Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

DI RUANG POLI BEDAH UROLOGI

RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Di Susun Oleh :

Nama : JHONATAN HILKIA ABDI SAPUTRA

NIM : PO.62.20.1.19.411

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN REGULER V

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA TAHUN 2021


KONSEP DASAR

A. Pengertian
Batu ginjal atau nefrolithiasis adalah pembentukan materi keras menyerupai batu yang
berasal dari mineral dan garam di dalam ginjal. Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang
saluran urine, dari ginjal, ureter (saluran kemih membawa urine dari ginjal menuju
kandung kemih), kandung kemih serta uretra (saluran kemih yang membawa urine ke luar
tubuh). Batu ginjal terbentuk dari limbah dalam darah yang berbentuk kristal dan
menumpuk di ginjal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (Nefrolithiasis) yang sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan ditemukanya batu pada kandung kemih. Batu
saluran kemih dapat ditemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
statis urine seperti pada batu uretra yang terbentuk di dalam vertikel uretra. (Hasanah,
Uswatun 2016)

B. Etiologi

Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya


batu pada ginjal, yaitu :
1. Faktor dari dalam (intrinsik), usia (lebih banyak pada usia 30-50 tahun, dan jenis

kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah

air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin,

oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam),

kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :

a. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan

menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.

b. Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran

kencing.

c. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat

sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

C. Patofisiologi

Batu ginjal merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat
dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan
akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi
saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu.
Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium
yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Long. 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori ;

1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal
kemudian timbul menjadi batu.

2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.

3. Teori kurang inhibitor


Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida
dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan
zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu
merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya
ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
D. Pathway

Faktor Instrinsik : Faktor Idiopatik : Faktor Ektrinsik :


- Herediter - Gangguan Metabolik - Geografis
- Umur - Dehidrasi - Iklim dan temperature
- Jenis Kelamin - Obstruksi - Asupan air
- Diet
- Pekerjaan

Defesiensi kadar magnesium,sitrat prifosfor,


Mukoprotein dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsistensi larutan urine

Penumpukan kristal

Pengendapan

Batu Saluran Kemih

Sumbatan saluran kemih Farmakologi

Spasme batu saat turun Batu merusak Kencing tidak tuntas Ketidakpatuhan
dari ureter dinding setempat Regimen
Terapeutik
Hematuria Perubahan pola
Nyeri Kurang
Hb turun eliminasi urin Pengetahuan

Intoleransi Aktivitas
E. Manifestasi Klinis 
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri
adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan.
Terutama timbul pada costoverteral.
2. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang
disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
3. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik
yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4. Kencing panas dan nyeri
5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

F. Pemeriksaan Penunjang 
1. Urin
 PH lebih dari 7,6
 Sediment sel darah merah lebih dari 90%
 Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
3. Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
4. USG abdomen

G. Penatalaksanaan
Menurut penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat

dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi

simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum

yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10

mg/hr.

2. Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk

membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah

ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan

batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).

Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat

ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu
tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain.. Jenis pembedahan yang

dilakukan antara lain:

1)     Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal

2)     Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal

3)     Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter

4)     Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih

H. Komplikasi 
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in
menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang menyebar
ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh oasien itu sendiri
adalah terjadi penurunan produksi miksi
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi
salurankemih. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan penggunaan berulang, riwayat
tes diagnostik dengan kontras radiografik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau
tanpa keluhan lainnya.

2. Pengkajian fisik

a. Pemeriksaan fisik head to toe


1) Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna rambut hitam
2) Mata
Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak ada lesi.
4) Hidung
Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5) Mulut
Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang timbul stomatitis.
6) Leher
Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
7) Dada
Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Perkusi : suara resonan.
Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus
Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah
9) Ekstremitas atas
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik.
10) Ekstremitas bawah
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif.
11) Genetalia
Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena baru

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hematuria


d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpampang atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

Rencana asuhan keperawatan

no Diagnosa keperawatan Kriteria hasil/tujuan intervensi Rasional


1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu mengevaluasi
peningkatan kontraksi keperawatan selama 3 x 24 intensitas dan penyebaran tempat obstruksi dan
uriteral, trauma jaringan, jam diharapkan nyeri 2. Jelaskan penyebab nyeri kemajuan gerakan kalkulus
hilang, keseimbangan
pembentukan edema, dan pentingnya 2. Pemberian analgesic sessuai
cairan dipertahankan
ischemia seluler dengan kriteria hasil : melaporkan ke perawat waktu
terkait perubahan 3. Meningkatkan relaksasi,
1. Klien bebas dari rasa karakteristik nyeri menurunkan tegangan otot
nyeri 3. Berikan tindakan nyaman 4. Diberikan selama akut
2. klien tampak rileks
4. Berikan obat sesuai untuk menurunkan kolik
3. klien bisa tidur dan
istirahat. indikasi : :contoh uretral dan meningkatkan
meperidin (demerol) dan relaksasi otot/mental
morfin. 5. Menghilangkan tegangan
otot dan dapat menurunkan
5. Berikan kompres hangat reflex spasme
2 Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi output dan input 1. Memberikan informasi
b.d stimulasi kandung keperawatan selama 3 x 24 karakteristik urin. tentang fungsi ginjal dan
kemih oleh batu, iritasi jam maka pasien mampu 2. Tentukan pola berkemih adanya komplikasi (infeksi
berkemih dengan normal, normal pasien dan
ginjal atau ureteral, dan pendarahan)
kriteria hasil : perhatikan variasi
obstruksi mekanin, 3. Dorong peningkatan 2. Kalkulus dapat
inflamasi. 1. Pola eliminasi urine dan pemasukan cairan menyebabkan eksitabilitas
output dalam batas 4. Awasi pemeriksaan LAB saraf, yang menyebabkan
normal, (elektrolit, BUN, sensasi kebutuhan sensasi
2. Tidak menunjukkan kretainin) segera
adanya tanda-tanda 5. Ambil urin untuk culture
onstruksi (tidak ada rasa 3. Peningkatan hidrasi
dan sensifitas
sakit saat berkemih) membilas bakteri
3. Pengeluaran urin lancar. 4. Peninggian BUN, kretinin
dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi
ginjal
5. Menentukan adanya ISK,
yang menjadi penyebab
komplikasi
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan 1. Membandingkan keluaran
tindakan keperawatan pengeluaran aktual dan yang
berhubungan dengan 2. Catat insiden muntah,
selama 1 x 24n jam diantisipasi membantu
penurunan suplay diharapkan pasien dapat diare. Perhatikan
karakeristik diare dan evaluasi adanya kerusakan
mempertahankan
oksigen. muntah 2. Mual muntah dan diare
keseimbangan cairan 3. Tindakan pemasukan secara umum berhubungan
adekuat dengan cairan 3-4 L/hari dalam
toleransi jantung dengan kolok ginjal
Kriteria hasil:
4. Jika perlu, berikan obat 3. Mempertahankan
1. Membrane mukosa anti enemik keseimbangan cairan
lembab untuk homeostatis juga
2. Turgor kulit baik tindakan “mencuci” yang
3. Berat badan normal
dapat membilas batu
keluar
4. Indikator hidrasi atau
volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
4 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang proses 1. Memberikan pengetahuan
tindakan keperawatan
b.d kondisi, prognosis penyakit dan harapan dasar dimana pasien dapat
diharapkan pasien
dan kebutuhan menunjukan masa datang. membuat pilihan
bertambahnya
pengobatan 2. Tekankan pentingnya berdasarkan informasi
pengetahuan mengenai
berhubungan dengan penyakit dengan kriteria peningkatan pemasukan yang diberikan.
kurangnya informasi. hasil : cairan, misal 3-4 liter 2. Pembilasan sistem ginjal
1. pasien mampu atau 6-8 liter hari menurunkan kesempatan
mengungkapkan ( dorong klien untuk statis ginjal dan
pemahaman tentang untuk melaporkan mulut pembentukan batu.
proses penyakit. kering, dieresis Peningkatan kehilangan
2. Pasien mampu berlebihan / berkeringat cairan/ dehidrasi
menghubungkan dan untuk meningkatkan memerlukan pemasukan
gejala dan faktor pemasukan cairan baik tambahan dalam
penyebab. bila haus atau tidak. kebutuhan sehari-hari.
3. Pasien mampu 3. Kaji ulang program diit, 3. Diet tergantung pada tipe
melakukan perubahan sesuai individual. batu. Pemahaman alasan
perilaku dan 4. Diit rendah purin pembatasan memberikan
berpartisipasi dalam (misal menbatasi daging kesempatan pada pasien
program pengobatan. berlemak, kalkun, membuat pilihan
tumbuhan polong, informasi, meningkatkan
gandum, alkohol) kerja sama dalam program
5. Diit rendah kalsium dan dapat mencegah
(misal membatasi kekambuhan 
susu,keju, sayuran 4. Menurunkan pemasukan
berdaun hijau, yogurt) oral terhadap pukusor
6. Diet rendah oksalat asam urat
contoh pembatasan 5. Menurunkan risiko
coklat minuman pembentukan batu
mengandung kafein, bit, kalsium. 
bayam. 6. Menurunkan pembentukan
7. Diet rendah kalsium / batu kalsium oksalat
fosfat 7. Mencegah kalkulus fosfat
8. Mendengar dengan aktif dengan membentuk
tentang program presipitat yang tak larut
terapi/perubahan pola dalam gastrointestinal,
hidup. mengurangi beban nefron
9. Identifikasi tanda/gejala ginjal. Juga efektif
yang menentukan melawan bentuk kalkulus
evaluasi medik. Contoh, kalsium lain.
nyeri berulang, 8. Membantu pasien bekerja
hematuria, oliguria melalui perasaan dan
10. Tunjukan perawatan meningkatkan rasa kontrol
yang tepat terhadap
terhadap apa yang terjadi.
11. insisi/ kateter bila ada.
9. Dengan peningkatan
kemungkinan berulangnya
batu, intervensi segera
dapat mencegah
komplikasi serius.
10. Meningkatkan
kemampuan perawatan
diri dan kemandirian.
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah Uswatun.2016. Mengenal Penyakit Batu GInjal. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol
15(28) PIISN : 1693-1137, EIISN : 2527-9041

Angraini,dkk.2019. Aktivitas Peluruh BAtu ginjal (antinefrolithiasis) daunbelimbing wuluh


melali parameter penurunan rasio bobot ginjal. Media Farmasi Indonesia Vol 14(2).

Russari Intan.2016. system Pakar Diagnosa Penyakit Batu Ginjal Menggunakan Teorema
Bayes. Jurnal Riset Komputer ( JUNKOM), Vol 3 (1) ISSN: 2407-389X.

Alfianti,dkk.2019. Faktor Risiko Pola Minum dengan Penyakit Batu Ginjal di RSUD Dr.
Mohammad Zyn Kabupaten Sampang Madura.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai