PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low back pain(LBP)atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang
terjadi pada region punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab(kelainan
tulang punggung/spinesejak lahir, trauma,perubahan jaringan, pengaruh gaya berat).LBP
merupakan keluhanyang sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup
kemungkinan dialami oleh orang usia muda. Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat
kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan posturtubuh yang salah.LBP merupakan
salah satu
gangguan musculoskeletalyang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. LBP dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang
salah.Saat ini, 90% kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik,
melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja
Pengertian
Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang(Muttaqin,2012).
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah,
yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri
punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga
dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau
penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan
bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi
fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi
tidur yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).
B. Anatomi Dan Fisiologi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara anatomis dapat dibagi menjadi
dua bagian. Bagian anterior terdiri 6 atas serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder
yang saling dihubungkan lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh
ligamentum longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang
membentang dari corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah posterior untuk
memebentuk lamina yang bersama struktur ligamentum membentuk canalis vertebra.
Unsur posterior dihubungkan dengan vertebra di dekatnya lewat dua buah sendi sinovial
bentuk faset kecil sehingga memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di
antara setiap dua buah segmen tetapi secara kesatuan akan menghasilkan kisaran gerakan
yang agak luas( Processus spinosus dan transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral
serta posterior dan berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan,
menunjang serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang belakang bergantung
pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang dihasilkan oleh articulatio tulang
(terutama oleh persendian diskus serta articulatio sinoval unsur – unsur posterior) dan
tipe kedua yang dihasilkan oleh struktur penunjang ligamentum (pasif) serta muskuler
(aktif). Struktur ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini maupun corpus
vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memiliki kekuatan integral yang memadai untuk
bertahan terhadap gaya luar biasa yang bekerja pada columna bahkan pada saat
melakukan gerakan yang sederhana.
C. Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam, dibedakan dalam kelompok
dibawah ini :
a. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur anatomis seperti otot
atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas, atau perubahan degeratif pada suatu
struktur misalnya diskus intervertebralis.
b. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang, dan penyakit paget
pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area lumbosakral
c. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai kemudian ke kaki,
sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama ke kaki. Gejala ini timbul akibat
penekanan nervus iskiadikus, biasanya akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.
Menurut Andini, (2015) penyebab Low Back Pain sebagai berikut:
a. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
b. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
c. Prosedur degenerasi pada pasien lansia
d. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
e. Kegemukan.
f. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
g. Keseleo.
h. Terlalu lama pada getaran.
i. Duduk terlalu lama.
j. Kurang latihan (oleh raga).
k. Depresi /stress.
l. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
D. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang
secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun
termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi
yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.
Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan
iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada
system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor
dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut
saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan.
Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf.
E. Manifestasi Klinis
a. Perubahan dalam gaya berjalan
1) Berjalan terasa kaku.
2) Tidak bias memutar punggung.
3) Pincang.
b. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada
kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak
dirangsang.
c. Nyeri.
1) Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
2) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
3) Nyeri otot dalam.
4) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
5) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
6) Nyeri pada pertengahan bokong.
7) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi.Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin)
masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang
(tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi
otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas
b. Medis
Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.
A. Pengkajian
MenurutNurarif dan Kusuma, (2015) menyatakan bahwa pengkajian merupakan
tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk
mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu :
Pengumpulan data
Pengelompokan data
Perumusan diagnosis keperawatan
Yang termasuk dalam pengkajian yaitu :
1. Biodata klien
Biodata klien yang terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor registrasi, dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
b. Riwayat keluahan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji
dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : bagaimana keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul terus
menerus (menetap).
R : di daerah mana gejala dirasakan.
S : seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric
1 s/d 10.
T : kapan keluhan timbul, sekaligus faktor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
c. Riwayat penyakit yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan terhadap makan/minuma, zat dan obat-obatan
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan terhadap makan/minuma, zat dan obat-obatan
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: riwayat pekerjaan yang terlalu berat, duduk dan mengemudi terlalu
lama, penurunan rentang gerak dari ekstremiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukannya.
b. Integritas ego
Gejala: ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan
c. Eliminasi
Gejala: kesulitan defekasi, adanya inkontenensia atau retensi urine
d. Neurosensori
Gejala: kesemutan, kekakuan, kelemahan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: nyeri seperti ditusuk-tusuk, membengkokkan badan
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang muncul pada apendisitis adalah sebagai berikut:
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
1) Nyeri akut berdasarkasarkan pencedera fisik
2) Hambatan mobilitas fisik berdasarkan nyeri, kerusakan integritas struktur tulang
3) Ansietas berdasarkan ancaman terhadap konsep diri
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. (2015). Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Jurnal Majority. Vol. 4
No. 24 Juli 2019
Yudiyanta, Khoirunnisa, N. Novitasari, R, W. (2015). Assessment Nyeri.Departemen
Neurologi. CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2019 Fathoni, H., Handoyo., Swasti Keksi, G.
(2014). Hubungan Sikap Dan Posisi Kerja Dengan Low Back Pain Pada Perawat Rsud
Purbalingga. The Soedirman Journal of Nursing. Volume 7, No.2, Juli2014.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
? ? ? ?
? 47 ? ? ? 38 ? ?
? ? ?
17 12
2
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
Generasi I : Kakek dan nene pasien masih hidup dan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan pasien
Generasi II: Ayah dan ibu masih hidup dan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
pasien
Generasi III :Pasien merupakan anak pertama dan memiliki satu orang adik perempuan
12. Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan
alat
4 : Bantuan penuh
a. Pemeriksaan fisik
1) Thoraks dan pernapasan
a) Inspeksi : Dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Ekspansi dinding dada simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
b) Auskultasi : Vesikuler normal, Tidak ada ronchi dan
wheezing
2) Jantung
Inspeksi ictus cordis : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
batas kiri ICS V linea midlavikula sinistra
batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
Auskultasi : Reguler, Tidak ada suara murmur
3) Lengan dan tungkai
Kekuatan otot :
a) Uji kekuatan otot
5 5
1 5
Keterangan :
Pendengaran
a. Pina : Simetris
b. Canalis :Ada serumen
c. N. I : Mampu membedakan bau, minyak angin dan pewangi
(parfum)
d. N. II : Pandangan sedikit kabur
e. N. IV sensorik : pasien mampu melirik ke kiri dan ke kanan
f. N. VII sensorik : Pasien Mampu mengespresikan wajah tersenyum dan
sedih, tidak mampu mengangkat kelopak mata sebelah kiri
g. N. VIII pendengaran : Pasien Mampu mendengarkan dengan baik,keseimbangan
kurang baik.
1. Pasien mengatakan
tidak dapat melakukan
aktivitas seperti karena
ketermatasan mobilisasa
( gerak )
TD : 111/94 mmHg
Suhu : 36°C
Nadi : 88 x/menit
RR : 20x/menit
No Catatan Pengobatan
1. Terpasang NACL 0,9 %/ 20 tetes/menit dosis 100-150 mEg/hari
2. Meropenem 1gram/8 jam/ Intravena
3. Vitamin C 50mg/ 24 jam/ Intavena
4. Ketorolac /30 mg/ 8 jam/Intravena
5. Ranitidin/50mg/24jam/Intravena
C. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan laboratorium
PENGELOMPOKAN DATA
ANALISA DATA
4. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36, 2
Nad : 80 ×/menit
Pernafasan : 20 ×/menit
NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
N TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1 Selasa Nyeri akut Obsevasi: S: Klien mengatakan masih
14.12.2021 berhubungan 1) Mengidentifikasi karakteristik merasakan nyeri pada bagian
08:10 dengan agen nyeri lokasi durasi dan kualitas ektermitas kanan bawah
pencedera fisik Hasil: P : Nyeri luka trauma post
P : Nyeri luka trauma dan post operasi kaki
operasi Q : nyeri seperti tersayat
Q : nyeri seperti tersayat-sayat sayat
R : Lokasi nyeri pada bagian R : Lokasi nyeri pada bagian
08:15 ekstermitas kanan bawah ekstermitas bawah bagian
S :Skala nyeri 9 ( NRS ) kanan luka trauma post
T : Nyeri di rasakan terus menurus operasi kaki
2). Memberikan teknik non S :Skala nyeri 8 (NRS )
farmakoligis untuk mengurangi rasa T : Nyeri di rasakan hilang
nyeri timbul saat pasien
Hasil : mengerakan ekstermitas
Pasien tampak lebih mengontrol O: Pasien tampak meringis
08:20 nyeri yang dirasakan saat nyeri dirasakan
3) Mengontrol lingkungan yang A : Masalah belum teratasi
dapat memperberat nyeri P : Lanjutkan Intervensi
Hasil : 1) Identifikasi karakteristik
Memberikan posisi nyaman kepada nyeri lokasi durasi dan
pasien pasien tampak lebih nyaman kualitas
Kolaborasi 2). Berikan teknik non
Kolaborasi pemberian analgesik, farmakoligis untuk
sesuai indikasi mengurangi rasa nyeri
Hasil: 3) Control lingkungan yang
Pemberian obat ketorolack dapat memperberat nyeri
Nyeri tampak berkurang pasien Kolaborasi
tampak lebih tenang pemberian analgesik, sesuai
indikasi