DISUSUN OLEH :
LAELATUL FITRIA MAHARDIAN
48901700039
Batu Buli atau Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika
urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu
kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama,
SPFK, 2008 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 20010)
B. Etiologi
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah
Faktor lainnya, Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan,
makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing
atau buli-buli.
Hiperkalsiuria
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya
sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap),
minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
D. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan
bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang
disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin.
Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009)
E. Manifestasi Klinik
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius
yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah,
gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan
timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal
(nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang
terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosiskronis), biasanya
tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang
punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal (2006)
adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual, Muntah disertai Nyeri abdomen
F. Komplikasi
Menurut Soeparman (1960) adapun komplikasi dari batu kandung kemih (Batu
Buli) ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan
aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal
dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai
mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
G. Penatalaksanaan
a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi
d. Diet
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan
untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium
seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2.Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3.Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
4.Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara
teratur.
H. Pemeriksaan penunjang
a. Urine
1. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
2. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
4. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
b. Darah
c. Radiologis
1.Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.
2.Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai.
d. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal
I. Pathways
Proses kristalisasi
Trauma dinding VU
Retensi Nyeri
Obstruksi aliran kemih
urin
Pembedahan vesikolithotomi
R.infeksi Syok
hipovolemik
J. Pengkajian
4. Keturunan.
5. Alkoholik, merokok.
6. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).
1. Mual, muntah.
2. Demam.
6. Alkoholik
c. Pola eliminasi
2. Hematuri.
4. Riwayat obstruksi.
2. Keterbatasan aktivitas.
1. Demam, menggigil.
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
K. Diagnosa keperawatan
3.Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
dalam.
f. Beri kompres f. mengurangi
hangat pada ketegangan otot.
punggung g. analgetik
g. Kolaborasi menghilangkan
dengan dokter rasa nyeri.
untuk
pemberian
analgetik
2. Perubahan pola Hasil yang a. Monitor intake a. Menginformasika
diharapkan: dan output. n fungsi ginjal.
elminasi: urine
b. Anjurkan untuk b. mempermudah
berhubungan dengan - Pola eliminasi
meningkatkan pengeluaran batu,
inflamasi, obstruksi urine dan output
cairan per oral 3 mencegah
karena batu. dalam batas
– 4 liter per hari. terjadinya
normal.
pengendapan.
- Tidak c. Kaji
c. adanya darah
menunjukkan karakteristik
merupakan
tanda-tanda urine
indikasi
obstruksi (tidak d. Kaji pola Bak
meningkatnya
ada rasa sakit normal pasien,
obstruksi/iritasi
saat berkemih, catat kelainnya.
ureter.
pengeluaran urin
d. batu dapat
lancar).
menyebabkan
rangsangan
mervus yang
menyebabkan
sensasi untuk
buang air kecil
3. Risikotinggikekurangn Hasil yang a. Monitor intake a. Membandingkan
volume cairan diharapkan: dan output secara aktual dan
berhubungan dengan b. Berikan intake mengantisipasi
- Keseimbangan
mual dan muntah. cairan 3 – 4 liter output yang dapat
cairan adekuat
per hari. dijadikan tanda
- Turgor kulit baik
c. Monitor tanda- adanya renal
tanda stasis
vital, b. menjaga
turgor keseimbangan
kulit cairan untuk
, membran homeostasis.
mukosa. c. dapat
d. Berikan cairan menunjukkan
intra vena tanda-tanda
sesuai intruksi dehidrasi.
dokter. d. menjaga
e. Kalau perlu keseimbangan
berikan obat anti cairan bila intake
enemik. per oral kurang.
e. mengurangi mual
dan muntah.
4. Ketidakefektifan Hasil yang a. Kaji a. Mengetahui
management regiment diharapkan: tingkat
pengetahuan
terapeutik tentang pengetahuan
- Pasien pasien/tanyakan
perawatan post pasien dan
mengungkapkan proses sakit dan
memimih cara
operasi dan proses penyakit, harapan pasien.
untuk komunikasi
faktor-faktor b. Jelaskan
pencegahan
yang tepat.
penyebab. pentingnya
berhubungan dengan
b. dapat mengurangi
- Pasien dapat peningkatan
kurangnya
stasis urine dan
berpartisipasi cairan per oral 3
pengetahuan/informasi
mencagah
dalam – 4 liter per hari.
terjadinya batu.
perawatan. c. Jelaskan dan
c. kurang aktivitas
anjurkan pasien
mempengaruhi
untuk
terjadinya batu.
melakukan
d. mendeteksi secara
aktivitas secara
dini, komplikasi
teratur.
yang
d. Identifikasi seriusdan
berulangnya
tanda-tanda
penyakit.
nyeri, hematuri,
e. membantu pasien
oliguri.
merasakan,
e. Jelaskan prosedur
mengontrol
pengobatan dan
melalui apa yang
perubahan gaya
terjadi dengan
hidup.
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
San Fransisco Lisbon London, (2006).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,
Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, 2005). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (2010). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku
kedua.EGC. Jakarta.