Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN BATU SALURAN KEMIH DI RUANG

MAWAR RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal

Oleh:
Ropikchotus Salamah, S.Kep
NIM 132311101002

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LAPORAN PENDAHULUAN BATU SALURAN KEMIH DI RUANG
MAWAR RSD dr. SOEBANDI JEMBER

A. Konsep Dasar Batu Saluran Kemih


1. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau
kandung kemih yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam
urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan obstruksi, infeksi atau oedema pada
saluran perkemihan, kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas;
kalsium. Faktor resiko batu ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi saluran
perkemihan, hiperparatiroidismempenyakit infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit
D berlebih, immobilitas lama dan dehidrasi.
Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu
uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini bisa terdiri
dari batu kalsium, batu struvit, batu asam urat dan batu jenis lainnya yang
didalamnya terkandung batu sistin, batu xanthin, dan batu silikat. Penyebab tersering
terjadinya batu saluran kemih ini adalah adalah sumbatan pada saluran kemih baik itu
terjadi secara herediter maupun karena factor dari luar. (Purnomo, 2011 ed.3).
Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih. Batu atau kalkuli
dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi
dari substansi ekskresi didalam urin. (Nursalam, 2006).

2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran
kemih. Selain infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna, penyakit batu
saluran kemih juga merupakan tiga penyakit terbanyak pada system urologi sehingga
perlu untuk dipahami terkait penjelaskan maupun factor resiko terjadinya batu
saluran kemih agar penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. (Purnomo, 2011).
3. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum diketahui (idiopatik). Secara epidemologi terdapat
beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
seseorang dan faktor intrinsik yaitu pengaruh dari lingkungan sekitarnya. (Purnomo,
2011). Faktor –faktor yang mempengaruhi pembentukan batu adalah sebagai
berikut:
a. Faktor intrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin laki-laki> perempuan,
gangguan metabolik: hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, hiperuresemia
b. Faktor ekstrinsik
a)Geografik, iklim dan temperatur, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu.
b) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
c) Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
d) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
e) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
f) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
g) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas
BSk berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita BSK (buli-buli dan Urethra). Namun sebagian besar
batu saluran kemih adalah idiopatik, yang bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.

4. Teori terbentuknya batu


a. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .
Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Supersaturasi merupakan penyebab terpenting dalam proses terjadinya batu
saluran kemih. Hal ini dikarenakan terdapatnya bahan tertentu di dalam urin
untuk melarutkannya. Bahan-bahan tersebut adalah garam-garam dari oksalat,
asam urat, sistein dan xantin. Garam tersebut apabila dalam konsentrasi yang
tinggi disertai dengan pengurangan volume urin akan mengakibatkan
terjadinya kristalisasi.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine.
Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam
urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat,
sitrat magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya
BSK.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obsrtuksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Iritasi batu yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
(pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan
disuria.
1. Batu di piala ginjal
a. Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.
b. Dapat dijumpai hematuria dan piuria.
c. Kolik renal : Nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral, nyeri pinggang, biasanya disertai mual dan muntah
2. Batu di ureter
a. Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
3. Batu di kandung kemih
a. Nyeri kencing/disuria hingga stranguri
b. Perasaan tidak enak sewaktu kencing
c. Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh
d. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang, sampai kaki.
4. Batu di uretra
a. Miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urin
b. Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada. Batu yang
berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum
c. Batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa
benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis atau kadang-kadang
tampak di meatus uretra eksterna

6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum
dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul, dapat menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu
atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
7. Penatalaksanaan;
a.
Menghilangkan obstruksi
b.
Mengobati infeksi
c.
Menghilangkan rasa nyeri.
d.
Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi
8. Komplikasi:
a. Infeksi
b. Obstruksi
c. Hidronephrosis.
Pathway
Faktor instrinsik: herediter, Batu saluran kemih
Operasi vesikoditalis
umur, jenis kelamin,
gangguan metabolik
Distensi kandung Batu besar dan kasar Terputusnya kontinitas
kemih jaringan
Faktor ekstrinsik: geografik,
iklim, suhu, pekerjaan, Menekan Iritasi/cidera
makanan, stasis dan obstruksi syaraf jaringan Risiko kerusakan
urin Tekanan isi volume perifer integritas jaringan
urin meningkat
Nekrosis jaringan Hematuria Kurangnya
Infeksi ginjal sumber informasi
Stimulus nerves Disuria
pelvis Risiko infeksi tentang diet
Reaksi antigen
antibodi Memecah ureum Gangguan Retensi urine
Alkali Kurang
Nyeri akut
eliminasi urin pengetahuan
Membentuk
GFR menurun Ph urin berubah
amonium

Gagal ginjal Tekanan Volume Kelebihan


kronik Retensi Na kapiler naik intertitial naik Edema volume cairan
h) Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kemih
1) Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang
kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.
2) Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan
;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit)
merah atau pucat.
3) Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus)
Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK.
Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau
perubahan pola berkemih.
4) Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup
minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal
konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang
khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri
tekan pada area ginjal pada palpasi .
6) Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7) Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin D.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
b. Retensi urine berhubungan dengan pengosongan kandung kemih, disuria
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi
uroteral,trauma jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
e. Risiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
f. Risiko infeksi berhubungan dengan berkemih darah (hematuria)
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal sumber
informasi tentang kebutuhan diet.
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Dx
1. Gangguan eliminasi urine Definisi : disfungsi eliminasi urine
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil berat
1 2 3 4 5
0503 050331 Frekuensi berkemih 
Eliminasi Retensi urin
050332 
urin
050333 Nokturia 
050312 Inkontinensia urin 
No. NIC Intervensi Rasional
0610 Perawatan 1. Monitor eliminasi urin, meiputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna urin Membantu klien
inkontinen 2. Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur memulihkan
sia urin 3. Berikan obat-obatan diuretik sesuai jadwal minimal inkontinensianya
4. Instruksikan pasien untuk minum minimal 1500cc air perhari
5. Batasi makanan yang mengiritasi kandung kemih
1030 Perawatan 1. Stimulasi refleks kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan air dingin, Membantu klien
retensi urin memberikan sentuhan pada paha bagian dalam atau air yang mengalir menghilangkan distensi
2. Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih kandung kemih
3. Berikan maneuver crede (tekanan intra abdomen yang keras dan tiba-tiba)
4. Gunakan teknik double-voiding
5. Pasang kateter urin
No.D
Diagnosa Keperawatan
x
2. Retensi Urine Definisi : Pengosongan kandung kemih tidak komplit
Banyak
Sangat Cukup Sedikit Tidak
tergangg
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil terganggu terganggu terganggu terganggu
u
1 2 3 4 5
0503 050301 Pola eliminasi 
Elimininasi Mengosongkan kadung
050313 
urine kemih sepenuhnya
Mengenali keinginan untuk
050314 
berkemih
No. NIC Intervensi Rasional
0580 Kateterisasi 1. Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi Membantu pengeluaran
urine 2. Pertahankan teknik aseptik yang tepat urine melalui alat
3. Pasang alat dengan tepat kateter/selang kencing
4. Monitor intake dan output
5. Lakukan atau ajarkan pasien untuk membersihkan selang kateter diwaktu yang
tepat
6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang tepat
4130 Monitor 1. Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta kebiasaan eliminasi Mengetahui balance
cairan 2. Monitor nilai kadar serum elektrolit urine cairan melaui
3. Tentukan faktor-faktor resiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan perhitungan intake dan
cairan output
4. Berikan cairan denga tepat
5. Berikan agen farmakologis untuk meningkatkan pengeluaran urine
3. Nyeri akut Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual ataupun potensial
atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Internasional
Assosiation fot the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau diprediksi.

Tidak Kadang- Secara


Jarang Sering
pernah kadang konsisten
menunju menunjukka
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil menunjuk menunjuk menunjuk
kkan n
kan kan kan
1 2 3 4 5
1605 160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan faktor
Kontrol 160501
penyebab
Nyeri Menggunakan tindakan
160504 pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik yang
160505
di rekomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap
160513 gejala nyeri pada profesional
kesehatan
160511 Mengenali apa yang terkait 
dengan gejala nyeri
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
berat
1 2 3 4 5
2102 Tingkat 210201 Nyeri yang dilaporkan
nyeri 210204 Panjangnya periode nyeri
Menggosok area yang terkena
210221
dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat berlebih
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajem 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, Membantu pasien untuk
en nyeri onsert/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya dan faktor pencetus. mengenal nyeri dan
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mengurangi nyerinya
merek yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif dalam bentuk
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtauan yang ketat nonfamakologis maupun
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri farmakologis.
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya:
tidur, nafsu makan, performa kerja, perasaaan, pengertian, hubungan, tanggung jawab
peran)
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi akan ketidaknyamanan akibat prosedur.
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan teknik non farmakologis (seperti: biofeeback, TENS, hypnosis,
relaksasi,bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktifitas,
akupresur, aplikasi panas/dingin dan pijatan)
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajem 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan Memanipulasi
en yang optimal. lingkungan pasien untuk
lingkunga 2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat mendapatkan
n: 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung kenyamanan yang
kenyaman 4. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi optimal
an selang, balutan yang tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang
menggangggu.
5. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan

No.Dx
Kelebihan volume cairan Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
4 NOC No. indikator Kriteria Hasil terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu

1 2 3 4 5
0601 Keseimbanga 060101 Tekanan darah 
n cairan Denyut nadi
060122 
radial
Berat badan
060109 
stabil
060116 Turgor kulit 
Kelembaban
060117 membran 
mukosa
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
060112 Edema perifer 
Bola mata
060113 cekung dan 
lembek
No. NIC Intervensi Rasional
4120 Manajemen 1. Monitor tanda-tanda vital pasien Menjaga keseimbangan
cairan 2. Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan cairan dengan baik dan
tekanan darah ortostatik mencegah komplikasi
3. Monitori indikasi kelebihan cairan (misalnya edema, ascites, distensi vena jugularis,
crackles, elevasi CVP)
4. Monitor berat badan pasien sebelum dan seteleah dialisis
5. Kaji luas dan lokasi edema
6. Monitor cairan atau makanan yang dikonsumsi harian
7. Berikan cairan dengan tepat
8. Berikan terapi IV sesuai yang ditentukan
9. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.

Kusuma, Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Auhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: Media Action
Publishing.

Nursalam .2006. Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika


Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis.
Informa: UK.

Purnomo, Basuki.2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto


Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai