Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI

(VESIKOLITIASIS) DI RUANG BAITU SALAM 1


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

DISUSUN OLEH :
LAELATUL FITRIA MAHARDIAN
48901700039

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020/2021
A. Definisi

Batu Buli atau Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika
urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu
kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama,
SPFK, 2008 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 20010)

Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan


gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah
genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup
penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan.
Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam
kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2007)

B. Etiologi
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah

 Faktor Endogen, Faktor genetik, family, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan


hiperoksalouria.

 Faktor Eksogen, Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan


mineral dalam air minum.

 Faktor lainnya, Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan,
makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing
atau buli-buli.

 Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria


idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan
protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau
kelebihan kalsium.
 Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya
sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap),
minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.

C. Tanda dan Gejala

 Rasa nyeri saat buang air kecil.


 Darah dalam urine.
 Urine terlihat lebih pekat dan gelap.
 Kesulitan buang air kecil.
 Merasa ingin selalu buang air.
 Buang air kecil tidak lancar atau tersendat-sendat
 Perut bagian bawah terasa nyeri.
 Penis terasa tidak nyaman atau sakit.

D. Patofisiologi

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan
bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang
disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin.
Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009)

E. Manifestasi Klinik

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius
yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah,
gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan
timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal
(nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang
terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosiskronis), biasanya
tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang
punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal (2006)
adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual, Muntah disertai Nyeri abdomen

F. Komplikasi

Menurut Soeparman (1960) adapun komplikasi dari batu kandung kemih (Batu
Buli) ini adalah :

a. Hidronefrosis

Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan
aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal
dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai
mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis

e. Obstruksi pada kandung kamih

f. Perforasi pada kandung kemih

g. Hematuria atau kencing darah


h. Nyeri pingang kronis

i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu

G. Penatalaksanaan

a. Tujuan:

1. Menghilangkan obstruksi

2. Mengobati infeksi.

3. Mencegah terjadinya gagal ginjal.

4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

b. Operasi dilakukan jika:

1. Sudah terjadi stasis/bendungan.

2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi

1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.

2. Allopurinol untuk batu asam urat.

3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

d. Diet

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.

1.Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan
untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium
seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.

2.Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.

3.Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.

4.Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara
teratur.
H. Pemeriksaan penunjang

a. Urine

1. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.

2. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

3. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam


proses pembentukan batu saluran kemih.

4. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.

b. Darah

1.Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

2.Lekosit terjadi karena infeksi.

3.Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

4.Kalsium, fosfat dan asam urat.

c. Radiologis

1.Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.
2.Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai.
d. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal
I. Pathways

Gangguan metabolisme Dehidrasi Konsumsi berlebihan protein stasis urin kelebih

Hiperkalemia menghasilkan asam amino an vit D


dan asam urat Timbul Endapan

Peningkatan konsentrasi urin

Proses kristalisasi

Terbentuknya batu saluran kemih

Trauma dinding VU

Retensi Nyeri
Obstruksi aliran kemih
urin

Akumulasi bakteri pd saluran kemih

Infeksi kronik, ganggua saluran urin

Pembedahan vesikolithotomi

Ketika terjadi insisi proses pembedahan

Akan terjadi kerusakan jaringan Resiko perdarahan

R.infeksi Syok
hipovolemik
J. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

1. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.

2. Riwayat infeksi saluran kemih.

3. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.

4. Keturunan.

5. Alkoholik, merokok.

6. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).

b. Pola nutrisi metabolik

1. Mual, muntah.

2. Demam.

3. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.

4. Kebiasaan mengkonsumsi air minum.

5. Distensi abdominal, penurunan bising usus.

6. Alkoholik

c. Pola eliminasi

1. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.

2. Hematuri.

3. Rasa terbakar, dorongan berkemih.

4. Riwayat obstruksi.

5. Penurunan hantaran urin, kandung kemih.

d. Pola aktivitas dan latihan

1. Pekerjaan (banyak duduk).

2. Keterbatasan aktivitas.

3. Gaya hidup (olah raga).


e. Pola tidur dan istirahat

1. Demam, menggigil.

2. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.

f. Pola persepsi kognitif

Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

K. Diagnosa keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih

2.Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.

3.Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

4.Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan


pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi
L. Rencana tindakan

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan Hasil yang a. Kaji a. Membantu


dengan adanya iritasi diharapkan: karakteristik mengevaluasi
pada saluran kemih nyeri ( lokasi, perkembangan
- Pasien bebas dari
lama, intensitas dari obstruksi.
rasa nyeri
dan radiasi) b. nyeri hebat
- Pasien tampak
b. Observasi ditandai dengan
rileks, bisa tidur
tanda-tanda peningkatan
dan istirahat.
vital, tensi, nadi, tekanan darah dan
cemas nadi.
c. Jelaskan c. mengurangi
penyebab rasa kecemasan
nyeri pasien.
d. Ciptakan d. meningkatkan
lingkungan yang relaksasi,
nyaman menurunkan
e. Bantu untuk tegangan otot.
mengalihkan e. meningkatkan
rasa nyeri: relaksasi dan
teknik napas mengurangi nyeri.

dalam.
f. Beri kompres f. mengurangi
hangat pada ketegangan otot.
punggung g. analgetik
g. Kolaborasi menghilangkan
dengan dokter rasa nyeri.
untuk
pemberian
analgetik
2. Perubahan pola Hasil yang a. Monitor intake a. Menginformasika
diharapkan: dan output. n fungsi ginjal.
elminasi: urine
b. Anjurkan untuk b. mempermudah
berhubungan dengan - Pola eliminasi
meningkatkan pengeluaran batu,
inflamasi, obstruksi urine dan output
cairan per oral 3 mencegah
karena batu. dalam batas
– 4 liter per hari. terjadinya
normal.
pengendapan.
- Tidak c. Kaji
c. adanya darah
menunjukkan karakteristik
merupakan
tanda-tanda urine
indikasi
obstruksi (tidak d. Kaji pola Bak
meningkatnya
ada rasa sakit normal pasien,
obstruksi/iritasi
saat berkemih, catat kelainnya.
ureter.
pengeluaran urin
d. batu dapat
lancar).
menyebabkan
rangsangan
mervus yang
menyebabkan
sensasi untuk
buang air kecil
3. Risikotinggikekurangn Hasil yang a. Monitor intake a. Membandingkan
volume cairan diharapkan: dan output secara aktual dan
berhubungan dengan b. Berikan intake mengantisipasi
- Keseimbangan
mual dan muntah. cairan 3 – 4 liter output yang dapat
cairan adekuat
per hari. dijadikan tanda
- Turgor kulit baik
c. Monitor tanda- adanya renal
tanda stasis
vital, b. menjaga
turgor keseimbangan
kulit cairan untuk
, membran homeostasis.
mukosa. c. dapat
d. Berikan cairan menunjukkan
intra vena tanda-tanda
sesuai intruksi dehidrasi.
dokter. d. menjaga
e. Kalau perlu keseimbangan
berikan obat anti cairan bila intake
enemik. per oral kurang.
e. mengurangi mual

dan muntah.
4. Ketidakefektifan Hasil yang a. Kaji a. Mengetahui
management regiment diharapkan: tingkat
pengetahuan
terapeutik tentang pengetahuan
- Pasien pasien/tanyakan
perawatan post pasien dan
mengungkapkan proses sakit dan
memimih cara
operasi dan proses penyakit, harapan pasien.
untuk komunikasi
faktor-faktor b. Jelaskan
pencegahan
yang tepat.
penyebab. pentingnya
berhubungan dengan
b. dapat mengurangi
- Pasien dapat peningkatan
kurangnya
stasis urine dan
berpartisipasi cairan per oral 3
pengetahuan/informasi
mencagah
dalam – 4 liter per hari.
terjadinya batu.
perawatan. c. Jelaskan dan
c. kurang aktivitas
anjurkan pasien
mempengaruhi
untuk
terjadinya batu.
melakukan
d. mendeteksi secara
aktivitas secara
dini, komplikasi
teratur.
yang
d. Identifikasi seriusdan
berulangnya
tanda-tanda
penyakit.
nyeri, hematuri,
e. membantu pasien
oliguri.
merasakan,
e. Jelaskan prosedur
mengontrol
pengobatan dan
melalui apa yang
perubahan gaya
terjadi dengan
hidup.
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan).PTEGC, Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York

Chicago. Doenges,et al, (2009). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT


EGC. Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (2006).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,
Singapore Sydney Toronto.

Soeparman, 2005). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (2010). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku
kedua.EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai