Colic Renal
Di Ruang Yudha
Rumah Sakit 03.06.01 Ciremai Kota Cirebon
NIM : CKR0180239
2020
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
II. Etiologi
III. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis
urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah casiran urin.
Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang
alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah
cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam
saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar.
Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin;
sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih
yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal
ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian.
IV. Pathway
V. Manifestasi Klinis
VI. Penatalaksanaan
a. Tujuan:
1) Menghilangkan obstruksi
2) Mengobati infeksi
3) Mencegah terjadinya gagal ginjal
4) Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali)
b. Operasi dilakukan jika :
1) Sudah terjadi statis/bendungan
2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi
c. Therapi
1) Analgesik untuk mengatasi nyeri
2) Allopurinol untuk batu asam urat
3) Antibiotik untuk mengatasi infeksi
d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti
ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur,
susu dan daging.
3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 – 4 liter/hari serta
olahraga secara teratur.
VII. Komplikasi
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian
mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.
Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis
yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan
urine sehingga terjadi ketidak seimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik
intersium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi
yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan
kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan
infeksi bakteri meningkat. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang (Corwin,2009. Hal 716).
d. Diagnosa Banding
a. Apendisitis
b. Divertikulitis
c. Pyelonefritis
d. Salpingitis
e. Ruptur aneurisma aorta
B. Pengkajian
I. Wawancara
Diagnosa Tujuan/kriteria
No. Intervensi Rasional Evaluasi
keperawatan hasil
1. Nyeri akut 1. Pasien bebas 1. Kaji 1. Membantu
dari rasa nyeri
berhubungan karakteristik mengevaluasi
2. Pasien tampak
dengan iritasi rileks, bisa nyeri (lokasi, perkembangan
tidur dan
pada saluran lama, intensitas dari obstruksi.
istirahat.
kemih dan radiasi) 2. Nyeri hebat
2. Observasi ditandai
tanda-tanda dengan
vital, tensi, peningkatan
nadi, cemas tekanan darah
dan nadi.
melakukan untuk
hari si aktivitas
normal dilakukan
3. Monitor respon
fisik,emosi,spirit
ual,sosial
DAFTAR PUSTAKA
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San
Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta