PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu
yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi urinr, dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-
wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher,
1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan
masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi
penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan
dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade
ketiga sampai keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih
yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan
karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu
dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran
urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini. Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit
batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong penulis untuk
membahas atau membuat makalah mengenai batu ginjal dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Ginjal)”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari batu ginjal ?
2. Bagaimana klasifikasi daribatu ginjal ?
3. Apa etiologi dari batu ginjal ?
4. Apa saja manifestasi kklinis dari batu ginjal ?
5. Bagaimana patofisiologi dari batu ginjal ?
6. Apa saja komplikasi dari batu ginjal ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari batu ginjal ?
8. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita batu ginjal ?
9. Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan pada batu ginjal ?
10. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada ginjal ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum:
2. Tujuan khusus :
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat
terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium. Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah bentuk defosit mineral paling umum oksalat Ca 2+ dan fosfat
Ca 2+ namun asam urat dan kristal lain juga pembenuk batu.Meskipun kulkulus ginjal
dapat terbentuk dimana saja dari saluranperkemihan, batu ini paling umum ditemukan
pada pelvis dan kolik ginjal(Doengoes, 1999: 686).
Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan batu ginjal
karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yangkurang minum sehingga
terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zatyang seharusnya dibuang dari ginjal keluar
tubuh (Selamiharja, Nanny,1998).
Batu ginjal adalah terdapatnya batu dalam sistem pelvis dan kalises
ginjal,biasanya kalsium, yang dapat pula terjadi dalam jaringan ginjal ataunefrokalsinosis
(Ovedoff, David, 2002: 993)
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif. Terdapat beberapa macam jenis batu yang terdapat didalam ginjal
antara lain :
1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium
adalah :
a. Hiperkalsiuria
Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal), adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) yang banyak terjadi pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid dan abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises
ginjal.
b. Hiperoksaluria
Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam
urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat
terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
e. Hipomagnesiuria
2. Batu Struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium
fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman
kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
4. Batu Cystin
Batu cystin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia remaja. Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic
secara congetinal yang mewarisi penghambat atosomonal.
C. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
1. Faktor intrinsik meliputi :
a. Faktor genetik
Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu ginjal pada seseorang.
Menurut Mange K.C (1999), seseorang yang mempunyai keluarga penderita batu ginjal
mempunyai risiko mengalami penyakit batu ginjal sebesar 25 kali dibandingkan dengan
seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan penyakit batu ginjal. Berdasarkan
penelitian dilaporkan bahwa 50% pasien dengan hiperkalsiura idiopatik bersifat
diturunkan.
d. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
e. Kelainan anatomi ginjal dan salurannya
Insiden batu ginjal lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan
anatomi ginjal. Hal ini berhubungan dengan terlambatnya aliran air kemih. Misalnya
pada ginjal tapal kuda (horseshoe kidney), penyempitan ureter, penyempitan dikaliks,
dan sebagainya.
2.Faktor ekstrinsik meliputi :
d. Komsumsi obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan seperti efedrin, obat pelancar kecing, obat kejang, dan
obat anti virus (indinavir) berpotensi memudahkan terbentuknya batu ginjal.
f. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
g. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih
D. MANIFESTASI KLINIS
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat
ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain:
- Nyeri dapat terjadi secara hebat tergantung dari lokasi letak batu terutama bila batu
terletak di ureter.
- Hematuria disebabkan oleh iritasi dan cidera struktur ginjal yang disertai batu
- Hematuria, piuria
- Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
- kolik ureteral
- Gejala iritasi
- Hematuria
- Obstruksi
- retensi urin
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Silbernagl (2007), senyawa yang paling sering ditemukan dalam batu
ginjal adalah kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium-aminium
fosfat (sekitar 30%), asam urat atau garam asam urat (sekitar 30%), serta xantin atau
sistin (<5%). Beberapa zat bisa terdapat di dalam satu batu karena kristal yang telah
terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapan
bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya adalah >100%).
Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu akan membuat
peningkatan konsentrasi di dalam plasma. Hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat
peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat
kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolik
pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absorpsinya di usus.
Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih, sintesis batu yang meningkat, atau
peningkatan pemecahan purin..
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga di sebut batu staghorn.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal).
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium,
fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang
berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin.
Berdasarkan tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. Tiga faktor
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, defisiensi inhibitor, dan produksi matrik
protein. Pada umumnya kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses
pembentukan dari agresi menjadi partikel yang lebih besar, diantara partikel ini ada yang
bergerak ke bawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe kristal dan dapat merupakan
gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu saluran kencing mengandung kalsium
fosfat dan kalsium oksalat (Suharyanto & Madjid, 2009: 152).
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air
seni jenuh akan terjadi pengendapan.
2. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel
batu pada inti tersebut.
3. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
a. Teori nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks
c. Penghambat kristalisasi
F. KOMPLIKASI
2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
4. Hidronefrosis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Pemeriksaan ini wajib lakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. semua batu
saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan
melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras,
kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis
· CT Scan
· Scintigraphy
2. Laboratorium
· Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan
pH urin.
· C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.
· Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Terapi medikamemntosa ini ditujukan untuk batu yang ukurannya lebih kecil
dengan diameter kurang kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang
efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang
telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan yaitu :
a. Batu kalsium : Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi,
teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi makanan yang
mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan
sari buah.
b. Batu asam urat : Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum,
kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
c. Batu struvite : Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu
dan daging
d. Batu cystin : Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang.
Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.
4. Endourologi
5. Tindakan Operasi
Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan
tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari
kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara yang
mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit dijangkau
atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal yang ditumbuhi
batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal (Selamiharja,
Nanny, 1998) yaitu:
2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari)
3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi
kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi garam-
garam kapur.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh arena itu asupan makanan
tersebut dikurangi.
7. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
9. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam osfalat yang
akan meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri
dari :
1. Identitas klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
· Riwayat psikososial
- Aktivitas / Istirahat
- Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan
hangat; pucat.
- Eliminasi
- Makanan/cairan
· Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan / atau fosfat, Ketidak cukupan pemasukan cairan dan tidak minum
air dengan cukup
- Nyeri / Kenyamanan
· Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat
menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri
dangkal konstan menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus
ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
- Keamanan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal
dan atau insisi bedah
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu
ginjal dan atau insisi bedah
· Intervensi :
c. Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.
d. Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
· Kriteria hasil : Hematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,
dorongan ingin berkemih terus berkurang.
· Intervensi :
Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu
lewatnya batu.
· Intervensi :
a. Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan
diare.
b. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)
atau dengan makan sedikit tapi sering.
c. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta
sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang
dapat merangsang pusat muntah.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet
yang tepat.
Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status
hipermetabolik.
· Intervensi :
d. Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan
luka
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn, R
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang bangunan
Status martinal : menikah
Tanggal masuk : 27/11/2019
Tanggal pengkajian :29/11/2019
Diagnosa medik : batu ginjal
No. Medrek : A64xxxx
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 50 tahun
Jenis kemlamin : perempuan
Alamat : indramayu
Hubungan dengan pasien istri :
B. Keluhan Utama nyeri pinggang kanan
C. Riwayat penyakit sekarang :
P: nyeri pinggang di bagian kanan pada saat bekerja
Q: nyeri datang seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri terasa di bagian pinggang kanan dan tidak menyebar ke daerah lain
S: skala nyeri dari 1-10 yaitu 5
T: nyeri timbul apabila saat aktifitas dan saat istirahat tidak terasa nyeri
D. Riwayat penyakit keluarga : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kleuarga
seperti hipertensi dan diabetes melitus.
E. Riwayat penyakit lalu : pasien mengatakan tidak memiliki penyakit lalu
F. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak memilki riwayat alergi seperti makanan ataupun
obat.
G. Aktifitas Fisik
No Aktifitas 1 2 3 4
1 Makan /minum
2 Toileting
3 Personal hygynie
4 Berpakaian
5 Mobilisasi dari
tempat tidur
6 Berpindah
7 Ambulasi
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik / sedang / lemah
2. Kesadaran : composmetis/ apatis/ somnolen/ sopor/sopora koma/ koma
3. GCS : 15 (E: 4 M:5 V:6)
4. Tanda-tanda vital
TD :140/90 mmHg N : 81x/mnt
RR : 22x/mnt S : 36,5ºC
5. Berat badan : 70 kg
6. Tinggi badan : 169 cm
7. Head to toe/ kepala sampai kaki
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik ( lab, rongent, MRI,dll)
J. Analisa Data
Nyeri akut
2. Ds: pasien mengeluh nyeri Batu ginjal
pinggang di bagian kanan
Pembedahan
Do: nilai lekosit: 11210 (nilai
normal: 4000-10000) Post operasi
Resiko infeksi
Invasi kuman
Resiko infeksi
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d dengan tindakan agen cidera fisik
2. Resiko infeksi b.d tindakan post operasi
L. Perencanaan
No Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan - Kaji nyeri dengan - Dapat mengetahui
dengan tindakan keperawatan selama 1x24 pengkajian PQRST skala nyeri
agen cidera fisik jam klien diharapkan dengan - Monitor ttv - Mengurangi
kriteria hasi : - Ajarkan teknik ketegangan dan
- Rasa nyeri teratasi relaksasi kecemasan karena
- Menunjukkan fostur - Berikan terapi obat nyeri
rileks - Menghilangkan
rasa nyeri
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan - Observasi area post op - Untuk mencegah
tindakan post operasi keperawatan selama 1x24 tanda-tanda infeksi terjadinya infeksi
jam klien diharapkan dengan seperti kemerahan, - Mengurangi
kriteria hasil : nyeri,panas. masuknya
- Klien kana membuka - Gunakan teknik steril mikroorganisme
diri meminta untuk perawatan luka - Antibiotik dapat
informasi - Ajarkan pasien dan membunuh
keluarga tentang mikroorganisme
tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi terapi obat
antibiotik
M. Implementasi
2. 28/11/19 Resiko infeksi b.d tindakan post S : pasien mengatakan sudah mengetahui tanda
operasi tanda infeksi
O : keluarga dan pasien terlihat mengerti tentang
tanda tanda infeksi
A: maslah teratasi
P: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.