MENINGITIS
DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh:
Kelompok 4
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
1. PENGERTIAN
Meningitis balah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa biasanya hanya
terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderungmeluas sampai kerongga
subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeninitis), atau bahkan kedalam otak
(meningoensefalitis).
(Satyanegara, 2010)
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medulla
spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia,
endokarditis, atau osteomielitis.
2. ETIOLOGI
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme:
Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus
group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien
memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana
akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di
dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil,
monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat
terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan
didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus.
Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-
saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai
akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex
dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral,
substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel,
yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter
yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria
meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan
diplococcus pneumonia.
3. PATOFISIOLOGI
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar
adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater.Cairan serebrospinalis
merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus
choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya
hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi
bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid
untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan
hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer.
Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan piamater.
CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam
system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan
araknoid dari meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara
masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang
dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah
neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
4. MANIFESTASI KLINIS
diantaranya :
b. Nyeri kepala
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
f. Bingung
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
q. Fotophobia
5. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
d. Kontrol kejang
2) Pemberian antibiotik
Kloromfenikol, Sefalosporin.
6. KOMPLIKASI
Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Hyrosephalus
c. Infark serebral
d. Abses otak
e. Kejang
f. Pnemonia
g. Syok sepsis
h. Defisit intelektual
7. PENGKAJIAN
- Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, perkerjaan dan alamat.
- Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan
alamat.
A. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang,
sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan
batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
D. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau meningkat dan
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih meningkat
dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari
normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak
disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
d) Telinga
e) Mulut
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
f) Leher
g) Dada
1) Paru
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung
h) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi
(khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme
otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen,
kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan
pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi,
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa darah
mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-Scan
F. Penatalaksaan Klinis
Penatalaksanaan umum
- Pasien diisolasi
- Pasien diistirahatkan/ bedrest
- Kontrol hipertermi dengan kompres
- Kontrol kejang
- Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
Pemberian antibiotik
G. Analisa data
TIK
Vasopasme pembuluh
darah serebri
Sirkulasi di serebral
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
1. Mengeluh nyeri
reaksi radang pada
DO :
meningen
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
menekan syaraf
(mis. waspada, posisi
menghindar nyeri )
3. Gelisah
5. Sulit tidur
nyeri
Tanda minor :
DS : -
DO :
1. TD meningkat
3. nafsu makan
berubah
4. proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
7. Diaforesis
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral / penyumbatan aliran darah
2. Nyeri akut b.d proses infeksi
9. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko Setelah dilakukan Observasi Observasi
ketidakefektifan asuhan keperawatan 1. Periksa sirkulasi 1. Meningkatkan dan
perfusi jaringan selama ... x 24 jam, perifer melancarkan
diharapkan perfusi aliran darah balik
otak b.d edema
perifer meningkat. sehingga tidak
serebral /
Kriteria hasil : terjadi eodema
penyumbatan
1. Denyut nadi 2. Untuk mengetahui
aliran darah 2. Identifikasi factor
perifer meningkat factor penyebab
resiko gangguan
2. Edema perifer terjadinya
sirkulasi
menurun gangguan sirkulasi
3. Tekanan darah 3. Dengan memonitor
3. Monitor panas,
sistolik membaik adanya panas,
kemerahan, nyeri,
4. Tekanan darah kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
diastolik atau bengkak pada
ekstremitas
membaik ekstremitas dapat
menentukan
tindakan
Terapeutik
keperawatan lebih
1. Hindari
lanjut serta
pengukuran
mencegah resiko
tekanan darah pada
kerusakan jaringan
ekstremitas dengan
keterbatasan
Terapeutik
perfusi
1. Untuk memantau
2. Lakukan
jika Hb tidak
pencegahan infeksi
menurun
3. Hindari
2. Untuk mencegah
pemasangan infus
bakteri atau virus
atau pengambilan
masuk ke tubuh
darah di area
3. Untuk
keterbatasan
menghindari
perfusi
tertutupnya
Edukasi jaringan dan suplai
5. Monitor nyeri
komplementer melakukan
Terapeutik
1. Berikan tehnik Terapeutik
nonfarmakologis 1. Untuk membantu
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat 2. Mencegah pasien
rasa nyeri mengealami stress
yang dapat
meningkatkan
tingkatan nyeri
yang di alami
3. Fasilitasi istirahat 3. Dengan istirahat
tidur pasien tidak dapat
beraktivitas yang
berat yang dapat
meningkatkan
nyeri
Edukasi
1. Anjurkan Edukasi
memonitor nyeri 1. Memberikan
secara mandiri pengetahuan
kepada pasien
untuk menangani
rasa nyeri secara
nonfarmakologis 2. Memberikan
Daftar Pustaka
Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia