Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru- paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah
satunya adalah Asma Bronkial. Asma merupakan penyumbatan atau peradangan
saluran napas yang berlangsung secara kronis yang ditandai dengan mengi
(wheezing), rasa sesak di dada dan batuk disertai dengan dahak yang kental, terurama
pada malam hari dan dini hari. (Laksana et al., 2015)
Di Indonesia prevalensi asma tertinggi terdapat di Yogyakarta mencapai (4,5%)
dan prevalansi asma terendah berada di Sumatera Utara (1,0%). Adapun penyakit
asma di Jawa Tengah menempati urutan ke 28 di Indonesia dengan prevalansi (1,8%).
Prevalensi asma tertinggi terjadi pada usia 75 tahun keatas, mencapai (5,1%),
tertinggi kedua terjadi pada rentan usia 65-74 tahun mencapai (4,5%), dan tertinggi
ketiga pada rentan usia 55-64 tahun mencapai (3,4%), prevalensi asma terendah
terjadi pada usia kurang dari 1 tahun mencapai (0,4%). Sedangkan prevalensi
penderita asma pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Prevalensi
penderita asma pada perempuan sebanyak (2,5%), sedangkan pada laki-laki sebanyak
(2,3%) (Riskesdas, 2018)
Banyaknya kasus yang terjadi membuat penanganan untuk kasus asma sangat
dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat masih mengangap asma adalah
penyakit yang mudah diobati. Jika tidak tangani dengan baik penyakit asma akan
mengganggu aktivitas penderita dan bila dibiarkan akan menimbulkan komplikasi
ataupun kematian. (Setiawati, 2017)
Beberapa pasien asma ditemukan adanya dahak di jalan napas inilah yang
menyebabkan respon batuk pada pasien. Dampak lain dari penumpukan dahak adalah
kesulitan bernafas dan terjadi gangguan pertukaran gas di dalam paru-paru yang
mengakibatkan timbulnya kelelahan, merasa lemah, apatis dan sianosis (Wanda,
2019). Diruang perawatan jarang dilakukan tindakan batuk efektif pada pasien asma
yang mempunyai dahak berlebih. Biasanya hanya di lakukan pemberian nebulizer
untuk mengeluarkan dahak tersebut. Sedangkan dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, tindakan batuk efektif menunjukkan hasil yang efektif dan tidak
menimbulkan efek samping. Batuk efektif dapat menghemat tenaga pasien sehingga
tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal (Oleh and Rivaldi, 2018).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara menyuluruh pada pasien
dengan asma menggunakan intervensi batuk efektif di Ruang Baitul Izzah 1 RSI
Sultan Agung Semarang
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan asma.
b. Mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma
c. Membuktikan perbedaan teori dengan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan
C. Manfaat penelitian
Karya tulis ilmiah ini yang disusun oleh penulis diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi penulis
Mahasiswa dapat memahami mengenai konsep penyakit asma, serta mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada penderita penyakit asma
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
penyakit asma sehingga dapat meningkatkan keperawatan
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
meningkatkan mutu dalam penerapan asuhan keperawatan
4. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat, terutama
yang salah satu anggota keluargannya memiliki penyakit asma, sehingga jika
terdapat tanda dan gejala asma, sehingga jika terdapat tanda gangguan asma bias
mengambil tindakan yang tepat

Anda mungkin juga menyukai