Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk
menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih
diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya pada dasarnya adalah
menyaring/membersihkan darah.Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal
sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada
kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang
saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan
uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal
dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-
hari.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Batu Ginjal.
b. Tujuan Khusus

1
Diharapkan perawat dapat menambah khasanah pengetahuan dalam
penanganan pasien batu ginjal sesuai konsep asuhan keperawatan yang benar
dan mengetahui :
1. Pengertian batu ginjal
2. Etiologi batu ginjal
3. Patofisiologi batu ginjal
4. Manifestasi klinis batu ginjal
5. Mekanisme inflamasi batu ginjal
6. Pemeriksaan diagnostik batu ginjal
7. Penatalaksanaan dan terapi batu ginjal
8. Komplikasi batu ginjal
9. Proses keperawatan batu ginjal

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian batu ginjal ?
2. Apa etiologi batu ginjal?
3. Bagaimana patofisiologi batu ginjal?
4. Bagaimana manifestasi klinis batu ginjal?
5. Bagaimana mekanisme inflamsi batu ginjal?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik batu ginjal?
7. Bagaimana penatalaksanaan dan terapi batu ginjal?
8. Apa saja komplikasi batu ginjal?
9. Bagaimana proses keperawatan batu ginjal?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Batu ginjal merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari
kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan
magnesium fosfat (batu tripel fosfat ini terjadi akibat infeksi) (30%), asam urat
(5%), dan sistin (1%) (Grace & Borley, 2006).
Batu ginjal adalah pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik,
misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu (kalkuli) terdiri
atas garam kalsium, (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali
disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black,
Joyce, 1997). Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal dan
mengandung komponen kristal serta matrik organic (Sudoyo, 2001).
Batu ginjal (renal kalkuli) adalah pembentukan batu di traktus urinarius
ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan
asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu, seperti sifat yang sangat normal mencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencangkup PH
urin dan status cairan pasien (baru cenderung terjadi pada pasien dehidrasi)
(Smeltzer, 2001).

B. Etiologi
Batu ginjal bisa timbul dikarenakan infeksi ginjal, atau banyak
mengkonsumsi kalsium tetapi kurang minum. Terlalu tinggi asam uratnya bisa
pula memicu terbentuknya batu ginjal, karena menimbulkan endapan dalam
ginjal yang makin lama makin membatu. Ditambah lagi penderita yang kurang
berolah raga, dan tidak tertutup kemungkinan ada beberapa anggota keluarga
yang sekaligus menderita batu ginjal, yang dikarenakan pola makan dan
kebiasaan hidup keluarga tersebut sehari-harinya.

3
Adapun faktor penyebab penyakit batu ginjal, yaitu :
1. Faktor predisposisi :
- Kelainan metabolic
- Infeksi traktus urinarius
- Stasis traktus urinarius
- Benda asing pada traktus urinarius
2. Faktor metabolik :
Batu Kalsium
a. Hiperkalsuria (pada diet normal >300 mg/24 jam pada laki-laki atau
>250 mg/24 jam pada wanita) :
- Hiperkalsuria idiopatik
- Hiperparatiroidisme
- Kelebihan vitamin D
- Sarkoidosis
- Milk alkali syndrome
- Asidosis tubulus renalis
- Imobilisasi
- Sindrom Cushing
b. Urin alkali
c. Oksularia
Batu Urat:
- Gout primer atau sekunder
- Obat-obat urikosurik
Batu Sistin:
- Sistinuria
- Sindrom Fanconi dengan sistinosi
Batu Xantin
- Xantinuria

4
C. Patofisilogi
Zat pembentukan batu dapat mengendap di urine jika ambang
kelarytannya terlampaui. Pada rentang yang di sebut rentang metastabil,
pembentukan kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya berjalan
dengan sangat lambat, meskipun larutan sangat jenuh. Namun, jika
konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadilah
kristalisasi. Pelarutan kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan
menurunkan konsentrasi di bawah rentang metastabil. Hiperkalsuiria dan
fosfaturia terjadi akibat peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari
tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitoriol. Hiperkalsemia
dapat di sebabkan oleh kelainan metabolik pada pemecahan asam amino atau
melalui peningkatan absorpsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai
yang berlebihan, sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan
purin. Gangguang reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari
peningkatan eksresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap
pada sintinuria. Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat
dehidrasi, kondisi setres, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi
zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urine. Batu ginjal
terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infudibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga di sebut batu staghorn. Kelainan atau
obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan
stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal.

5
PATHWAY

Kelainan metabolik, Pelepasan Konsenterasi Faktor mobilitas


Kelarutan dan
Pemecahan purin ↑ ADH ↑ rutin
pH urine

Peningkatan absorpsi Paratiroid Pemekatan urine ↑


Lamanya kristal
Di usus dan Hormon ↑ Perubahan pH
Terbentuk di dalam urine
mobilisasi dari Kalsitrol ↑
tulang
Larutan Proses
metastabil kritalisasi Stagnasi uriine
Hiperkalesemia
hiperuresemia
Pengendapan batu Infeksi saluran
kemih
Peningkatan filtrasi
Dan eksresi zat
Penghasil batu Pembentukan batu ginjal

Konsentersai zat
Pembentuk batu ↑

Respon infeksi
Respon obstruksi Respon adema:
-infeksi akibat
-peningkatan tekanan
iritasi batu Hidrostatik dan distensi
-nyeri
-hematuria,piuria Piala ginjal, serta ureter
-nyeri kolik
-sering miksi
-hematuria,piuria
-sering miksi
-respon sistemik akibat nyeri kolik Nyeri akut
Nyeri akut
(mual, muntah, anoreksia) Perubahan pola miksi
Perubahan pola
Pemenuhan nutrisi kurang
miksi Pemeriksaan diagnostik dari kebutuhan
Perubahan nutrisi Pronosis pembedahan
kurang dari Respon pisikologis
kebutuhan
Kurang Pengetahuan
informasi
Kecemasan

6
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri : pola tergantung ada lokasi sumbatan
2. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
pelvis serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri hilang
setelah batu keluar.
- Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti
saat turun ke ureter (kolik uretra)
- Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits.
3. Sumbatan : batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan mengigil
4. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak
mual di perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran
saraf (ganglion celiac) antara ureter dan intestin.

E. Mekanisme Inflamasi
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada,
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional
(neufron) ginjal; sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan
ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang
dalam dan terus menerus di area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat
dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada pria mendekati
testis. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral, dan muncul mual dan muntah, maka pasienb sedang mengalami
episode kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renointestinal dan proksimitas
anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar. Batu yang terjebak di
ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun

7
hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasif batu. Kelompok gejala ini disebut kolik uretreral. Umumnya, pasien
akan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan.
Batu dengan diameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat diangkat atau dikeluarkan secara spontan. Batu
yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi
berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai
sepsis yang mengancam kehidupan pasien.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal (sistin,
asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH
urine asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.

8
9. Hb,Ht: abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (
mendorong presipitas pemadatan) atau anemia (pendarahan,disfungsi
ginjal).
10. Hormon paratiroid: mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik (
distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
14. Scan CT : mengidentifikasi / menggambarkan kalkuli dan massa lain,
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

G. Penatalaksanaan dan Terapi


Penatalaksanaan:
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi.
- Pengurangan Nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau
meperiden diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang
luar biasa.
- Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

9
Terapi:
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal. Masukan cairan
yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan
bahan utama pembentukan batu (misal : kalsium) efektif untuk mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran yang telah ada. Setiap
pasien batu renal harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari untuk
mempertahankan urin encer, kecuali dikontraindikasikan.

H. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
dan pengangkatan batu ginjal (Kowalak. 2002)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Kaji riwayat batu ginjal dan fokuskan pada riwayat adanya batu ginjal
pada keluarga, khususnya dehidrasi, imobilitas yang lama, infeksi saluran
kemih, diet, dan riwayat pengobatan.
2. Kaji lokasi nyeri dan radiasi. Tingkat nyeri dikaji dengan menggunakan
skala 1-10. Amati adanya gejala yang berhubungan, misalnya mual,
muntah, diare, atau distensi abdomen.
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih, seperti mengigil,
demam, disuria, dan sering berkemih. Periksa urine untuk mengetahui
adanya hematuri.
4. Observasi tanda vital dan gejala sumbatan seperti sering berkemih dalam
jumlah sedikit, oliguria, dan anuria.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi
ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.

11
C. Rencana Keperawatan
Dx. 1 : Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma
jaringan, edema dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Catat lokasi, lamanya/intensitas Membantu evaluasi tempat obstruksi
nyeri (skala 1-10) dan dan kemajuan gerakan batu. Nyeri
penyebarannya. Perhatiakan tanda panggul sering menyebar ke punggung,
non verbal seperti: peningkatan lipat paha, genitalia sehubungan dengan
TD dan DN, gelisah, meringis, proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
merintih, menggelepar. darah yang menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas.

2. Jelaskan penyebab nyeri dan Melaporkan nyeri secara dini


pentingnya melaporkan kepada memberikan kesempatan pemberian
staf perawatan setiap perubahan analgesi pada waktu yang tepat dan
karakteristik nyeri yang terjadi. membantu meningkatkan kemampuan
koping klien dalam menurunkan
ansietas.

3. Lakukan tindakan yang Meningkatkan relaksasi dan


mendukung kenyamanan (seperti menurunkan ketegangan otot.
masase ringan/kompres hangat
pada punggung, lingkungan yang
tenang)

4. Bantu/dorong pernapasan dalam, Mengalihkan perhatian dan membantu


bimbingan imajinasi dan aktivitas relaksasi otot.
terapeutik.

5. Batu/dorong peningkatan aktivitas Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat

12
(ambulasi aktif) sesuai indikasi meningkatkan lewatnya batu, mencegah
disertai asupan cairan sedikitnya stasis urine dan mencegah pembentukan
3-4 liter perhari dalam batas batu selanjutnya.
toleransi jantung.

6. Perhatikan Obstruksi lengkap ureter dapat


peningkatan/menetapnya keluhan menyebabkan perforasi dan
nyeri abdomen. ekstravasasiurine ke dalam area
perrenal, hal ini merupakan kedaruratan
bedah akut.

7. Kolaborasi pemberian obat sesuai Analgetik (gol. narkotik) biasanya


program terapi: diberikan selama episode akut untuk
- Analgetik menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
- Antispasmodik Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
- Kortikosteroid Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu
gerakan batu.

8. Pertahankan patensi kateter urine Mencegah stasis/retensi urine,


bila diperlukan. menurunkan risiko peningkatan tekanan
ginjal dan infeksi.

13
Dx. 2 : Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine, catat adanya ginjal dan adanya komplikasi.
keluaran batu. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi
pilihan terapi

2. Tentukan pola berkemih normal Batu saluran kemih dapat menyebabkan


klien dan perhatikan variasi yang peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
terjadi. menimbulkan sensasi kebutuhan
berkemih segera. Biasanya frekuensi
dan urgensi meningkat bila batu
mendekati pertemuan uretrovesikal.

3. Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan hidrasi dapat membilas


bakteri, darah, debris dan membantu
lewatnya batu.
4. Observasi perubahan status mental,
perilaku atau tingkat kesadaran. Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat
5. Pantau hasil pemeriksaan menjadi toksik pada SSP.
laboratorium (elektrolit, BUN,
kreatinin) Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit menjukkan disfungsi ginjal

6. Berikan obat sesuai indikasi:


- Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim) Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
untuk menurunkan pembentukan batu

14
asam.

- Hidroklorotiazid (Esidrix, Mencegah stasis urine ddan


Hidroiuril), Klortalidon menurunkan pembentukan batu
(Higroton) kalsium.

- Amonium klorida, kalium atau Menurunkan pembentukan batu fosfat


natrium fosfat (Sal-Hepatika)

- Agen antigout mis: Alupurinol Menurnkan produksi asam urat.


(Ziloprim)

- Antibiotika Mungkin diperlukan bila ada ISK

- Natrium bikarbonat Mengganti kehilangan yang tidak dapat


teratasi selama pembuangan bikarbonat
dan atau alkalinisasi urine, dapat
mencegah pemebntukan batu.

- Asam askorbat Mengasamkan urine untuk mencegah


berulangnay pembentukan batu alkalin.

7. Pertahankan patensi kateter tak Mungkin diperlukan untuk membantu


menetap (uereteral, uretral atau kelancaran aliran urine.
nefrostomi).

8. Irigasi dengan larutan asam atau Mengubah pH urien dapat membantu


alkali sesuai indikasi. pelarutan batu dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.

9. Siapkan klien dan bantu Berbagai prosedur endo-urologi dapat


prosedur endoskopi. dilakukan untuk mengeluarkan batu.

15
Dx. 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan
hankan asupan hidrasi 3-4 kesemapatan stasis ginjal dan
liter/hari. pembentukan batu.

2. Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan
indikasi. dengan tipe batu yang ditemukan.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah kalsium/fosfat

3. Diskusikan program obat-obatan, Obat-obatan yang diberikan bertujuan


hindari obat yang dijual bebas. untuk mengoreksi asiditas atau
alkalinitas urine tergantung penyebab
dasar pembentukan batu.

4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang Pengenalan dini tanda/gejala


memerlukan evaluasi medik (nyeri berulangnya pembentukan batu
berulang, hematuria, oliguria) diperlukan untuk memperoleh intervensi
yang cepat sebelum timbul komplikasi
serius.

5. Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat diri


terhadap luka insisi dan kateter dan kemandirian.
bila ada.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu ginjal merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari
kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan
magnesium fosfat (batu tripel fosfat ini terjadi akibat infeksi) (30%), asam urat
(5%), dan sistin (1%) (Grace & Borley 2006).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang asuahan keperawatan klien batu ginjal. Selain itu diharapkan juga
untuk memberikan saran atas kekurangan maupun kelebihan dari makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC
Batticaca, Fransisca B. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
J. L. Burton. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam Untuk Pemula. Ciputat : Binapura
Aksara Publisher
Neil R. Borley & Pierce A. Grace. 2006. At a Giance Ilmu Bedah. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Suddarth & Brunner. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :
EGC

18

Anda mungkin juga menyukai