Anda di halaman 1dari 19

dLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT BATU SALURAN KEMIH

(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Sadaukur Br. Barus S.Kep., M.Kep

Disusun oleh
Dinar Darmila (E.0105.18.012)

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2019/2020
Laporan pendahuluan
1. PENGERTIAN
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung
kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan
magnesium.(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan
bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi
ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.

2. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
a) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
C) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain,
Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
D) Keturunan
E) Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam
urine meningkat
F) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
G) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden
batu saluran kemih
H) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).

3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan penekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan dysuria) dapat terjadi dari
iritasi yang terus-menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal; sedangkan yang lain menyebabkan
nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di
area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis. Bila nyeri tekan diseluruh area kostovertebral, dan muncul mual
muntah, maka pasien sedang mengalami episode kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renointestinal dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar ke paha dna genetalia. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun
hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Kelompok gejala ini disebut kolik ureteral. Umumnya, pasienakan mengeluarkan batu
dengan diameter 0,5 sampai 1cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari 1 cm
biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat diangkat atau dikeluarkan secara
spontan.
Batu yang terjebak pada saluran kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan
dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.

4. Patofisiologi
Kebanyakan kalkuli vesikalis terbentuk de novo dalam kandungan kemih, tetapi beberapa
awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian menuju kedalam kandung
kemih, dimana dengan adanya pengendapan tambahan kan menyebabkan tumbuhnya batu
Kristal. Pada pria yang lebih tua, batu kandung kemih terdiri atas asam urat. Batu jenis ini
merupakan batu yang paling mungkin terbentuk di kandung kemih. Batu yang terdiri atas
kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk di ginjal.
Jenis umum dari sebagian besar batu vesikalis pada orang dewasa terdiri atas asam urat
(>50%). Pada kondisi yang lebih jarang, batu kandung kemih terdiri atas kalsium oklasat,
kalsium fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium ammonium fosfat (bila dikaitkan
dengan infeksi). Menariknya, pasien dengan batu asam urat jarang pernah memili riawayat
gout atau hyperuricemia.
Batu pada anak terutama terdiri atas asam urat amonium, kalsium oksalat, atau campuran
tercemar asam urat dan oksalat kalsium amonium dengan fosfat kalsium. Pemberian air tajin
(air mendidih atau pada saat menanak beras) sebagai pengganti ASI memiliki rendah fosfor,
akhirnya menyebabkan ekskresi ammonia tinggi. Anak-anak juga biasanya memiliki asupan
tinggi sayuran kaya oksalat (meningkatkan kristaluria oksalat) dan protein hewani (sistrat
diet rendah).
Dengan terbentuknya batu didalam kandung kemih, masalah akan tergantung pada
besarnya batu dalam menyumbat muara uretra. Berbagai manifesatasi akan muncul sesuai
dengan derajat penyumbatan tersebut.
Ketika batu menghambat dari saluran urine, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi secara akut dan disetrai nyeri tekan suprapubik,
serta muncul mual muntah, maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare,
demam, dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
terjadi akibat reflex dan proksmitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas, dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut, dan
kolik yang menyebar ke kepala, abdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin BAK,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasnya mengandung darah akibat aksi abrasi
batu, gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya, klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm
biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dn
saluran urin membaik dan lancer.
Adanya batu pada kandung kemih memberikan manifestasi pada berbagai masalah
keperawatan.

Batu Kandung Kemih

Respons Obstruksi Prosedur bedah Respons sistemik


akibat nyeri kolik
(mual, muntah)

Nyeri kolik hematuria


Cystolitholapaxy transurethral Ketidakseimbangan
sering miksi
Cystolitholapaxy suprapubik nutrisi kurang dari
perkutan kebutuhan
Cystotomy suprapubik terbuka

Nyeri akut perubahan Pemenuhan informasi


pola miksi kecemasan
Luka pasca bedah

Risiko tinggi infeksi


5. Komplikasi
Batu saluran kemih dapat mengobstruksi aliran urin di berbagai titik saluran kemih,
dapat menyebabkan komplikasi seperti hidronefsosis dan statis urine yang selanjutnya
menyebablkan infeksi.
1. Obstruksi
Batu dapat menyumbat saluran kemih di berbagai titik dari kaliks ginjal hingga uretra
distal, yang menghambat aliran keluar urine. Jika obstruksi terjadi secara lambat,
mungkin terdapat sedikit gejala atau tidak ada gejala, sedangkan obstruksi mendadak
(Misalnya, sumbatan ureter dengan keluarnya batu) dapat menyebabkan manifestasi
berat. Obstruksi saluran kemih pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Tingkat
obstruksi, letaknya, dan durasi gangguan aliran urine menentukan efek pada fungsi ginjal.
2. Hidronephrosis
Ginjal terus memproduksi urine yang menyebabkan peningkatan tekanan dan distensi
saluran kemih di belakang obstruksi. Hidronefrosis (distensi pelvis dan kaliks ginjal) dan
hidroureter (distensi ureter) kemungkinan terjadi. Jika tekanan tidak diredakan, tubulus
pengumpul, tubulus proksimal,dan glomerulus ginjal rusak, yang menyebabkan
kehilangan fungsi ginjal secara bertahap.
Hidronefrosis akut biasanya menyebabkan nyeri klik di bagian yang terserang. Nyeri
dapat menyebar ke lipat paha. Hidronefsis kronik terjadi secara perlahan dan mempunyai
beberapa manifestasi selain nyeri pada punggung atau panggul yang hebat dan tumpul.
Bila hidronefrosis membesar, massa dapat teraba di bagian panggul saat dipalpasi.
Hematuria dan tanda ISK seperti piuria, demam, dan ketidaknyamanan dapat muncul.
Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan nyeri abdomen dapat menyertai
hidronefrosis (lihatn kotak manifestasi berikut).
3. INFEKSI
Statis urine akibat obstruksi sebagian atau seluruhnya meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih. Baik ISK atas atau bawah dapat terjadi.

6. PENATA LAKSANAAN MEDIS DAN NON MEDIS


1. Medikasi
Episode akut kolik ginjal diatsai dengan analgesia, medikasi untuk meningkatkan
keluarnya batu, dan hidrasi. Analgesic narkotik seperti morfin sulfat diberikan, seringkali
secara intravena, untuk meredakan nyeri dan mengurangi spasme ureter. Indometasin
(obat anti inflamasi nonsteroid NSAID) diberikan melalui supositoria,dan dapat
mengurangi jumlah analgesia narkotik yang dibutuhkan untuk kolik ginjal akut. Alfa
adrenergic bloker oral seperti tamsulosin (Flomax) atau penyekat saluran kanal kalsium
seperti nifedipin (Adalat CC,Procardia) diprogramkan untuk merelaksasikan otot ureter
dan meningkatkan keluaranya batu. Cairan oral atau intravena mengurangi risiko
pembentukan batu lebih lanjut dan meningkatkan haluaran urine.
Setelah analisis batu, berbagai medikasi dapat diberikan untuk menghambat atau
mencegah litiasis lebih lanjut. Diuretic tiazida, sering kali seringkali di resepkan untuk
batu kalsium, bekerja untuk mengurangi ekskresi kalsium urine dan sangat efektif dalam
mencegah batu lebihlanjut. Kalsium sitrat membasakan urine (meningkatkan pH) dan
seringkali diresepkan untuk mencegah batu yang cenderung memvntuk urine asam (asam
urat, sistin, dan sebagian membentuk batu kalsium).
2. Penatalaksanaan Nutrisi dan Cairan
Peningkatan asupan cairan 2,5 sampai 3,0L/hari dianjurkan, tanpa melihat komposisi
batu. Asupan cairan untuk memastikan produksi sekitar 2,0 sampai 2,5 L urine per hari
mencegah garam pembentukan batu menjadi cukup pekat untuk mengendap. Asupan
cairan harus diberi jarak selama siang hari dan malam hari. Beberapa ahli menganjurkan
pasien minum satu atau dua gelas air pada malam hari untuk mencegah pemekaratan urine
selama tidur.
Perubahan diet yang dianjurkan mencakup mengurangi asupan zat primer
pembentukan batu. Namun, untuk batu kalsium, membatasi kalsium dalam diet secara
actual dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ketika kerapuhan tulang meningkat.
Diet protein terbatas rendah natrium telah terbukti lebih efektif dalam mencegah
kekambuhan batu kalsium. Diet natrium juga dibatasi pada pasien yang mengalami
pembentukan batu sistin (Fauci et al., 2008)
Pasien yang mengalami batu asam urat membutuhkan diet rendah purin. Jeroan,
sarden, dan makanan tinggi purin lain dihilangkan dari diet. Makanan berkadar purin
sedang, seperti daging merah dan putih dan beberapa makanan laut, dapat dibatasi.
Selain membatasi makanan tertentu, diet dapat dimodifikasi untuk mempertahankan
pH urine yang tidak meningkatkan liatisis. Batu asam urat dan sistin cenderung terbentuk
dalam urine basa dapat dianjurkan. Karena urine badsa meningkatkan pembentukan batu
kalsium dan infeksi saluran kemih, diet dapat dimodifikasi untuk menurunkan pH urine.
3. Terapi
Terapi batu yang ada bergantung pada letak batu, luasnya obstruksi, fungsi ginjal, ada
atau tidak ada ISK, dan status kesehatan umum pasien. Secara umum, batu diangkat jika
menyebabkan obstruksi berat, infeksi, nyeri tidak mereda, atau perdarahan serius.
Litoropsi, menggunakan gelombang suara atau kejut untuk menghancurkan batu,,
adalah terapi yang dianjurkan untuk batu ginjal. Beberapa teknik tersedia. Extracorporeal
shock wqave lithotripsy (ESWL) adalah sebuah teknik noninvasif untuk memecah batu
ginjal dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan diluar tubuh. Gelombang
kejut akustik diarahkan ke batu di bawah panduan fluoroskopik. Gelombang kejut ini
menembus jaringan lunak tanpa menyebabkan kerusakan, terapi memecahkan batu saat
densitas terbesarnya menghentikan perkembangannya. Gelombang kejut berulang
memecah batu menjadi pecahan yang cukup kecil untuk dikeluarkan dalam urine.
Prosedur membuthkan 30 menit hingga 2 jam untuk menyelesaikannya. Sedasi intravena
biasanya cukup untuk menyelesaikannya. Sedasi intravena biasanya cukup untuk
mempertahankan kenyamanan selama prosedur.
litotripsi juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ultrasonic perkutan atau
laser. Nefrolitotomi perkutan menggunakan sebuah nefroskop yang dimasukan kedalam
dipelvis ginjal melalui insisi kecil di panggul. Batu dipecahkan menggunakan sebuah
transduser ultrasonik kecil atau laser dan pecahan tersebut dikeluarkan melalui nefroskop.
Pada prosedur ureteroskopi, sinar laser digunakan untuk memecahkan batu, tanpa merusak
jaringan lunak. Sebuah ureteroskop (dimasukan ke ureter dari kandung kemih selama
sistokopi) digunakan untuk memandu probe leser menyentuh batu secara langsung.
Stent J ganda dapat dimasukkan kedalam ureter yang terkena untuk mempertahankan
patensinya setelah ESWL atau prosedur litotripsi lain.
Pada kejadian yang jarang terjadi, intervensi bedah diperlukan untuk mengeluarkan
batu dalam pelvis ginjal atau ureter. Ureterolitotomi adalah insisi di ureter yang terkena
untuk mengangkat batu. Pielolitotomi adalah insisi ke dalam dan pengangkatan batu dari
pelvis ginjal. Batu staghorn yang menyerang kaliks dan parenkim ginjal membutuhkan
nefrolitotomi untuk pengangkatannya.
Batu saluran kemih dapat diangkat menggunakan sebuah instrumen yang dimasukan
melalui sebuah sistoskop guna menghncurkan batu. Sisa pecahan batu kemudian
diirigasikan keluar kandung kemih menggunakan larutan asam untuk menetralisasi
alkanitas yang dipicu pembentukan batu.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dapat diintruksikan saat dicurigai ada batu
saluran kemih adalah sebagai berikut.
a) Laboratorium
Urinalisis, pemeriksaan urinalisis pada pasien batu kandung kemih dilakukan secara
mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan untuk menilai
jenis batu dengan menilai pH, kosistensi, dan komposisi batu. Pemeriksaan makroskopis
dilakukan untuk menilai warna dan kejernihan dari urine. Pada pasien dewasa dengan
jenis batu asam urat, secara mikroskopis lazim didapatkan pH asam, sedangkan secara
nmakroskopis didapatkan adanya hematuria dan piuria.
Hitung jumlah sel darah lengkap: pada pasien dengan obstruksi dan infeksi akan
didapatkan sel darah putih (WBC) meningkat.
b) USG
Ultrasonografi, menampilkan objek hyperechoic klasik dengan membayangi posterior,
efektif dalam mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio-opak.
c) Foto polos abdomen
Pemeriksaan standar untuk menilai adanya batu radio-opik.
d) Intravena Pyelography (IVP)
Jika kecurigaan klinis tetap tinggi dan foto polos abdomen tidak mengungkapkan adanya
batu, langkah berikutnya adalah cystography atau IVP.
e) Pemeriksaan sinar X abdomen bawah pada GUK (ginjal, ureter, dan kandung kemih)
dapat menunjukan batu seperti keburaman di ginjal, ureter, dan kandung kemih.
f) Ultrasonografi ginjal menggunakan gelombang suara pantulan untuk mendeteksi batu
dan mengevaluasi ginjal mengenai kemungkinan terjadinya hidronefrosis.
g) Spiral computed tomography (CT) scan ginjal, dengan atau tanpa medium kontras,
menunjukan batu, obstruksi ureter, dan gangguan ginjal lain.
h) Sistoskopi digunakan untuk memvisualisasikan dan kemungkinan mengangkat batu dari
kandung kemih dan ureter distal.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (paling sering terjadi 30-50 tahun), jenis kelamin (lebih sering terjadi
pada laki-laki), agama, pendidikan, pekerjaan, alamat (tinggal di daerah panas), stasus
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Klien dengan batu ginjal sering mengeluh sakit di bagian perutnya.
b) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran kemih
yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi
nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan
perubahan.perlu ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau meningkatkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab
kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampain berat:
1) Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya disertai nyeri
dibagian perutnya
2) Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka dan
apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
3) Bagaimana nilang rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4) Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya
kelemahan dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat
beraktivitas tertentu.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien yang menderita sakit ini biasanya pasien yang pernah mengalamio ISK, sering
mengkonsumsi susu berkalsium tinggi, bekerja dilingkungan panas, penderita
osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolikn renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penambilan tampak obesitas, TTV normal. Pada pemeriksaan
palpasi region flank sinistra didapatkan tanda ballottement (+) dan pada perkusi nyeri
ketok costovertebree angle sinistra (+)
c. Pemeriksaan fisik persistem
- Abdomen
Palpasi: abdomen terasa lebih keras, adanya nyeri tekan abdomen
Perkusi: adnya nyeri ketok pinggang.
4. Analisa data`
Data Etiologi Masalah
1. Tanda Mayor Asupan makanan minuman Nyeri akut
DS: Mengeluh nyeri yang mengandung Ca
DO: berlebihan, bedrest total,
1) Tampak meringis jarang aktivitas, lingkungan
2) Bersikap protektif panas, hiperparatiroid,
(mis. Waspada, diabetes milletus.
posisi
menghindari Batu ginjal
nyeri)
3) Gelisah Obstruksi pada saluran

4) Frekuensi nadi kemih

meningkat
5) Sulit tidur Peningkatan tekanan

2. Tanda minor hidrostatik

DS: -
Distensi piala ginjal
DO:
1) Tekanan darah
meningkat Kontraksi uretral meningkat
2) Pola napas
berubah Trauma ginjal
3) Nafsu makan
berubah Mediator nyeri (histamine,

4) Proses berfikir bradikinin)

terganggu
5) Menarik diri Saraf aferen

6) Berfokus pada diri


Thalamus
sendiri
7) Diaphoresis
Saraf eferen

Nyeri dipersepsikan
1. Tanda Mayor Kerusakan pusat miksi di Gangguan eliminasi urin
DS: medulla spinalsi
1) Desakan berkemih
(Urgensi) Kerusakan simpatis dan
2) Urin menetes parasimpatis sebagian atau
(dribbling) seluruhnya
3) Sering buang air
kecil Tidak terjadi koneksi dengan

4) Nokturia otot detrusor

5) Mengompol
6) Enuresis Menurunnya relaksasi otot

DO: spinkter

1) Distensi kandung
Obtruksi urethra
kemih
2) Berkemih tidak
Urin sisa meningkat
tuntas (hesitancy)
3) Volume residu
Dilatasi bladder/distensi
urin meningkat
2. Tanda Minor abdomen
DS: -
DO: - Retensi urin
1. Tanda Mayor Kolik ureteral Ketidakseimbangan nutrisi
DS: - kurang dari kebutuhan
DO: Irirasi saraf abdominal
1) Berat badan
menurun minimal Pusat muntah pada korteks

10% dibawah serebri

rentang ideal
2. Tanda Minor Mual, muntah

DS:
anoreksia
1) Cepat kenyang
setalah makan
2) Kram/nyeri
abdomen
3) Nafsu makan
menurun
DO:
1) Bising usus
hiperaktif
2) Otot pengunyah
lemah
3) Otot menelan
lemah
4) Membrane
mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin
turun
7) Rambut rontok
berlebihan
8) Diare

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi uretal, trauma jaringan,
edema dan iskemia seluler, nyeri pascabedah.
2) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
efek sekunder dari nyeri.
C. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola pengalaman 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui daerah
sensorik atau emosional karakteristik, nyeri, kualitas, kapan
yang berkaitan dengan durasi, frekuensi, nyeri dirasakan, faktor
kerusakan jaringan atau kualitas, intensitas pencetus, berat ringannya
fungsional dengan onset nyeri. nyeri yang dirasakan.
mendadak atau lambat dan 2. Identifikasi respons 2. Mengetahui keadaan tidak
berintensitas ringan hingga nyeri non verbal menyenangkan klien yang
berat dan kontsan. 3. Monitor efek tidak sempat dan tidak
Kriteria hasil: samping bisa di gambarkan oleh
1. Mampu mengontrol penggunaan klien.
nyeri analgesik. 3. Pemberian analgetik untuk
2. Melaporkan bahwa mengendalikan nyeri.
nyeri berkurang dengan Terapeutik Terapeutik
menggunakan 1. Berikan teknik 1. Meringankan atau
manajemen nyeri non farmakologis mengurangi nyeri
3. Mampu mengendali untuk mengurangi sampai pada tingkat
nyeri rasa nyeri (mis. yang dapat diterima
4. Menyatakan rasa TENS, hypnosis, pasien.
nyaman setelah nyeri akupresur, terapi
berkurang music,
biofeedback, Edukasi

terapi pijat, 1. Untuk mengetahui

aromaterapi, bagaimana cara

teknik imajinasi, mengurangi nyeri

terbimbing, tersebut.

kompres 2. Memposisikan pasien

hangat/dingin, dengan fowler/semi

terapi bermain) fowler untuk

Edukasi meredakan nyeri.

1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri.
2. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola gangguan pola 1. Identifikasi tanda 1. Menghindari
eliminasi urine. dan gejala retensi inkontenensia
Kriteria hasil: atau inkontinensia 2. Untuk mengurangi
1. Memelihara control urine faktor dari retensi atau
pengeluaran urin 2. Identifikasi faktor inkontinensia urine.
2. Mampu untuk yang menyebabkan 3. Untuk mengetahui
mengeluarkan atau retensi atau keadaan urine pada
menghentikan BAK inkontinensia urine pasien.
3. Urin bebas dari 3. Monitor eliminasi
partikel urine (mis.
4. Pengeluaranurin Frekuensi, Terapeutik
tanpa nyeri konsistensi, aroma, 1. Untuk menentukan
volume, dan masalah
warna)
Terapeutik
1. Ambil sampel Edukasi
urine tengah 1. Memonitor

(midstream) keseimbangan cairan

atau kultur.
Edukasi
1. Ajarkan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine.
3. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola asupan nutrisi 1. Identifikasi 1. Makanan kesukaan
yang seimbang. makanan yang tersaji dalam
Kriteria hasil: disukai keadaan hangat akan
1. Memperlihatkan 2. Identifikasi meningkatkan
asupan makanan status nutrisi keinginan untuk
dan cairan yang 3. Monitor berat makan.
adekuat badan 2. Membantu mengkaji
2. Pasien mampu keadaan pasien.
menghabiskan diit 3. Untuk memantau
satu porsi perubahan atau
3. Tidak ada mual penuruan berat badan
Terapeutik
muntah Terapeutik
1. Fasilitasi
1. Memberikan
menentukan
informasi dan
pedoman diet
mengurangi
(mis. Piramida komplikasi
makanan) 2. Nutrisi serat tinggi
2. Berikan untuk melancarkan
makanan eliminasi fekal.
tinggi serat 3. Membantu pasien
untuk dalam proses
mencegah penyembuhan.
konstipasi
3. Berikan Edukasi
makanan 1. Kepatuhan terhadap
tinggi kalori diet dapat mencegah
dan tinggi komplikasi terjadinya
protein hipoglikema/hiperglik
Edukasi ema
1. Ajarkan diet
yang
diprogramkan

DAFTAR FUSTAKA
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. singapore: elsivier.
Prabowo, N. E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Priscilla LeMone, RN, DSN, FAAN; Karen M. Burke, RN, MS; Gerene Bauldoff, RN, PHD,
FAAN (2015) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5: Buku kedokteran EGC

SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

Arif Mutaqqin; Kumala Saro (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai