Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGITIS

Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Sadaukur Br. Barus S. Kep., M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 4

Neng ayu paraswati azhar (E.0105.18.024)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021/2022

LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS

1. PENGERTIAN

Meningitis balah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa biasanya hanya
terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderungmeluas sampai kerongga
subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeninitis), atau bahkan kedalam otak
(meningoensefalitis).
(Satyanegara, 2010)

Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medulla
spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia,
endokarditis, atau osteomielitis.

2. ETIOLOGI

Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme:
Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus
group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien
memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana
akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di
dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil,
monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat
terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan
didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus.
Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-
saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.

b. Meningitis virus

Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai
akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex
dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral,
substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel,
yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter
yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2 yaitu:

a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria
meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.

b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan
diplococcus pneumonia.

3. PATOFISIOLOGI

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar
adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater.Cairan serebrospinalis
merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus
choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya
hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi
bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid
untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan
hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer.
Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan piamater.
CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam
system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan
araknoid dari meningintis.

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara
masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang
dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah
neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
4. MANIFESTASI KLINIS

Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri

diantaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal

b. Nyeri kepala

c. Mual dan muntah

d. Kejang umum

e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi:
a. Sakit kepala

b. Mual muntah

c. Demam

d. Sakit dan nyeri secara umum

e. Perubahan tingkat kesadaran

f. Bingung

g. Perubahan pola nafas

h. Ataksia

i. Kaku kuduk

j. Ptechialrash

k. Kejang (fokal, umum)

l. Opistotonus
m. Nistagmus

n. Ptosis

o. Gangguan pendengaran

p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif

q. Fotophobia

5. PENATALAKSANAAN

Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:

1) Penatalaksanaan umum

a. Pasien diisolasi

b. Pasien diistirahatkan/ bedrest

c. Kontrol hipertermi dengan kompres

d. Kontrol kejang

e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2) Pemberian antibiotik

a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas

b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,

Kloromfenikol, Sefalosporin.

c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

6. KOMPLIKASI

Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:
a. Peningkatan tekanan intrakranial

b. Hyrosephalus
c. Infark serebral

d. Abses otak

e. Kejang

f. Pnemonia

g. Syok sepsis

h. Defisit intelektual

7. PENGKAJIAN

- Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, perkerjaan dan alamat.
- Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan
alamat.

A. Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang,
sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
B. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.

C. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan
batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.

D. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis

biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa

2) Tanda- Tanda Vital

a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau meningkat dan
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).

c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih meningkat
dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari
normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
3) Pemeriksaan Head To Toe

a) Kepala

Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.

b) Mata

Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak
disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

c) Hidung

Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman

d) Telinga

Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya

tuli konduktif dan tuli persepsi.

e) Mulut

Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah

simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
f) Leher

Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.

Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.

Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan

menelan kurang baik

Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk

g) Dada

1) Paru

I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat

perubahan pola nafas

Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama


P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba

A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung

I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba

Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula


sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5
midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.

h) Ekstremitas

Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi
(khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk

Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme
otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif

Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen,
kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda Brudzinski

Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan
pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi,
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.

E. Pemeriksaan diagnostik

1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa darah
mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab

3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab

4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-Scan

F. Penatalaksaan Klinis

Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:

Penatalaksanaan umum

- Pasien diisolasi
- Pasien diistirahatkan/ bedrest
- Kontrol hipertermi dengan kompres
- Kontrol kejang
- Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
Pemberian antibiotik

- Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas


- Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
- Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

G. Analisa data

Data Etiologi Masalah


1. Tanda Mayor keridakseimbangan ketidakefektifan
Ds: - asam basa perfusi jaringan
Do: serebral
a. Pengisian kapiler
> 3 detik ketidakseimbangan
b. Nadi perifer ion
menurun atau
tidak teraba
c. Akral teraba volume caira
dingin
interstitial
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit
menurun
kebocoran cairan dari
intrvaskuler
Tanda Minor
Ds:
a. Parastesia
permeabilitas vaskuler
b. Nyeri ekstremitas
pasa serebri
(klaudikasi
intermiten)
Do:
transudat cairan
a. Edema
b. Penyembuhan
luka lambat
c. Indeks ankle- edema serebral
brachial < 0,90
1. Bruit femoral
volume tekanan otak

TIK

Vasopasme pembuluh
darah serebri

Sirkulasi di serebral

ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral

2. Tanda mayor organisme masuk ke Nyeri akut


aliran darah
DS :

1. Mengeluh nyeri
reaksi radang pada
DO :
meningen
1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif
menekan syaraf
(mis. waspada, posisi
menghindar nyeri )

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi sakit kepala


meningkat

5. Sulit tidur
nyeri
Tanda minor :

DS : -

DO :

1. TD meningkat

2. pola napas berubah

3. nafsu makan
berubah

4. proses berpikir
terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri


sendiri

7. Diaforesis

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral / penyumbatan aliran darah
2. Nyeri akut b.d proses infeksi

9. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko Setelah dilakukan Observasi Observasi
ketidakefektifan asuhan keperawatan 1. Periksa sirkulasi 1. Meningkatkan dan
perfusi jaringan selama ... x 24 jam, perifer melancarkan
diharapkan perfusi aliran darah balik
otak b.d edema
perifer meningkat. sehingga tidak
serebral /
Kriteria hasil : terjadi eodema
penyumbatan
1. Denyut nadi 2. Untuk mengetahui
aliran darah 2. Identifikasi factor
perifer meningkat factor penyebab
resiko gangguan
2. Edema perifer terjadinya
sirkulasi
menurun gangguan sirkulasi
3. Tekanan darah 3. Dengan memonitor
3. Monitor panas,
sistolik membaik adanya panas,
kemerahan, nyeri,
4. Tekanan darah kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
diastolik atau bengkak pada
ekstremitas
membaik ekstremitas dapat
menentukan
tindakan
Terapeutik
keperawatan lebih
1. Hindari
lanjut serta
pengukuran
mencegah resiko
tekanan darah pada
kerusakan jaringan
ekstremitas dengan
keterbatasan
Terapeutik
perfusi
1. Untuk memantau
2. Lakukan
jika Hb tidak
pencegahan infeksi
menurun

3. Hindari
2. Untuk mencegah
pemasangan infus
bakteri atau virus
atau pengambilan
masuk ke tubuh
darah di area
3. Untuk
keterbatasan
menghindari
perfusi
tertutupnya
Edukasi jaringan dan suplai

1. Anjurkan minum oksigen

obat secara teratur


Edukasi
1. Untuk mencegah
cepat terjadinya
arteosklerosis pada
pasien
berkolesterol
2. Anjurkan program
tinggi dan terjadi
diet untuk
vasokonstruksi
memperbaiki
pembuluh darah
sirkulasi
pada pasien
Informasikan tanda
perokok, relaksi
dan gejala darurat
untuk mengurangi
yang harus stress
dilaporkan (mis. 2. Untuk perbaikan
Rasa sakit yang sirkulasi
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak Untuk
sembuh, hilangnya memudahkan
rasa) pengobatan saat
terjadi tanda dan
gejala
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi Observasi
proses infeksi asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
selama ... x 24 jam karakteristik, dareah nyeri,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, kapan
nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri dirasakan,
Kriteria hasil: nyeri faktor pencetus,
1. Keluhan nyeri berat ringan nya
menurun nyeri yang
2. Meringis dirasakan
menurun 2. Identiikasi respon 2. Mengetahui
3. Gelisah menurun nyeri non verbal keadaan tidak
4. TTV membaik menyenangkan
klien yang tidak
sempat dan tidak
bisa digambarkan
oleh klien
3. Untuk membantu
3. Identifikasi skala
proses pengobatan
nyeri
nyeri
4. Untuk mengetahui
4. Identifikasi faktor
faktor apa saja
yang memperberat
yang dapat
dan memperingan
memperberat dan
nyeri
memperingan

5. Monitor nyeri

keberhasilan terapi 5. Pasien dapat

komplementer melakukan

yang sudah tindakan mandiri

diberikan dengan benar

Terapeutik
1. Berikan tehnik Terapeutik
nonfarmakologis 1. Untuk membantu
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat 2. Mencegah pasien
rasa nyeri mengealami stress
yang dapat
meningkatkan
tingkatan nyeri
yang di alami
3. Fasilitasi istirahat 3. Dengan istirahat
tidur pasien tidak dapat
beraktivitas yang
berat yang dapat
meningkatkan
nyeri
Edukasi
1. Anjurkan Edukasi
memonitor nyeri 1. Memberikan
secara mandiri pengetahuan
kepada pasien
untuk menangani
rasa nyeri secara

2. Anjurkan tehnik mandiri

nonfarmakologis 2. Memberikan

untuk mengurangi pengetahuan

rasa nyeri kepada pasien


untuk menangani

3. Jelaskan strategi rasa nyeri secara

meredakan nyeri mandiri


3. Untuk meredakan
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik Zat aktif yang
terdapat pada obat
analgesik dapat
menghambat
mediator kimia
dengan
mengahsilkan
endorphin yang
berfungsi
menghambat
mediator nyeri
ditangkap oleh
reseptor nyeri di
system saraf pusat
sehingga transmisi
rangsangan nyeri
terhambat

Daftar Pustaka

Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai