“VESIKOLITIASIS”
Disusun guna memenuhi tugas individu stase Keperawatan Dasar Profesi di Ruang
Disusun Oleh:
A. DEFINISI
Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria
atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.
( Smeltzer and Bare, 2010).
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan
daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien
mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi
yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau
magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya.
(Brunner and Suddarth, 2008)
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium
oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK,
2010 ).
B. ETIOLOGI
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih
2. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
3. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
4. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang
menginervasi bladder)
5. Benda asing , misalnya kateter
6. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika urinaria
7. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun
radang.
Menurut Smeltzer (2010) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis
urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih (Vesikolitiasis)
adalah :
a. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi
natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan
kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
b. Hipositraturia
c. Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
d. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
e. Penurunan jumlah air kemih
f. Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
g. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan
jus anggur.
h. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
i. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
j. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
k. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1) 75 % kalsium.
2) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3) 6 % batu asam urat.
4) 1-2 % sistin (cystine)
C. MANIFESTASI KLINIS
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan
sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula
kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer,
2010:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan
timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal
(nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal
yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis),
biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk
dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
D. PATHOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose,
3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan
kristal-kristal sehingga menjadi batu.
Nekrosis jaringan
ginjal
Vesikolithiasis
Pembentukan batu
saluran kemih Obstruksi
Nyeri Anemia
Sekresi protein terganggu
Akumulasi
urin di blas
Hb
Produksi Asam
Hipoksia jaringan
Defisit Cairan Kebutuhan Nutrisi <
Pucat
GG.Perfusi
jaringan
Penatalaksanaan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tujuan:
Menghilangkan obstruksi
Mengobati infeksi.
Mencegah terjadinya gagal ginjal.
Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2) Operasi dilakukan jika:
Sudah terjadi stasis/bendungan.
Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
3) Therapi
Analgesik untuk mengatasi nyeri.
Allopurinol untuk batu asam urat.
Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4) Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung
kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi,
coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang
mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan
daging.
Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang.
Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga
secara teratur.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada vesikolithiasis yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien (umur,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan)
2) Identitas penanggung
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Adanya rasa nyeri : lokasi,karakter,durasi dan hubungannya
denagn urinasi serta factor-factor yang memicu rasa nyeri dan
yang meringankannya
c. Riwayat infeksi traktus urinarius
1) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk
menangani infeksi traktus urinarius
2) Adanya gejala panas atau menggigil
3) Sistoskopi sebelumnya,riwayat penggunaan kateter urine dan
hasil-hasil pemeriksaan diagnostic renal atau urinarius
d. Gejala kelainan urinasi
1) Disuria (sakit dan sulit saat berkemih) kapan keluhan ini
terjadi pada saat urinasi ( awal atau akhir urinasi )
2) (keterlambatan yang abnormal atau kesulitan untuk memulai
urinasi)
3) Mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi dapat
menunjukan adanya kompresi uretra,neurogenik kandung
kemih atau obstruksi saluran keluar
4) Inkontinensia (pengeluaran urine diluar kehendak) : dapat
terjadi akibat cidera pada sfingter urinarius eksterna
e. Riwayat salah satu berikut :
1) Hematuri : perubahan warna atau volume urin dapat
menunjukan adanya kanker traktus urogenital,iritasi pada
uretra,ataupun adanya trauma
2) Nokturia : menunjukan penurunan kemampuan ginjal untuk
memekatkan urine
3) Penyakit pada usia anak-anak (nefrotik syndrome)
4) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal
(DM,hipertensi,trauma abdomen,cidera medulla spinalis)
f. Pemeriksaan fisik
1) TTV
2) Inspeksi : adanya distensi kandung kemih
3) Palpasi : adanya nyeri tekan pada kandung kemih
4) Perkusi : pada daerah supra pubis apakah terdengar suara
dullness
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
b. Nyeri yang berhubungan dengan distensi kandung kemih (retensio urine)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi:
1. Monitor intake dan output
R/ membandingkan secara aktual dan mengantisipasi output yang
dapat dijadikan tanda adanya renal stasis
2. Berikan intake cairan 3 – 4 liter per hari.
R/ menjaga keseimbangan cairan untuk homeostasis
3. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
R/ untuk memenuhi nutrisi
4. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Tujuan: Pasien bebas dari rasa nyeri, Pasien tampak rileks, bisa tidur
dan istirahat.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas
R/ nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.
2. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi)
R/ membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
3. Beri kompres hangat pada punggung
R/ mengurangi ketegangan otot.
4. Jelaskan penyebab rasa nyeri
R/ mengurangi kecemasan pasien
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik menghilangkan rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth aja. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI . Penerbit buku kedokteranEGC:
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne.C dan Brenda G. bare. 2002. Keperawatan medical bedah .Penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta
Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Alsagaff, Hood, 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya.
Pearce, Evelyn, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Pooter, Patricia, A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.