dan kolik yang menyebar ke kepala, abdomen dan genetalia. Klien
merasa ingin kencing namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat abrasi batu. Gejala ini disebabkan kolik ureter.
Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter > 1 cm biasanya harus
5

diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran
urin akan lancar.
F. Komplikasi
1. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi urin, kondisi ini terjadi karena tekanan
dan aliran balik ureter dan urin ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu
lagi menampung urin. Semetara urin terus menerus bertambah dan bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka akan timbul nyeri pinggang, teraba
benjolan besar di daerah ginjal dan secara prgresif dapat terjadi gagal ginjal.

2. Uremia
Adalah peningkatan ureum dalam darah akibat ginjal tidak mampu
menyaring hasil metabolisme ureum sehingga akan terjadi gejala muntah dan
mual, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, napas dan keringat berbau
urine.

3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara asenden
ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan terjadi demam dan
menggigil, sakit pinggang, disuria dam poliuria.

4. Gagal ginjal akut sampai kronis


5. Obstruksi pada kandung kemih
6. Pertorasi pada kandung kemih
7. Hematuria
8. Nyeri pinggang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu

G. Pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat/gelap.

2. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter menunjukkan adanya batu.
6

3. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.

4. Foto rontgen
Menunjukkan adanya didalam kandung kemih yang abnormal.

5. IVP (Intra Venous Pylografi)


Menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat
obstruksi kandung kemih di vesikuli kandung kemih dan perubahan abnormal
otot kandung kemih.

6. Vesikolitektomi
Mengangkat batu vesika urinaria.

7. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal


Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.

8. Pielogram retrograd
Menunjukkan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.

9. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam


Mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium dan volume total.

H. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi serta mengurangi
obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu
kandung kemih adalah :
1. Vesikolektomi
2. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal
3. Ureteroskopi
4. Nefrostomi
7

II. Konsep dasar asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Frekuensi BAK meningkat, urine yang masih menetes setelah BAK, merasa
tidak puas setelah BAK, sering BAK pada malam hari, penurunan kekuatan dan
ukuran pancaran urine, mengedan saat BAK, nyeri saat BAK, hematuri, nyeri
pinggang, demam dan menggigil, nafsu makan menurun, mual dan muntah.

3. Riwayat penyakit dahulu


Apakah ada menderita infeksi saluran kemih.

4. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada memiliki penyakit menular/keturunan.

5. Pemeriksaan TTV
- TTV dan tingkat kesadaran
- Kepala : Nyeri/tidak
- Wajah : Ada odema/tidak
- Mata : Penglihatan kabur/tidak
- Leher : Ada/tidak pembesaran kelenjar getah bening/tiroid
- Dada : Bunyi napas, ada kelainan paru-paru dan jantung/tidak
- Abdomen : Kembung/tidak, penonjolan setempat, peristaltik usus
meningkat/menurun, hepar dan ginjal apakah teraba. Apakah
terdapat nyeri tekan abdomen
- Genetalia : Apakah terdapat hernia, terpasang kateter/tidak, anus apakah
ada hemoroid
- Ekstrimitas : Adakah edema, kelemahan, nyeri sendi

6. Pemeriksaan lab
- Peningkatan sel darah putih, ureum dan kreatinin
- Kultur urine dtentukan adanya kuman penyebab infeksi
- Pemeriksaan Hb
8

B. Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan
darah, edema, trauma
Intervensi :
a. Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran urine di urine bag
b. Dorong pasien untuk berkemih
c. Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi
d. Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan


mengontrol perdarahan pembatasan pemasukan pre operasi
Intervensi :
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran
b. Evaluasi warna, konsistensi urine
c. Awasi tanda-tanda vital, peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan
tekanan darah, diafragma pucat, perlambatan pengisian kapiler dan membran
mukosa kering
d. Awasi pemeriksaan lab sesuai indikasi, contoh: Hb/Ht, jumlah sel darah
merah

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan irigasi kandung kemih


Intervensi :
a. Pertahankan sistem kateter steril
b. Ambulasi dengan kantong drainase dependen
c. Awasi TTV, pertahankan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan
cepat, gelisah, disorientasi
d. Berikan antibiotik sefalosforin sesuai program medik

4. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih


Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
b. Pertahankan posisi kateter dan sistem drainase
c. Tingkatkan pemasukan cairan 300 ml/hari sesuai toleransi
d. Berikan teknik manajemen nyeri
e. Berikan analgetik sesuai indikasi
9

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi
Intervensi :
a. Kaji implementasi prosedur harapan masa depan
b. Tekankan perlunya nutrisi yang baik: konsumsi buah, diet tinggi serat
c. Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh: mengangkat beban berat,
latihan keras, duduk/mengendarai mobil terlalu lama
d. Dorong kesinambungan latihan perineal
e. Instruksikan perawatan kateter urine bila ada identifikasi sumber
alat/dukungan

6. Perencanaan pulang
a. Diet TKTP
b. Banyak minum air putih 3000 cc/hari, hindari kopi, alkohol, bersoda dan
makan makanan yang tinggi serat
c. Anjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, BAK yang teratur
dan mematuhi program pemulihan kesehatan
d. Penjelasan tentang penyakit yang diderita
e. Rencana kontrol ulang untuk mengetahui perkembangan pemulihan penyakit
saat di rumah
10

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doengoes, E. Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN


DIAGNOSA MEDIS VESIKOLITHIASIS DI RUANG
AL-MAWA (BEDAH) RSUD H.DAMANHURI BARABAI

I. BIODATA
A. Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
Status marital : Kawin
Pendidikan / pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat lengkap : Desa Hantakan Kab.HST
Kiriman dari : Datang sendiri
Tanggal MRS : 16 Juli 2018 Jam 10.44 wita
Tanggal pengkajian : 16 Juli 2018 Jam 13.00 wita
No. register : 073997

B. Penanggung jawab klien


Nama : Tn. R
Hubungan dengan klien : Anak Klien
Umur : 28 tahun
Pendidikan / pekerjaan : Swasta
Alamat lengkap : Desa Hantakan Kab.HST

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


A. Alasan dirawat
Klien mengeluh nyeri pada perut kiri yang terus menerus sejak 2 hari
sebelum masuk RS. Saat kencing klien merasa nyeri dan kencingnya sedikit-
sedikit serta terasa berpasir. Sehingga klien dibawa keluarganya ke RSUD
H.Damanhuri Barabai untuk diberi pengobatan.
B. Keluhan utama
Nyeri pada luka post op.
12

1. Provocative/palliative
Penyebab timbulnya nyeri adalah luka post operasi (vesikolitotomi).
Faktor yang memperberat adalah jika klien melakukan pergerakan. Usaha
yang dilakukan klien untuk mengurangi yaitu dengan istirahat yang cukup
dan tidak banyak bergerak.

2. Quality/Quantity
Nyeri yang dirasakan klien seperti teriris-iris.

3. Regional
Lokas nyeri terdapat pada abdomen bagian bawah (regional 8), nyeri
tidak menyebar.

4. Severity scale
Nyeri yang dirasakan klien sedang dengan skala nyeri 2, ket :
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat

5. Timming
Nyeri timbul jika klien melakukan pergerakan, nyeri dirasakan kadang-
kadang terjadi sekitar 5-10 menit.

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sebelum sakit
Klien mengalami penyakit seperti ini ± 1 bulan yang lalu, sebelumnya klien
tidak pernah dirawat di RS. Klien biasanya hanya ke puskesmas jika berobat.
Klien tidaka ada riwayat alergi obat/makanan.

B. Riwayat kesehatan sekarang


Sejak 2 hari sebelum masuk RS klien mengalami nyeri perut kiri yang terus
menerus, tidak ada BAB dan flatus selama 2 hari. Jika kencing klien merasa
13

nyeri dan kencingnya sedikit-sedikit serta terasa berpasir sehingga klien


dibawa keluarganya ke RSUD H.Damanhuri Barabai untuk dirawat pada
tanggal 16 Juli 2018 dan dilakukan operasi vesikolitotomi + biopsi buli-buli
tanggal 17 Juli 2018.

C. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus dan asma, juga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti HIV/AIDS, hepatitis dan TBC. Namun ada keluarga klien yang
menderita hipertensi yaitu ayah klien.

D. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Klien

= Tinggal serumah
14

IV. AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Makan & minum
Di rumah : Klien makan teratur 3x sehari, jenis makanan nasi, lauk
pauk dan sayur. Kadang disertai buah-buahan. Klien tidak
mempunyai makanan pantangan, klien minum 6-7
gelas/hari.
Di RS : Klien makan 3x sehari dan dapat menghabiskan makanan
yang disediakan oleh RS dengan diet TKTP, klien minum
4-5 gelas/hari, minuman air putih.

2. Pola Eliminasi (BAB dan BAK)


Di rumah : Klien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi padat, warna
kuning kecoklatan dan bau khas feses. BAK 3-4x sehari,
warna urine kuning. Tetapi selama 1 bulan terakhir klien
kencing sedikit dan terasa nyeri, saat kencing terasa
berpasir.
Di RS : Klien BAB 1 x/hari dengan konsistensi padat, warna
kuning kecoklatan dan berbau khas feses. Klien BAK
melalui kateter, warna kuning, banyaknya 2000 cc saat
pengkajian.

3. Istirahat dan tidur


Di rumah : Klien istirahat ± 3 jam/hari, tidur ± 6-7 jam/hari.
Di RS : Klien istirahat ±1 jam/hari, tidur ± 5-6 jam/hari.

4. Aktivitas
Di rumah : Klien sebagai petani, kadang istirahat di rumah.
Di RS : Klien hanya berbaring di tempat tidur, KU klien lemah,
segala aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Skala aktivitas
2 (dibantu orang lain)
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu keluarga/orang lain
3 : dibantu alat dan keluarga
4 : tidak dapat beraktivitas
15

5. Kebersihan diri
Di rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2-3x
seminggu dan memotong rambut apabila dirasa panjang.
Di RS : Klien tidak ada mandi karena nyeri yang dirasakannya,
klien biasanya hanya diseka oleh keluarganya.

6. Rekreasi
Di rumah : Klien terkadang nonton TV dan jalan-jalan bersama
keluarganya.
Di RS : Klien hanya bebaring di tempat tidur.

V. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Persepsi klien tentang penyakitnya adalah klien yakin bahwa akan sembuh,
klien berusaha sabar untuk proses kesembuhannya, kemampuan beradaptasi
klien baik, klien tampak kooperatif.
B. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik terlihat dari anggota keluarga klien
yang mendampingi klien selama klien dirawat.
C. Spiritual
Klien beragama islam, selama di RS klien tidak dapat melaksanakan ibadah
shalat karena kondisi klien yang lemah. Klien hanya berdoa untuk
kesembuhannya.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
- Kesadaran : compos menthis
- GCS : E4 V5 M6
- Penampilan : Cukup bersih, klien tampak lemah
- Ciri-ciri tubuh : Rambut pendek lurus, kulit sawo matang, badan agak
lurus
-N : 80 x/menit
-R : 18 x/menit
- TD : 130/90 mmHg
-T : 36,4oC
16

2. Head to toe
a. Kepala dan rambut
Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi ataupun
perdarahan, rambut tumbuh merata, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambut mulai beruban sebagian.
b. Mata (penglihatan)
Bentuk simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
penglihatan baik, tidak ada gangguan penglihatan, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan (kacamata).
c. Hidung (penciuman)
Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada perdarahan/peradangan,
fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyak kayu putih dan
alkohol).
d. Telinga (pendengaran)
Bentuk simetris, tidak ada sekret yang keluar dari telinga, fungsi
pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
e. Mulut dan gigi
Bentuk dan posisi simetris, tidak ada perdarahan/peradangan, gigi cukup
bersih, klien tidak menggunakan gigi palsu.
f. Leher
Leher simetris, dpt digerakkan dengan bebas, tdk ada pembesaran
kelenjar getah bening ataupun tiroid,tdk ada penekanan pd vena jugularis.
g. Thorax (fungsi pernapasan)
Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan baik, R: 18 x/menit, tidak
menggunakan O2
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan
seperti wheezing/ronchi
h. Abdomen
Inspeksi : Terlihat adanya luka jahitan post op vesikolitotomi + biopsi
buli-buli dengan panjang ± 10 cm yang ditutup kasa
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada luka post op
Auskultasi : Bising usus normal 8 x/menit
17

i. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, kebersihan baik dan terpasang kateter.
j. Ekstermitas (Atas dan Bawah)
Bentuk simetris, pergerakan baik, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan.
k. Integumen
Kulit tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, kulit teraba
hangat T: 36,4oC, turgor kulit baik kembali dalam 2 detik setelah di cubit.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Laboratorium tanggal 16 Juli 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hemoglobin 10,7 14,0 – 18,0 g/dl
Leukosit 10.200 4.000 – 10.500 /UL
Eritrosit 3,99 4,50 – 6,00 /UL
Hematokrit 29 40 – 50 Vol %
Trombosit 167.000 150.000 – 450.000 /UL
RDW – CV 13,2 11,5 – 14,7 %
Neutrofil % 81,8 50,0 – 70,0 %
Limfosit % 11,7 25,0 – 40,0 %
MID % 6,5 4,0 – 11,0 %
Neutrofil # 8,40 2,50 – 7,00 Ribu/UL
Limfosit # 1,20 1,25 – 4,00 Ribu/UL
MID # 0,70 - Ribu/UL
Ureum 67 10 – 45 Mg/dl
Kreatinin 3,4 0,4 – 1,4 Mg/dl

VIII. PENGOBATAN
12 Juli 2018
P/O Ceftriaxone 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Asam tranexamat 3 x 1 tab
Gahabion 2 x 1 tab

13 Juli 2018
P/O Ceftriaxone 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Asam tranexamat 3 x 1 tab
Gahabion 2 x 1 tab
18

IX. ANALISA DATA


No Hari/Tgl Data subjektif dan objektif Etiologi Masalah Paraf
1 Selasa, DS : - Klien mengatakan nyeri pada Luka post Nyeri
17-07-18 daerah luka post op op (akut)
- P: Nyeri disebabkan oleh luka post
op (vesikolitotomi), faktor yang
memperberat apabila klien
melakukan pergerakan, usaha
untuk mengurangi dengan istirahat
yang cukup
- Q: Nyeri yang dirasakan seperti
teriris-iris
- R: Lokasi pada abdomen bagian
bawah (regional 8), nyeri tidak
menyebar
- S: Nyeri yang dirasakan dengan
skala 2 (sedang)
- Nyeri timbul jika klien melakukan
pergerakan, nyeri kadang-kadang
terjadi sekitar 5-10 menit
DO :- KU lemah
- Klien tampak meringis
- Tampak luka post op dengan
panjang ± 10 cm yang ditutup kasa
- TTV :
TD : 130/90 mmHg
R : 18 x/menit
N : 80 x/menit
T : 36,4oC
2 DS : Klien mengatakan tidak dapat Kelemahan Intoleransi
melakukan aktivitas sendiri fisik aktivitas
DO :- KU lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
oleh keluarganya
- Klien hanya berbaring di tempat
tidur
- Skala aktivitas 2 (dibantu orang
lain), ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Tidak dapat beraktivitas
3 DS : - Luka post Resiko
DO :- Tampak adanya luka post op op infeksi
dengan panjang ± 10 cm yang
ditutup kasa
- Luka masih tampak basah
- Tidak ada pus pada luka
- Lab (leukosit: 10.200/UL)
- T: 36,4oC
19

X. DAFTAR MASALAH
Tgl Tgl
No Hari/Tgl Diagnosa keperawatan Paraf
muncul teratasi
1 Selasa, Nyeri (akut) berhubungan dengan luka post op, 12-7-
17-7-18 ditandai dengan : 2018
DS : - Klien mengatakan nyeri pada daerah
luka post op
- P: Nyeri disebabkan oleh luka post op
(vesikolitotomi), faktor yang
memperberat apabila klien melakukan
pergerakan, usaha untuk mengurangi
dengan istirahat yang cukup
- Q: Nyeri yang dirasakan seperti teriris-
iris
- R: Lokasi pada abdomen bagian bawah
(regional 8), nyeri tidak menyebar
- S: Nyeri yang dirasakan dengan skala 2
(sedang)
- Nyeri timbul jika klien melakukan
pergerakan, nyeri kadang-kadang terjadi
sekitar 5-10 menit
DO :- KU lemah
- Klien tampak meringis
- Tampak luka post op dengan panjang ±
10 cm yang ditutup kasa
- TTV :
TD : 130/90 mmHg
R : 18 x/menit
N : 80 x/menit T : 36,4oC
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri
DO :- KU lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarganya
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
- Skala aktivitas 2 (dibantu org lain), ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Tidak dapat beraktivitas
3 Resiko infeksi berhubungan dengan luka post
op, ditandai dengan :
DS : -
DO :- Tampak adanya luka post op dengan
panjang ± 10 cm yang ditutup kasa
- Luka masih tampak basah
- Tidak ada pus pada luka
- Lab (leukosit: 10.200/UL)
- T: 36,4oC
20

XI. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Hari/Tgl Dx Tujuan Intervensi Rasional Paraf
1 Rabu, Nyeri Setelah di- 1. Kaji TTV 1. Untuk menge-
18-7-18 (akut) lakukan pe- tahui keadaan
b/d luka rawatan se- umum klien
post op lama 3x24 2. Kaji karakteris- 2. Berguna dalam
jam, nyeri tik nyeri pengawasan
dapat ber- dan kemajuan
kurang/hi- penyembuhan
lang dengan 3. Kaji skala nyeri 3. Mengetahui
kriteria tingkat nyeri
hasil: klien
- Klien 4. Atur posisi 4. Memberikan
tampak klien senyaman rasa nyaman
rileks mungkin
- Skala 5. Ajarkan teknik 5. Membantu
nyeri 1-0 manajemen mengurangi
nyeri (distraksi rasa nyeri
dan relaksasi)
6. Berikan ling- 6. Dapat memini-
kungan yang malkan nyeri
tenang dan
nyaman
7. Berikan komp- 7. Dapat mengu-
res hangat pada rangi nyeri
daerah yang
nyeri
8. Kolaborasi 8. Membantu pro-
dalam pembe- ses penyembu-
rian analgetik han klien

2 Intole- Setelah di- 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


ransi lakukan pe- gangguan kemampuan
aktivi- rawatan se- mobilitas klien aktivitas klien
tas b/d lama 3x24 2. Lakukan aktivi- 2. Aktivitas fisik
kele- jam masa- tas dan latihan memberi
mahan lah intole- fisik tambahan pengalihan
fisik ransi aktivi- sesuai kemam- perhatian dan
tas dapat puan klien rasa nyaman
teratasi dgn untuk memper-
kriteria baiki kualitas
hasil : hidup
- Klien 3. Bantu klien 3. Memberi rasa
melapor- memilih posisi nyaman
kan dapat yang nyaman
beraktivi- 4. Berikan ling- 4. Meningkatkan
tas sendiri kungan yang aktivitas
- Skala tenang
aktivitas 0 5. Dekatkan 5. Mengurangi
barang-barang beban aktivitas
yang diperlu- klien
kan klien
21

6. Anjurkan klien 6. Melatih aktivi-


untuk melaku- tas klien dan
kan aktivitas mengurangi
secara bertahap beban kerja
jantung secara
mendadak
7. Bantu aktivitas 7. Bantuan mini-
klien semini- mal meningkat
mal mungkin kan aktivitas
klien
8. Anjurkan pada 8. Membantu me-
keluarga klien latih klien
untuk mem- untuk berakti-
bantu aktivitas vitas
klien
seperlunya
9. Kolaborasi 9. Dapat melatih
dengan ahli aktivitas klien
fisioterapi

3 Resiko Setelah di- 1. Kaji perubahan 1. Membantu


tinggi lakukan pe- warna pada informasi
infeksi rawatan 3x luka tentang sirku-
b/d luka 24 jam di- lasi kulit
post op harapkan 2. Identifikasi 2. Mengawasi
infeksi tidak tanda-tanda tanda-tanda
terjadi pada infeksi seperti infeksi
klien rubor, kalor,
dengan kri- dulor, tumor
teria hasil : dan fungsiolae-
- Tidak ter- sa
dapat tan- 3. Observasi TTV 3. Peningkatan
da-tanda terutama suhu suhu merupa-
infeksi kan salah satu
(kalor, tanda infeksi
rubor, du- 4. Lakukan pera- 4. Meminimalkan
lor, tumor, watan luka masuknya
fungsio- dengan teknik mikroorganis-
laesa) aseptik me
- Luka me- 5. Jaga kebersihan 5. Mencegah ter-
ngering diarea sekitar jadinya infeksi
luka
6. Anjurkan pada 6. Lingkungan
keluarga untuk bersih
menjaga keber- meminimalisir
sihan ling- kuman
kungan sekitar
klien
7. Kolaborasi 7. Antibiotik
dalam pembe- dapat membu-
rian antibiotik nuh kuman
patogen penye-
bab infeksi
22

XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Hari/Tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1 Rabu, Nyeri 13.00 1. Mengkaji TTV Jam 14.30 wita
18-7-18 (akut) TD : 130/90 S : Klien menga-
b/d luka mmHg takan nyeri pada
post op N : 80 x/menit daerah luka post
R : 18 x/menit op
T : 36,4oC O :- Klien tampak
13.05 2. Mengkaji meringis
karakteristik nyeri - KU lemah
- Durasi: kadang- - Tampak luka
kadang post op dengan
- Lokasi: perut panjang ± 10
bagian bawah cm yang ditutup
13.08 3. Mengkaji skala dengan kasa
nyeri (2: sedang) - Skala nyeri 2
13.10 4. Mengtur posisi A : Masalah belum
klien senyaman teratasi
mungkin P : Intervensi
13.12 5. Mengajarkan teknik dilanjutkan
manajemen nyeri 1,3,4,5,6 dan 8
(distraksi:
membaca buku dan
relaksasi: tarik
napas dalam lewat
hidung kemudian
hembuskan
perlahan lewat
mulut)
13.15 6. Memberikan ling-
kungan yang
tenang dan nyaman
13.18 7. Memberikan komp-
res hangat pada
daerah yang nyeri
13.20 8. Berkolaborasi
dalam pemberian
analgetik (asam
mefenamat 3x1
tab)

2 Intole- 13.25 1. Mengkaji tingkat S : Klien mengata-


ransi gangguan mobilitas kan tidak dapat
aktivi- klien beraktivitas
tas b/d 13.27 2. Melakukan aktivi- sendiri
kele- tas dan latihan fisik O :- KU lemah
mahan tambahan sesuai - Klien hanya
fisik kemampuan klien berbaring di
13.30 3. Membantu klien tempat tidur
memilih posisi - Aktivitas klien
yang nyaman (semi dibantu
fowler) keluarga
23

13.32 4. Memberikan ling- - Skala aktivitas 2


kungan yang A : Masalah belum
tenang dan nyaman teratasi
13.35 5. Mendekatkan P : Intervensi
barang-barang yang dilanjutkan
diperlukan klien 2,3,4,5,7 dan 9
13.37 6. Menganjurkan klien
untuk melakukan
aktivitas secara
bertahap
13.40 7. Membantu aktivitas
klien seminimal
mungkin
13.42 8. Menganjurkan pada
keluarga klien
untuk membantu
aktivitas klien
seperlunya
13.45 9. Berkolaborasi
dengan ahli
fisioterapi

3 Resiko 13.50 1. Mengkaji peruba- S:-


tinggi han warna pada O :- Tampak adanya
infeksi luka (tidak terdapat luka post op
b/d luka kemerahan) dengan panjang
post op 13.52 2. Mengidentifikasi ± 10 cm yang
tanda-tanda (tidak ditutup kasa
terdapat tanda- - Luka masih
tanda infeksi) tampak basah
13.55 3. Mengobservasi - Tidak ada pus
TTV terutama suhu pada luka
(T: 36,4oC) - Lab (leukosit:
13.58 4. Melakukan pera- 10.200/UL)
watan luka dengan - T: 36,4oC
teknik aseptik A : Masalah teratasi
14.00 5. Menjaga kebersihan sebagian
diarea sekitar luka P : Intervensi
14.03 6. Menganjurkan pada dilanjutkan
keluarga untuk 1,2,3,4 dan 7
menjaga keber-
sihan lingkungan
sekitar klien
14.05 7. Berkolaborasi
dalam pemberian
antibiotik
(cifrofloxacin 3x1
tab)
24

1 Kamis , Nyeri 15.00 1. Mengkaji TTV Jam 18.00 wita


19-7-18 (akut) TD : 120/90 S : Klien menga-
b/d luka mmHg takan nyeri pada
post op N : 82 x/menit daerah luka post
R : 20 x/menit op
T : 36,7oC O :- Klien tampak
15.10 3. Mengkaji skala meringis
nyeri (2: sedang) - KU lemah
15.15 4. Mengtur posisi - Tampak luka
klien senyaman post op dengan
mungkin (semi panjang ± 10
fowler) cm yang ditutup
15.20 5. Mengajarkan teknik dengan kasa
manajemen nyeri - Skala nyeri 2
(distraksi: A : Masalah belum
membaca buku dan teratasi
relaksasi: tarik P : Intervensi
napas dalam lewat dihentikan,
hidung kemudian klien pulang
hembuskan APS
perlahan lewat
mulut)
15.25 6. Memberikan ling-
kungan yang
tenang dan nyaman
15.28 7. Berkolaborasi
dalam pemberian
analgetik (asam
mefenamat 3x1
tab)
2 Intole- 15.30 1. Melakukan aktivi- S : Klien mengata-
ransi tas dan latihan fisik kan dapat berak-
aktivi- tambahan sesuai tivitas sedikit-
tas b/d kemampuan klien sedikit
kele- 15.35 2. Membantu klien O :- KU membaik
mahan memilih posisi - Klien hanya
fisik yang nyaman (semi berbaring di
fowler) tempat tidur
15.40 3. Memberikan ling- - Aktivitas masih
kungan yang dibantu
tenang dan nyaman keluarga
15.45 4. Mendekatkan - Skala aktivitas 2
barang-barang yang A : Masalah teratasi
diperlukan klien sebagian
15.50 5. Membantu aktivitas P : Intervensi
klien seminimal dihentikan,
mungkin klien pulang
15.55 6. Berkolaborasi APS
dengan ahli
fisioterapi

16.00
25

3 Resiko 16.05 1. Mengkaji peruba- S:-


tinggi han warna pada O :- Tampak adanya
infeksi luka (tidak terdapat luka post op
b/d luka kemerahan) dengan panjang
post op 16.10 2. Mengidentifikasi ± 10 cm yang
tanda-tanda (tidak ditutup kasa
terdapat tanda- - Luka agak
16.15 tanda infeksi) mulai kering
3. Mengobservasi - Tidak ada pus
TTV terutama suhu pada luka
16.20 (T: 36,4oC) - Lab (leukosit:
4. Melakukan pera- 10.200/UL)
watan luka dengan - T: 36,2oC
teknik aseptik A : Masalah teratasi
7. Berkolaborasi sebagian
dalam pemberian P : Intervensi
antibiotik dihentikan,
(cifrofloxacin 3x1 klien pulang
tab) APS

Anda mungkin juga menyukai