Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK RENAL

Disusun Oleh :

Aneng Syafitri

317172

Profesi Ners STIKEP PPNI Jawa Barat

2017-2018
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batuyang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batuginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih).Proses pembentukan batuini
disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, ataukandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat,asam urat dan magnesium.(Brunner &
Suddath,2002). Batu saluran kemih atauUrolithiasis adalah adanya batu
di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa
batu salurankemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang
meliputi ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra

B. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih .
Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang
akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah
pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih
tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir
tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
5. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya
kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran
kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran
kemih ( buli-buli dan Urethra ).
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal
serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan
disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa
batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak
unit fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1
cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
Teori terbentuknya batu
1. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik
sebagai inti .Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi
dalam urine .Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-
garam fosfat..
4. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
D. Pathway
E. Komplikasi
1. Obstruksi
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan.
5. Pada laki-laki dapat terjadi impoten.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara
umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium
oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu atau efek obstruksi.
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan:
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang
kembali).
2. Operasi dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis/bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.

3. Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
a. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri,
kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium
fosfat mengurangi makanan yang mengandung
tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur,
susu dan daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari
buah, susu, kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta
olah raga secara teratur.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Fokus
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
b) Riwayat infeksi saluran kemih.
c) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
d) Keturunan.
e) Alkoholik, merokok.
f) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps,
penggunaan kontrasepsi).

2. Pola nutrisi metabolik


a) Mual, muntah.
b) Demam.
c) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
d) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
e) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
f) Alkoholik
3. Pola eliminasi
a) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
b) Hematuri.
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d) Riwayat obstruksi.
e) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a) Pekerjaan (banyak duduk).
b) Keterbatasan aktivitas.
c) Gaya hidup (olah raga).
5. Pola tidur dan istirahat
a) Demam, menggigil.
b) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
6. Pola persepsi kognitif
a) Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
b) Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
c) Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
7. Pola reproduksi dan seksual
a) Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan
adanya nyeri pada saluran kemih.
8. Pola persepsi dan konsep diri
a) Perubahan gaya hidup karena penyakit.
b) Cemas terhadap penyakit yang diderita.
9. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
a) Adakah pasien tampak cemas
b) Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.
B. DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih

2. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi

karena batu.

3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual

dan muntah

4. Resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual muntah

C. Fokus Intervensi
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Tupan : setelah 1. Kaji 1. membantu
berhubungan dilakukan karakteristik mengevaluasi
dengan iritasi tindakan nyeri ( lokasi, perkembanga n
pada saluran keperawatan lama, intensitas dari obstruksi.
kemih selama 3x24 dan radiasi) 2. nyeri hebat
jam masalah 2. Observasi ditandai
teratasi tanda-tanda dengan
Tupen : setelah vital, tensi, peningkatan
dilakukan nadi, cemas tekanan
tindakan darah dan
keperawatan nadi.
selama 1x24 3. mengurangi
jam masalah 3. Jelaskan
teratasi dengan penyebab rasa kecemasan
kriteria hasil : nyeri pasien.
1.Pasien bebas 4. Ciptakan 4. meningkatka
dari rasa nyeri lingkungan n relaksasi,
2.Pasien tampak yang nyaman menurunkan
rileks, bisa tegangan otot.
tidur dan 5. Bantu untuk 5. meningkatka
istirahat. mengalihkan n relaksasi
rasa nyeri: dan
teknik napas mengurangi
dalam. nyeri.
6. Beri kompres 6. mengurangi
hangat pada ketegangan
punggung otot.
7. Kolaborasi 7. analgetik
dengan dokter menghilangk
untuk an rasa nyeri.
pemberian
analgetik
2 Perubahan Tupan : setelah 1. Monitor intake 1. menginforma
pola eliminasi: dilakukan dan output. sikan fungsi
urine tindakan ginjal.
berhubungan keperawatan 2. Anjurkan untuk 2. mempermuda
dengan selama 3x24 meningkatkan h pengeluaran
obstruksi jam masalah cairan per oral 3 batu,
karena batu. teratasi – 4 liter per mencegah
Tupen : setelah hari. terjadinya
dilakukan pengendapan
tindakan 3. adanya darah
keperawatan 3. Kaji merupakan
selama 1x24 karakteristik indikasi
jam masalah urine meningkatny a
teratasi dengan obstruksi/irita
kriteria hasil : si ureter.
1. Pola 4. batu dapat
eliminasi urine menyebabka n
dan output 4. Kaji pola Bak rangsangan
dalam batas normal pasien, mervus yang
normal. catat kelainnya. menyebabka n
2. Tidak sensasi untuk
menunjukkan buang air kecil
tanda-tanda
obstruksi (tidak
ada rasa sakit
saat berkemih,
pengeluaran
urin lancar).
3 Risiko tinggi Tupan : setelah 1. Monitor intake 1. membanding
kekurangan dilakukan dan output. kan secara
volume cairan tindakan aktual dan
berhubungan keperawatan mengantisipa
dengan mual selama 3x24 si output yang
dan muntah jam masalah dapat
teratasi dijadikan
Tupen : setelah tanda adanya
dilakukan renal stasis.
tindakan 2. Berikan intake 2. menjaga
keperawatan cairan 3 – 4 keseimbanga n
selama 1x24 liter per hari. cairan untuk
jam masalah homeostasis.
teratasi dengan 3. dapat
kriteria hasil : 3. Monitor tanda- menunjukkan
1. tanda vital, tanda-tanda
Keseimbangan turgor kulit, dehidrasi.
cairan adekuat membran
2. Turgor kulit mukosa. 4. menjaga
baik 4. Berikan cairan keseimbanga n
intra vena cairan bila
sesuai intruksi intake per oral
dokter. kurang.
5. mengurangi
5. Kalau perlu mual dan
berikan obat muntah.
anti enemik.
4 Resiko tinggi Tupan : setelah 1. Kaji status 1. Pengkajian
ketidak dilakukan nutrisi pasien penting
seimbangan tindakan dilakukan
nutrisi kurang keperawatan untuk
dari kebutuhan selama 3x24 mengetahui
berhubungan jam masalah status nutrisi
dengan mual teratasi pasien
muntah Tupen : setelah sehingga
dilakukan dapat
tindakan menentukan
keperawatan intervensi
selama 1x24 yang
jam masalah diberikan.
teratasi dengan 2. Jaga 2. Mulut yang
kriteria hasil : kebersihan bersih dapat
1.Adanya mulut, anjurkan meningkatka
peningkatan untuk selalu n nafsu
berat badan melalukan oral makan
sesuai dengan hygiene.

tujuan
2. Berat badan
3. Untuk
ideal sesuai 3. Delegatif
membantu
dengan tinggi pemberian
memenuhi
badan nutrisi yang
kebutuhan
3. Mampu sesuai dengan
nutrisi yang
mengidentifikas i kebutuhan pasien
dibutuhkan
kebutuhan : diet pasien
pasien.
nutrisi diabetes
4. Tidak ada mellitus.
tanda tanda
4. Informasi
malnutrisi 4. Berikan
yang
5. Tidak terjadi informasi yang
diberikan
penurunan berat tepat terhadap
dapat
badan yang pasien tentang
memotivasi
berarti kebutuhan
pasien untuk
nutrisi yang
meningkatka
tepat dan sesuai.
n intake
nutrisi.

5. Anjurkan pasien
5. Zat besi
untuk
dapat
mengkonsumsi
membantu
makanan tinggi
tubuh
zat besi seperti
sebagai zat
sayuran hijau
penambah
darah
sehingga
mencegah
terjadinya
anemia atau
kekurangan
darah
III. Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,


volume 2, EGC.Jakartta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New


York Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan
New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan


Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made
Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai