Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih
cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan
atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara
adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena
kanker payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya
meninggal karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan kurangnya
biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker payudara
kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk
kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak
melakukan deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga
kasus ini terus mengalami peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan
mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019). Angka kejadian
penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8
di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka
kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata kematian
13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker
tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti
Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000
penduduk (Riskesdas, 2018).
Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien dipengaruhi oleh
perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak psikososial
yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan
memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker
payudara berasal dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan,
ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan citra diri (Utami, 2017).
Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang mampu
mendapatkan status kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi atau
kemampuan fisik seoptimal mungkin, seseorang yang memiliki kualitas hidup
yang baik maka akan memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebaliknya, ketika kualitas hidup
menurun maka keinginan untuk sembuh juga menurun (Haryati & Sari, 2019).
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM :
Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu
memproduksi sebuah air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu yang
biasanya dialirkan ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui duktus.
Struktur lainnya yaitu adalah sebuah jaringan lemak yang juga merupakan
sebuah komponen yang terbesar, dan connective tissue, dengan pembuluh
darah dan juga saluran yang beserta kelenjar limfatik. Maka Setiap dari
payudara itu akan mengandung kira-kira 15-20 lobus yang dapat tersusun
sirkuler. Pada Jaringan lemak (subcutaneous adipose tissue) yaitu yang
membungkus satu lobus dapat memberikan sebuah bentuk dan ukuran dari
payudara. Pada Tiap lobus itu juga terdiri dari beberapa lobules yang juga
merupakan tempat untuk produksi air susu yang berfungsi sebagai respon
dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3 macam jenis hormon yang bisa
mempengaruhi dari payudara yaitu yakni estrogen, progesterone, dan
prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula payudara dan di uterus terus
mengalami banyak perubahan selama dalam menjalani siklus menstruasi.
dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar nipple.
Jaringan pada payudara juga dapat didukung oleh sebuah ligamentum
suspensorim cooper. Dan sebuah Ligament ini akan terus berjalan sepanjang
jalur parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum inimemendek oleh karena infiltrasi
sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran skin dampling.
Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah payudara dan
menutup iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu tergantung juga pada
pleksus subdermal,juga beserta yang terhubung dengan pembuluh darah
yang sangat dalam atau bisa juga disebut dengan (deeper vessel) fingsinya
yang akan mensuplai aliran darah ke parengkim payudara. Suplai darah
berasal dari:
a. perforator dari arteri mamaria interna.

b. Arteri torakalis lateralis.

c. Arteri torakodorsalis.
d. Perforator arteri interkostalis.

e. Arteri

pleksus servikalis dan akan juga mensarafi bagian paling atas dan pada
bagian lateral payudara. Para peneliti meyakini sensasi daerah nipple berasal
dari cabang cutaneous lateral T4. Pembuluh darah dari limfatik dan dari
kelenjar getah bening (kgb) dari glandula payudara dalah sangat penting.
Pembuluh limfatik ini akan berjalan-jalan di tepi bagian lateral di muskulus
pektoralis mayor dan akan bersatu dengan kgb pectoral, yang akan selalu
mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah bening
menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini aliran limfatik kemudian ke
kgb aksila (mesenterika superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainage
lainnya adalah melalu pektoralis mayor dekat garis parasternal dan melalui
intercostal space menuju kgb parasternal dan melalui intercostal space
menuju kgb parasternal yang terletak sepanjang pembuluh darah mammaria
interna.
Drainase limfatik dapat juga menuju kgb supraklavikula melalui kgb
mesenterika superior dan melalui kgb infra klavikula. Terdapat juga jalur
drainase intramuscular yang melewati pektoralis mayor langsung ke kgb.
Disini termasuk kgb interpektoral (roternode) yang terletak diantara dua otot
dada yang mengalirkan ke deep kgb (aksila) atau langsung ke apical axillary
lymp nodes.
Surgical level (berg’s level) dari kelenjar getah bening payudara
dikelompokkan ke dalam tiga macam level. Level 1 adalah sebuah kelompok
besar kgb yang akan selalu berada di leteral otot pektoralis atau minor yang
akan terus meliputi sekelompok kgb dari mammaria eksterna dan juga kgb
dari vena aksilaris. Pada Level II dari kgb yang berada di dalam posterior
pektoralis minor yaitu yakni kgb sentral. Dan pada Level III kgb yang berada
di sebelah pektoralis minor hingga sampai dengan pada ligamentum Halsted
yaitu sebuah kelompok dari kgb subklavikula.
2. PENGERTIAN
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma,
2015).
Ca mammae adalah yaitu dimana sekelompok sel yang tidak normal
pada payudara seseorang yang terus tumbuh dan akan berlipat ganda. dan
Pada akhirnya semua sel-sel ini terus akan menjadi bentuk sebuah benjolan
di payudara. dan Jika sebuah benjolan kanker itu tidak bisa di buang atau
tidak terkontrol,sel-sel kanker bisa menyebar (bermestastase) pada sebuah
bagian-bagian tubuh yang lain dan nantinya juga akan dapat mengakibatkan
kematian. Metasase bisa juga terjadi yaitu pada sebuah kelenjar getah bening
pada ketiak atau pun bisa juga yaitu diatas tulang belikat. Selain itu pada sel-
sel kanker juga bisa bersarang di dalam tulang, bisa juga di paru-paru, di hati
kulit dan di bawah kulit dan kanker payudara merupakan sebuah penyakit
yang bisa juga disebabkan karna terjadiya pembelahan sebuah sel-sel di
dalam tubuh seseorang secara tidak teratur dan sehingga pada pertumbuhan
sel juga tidak dapat dikendalikan dan dia akan tumbuh menjadi sebuah
benjolan atau tumor (kanker) dari sel tersebut (Brunner dan Suddarth 2011 ).

3. KLASIFIKASI

4. ETIOLOGI:
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah
faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap
rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat
melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak
factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko
tinggi terjadinya kanker payudara.

b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang


sama yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah
melakukan pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada
payudara yang sehat.

c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang


mana ibu, atau saudara perempuan yang mengalami penyakit
yang sama akan beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker
payudara.

d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan


akan menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan
menyebabkan kanker payudara.

e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang


mengalami menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13
menopause yang lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang
tua akan beresiko besar terjadinya kanker payudara.

f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami


obesitas itu akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang
akan beresiko terkena kanker.

g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko


terkena kanker.

h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan


sinar pada dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker
payudara.

5. PATOFISIOLOGI
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya.
Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe
dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma adalah suatu
proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan
fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.
sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan
karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau
karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan
perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat, seluler (DNA),
promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap agens yang
mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal atau genetik
mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana sel-sel yang
telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi mulai
menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase menunjukkan
perilaku maligna.

6. TANDA DAN GEJALA


Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan
elips, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik,
inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk
adanya metastase (Nurarif & Kusuma, 2015)
Adapun tanda dan gejala kanker payudara :
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit

b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus-


menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)

c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti


kulit jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok
(ulcus)
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit)

e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).

f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.

g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi

1) Morfologi sel darah

2) Laju endap darah

3) Tes faal hati

4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam


serum atau plasma

5) Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian


cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae
untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang
bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar
kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah
padat pada trasonography berguna untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari
mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai
titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu
kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam
antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat.
Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak
atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan
diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi,
pentahapan dan seleksi terapi.
g. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor
pada speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

8. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun
otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
tan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang
berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,


Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
b. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam
aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
c. Manipulasi hormonal.
ngan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy.
Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

d. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Mempertahankan integritas karingan yang adekuat (kulit, membrane


mukosa)

2) Mempertahankan status nutrisi yang adekuat

3) Memperagakan toleransi aktivitas yang meningkat dan keletihan yang


menurun

4) Penderita dapat menunjukan citra tubuh dan harga diri.

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada
pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat
maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang
bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan
terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
1) Pengkajian
a. Pengkajian Identitas

1) Identitas Pasien :

2) Identitas Penanggung Jawab :

b. Status Kesehatan

1) Keluhan Utama :

2) Penyakit yang pernah dialami :

3) Alergi :

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :

5) Riwayat Penyakit Keluarga :

6) Diagnosa Medis dan therapy :

c. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Pola Bernapas
2) Pola makan-minum
3) Pola Eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola Berpakaian
7) Pola rasa nyaman
8) Pola Aman
9) Pola Kebersihan Diri
10)Pola Komunikasi
11)Pola Beribadah
12)Pola Produktifitas
13)Pola Rekreasi
14)Pola Kebutuhan Belajar
d. Pengkajian Fisik

e. Pemeriksaan Penunjang

f. ata laboratorium yang berhubungan

2) Diagnosa keperawatan
Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan
sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien
yang bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan
pengetahuan terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi 16)
diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI,
2017):
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf
(D.0078).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
menurun (D.0005).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019).
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111).
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0080).
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/fungsi tubuh (D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi
traumatis (D.0101).
3) Intervensi Keperawatan.
Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :

a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf


(D.0078).

1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


diharapkan ekspetasi tingkat nyeri menurun.

2) Kriteria hasil :

a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

b) keluhan nyeri menurun

c) meringis menurun

d) sikap protektif menurun

e) gelisah menurun

f) kesulitan tidur menurun

g) menarik diri menurun

h) berfokus pada diri sendiri menurun

i) diaforesis menurun

j) perasaan depresi (tertekan ) menurun

k) perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

l) anoreksia menurun

m) perineum terasa tertekan menurun


n) uterus teraba membulat menurun

o) ketegangan otot menurun

p) pupil dilatasi menurun

q) muntah menurun mual menurun

r) frekuensi nadi membaik

s) pola nafas membaik

t) tekanan darah membaik

u) proses berpikir membaik

v) fokus membaik

w) fungsi berkemih membaik

x) perilaku membaik

y) nafsu makan membaik

z) pola tidur membaik

b. Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)


 Observasi
1) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri


7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


9) Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri
 Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


 Kolaborasi
1) pemberian analgetik, jika perlu

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi


(D.0129).
1) Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi integritas kulit dan jaringan meingkat.
2) Kriteria hasil :
a) Elastisitas meningkat
b) Hidrasi meningkat
c) Perfusi jaringan meningkat

d) Kerusakan jaringan menurun

e) Kerusakan lapisan kulit menurun

f) Nyeri menurun

g) Perdarahan menurun

h) Kemerahan menurun

i) Hematoma menurun

j) Pigmentasi abnormal menurun

k) Jaringan parut menurun

l) Nekrosis menurun

m) Abrasi kornea menurun

n) Suhu kulit membaik

o) Sensasi membaik

p) Tekstur membaik

q) Pertumbuhan rambut membaik 3) Intervensi :

d. Perawatan luka (I.14564)


 Observasi
1) monitor karakteristik luka
2) monitor tanda-tanda infeksi
 Terapeutik
1) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2) cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
3) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai
kebutuhan

4) bersihkan jaringan nekrotik

5) berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

6) pasang balutan sesuai jenis luka

7) pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

8) ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

9) jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi


pasien

10) berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein


1,25-1,5 gram/kgBB/hari

11)Berikan suplemen vitamin dan mineral

12)berikan terapi tens, jika perlu

 Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3) ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
 Kolaborasi
1) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
2) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

e. Resiko infeksi berhubungan dengn penyakit kronis (D.0142).


1) Tujuan umum :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi tingkat infeksi menurun.
2) Kriteria hasil :
a) kebersihan tangan meningkat
b) kebersihan badan meningkat

c) nafsu makan meningkat

d) demam menurun

e) kemerahan menurun

f) bengkak menurun

g) vesikel menurun

h) cairan berbau busuk menurun

i) sputum berwarna hijau menurun

j) drainase purulen menurun

k) piuria menurun

l) periode malaise menurun

m) periode menggigil menurun

n) letargi menurun

o) gangguan kognitif menurun

p) kadar sel darah putih membaik

q) kultur darah membaik

r) kultur urine membaik


s) kultur sputum membaik

t) kultur area luka membaik

u) kultur feses membaik

v) kadar sel darah putih membaik 3) Intervensi a)

f. Intervensi pencegahan infeksi (I.14539)


 Observasi
1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung

2) berikan perawatan kulit pada area edema

3) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan


lingkungan pasien

4) pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi


 Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan etika batuk
4) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) anjurkan meningkatkan asupan cairan
 kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

g. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan


struktur/fungsi tubuh (D.0083).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan ekspektasi citra tubuh meningkat

2) Kriteria hasil :

a) Melihat bagian tubuh meningkat

b) menyentuh bagian tubuh meningkat

c) verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat

d) verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat

e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh


menurun

f) verbalisasi kekhawatiran terhadap penolakan/reaksi orang


lain menurun

g) verbalisasi perubahan gaya hidup menurun

h) menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

i) menunjukkan bagian tubuh berlebihan menurun

j) fokus pada bagian tubuh menurun


k) fokus pada penampilan masa lalu

l) menurun fokus pada kekuatan masa lalu menurun

m) respon non verbal pada perubahan tubuh membaik

n) hubungan sosial membaik

h. Intervensi : Promosi citra tubuh (I.09305)


 Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt citra
tubuh

3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi


sosial

4) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

5) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang


berubah
 Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
4) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis,
luka, penyakit. pembedahan)
5) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara
realistis
6) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh

 Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
2) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

3) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig, kosmetik)

4) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok


sebaya)

5) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

6) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)


Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok

i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi


traumatis (D.0086).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan


diharapkan ekspektasi harga diri meningkat.

2) Kriteria hasil :

a) Penilaian diri positif meningkat

b) perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan positif meningkat

c) penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat

d) minat mencoba hal baru meningkat

e) berjalan menampakan wajah meningkat


f) postur tubuh menampakan wajah meningkat

g) konsentrasi meningkat

h) tidur meningkat

i) kontak mata meningkat

j) gairah aktivitas meningkat

k) aktif meningkat

l) percaya diri berbicara meningkat

m) perilaku esertif meningkat

n) kemampuan membuat keputusan meningkat


o) perasaan malu menurun

p) perasaan bersalah menurun

q) perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun

r) meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun

s) ketergantungan pada penguatan secara berlebihan menurun

t) pencarian penguatan secara berlebihan menurun

j. Intervensi Promosi Harga diri (I. 09331)


 Observasi
1) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia
terhadap harga diri
2) Monitor verballsasi yang merendahkan diri sendiri
3) Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
 Terapeutik
1) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri
sendiri

2) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru

3) Diskusikan pernyataan tentang harga diri

4) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

5) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri

6) Diskusikan persepsi negatif diri

7) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah

8) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai


harga diri yang lebih tinggi
9) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan
dan batasan yang jelas

10)Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai


tujuan

11)Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga


diri

 Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien
2) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

3) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi


dengan orang lain

4) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif

5) Anjurkan mengevaluasi perilaku

6) Ajarkan cara mengatasi bullying

7) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri

8) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri Latih cara berfikir


dan berperilaku positif
9) Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam
menangani situasi

4) Implementasi

10. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


11. PERENCANAAN KEPERAWATAN
12. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
13. KOLABORASI DAN RASIONAL
14. EDUKASI. DAN RASIONAL.

Anda mungkin juga menyukai