LAPORAN PENDAHULUAN
VESIKOLITHIASIS
B. Penyebab
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah :
1. Faktor endogen
Faktor genetik, fanulial pada hipersistunuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
2. Faktor eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejernihan mineral
dalam air minum.
3. Faktor lainnya
Infeksi, statis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan
atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing.
4. Faktor predisposisi
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia
c. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
d. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
e. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
f. Masukan cairan kurang
g. Pekerja keras
h. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vit. D terlalu lama
2
C. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat
memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium
oksalat. Aski reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya dan terjadi
peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dari asam urat sehingga terjadinya
batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan
batu kandung kemih mencakup infeksi ureter atua vesika urinaria, statis urine,
periode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Batu kandung kemih
sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita terutama pada usia 60 tahun
keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
Kelainan bawaan/cidera, keadaan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih atau tumor. Keadaan tersebut sering
menyebabkan bendungan hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih
baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma, tumor dan kelainan metabolisme
dapat menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan
dan statis urine. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urine lama kelamaan
kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu.
3
Pohon masalah :
Striktur uretra
Statis urine
Kolik ureter
Nyeri tekan disaluran
osteovertebral
Kolik renal
(Brunner and Suddarth, 2001)
2. Teori matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% hexose,
3-5 hexosamin dan 10% air. Adanya matriks menyebabkan penebalan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
4. Teori epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contoh eksresi asam urat yang berlebih dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
E. Manifestasi klinis
Ketika batu menghambat dari saluran limfe, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran
osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode
kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdonural dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxinutas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar
biasa, akut dan kolik yang menyebar ke kepala, abdomen dan genetalia. Klien
merasa ingin kencing namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat abrasi batu. Gejala ini disebabkan kolik ureter.
Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter > 1 cm biasanya harus
5
diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran
urin akan lancar.
F. Komplikasi
1. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi urin, kondisi ini terjadi karena tekanan
dan aliran balik ureter dan urin ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu
lagi menampung urin. Semetara urin terus menerus bertambah dan bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka akan timbul nyeri pinggang, teraba
benjolan besar di daerah ginjal dan secara prgresif dapat terjadi gagal ginjal.
2. Uremia
Adalah peningkatan ureum dalam darah akibat ginjal tidak mampu
menyaring hasil metabolisme ureum sehingga akan terjadi gejala muntah dan
mual, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, napas dan keringat berbau
urine.
3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara asenden
ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan terjadi demam dan
menggigil, sakit pinggang, disuria dam poliuria.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat/gelap.
2. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter menunjukkan adanya batu.
6
3. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
4. Foto rontgen
Menunjukkan adanya didalam kandung kemih yang abnormal.
6. Vesikolitektomi
Mengangkat batu vesika urinaria.
8. Pielogram retrograd
Menunjukkan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
H. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi serta mengurangi
obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu
kandung kemih adalah :
1. Vesikolektomi
2. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal
3. Ureteroskopi
4. Nefrostomi
7
5. Pemeriksaan TTV
- TTV dan tingkat kesadaran
- Kepala : Nyeri/tidak
- Wajah : Ada odema/tidak
- Mata : Penglihatan kabur/tidak
- Leher : Ada/tidak pembesaran kelenjar getah bening/tiroid
- Dada : Bunyi napas, ada kelainan paru-paru dan jantung/tidak
- Abdomen : Kembung/tidak, penonjolan setempat, peristaltik usus
meningkat/menurun, hepar dan ginjal apakah teraba. Apakah
terdapat nyeri tekan abdomen
- Genetalia : Apakah terdapat hernia, terpasang kateter/tidak, anus apakah
ada hemoroid
- Ekstrimitas : Adakah edema, kelemahan, nyeri sendi
6. Pemeriksaan lab
- Peningkatan sel darah putih, ureum dan kreatinin
- Kultur urine dtentukan adanya kuman penyebab infeksi
- Pemeriksaan Hb
8
6. Perencanaan pulang
a. Diet TKTP
b. Banyak minum air putih 3000 cc/hari, hindari kopi, alkohol, bersoda dan
makan makanan yang tinggi serat
c. Anjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, BAK yang teratur
dan mematuhi program pemulihan kesehatan
d. Penjelasan tentang penyakit yang diderita
e. Rencana kontrol ulang untuk mengetahui perkembangan pemulihan penyakit
saat di rumah
10
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
11
I. BIODATA
A. Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
Status marital : Kawin
Pendidikan / pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat lengkap : Desa Hantakan Kab.HST
Kiriman dari : Datang sendiri
Tanggal MRS : 16 Juli 2018 Jam 10.44 wita
Tanggal pengkajian : 16 Juli 2018 Jam 13.00 wita
No. register : 073997
1. Provocative/palliative
Penyebab timbulnya nyeri adalah luka post operasi (vesikolitotomi).
Faktor yang memperberat adalah jika klien melakukan pergerakan. Usaha
yang dilakukan klien untuk mengurangi yaitu dengan istirahat yang cukup
dan tidak banyak bergerak.
2. Quality/Quantity
Nyeri yang dirasakan klien seperti teriris-iris.
3. Regional
Lokas nyeri terdapat pada abdomen bagian bawah (regional 8), nyeri
tidak menyebar.
4. Severity scale
Nyeri yang dirasakan klien sedang dengan skala nyeri 2, ket :
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat
5. Timming
Nyeri timbul jika klien melakukan pergerakan, nyeri dirasakan kadang-
kadang terjadi sekitar 5-10 menit.
D. Genogram
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Tinggal serumah
14
4. Aktivitas
Di rumah : Klien sebagai petani, kadang istirahat di rumah.
Di RS : Klien hanya berbaring di tempat tidur, KU klien lemah,
segala aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Skala aktivitas
2 (dibantu orang lain)
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu keluarga/orang lain
3 : dibantu alat dan keluarga
4 : tidak dapat beraktivitas
15
5. Kebersihan diri
Di rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2-3x
seminggu dan memotong rambut apabila dirasa panjang.
Di RS : Klien tidak ada mandi karena nyeri yang dirasakannya,
klien biasanya hanya diseka oleh keluarganya.
6. Rekreasi
Di rumah : Klien terkadang nonton TV dan jalan-jalan bersama
keluarganya.
Di RS : Klien hanya bebaring di tempat tidur.
V. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Persepsi klien tentang penyakitnya adalah klien yakin bahwa akan sembuh,
klien berusaha sabar untuk proses kesembuhannya, kemampuan beradaptasi
klien baik, klien tampak kooperatif.
B. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik terlihat dari anggota keluarga klien
yang mendampingi klien selama klien dirawat.
C. Spiritual
Klien beragama islam, selama di RS klien tidak dapat melaksanakan ibadah
shalat karena kondisi klien yang lemah. Klien hanya berdoa untuk
kesembuhannya.
2. Head to toe
a. Kepala dan rambut
Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi ataupun
perdarahan, rambut tumbuh merata, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambut mulai beruban sebagian.
b. Mata (penglihatan)
Bentuk simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
penglihatan baik, tidak ada gangguan penglihatan, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan (kacamata).
c. Hidung (penciuman)
Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada perdarahan/peradangan,
fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyak kayu putih dan
alkohol).
d. Telinga (pendengaran)
Bentuk simetris, tidak ada sekret yang keluar dari telinga, fungsi
pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
e. Mulut dan gigi
Bentuk dan posisi simetris, tidak ada perdarahan/peradangan, gigi cukup
bersih, klien tidak menggunakan gigi palsu.
f. Leher
Leher simetris, dpt digerakkan dengan bebas, tdk ada pembesaran
kelenjar getah bening ataupun tiroid,tdk ada penekanan pd vena jugularis.
g. Thorax (fungsi pernapasan)
Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan baik, R: 18 x/menit, tidak
menggunakan O2
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan
seperti wheezing/ronchi
h. Abdomen
Inspeksi : Terlihat adanya luka jahitan post op vesikolitotomi + biopsi
buli-buli dengan panjang ± 10 cm yang ditutup kasa
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada luka post op
Auskultasi : Bising usus normal 8 x/menit
17
i. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, kebersihan baik dan terpasang kateter.
j. Ekstermitas (Atas dan Bawah)
Bentuk simetris, pergerakan baik, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan.
k. Integumen
Kulit tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, kulit teraba
hangat T: 36,4oC, turgor kulit baik kembali dalam 2 detik setelah di cubit.
VIII. PENGOBATAN
12 Juli 2018
P/O Ceftriaxone 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Asam tranexamat 3 x 1 tab
Gahabion 2 x 1 tab
13 Juli 2018
P/O Ceftriaxone 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Asam tranexamat 3 x 1 tab
Gahabion 2 x 1 tab
18
X. DAFTAR MASALAH
Tgl Tgl
No Hari/Tgl Diagnosa keperawatan Paraf
muncul teratasi
1 Selasa, Nyeri (akut) berhubungan dengan luka post op, 12-7-
17-7-18 ditandai dengan : 2018
DS : - Klien mengatakan nyeri pada daerah
luka post op
- P: Nyeri disebabkan oleh luka post op
(vesikolitotomi), faktor yang
memperberat apabila klien melakukan
pergerakan, usaha untuk mengurangi
dengan istirahat yang cukup
- Q: Nyeri yang dirasakan seperti teriris-
iris
- R: Lokasi pada abdomen bagian bawah
(regional 8), nyeri tidak menyebar
- S: Nyeri yang dirasakan dengan skala 2
(sedang)
- Nyeri timbul jika klien melakukan
pergerakan, nyeri kadang-kadang terjadi
sekitar 5-10 menit
DO :- KU lemah
- Klien tampak meringis
- Tampak luka post op dengan panjang ±
10 cm yang ditutup kasa
- TTV :
TD : 130/90 mmHg
R : 18 x/menit
N : 80 x/menit T : 36,4oC
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri
DO :- KU lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarganya
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
- Skala aktivitas 2 (dibantu org lain), ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Tidak dapat beraktivitas
3 Resiko infeksi berhubungan dengan luka post
op, ditandai dengan :
DS : -
DO :- Tampak adanya luka post op dengan
panjang ± 10 cm yang ditutup kasa
- Luka masih tampak basah
- Tidak ada pus pada luka
- Lab (leukosit: 10.200/UL)
- T: 36,4oC
20
16.00
25