Oleh:
Ropikchotus Salamah, S.Kep
NIM 132311101002
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran
kemih. Selain infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna, penyakit batu
saluran kemih juga merupakan tiga penyakit terbanyak pada system urologi sehingga
perlu untuk dipahami terkait penjelaskan maupun factor resiko terjadinya batu
saluran kemih agar penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. (Purnomo, 2011).
3. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum diketahui (idiopatik). Secara epidemologi terdapat
beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
seseorang dan faktor intrinsik yaitu pengaruh dari lingkungan sekitarnya. (Purnomo,
2011). Faktor –faktor yang mempengaruhi pembentukan batu adalah sebagai
berikut:
a. Faktor intrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin laki-laki> perempuan,
gangguan metabolik: hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, hiperuresemia
b. Faktor ekstrinsik
a)Geografik, iklim dan temperatur, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu.
b) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
c) Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
d) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
e) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
f) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
g) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas
BSk berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita BSK (buli-buli dan Urethra). Namun sebagian besar
batu saluran kemih adalah idiopatik, yang bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obsrtuksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Iritasi batu yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
(pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan
disuria.
1. Batu di piala ginjal
a. Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.
b. Dapat dijumpai hematuria dan piuria.
c. Kolik renal : Nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral, nyeri pinggang, biasanya disertai mual dan muntah
2. Batu di ureter
a. Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
3. Batu di kandung kemih
a. Nyeri kencing/disuria hingga stranguri
b. Perasaan tidak enak sewaktu kencing
c. Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh
d. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang, sampai kaki.
4. Batu di uretra
a. Miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urin
b. Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada. Batu yang
berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum
c. Batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa
benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis atau kadang-kadang
tampak di meatus uretra eksterna
6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum
dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul, dapat menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu
atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
7. Penatalaksanaan;
a.
Menghilangkan obstruksi
b.
Mengobati infeksi
c.
Menghilangkan rasa nyeri.
d.
Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi
8. Komplikasi:
a. Infeksi
b. Obstruksi
c. Hidronephrosis.
Pathway
Faktor instrinsik: herediter, Batu saluran kemih
Operasi vesikoditalis
umur, jenis kelamin,
gangguan metabolik
Distensi kandung Batu besar dan kasar Terputusnya kontinitas
kemih jaringan
Faktor ekstrinsik: geografik,
iklim, suhu, pekerjaan, Menekan Iritasi/cidera
makanan, stasis dan obstruksi syaraf jaringan Risiko kerusakan
urin Tekanan isi volume perifer integritas jaringan
urin meningkat
Nekrosis jaringan Hematuria Kurangnya
Infeksi ginjal sumber informasi
Stimulus nerves Disuria
pelvis Risiko infeksi tentang diet
Reaksi antigen
antibodi Memecah ureum Gangguan Retensi urine
Alkali Kurang
Nyeri akut
eliminasi urin pengetahuan
Membentuk
GFR menurun Ph urin berubah
amonium
No.Dx
Kelebihan volume cairan Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
4 NOC No. indikator Kriteria Hasil terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
1 2 3 4 5
0601 Keseimbanga 060101 Tekanan darah
n cairan Denyut nadi
060122
radial
Berat badan
060109
stabil
060116 Turgor kulit
Kelembaban
060117 membran
mukosa
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
060112 Edema perifer
Bola mata
060113 cekung dan
lembek
No. NIC Intervensi Rasional
4120 Manajemen 1. Monitor tanda-tanda vital pasien Menjaga keseimbangan
cairan 2. Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan cairan dengan baik dan
tekanan darah ortostatik mencegah komplikasi
3. Monitori indikasi kelebihan cairan (misalnya edema, ascites, distensi vena jugularis,
crackles, elevasi CVP)
4. Monitor berat badan pasien sebelum dan seteleah dialisis
5. Kaji luas dan lokasi edema
6. Monitor cairan atau makanan yang dikonsumsi harian
7. Berikan cairan dengan tepat
8. Berikan terapi IV sesuai yang ditentukan
9. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.