LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih
cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan
atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara
adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena
kanker payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya
meninggal karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan kurangnya
biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker payudara
kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk
kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak
melakukan deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga
kasus ini terus mengalami peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan
mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019). Angka kejadian
penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8
di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka
kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata kematian
13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker
tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti
Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000
penduduk (Riskesdas, 2018).
Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien dipengaruhi oleh
perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak psikososial
yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan
memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker
payudara berasal dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan,
ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan citra diri (Utami, 2017).
Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang mampu
mendapatkan status kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi atau
kemampuan fisik seoptimal mungkin, seseorang yang memiliki kualitas hidup
yang baik maka akan memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebaliknya, ketika kualitas hidup
menurun maka keinginan untuk sembuh juga menurun (Haryati & Sari, 2019).
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM :
Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu
memproduksi sebuah air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu yang
biasanya dialirkan ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui duktus.
Struktur lainnya yaitu adalah sebuah jaringan lemak yang juga merupakan
sebuah komponen yang terbesar, dan connective tissue, dengan pembuluh
darah dan juga saluran yang beserta kelenjar limfatik. Maka Setiap dari
payudara itu akan mengandung kira-kira 15-20 lobus yang dapat tersusun
sirkuler. Pada Jaringan lemak (subcutaneous adipose tissue) yaitu yang
membungkus satu lobus dapat memberikan sebuah bentuk dan ukuran dari
payudara. Pada Tiap lobus itu juga terdiri dari beberapa lobules yang juga
merupakan tempat untuk produksi air susu yang berfungsi sebagai respon
dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3 macam jenis hormon yang bisa
mempengaruhi dari payudara yaitu yakni estrogen, progesterone, dan
prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula payudara dan di uterus terus
mengalami banyak perubahan selama dalam menjalani siklus menstruasi.
dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar nipple.
Jaringan pada payudara juga dapat didukung oleh sebuah ligamentum
suspensorim cooper. Dan sebuah Ligament ini akan terus berjalan sepanjang
jalur parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum inimemendek oleh karena infiltrasi
sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran skin dampling.
Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah payudara dan
menutup iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu tergantung juga pada
pleksus subdermal,juga beserta yang terhubung dengan pembuluh darah
yang sangat dalam atau bisa juga disebut dengan (deeper vessel) fingsinya
yang akan mensuplai aliran darah ke parengkim payudara. Suplai darah
berasal dari:
a. perforator dari arteri mamaria interna.
c. Arteri torakodorsalis.
d. Perforator arteri interkostalis.
e. Arteri
pleksus servikalis dan akan juga mensarafi bagian paling atas dan pada
bagian lateral payudara. Para peneliti meyakini sensasi daerah nipple berasal
dari cabang cutaneous lateral T4. Pembuluh darah dari limfatik dan dari
kelenjar getah bening (kgb) dari glandula payudara dalah sangat penting.
Pembuluh limfatik ini akan berjalan-jalan di tepi bagian lateral di muskulus
pektoralis mayor dan akan bersatu dengan kgb pectoral, yang akan selalu
mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah bening
menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini aliran limfatik kemudian ke
kgb aksila (mesenterika superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainage
lainnya adalah melalu pektoralis mayor dekat garis parasternal dan melalui
intercostal space menuju kgb parasternal dan melalui intercostal space
menuju kgb parasternal yang terletak sepanjang pembuluh darah mammaria
interna.
Drainase limfatik dapat juga menuju kgb supraklavikula melalui kgb
mesenterika superior dan melalui kgb infra klavikula. Terdapat juga jalur
drainase intramuscular yang melewati pektoralis mayor langsung ke kgb.
Disini termasuk kgb interpektoral (roternode) yang terletak diantara dua otot
dada yang mengalirkan ke deep kgb (aksila) atau langsung ke apical axillary
lymp nodes.
Surgical level (berg’s level) dari kelenjar getah bening payudara
dikelompokkan ke dalam tiga macam level. Level 1 adalah sebuah kelompok
besar kgb yang akan selalu berada di leteral otot pektoralis atau minor yang
akan terus meliputi sekelompok kgb dari mammaria eksterna dan juga kgb
dari vena aksilaris. Pada Level II dari kgb yang berada di dalam posterior
pektoralis minor yaitu yakni kgb sentral. Dan pada Level III kgb yang berada
di sebelah pektoralis minor hingga sampai dengan pada ligamentum Halsted
yaitu sebuah kelompok dari kgb subklavikula.
2. PENGERTIAN
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma,
2015).
Ca mammae adalah yaitu dimana sekelompok sel yang tidak normal
pada payudara seseorang yang terus tumbuh dan akan berlipat ganda. dan
Pada akhirnya semua sel-sel ini terus akan menjadi bentuk sebuah benjolan
di payudara. dan Jika sebuah benjolan kanker itu tidak bisa di buang atau
tidak terkontrol,sel-sel kanker bisa menyebar (bermestastase) pada sebuah
bagian-bagian tubuh yang lain dan nantinya juga akan dapat mengakibatkan
kematian. Metasase bisa juga terjadi yaitu pada sebuah kelenjar getah bening
pada ketiak atau pun bisa juga yaitu diatas tulang belikat. Selain itu pada sel-
sel kanker juga bisa bersarang di dalam tulang, bisa juga di paru-paru, di hati
kulit dan di bawah kulit dan kanker payudara merupakan sebuah penyakit
yang bisa juga disebabkan karna terjadiya pembelahan sebuah sel-sel di
dalam tubuh seseorang secara tidak teratur dan sehingga pada pertumbuhan
sel juga tidak dapat dikendalikan dan dia akan tumbuh menjadi sebuah
benjolan atau tumor (kanker) dari sel tersebut (Brunner dan Suddarth 2011 ).
3. KLASIFIKASI
4. ETIOLOGI:
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah
faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap
rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat
melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak
factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko
tinggi terjadinya kanker payudara.
5. PATOFISIOLOGI
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya.
Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe
dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma adalah suatu
proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan
fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.
sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan
karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau
karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan
perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat, seluler (DNA),
promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap agens yang
mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal atau genetik
mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana sel-sel yang
telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi mulai
menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase menunjukkan
perilaku maligna.
g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
5) Pemeriksaan sitologik
8. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun
otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
tan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang
berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada
pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat
maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang
bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan
terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
1) Pengkajian
a. Pengkajian Identitas
1) Identitas Pasien :
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama :
3) Alergi :
e. Pemeriksaan Penunjang
2) Diagnosa keperawatan
Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan
sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien
yang bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan
pengetahuan terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi 16)
diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI,
2017):
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf
(D.0078).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
menurun (D.0005).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019).
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111).
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0080).
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/fungsi tubuh (D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi
traumatis (D.0101).
3) Intervensi Keperawatan.
Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
2) Kriteria hasil :
c) meringis menurun
e) gelisah menurun
i) diaforesis menurun
l) anoreksia menurun
v) fokus membaik
x) perilaku membaik
f) Nyeri menurun
g) Perdarahan menurun
h) Kemerahan menurun
i) Hematoma menurun
l) Nekrosis menurun
o) Sensasi membaik
p) Tekstur membaik
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3) ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
2) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
d) demam menurun
e) kemerahan menurun
f) bengkak menurun
g) vesikel menurun
k) piuria menurun
n) letargi menurun
2) Kriteria hasil :
Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
2) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2) Kriteria hasil :
g) konsentrasi meningkat
h) tidur meningkat
k) aktif meningkat
Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien
2) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
4) Implementasi