Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

DINAS KESEHATAN
UPT PELATIHAN KESEHATAN
Jl. Wijaya Kusuma Raya No. 2, Telp (0411) 897257, Fax (0411) 877398, Kode Pos: 90222
Makassar

MAKALAH
PEMERIKSAAN URINALISIS, GLUKOSA DARAH, ASAM URAT
& ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Disusun Oleh :

Nama : Eliwati, S.Si


NIP : 19770305 200012 2 003
Pangkat/ Gol. Ruang : Penata Muda Tk.I/ III.d
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan Muda
Unit Organisasi : UPT Pelatihan Kesehatan Prov. Sulsel

PERIODE JANUARI S/D JUNI


TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

“PEMERIKSAAN URINALISIS, GLUKOSA DARAH, ASAM


URAT & ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM”

Sebagai salah satu syarat untuk Kenaikan Pangkat Golongan ke IV.a

DISUSUN OLEH :

Nama : Eliwati, S.Si


NIP : 19770305 200012 2 003
Pangkat/ Gol. Ruang : Penata Muda Tk.I/ III.d
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan Muda

Makassar, 28 Juni 2019

Disahkan Oleh :
Kepala UPT Pelatihan Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan

drg. Rosmiati Mantang, M.Kes


NIP : 19631231 199803 2 015
Pangkat : Pembina Tk.I

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena

telah diberi nikmat sehat dan nikmat kesempatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Urinalisis, Glukosa

Darah, Asam Urat & Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium” telah selesai

tepat pada waktunya. Tidak lupa kita kirimkan shalawat teriring salam kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita

dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari teman-

teman. Demikian makalah ini dibuat oleh penulis, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun semangat penulis

harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Makassar, 24 Juni 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 1
C. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2

BAB II TINJAUN PUSTAKA


A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN URINALISIS ................................. 3
B. PEMERIKSAAN ASAM URAT............................................................ 15

BAB III METODE PENULISAN ...................................................................... 17


BAB IV PEMBAHASAN
A. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM ...................................... 18

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 25
B. SARAN .................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan untuk mendapatkan informasi

yang berguna bagi dokter dan apoteker dalam pengambilan keputusan klinik.

Untuk mengambil keputusan klinik pada proses terapi mulai dari pemilihan obat,

penggunaan obat hingga pemantauan efektivitas dan keamanan, apoteker

memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut

dibutuhkan sebagai pertimbangan penggunaan obat, penentuan dosis, hingga

pemantauan keamanan obat. Sebagai contoh, pada pertimbangan penggunaan dan

penentuan dosis aminoglikosida yang bersifat nefrotoksik diperlukan data kadar

aminoglikosida dalam darah dan serum kreatinin yang menggambarkan fungsi

ginjal.

Pada keadaan data tidak tersedia atau belum direncanakan maka apoteker

dapat mengusulkan pemeriksaan laboratorium terkait penggunaan obat. Oleh

karena itu, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

dalam interpretasi data laboratorium, khususnya yang terkait penggunaan obat,

yaitu pemahaman nilai normal dan implikasi perubahannya (Ditjen Binfar Alkes,

2011).

1
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas

kenaikan pangkat fungsional yang berjudul “pemeriksaan urinalisis,

glukosa darah, asam urat & analisis hasil pemeriksaan laboratorium”.

2. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang

telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca

mengetahui tentang pemeriksaan urinalisis, glukosa darah, asam urat &

analisis hasil pemeriksaan laboratorium.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana jenis, prinsip dan metode pemeriksaan urinalisis?

2. Bagaimana pemeriksaan glukosa darah dan asam urat?

3. Bagaimana analisis hasil pemeriksaan laboratorium?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN URINALISIS

Pemeriksaan urinalisasi dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi

ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan

diabetes mellitus.

a. Berat jenis spesifik (Specific gravity)

Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari. Pemeriksaan berat

jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien. Berat jenis

normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik,

hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis

meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras,

manitol, dekstran, diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur

(seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal

azotemia.

b. Warna urin

Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen

dan endogen, dan pH

- Warna merah coklat menunjukkan urin mengandung hemoglobin,

myoglobin, pigmen empedu, darah atau pewarna. Dapat juga karena

pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin, doksorubisin, fenitoin,

3
ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena

metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa).

- Warna kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit,

fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin, klorokuin.

- Warna biru-hijau menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, bakteri

Pseudomonas, pigmen empedu, amitriptilin,

- Warna hitam menunjukkan adanya, alkaptouria.

- Warna gelap menunjukkan porfi ria, malignant melanoma (sangat jarang).

- Urin yang keruh merupakan tanda adanya urat, fosfat atau sel darah putih

(pyuria), polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat kontras radiografi.

- Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu.

- Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin,

urobilin

Warna Implikasi Klinik


Merah coklat hemoglobin, myoglobin, pigmen empedu, darah
klorpromazin, haloperidol, rifampisin, doksorubisin,
fenitoin, ibuprofen, urin bersifat asam (karena
metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa)
kuning merah sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik fenolftalein,
(merah muda) ibuprofen, fenitoin, klorokuin
Buru-Hijau pasien mengkonsumsi bit, bakteri Pseudomonas,
pigmen empedu, amitriptilin,
Kuning primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin
Kecoklatan
Hitam Alkaptonuria
Gelap porfiria, malignant melanoma (sangat jarang)
Keruh urat, fosfat atau sel darah putih (pyuria),
polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat
kontras radiografi.

4
Berbusa protein atau asam empedu

c. pH urin (normal 5,0-7,5)

pH urin dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat

rendah sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi

terbentuknya Kristal. Misalnya pada pH urin asam dan peningkatan specifi c

gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat.

PH alkalin disebabkan:

- Adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti proteus,

Klebsiella atau E. coli

- Ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisin

- Penyakit ginjal kronik

- Intoksikasi salisilat

pH asam disebabkan:

- Emfi sema pulmonal

- Diare, dehidrasi

- Kelaparan (starvation)

- Asidosis diabetik

d. Protein

Jumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode

waktu yang panjang. Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24

jam. Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4

= 1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari. Hasil positif

palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut:

5
- Penisilin dosis tinggi

- Klorpromazin

- Tolbutamid

- Golongan sulfa

Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali.

Protein dalam urin dapat: (i) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas

glomerular atau gangguan tubular ginjal, atau (ii) abnormal, disebabkan multiple

mieloma dan protein Bence-Jones.

e. Glukosa

Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam

memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik.

f. Keton

Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak terkontrol,

dan pecandu alkohol. Terjadi pada:

- Gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal

- Glikosuria

- Peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam, kehamilan

dan menyusui

- Malnutrisi, diet kaya lemak

g. Sedimen

Tes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal

atau saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati. Tidak ada tipe urin cast

6
tertentu yang patognomonik bagi gangguan penyakit ginjal yang khusus,

walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih. Sedimen urin dapat normal

pada kondisi preginjal atau postginjal dengan minimal atau tanpa proteinuria.

Sedimen Urin Nilai Normal


Cell cast Negatif
White cell cast 0-5/hpf
RBC 0-3/hpf
Epitel 0-2/hpf
Bakteri < 2/hpf atau 1000/mL
Kristal Negatif

Implikasi klinik :

- Cell cast : Menunjukkan acute tubular necrosis.

- White cell cast biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial

nephritis

- Red cell cast timbul pada glomerulonefritis akut

- RBC : Peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis,

obstruksi ginjal atau penyakit mikroemboli, atau proteinuria

- WBC : peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl amasi

- Bakteri : jumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi saluran

kemih.

- Kristal : meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple fosfat.

Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam amino

h. Pemeriksaan Spesimen Urine

1. Pemeriksaan makroskopik

7
- Urine normalnya jernih dan berWarna kuning muda. Urine yang lebih

pekat terlihat berWarna kuning tua.

- Urine yang mengandung sel-sel darah atau ekses garam dapat terlihat

keruh.

- Urine yang mengandung pigmen empedu dapat terlihat berwarna kuning

tua atau cokelat

- kadang-kadang urin dapat terlihat tidak berwarna

Warna dan kekeruhan urine dilaporkan sebagai berikut.

 jernih atau keruh;

 tidak berwarna, kuning tua, atau cokelat.

2. Pendeteksian darah dalam urine

Peningkatan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam urine dapat

terjadi pada keadaan-keadaan berikut.

- setelah aktivitas fisik yang berat

- infeksi vagina

- infeksi parasit (mis., skistosomiasis)

- glumerulonefritis akut

- sistitis atau uretritis akut

- neoplasma tertentu.

Pada spesimen urine yang sudah disentrifugasi, sel-sel darah akan mudah

terlihat sewaktu specimen diperiksa dibawah mikroskop. Eritrosit yang lisis

dapat dideteksi dengan carik-celup (dipstick) urine yang memiliki bagian untuk

mendeteksi darah dalam suatu specimen urine. Carik-celup urine dapat dipakai

8
untuk pendeteksian senyawa tunggal (mis., darah, gula, atau protein) atau

senyawa yang lebih kompleks (mis., nitrit dan leukosit esterase).

3. Metode

Masukkan sebuah carik-celup ke dalam urine dan segera angkat lagi.

Selanjutnya, bandingkan warna pada carik-celup dengan grafik warna standar

yang tertera di wadah penyimpan carik-celup tersebut, rentang waktu yang

direkomendasikan untuk pembacaan carik-celup juga tertera di wadah tersebut.

Perubahan warna yang terlihat pada carik-celup merupakan pemeriksaan

semi-kuantitatif mengenai jumlah senyawa tertentu yang terdapat dalam urine.

Hasil pembacaan carik-celup dilaporkan negative, +, + +, + + +, + + + +, atau

dalam bentuk konsentrasi senyawa yang diuji (dengan nilai penndekatan yang

sesuai). Carik-celup ini harus disimpan sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.

4. Pengukuran pH

Urine segar (yang baru saja dikeluarkan) normalnya agak asam , dengan pH

sekitar 6,0. Pada penyakit-penyakit tertentu. pH urin dapat meningkat atau

menurun.

5. Prinsip

 Kertas indikator dengan warna tertentu dicelupkan ke dalam urine (atau

letakkan pada gelas arloji dan tambahkan beberapa tetes urine ke atasnya).

 Warna kertas indikator akan berubah sesuai dengan pH specimen.

Selanjutnya kertas indikator ini dibandingkan dengan grafik warna pH

standar sehingga diperoleh nilai pH yang bersesuaian dengan warna pada

kertas indikator tersebut.

9
6. Alat-alat (Gbr. 7.1)

 Gelas arloji

 Pi pet tetes

10
 Pinset

 Kertas indikator universal (untuk kisaran pH 1-10)

 Kertas indikator untuk kisaran pH yang terbatas: untuk kisaran 5,0-7,0

dan untuk kisaran 6,0-8,0. Pengukuran pH ini harus dilakukan paling lama

1jam setelah pengambilan spesimen urine.

 Metode

1. Letakkan strip kertas indikator universal pada gelas arloji.

Dengan pipet tetes, tambahkan beberapa tetes urine segar ke atas kertas

indikator tersebut (Gbr, 7.2). Alternatifnya, celupkan kertas indikatottersebut

langsung ke dalam wadah berisi spesimen urine.

2. Dengan pinset, angkat kertas indikator tadi.

Bandingkan warn a kertas indikator sekarang dengan warna-warna pada

grafik warna standar (Gbr. 7.3). pH urine ditentukan berdasarkan nilai' pH

yang tertera pada warna standar yang paling bersesuaian dengan warna . kertas

indikator.

3. Berdasarkan bacaan pH di atas, ambillagi strip kertas indikator dengan

kisaran pH terbatas. Sebagai contoh, kalau pHnya 6, pakai kertas indikator

dengan kisaran pH 5,0-7,0. Kalau pH-nya 7 atau lebih, pakai kertas indikator

dengan kisaran pH 6,0-8,0.

4. Dengan kertas indikator dengan kisaran pH terbatas tersebut, ulangi

pengukuran pH di atas pada ge[as arloji yang lain. Tentukan pH urine dengan

mencocokkan warna pada kertas indikator dengan warna-warna pada grafik

wama standar (Gbr.7-4.), mis., pH = 6,2 atau pH = 7,5.

11
pH urine normalnya sekitar 6,0 (kisaran 5,0-7,0). Urine yang asam (pH

4,5-5,5) dapat terjadi pada diabetes, kelelahan otot, dan asidosis. Urine yang basa

(pH 7,8-8,0) biasanya terjadi pada pasien yang mengalami infeksi saluran kemih

dan pada vegetarian.

 pH dan endapan kristal

Pengukuran pH urine berguna dalam pengidentifikasian endapan kristal.

Beberapa kristal hanya mengendap pada urine yang asam; beberapa Kristal

lainnya hanya mengendap pada urine yang basa. Sebagai contoh;

- kristal yang mengendap pada urine yang asam: oksalat, asalil urat;

- kristal yang mengendap pada urine yang basa: fosfat, karbonat, urat.

Endapan kristal dalam urine tidak memiliki makna diagnostik, kecuaIi

pada penyakit-penyakit yang sangat jarang ditemukan.

7. Pemeriksaan Glukosa Darah

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada

tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa

serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah

adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa (kadar gula darah),

suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber

tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua

karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam

asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam

glikoprotein dan proteoglikan.

12
a. Metode Pengukuran Glukosa Darah

1. Metode kimia.

Prinsip pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi glukosa dengan

akromatik amin dan asam glasial pada suasana panas

2. Metode Pemeriksaan dengan Strip

Metode pengukuran yang kedua yaitu dengan menggunakan strip

tes yang dimasukkan dalam meterglukosa dengan menggunak an sampel

darah. Pada strip tes gula darah ini terjadi reaksi kimia

3. Metode hexokinase

Yang merupakan gold standard pemeriksaan kadar glukosa darah,

menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering

dilakukan di laboratorium

4. Metode glucose oxidase

Digunakan bahan pemeriksaan berupa darah kapiler dan sering

diterapkan pada alat glukometer yaitu alat pemeriksaan kadar glukosa

darah yang biasa dipakai di rumah. Penggunaan darah kapiler pada alat

glukometer ini lebih memudahkan pasien DM dalam mengontrol

kadar glukosa darahmereka setiap saat. Penggunaan darah kapiler

lebih memudahkan pasien karena lebih mudah diambil, rasa sakit lebih

sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga lebih sedikit.

b. Jenis Glukosa Darah

13
1. Pemeriksaan glukosa urin

Pemeriksaan ini banyak dipakai dahulu, kala untuk mengetahui

perkiraan kadar glukosa darah, tetapi tidak dapat mendeteksi adanya

hipoglikemia. Selain itu, banyaknya glukosa yang dikeluarkan didalam urin

tergantung dari ambang ginjal terhadap glukosa. Bila amabang ginal untuk

glukosa rendah seperti pada glukosuria renal akan terdapat glukosa didalam

urin walaupun tidak dijumpai hiperglikemia.

2. Pemeriksaan kadar gula darah

Untuk mengetahui adanya DM dan pengontrolan kadar gula darah

dapat diketahui dengan mengukur kadar gula darah puasa atau kadar gula

sewaktu.

3. pemeriksaan test toleransi glukosa oral (TTGO)

Bila didaapatkan kadar gula darah yang meragukan baik pada kadar

gula darah puasa maupun sewaktu, maka perlu dilakukan pemeriksaan TTGO.

Pasien harus memenuhi syarat sbb :

 Tiga hari sebelum pemeriksaan makan dan kegiatan jasmani dilakukan

seperti biasa (jangan diet)

 Puasa satu malam 10-12 jam

B. PEMERIKSAAN ASAM URAT

a. Defenisi

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin

adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA (gambar 2.1). Yang

14
termasuk kelompok purin adalah adenosin dan guanosin. Saat DNA dihancurkan,

purin pun akan dikatabolisme. Hasil akhirnya berupa asam urat (Rodwell, 2003).

b. Pembentukan Asam Urat

Asam urat (purin 2,6,8-trihidroksi, C5H4N4O3) adalah produk akhir

metabolisme purin di manusia, tetapi merupakan produk perantara dalam

kebanyakan mamalia lain. Hal ini dihasilkan terutama dalam hati dengan aksi

xantin oksidase, suatu enzim logam molibdenum yang dapat dihambat oleh

farmakologi obat-obatan seperti allopurinol dan febuxostat (Bobulescu, 2012).

c. Ekskresi Asam Urat

Ekskresi netto asam urat lokal pada manusia normal rata-rata adalah 400-

600 mg/jam. Banyak senyawa secara alami terdapat di alam dan senyawa

farmakologik mempengaruhi absorpsi serta sekresi natrium pada ginjal. Produksi

asam urat bervariasi tergantung kandungan purin dalam diet dan kecepatan

biosintesis, degradasi dan penyimpanan purin. Normalnya dua pertiga hingga tiga

perempat urat yang dihasilkan dikeluarkan melalui ginjal dan sebagian besar

dibuang melalui usus. Setelah filtrasi, 98% sampai 100% asam urat diserap

kembali. Kira-kira setengah sampai empat puluh persen asam urat yang

direabsorbsi diekskresikan kembali di tubulus proksimalis dan kira kira 40-44%

direabsorbsi kembali. Kira-kira 8% sampai 12% asam urat yang disaring oleh

glomerulus dikeluarkan dalam urin sebagai asam urat (Wortmann, 2012).

d. Diagnosis

Diagnosis asam urat dapat dilakukan dengan tiga pemeriksaan, yaitu

sebagai berikut:

15
1. Pemeriksaan laboratorium

Seseorang dikatakan menderita asam urat jika pemeriksaan

laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah di atas 7 mg/dl

untuk pria dan 6 mg/dl untuk wanita. Selain itu kadar asam urat dalam urin

lebih dari 750-1.000 mg/24 jam dengan diet biasa.

2. cairan sendi

Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya

untuk melihat adanya kristal urat atau monosodium urat (kristal MSU) dalam

cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi perlu

dilakukan kultr cairan sendi.

3. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologis digunakan untuk melihat proses yang

terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses pengapuran di

dalam tofus (Utami, 2005).

e. Implikasi klinik:

- Hiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi,

metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifi kan akibat

penurunan ekskresi atau peningkatan produksi asam urat.

- Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara klinik.

- Obat yang dapat meningkatkan kadar urat darah meliputi: tiazid, salisilat

(< 2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.

- Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi: allopurinol,

probenesid, sulfi npirazon dan salisilat (> 3 g/hari).

16
BAB III

METODE PENULISAN

Metode penulisan karya ilmiah ini adalah berupa ulasan atau kajian

pustaka dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan

dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya dengan tema yang akan

diangkat dalam penulisan. Kajian pustaka bukanlah proses yang mudah

dilakukan. Pembuatan kajian pustaka menuntut pemahaman yang komprehensif

dari peneliti tentang pengatahuan yang pernah ditulis oleh orang lain dalam

bidang yang menjadi konsepnya. Dalam kajian pustaka dimuat esensi-esensi hasil

penelitian literatur yaitu berupa teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan

kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut,

dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain, yaitu kutipan langsung

tanpa mengubah kata-kata atau tanda bacaan, kemudian dianalisis dibandingkan

dan dikonstuksikan, teori-teori dan temuan-temuan itu harus relevan dengan

permasalahan.

Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki

beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian

lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,

menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-

celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

17
18
BAB IV

PEMBAHASAN

A. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk

membedakan diagnosis, mengkonfi rmasi diagnosis, menilai status klinik pasien,

mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan.

Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk:

 Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat,

kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat),

 Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui

melalui kadar kalium dalam darah, efektivitas warfarin diketahui melalui

pemeriksaan INR,

 Efektifi tas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam urat,

 Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh:

penurunan dosis siprofl oksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin

<30mL/menit),

 Menilai kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam

menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan

penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah), dan

 Mencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan.

Beberapa pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu paket yang

disebut profi l atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan

19
fungsi ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati. Tata nama, singkatan dan rentang nilai

normal hasil pemeriksaan yang biasa digunakan dapat berbeda antara satu

laboratorium dengan laboratorium lainnya, sehingga perlu diperhatikan dalam

menginterpretasikan hasil pemeriksaan.

1. Urinalisis (UA)

Nilai normal:

a. Deskripsi

UA dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan

fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus.

1) Berat jenis spesifik (Specific gravity)

Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari.

Pemeriksaan berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi

penyakit ginjal pasien. Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan

menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi

20
oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat

pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras,

manitol, dekstran, diuretik.

Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring dengan

menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal azotemia.

2) Warna urin

Deskripsi

Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa

eksogen dan endogen, dan pH

• Warna merah coklat menunjukkan urin mengandung hemoglobin,

myoglobin, pigmen empedu, darah atau pewarna. Dapat juga

karena pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin,

doksorubisin, fenitoin, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti

urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena

laksatif, metildopa)

• Warna kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit,

fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin,

klorokuin

• Warna biru-hijau menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, bakteri

Pseudomonas, pigmen empedu, amitriptilin,

• Warna hitam menunjukkan adanya, alkaptouria

• Warna gelap menunjukkan porfi ria, malignant melanoma (sangat

jarang)

21
• Urin yang keruh merupakan tanda adanya urat, fosfat atau sel darah

putih (pyuria), polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat

kontras radiografi .

• Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu

• Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol,

bilirubin, urobilin.

2. Glukosa (Fasting Blood Sugar/FBS)

Nilai normal : ≥ 7 tahun : 70 - 100 mg/dL SI unit : 3,89 - 5,55 mmol/L

12 bulan - 6 tahun: 60-100 mg/dL SI unit : 3,33 - 5,55 mmol/L

Deskripsi:

Glukosa dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan perubahan

glikogen dalam hati. Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining yang

menunjukan ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin,

ketidakmampuan usus halus mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel

mempergunakan glukosa secara efi sien, atau ketidakmampuan hati

mengumpulkan dan memecahkan glikogen.

Implikasi klinik:

• Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai

puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan),

stress akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defi siensi kalium,

penyakit yang kronik, dan sepsis.

• Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar

insulin yang berlebihan atau penyakit Addison.

22
• Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan

kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL.

• Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL,

perlu dicurigai adanya diabetes mellitus.

• Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa

pada urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien.

Faktor pengganggu

• Merokok meningkatkan kadar glukosa

• Perubahan diet (misalnya penurunan berat badan) sebelum pemeriksaan

dapat menghilangkan toleransi karbohidrat dan terjadi “false diabetes”

• Kadar glukosa normal cenderung meningkat dengan penambahan umur

• Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan glukosa

meningkat secara signifi kan pada jam kedua atau specimen darah

berikutnya

• Penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi glukosa.

Dua minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk mengukur

kadar glukosa

• Beberapa obat menggangu kadar toleransi glukosa (tidak terbatas pada)

- Insulin

- Hipoglikemi oral

- Salisilat dosis besar

- Diuretik tiazid

- Kortikosteroid

23
- Estrogen dan kontrasepsi oral

- Asam nikotinat

3. Asam Urat

Nilai normal : Pria ; ≥ 15tahun:3,6-8,5mg/dL SI unit :214-506 μmol/L

Wanita;> 18 tahun: 2,3 – 6,6 mg/dL SI unit : 137 – 393 μmol/L

Deskripsi:

Asam urat terbentuk dari penguraian asam nukleat. Konsentrasi

urat dalam serum meningkat bila terdapat kelebihan produksi atau

destruksi sel (contoh: psoriasis, leukemia) atau ketidakmampuan

mengekskresi urat melalui ginjal.

Implikasi klinik:

• Hiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi,

metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifikan akibat

penurunan ekskresi atau peningkatan produksi asam urat.

• Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara klinik.

• Obat yang dapat meningkatkan kadar urat darah meliputi: tiazid, salisilat

(< 2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.

• Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi: allopurinol,

probenesid, sulfi npirazon dan salisilat (> 3 g/hari).

Perawatan pasien

Interpretasikan hasil pemeriksaan dan monitor fungsi ginjal, tanda

gout atau gejala leukemia. Kadar asam urat seharusnya turun pada pasien

24
yang diterapi dengan obat yang bersifat uricosuric seperti allopurinol,

probenesid, dan sulfi npirazon.

25
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan urinalisasi dapat digunakan untuk evaluasi gangguan

fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih

dan diabetes mellitus.

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah.

Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan

ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama

energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida,

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh.

Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam

tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa

dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan.

Asam urat adalah hasil akhir dari kata bolisme (pemecahan) purin. Purin

adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Yang termasuk

kelompok purin adalah adenosin dan guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun

akan dikatabolisme.

B. SARAN

Sebagai tenega kesehatan profisional, hendaknya dapat memberikan

pelayanan pada penderita untuk mencegah dan meminimalkan komplikasi yang

mungkin terjadi. Sehingga dapat diharapkan dapat terwujud kesehatan pada pasien

26
secara optimal. Untuk selanjutnya tenaga kesehatan atau dokter jelaskan kepada

pasien yang sebaik baiknya agar pasien tidak kebingungan. Agar pelayanan

kesehatan berjalan dengan baik dan prima sebaik-baiknya didasarkan pada

pemeriksaan laboratorium kesehatan pada kasus komposisi darah dan sistem

makrofag-monosit ini.

27
DAFATAR PUSTAKA

Ditjen Binfar Alkes, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Rodwell, V.W., Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., 2003. Biokimia
Harper. Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yap Albert, 2013, Perbandingan Kadar Glukosa Darah Kapiler Dengan Kadar
Glukosa Darah Vena Menggunakan Glukometer Pada Penderita Diabetes
Melitus, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha.

28
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eliwati, S.Si


NIP : 19770305 200012 2 003
Pangkat/ Gol. Ruang : Penata Muda Tk.I/ III.d
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan Muda
Unit Organisasi : UPT Pelatihan Kesehatan Prov. Sulsel

Dengan menyatakan bahwa Makalah ini, saya buat dan susun, sesuai
standar penulisan, berdasarkan buah pikiran saya sendiri. Yang didasarkan oleh
berbagai referensi/sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Makassar, 24 Juni 2019


Yang Membuat

Eliwati, S.Si
NIP. 19770305 200012 2 003

Anda mungkin juga menyukai