Anda di halaman 1dari 38

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat
dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau
massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara
adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker
payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena
kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan kurangnya biaya pengobatan
(WHO, 2019). Para penderita kanker payudara kebanyakan datang ke rumah
sakit untuk melakukan perawatan telah masuk kedalam stadium lanjut,
penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak melakukan deteksi dengan
SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami
peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan
mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (WHO, 2019). Angka kejadian penyakit kanker di
Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara,
sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000
penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk
(Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi
adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera
Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk
(Riskesdas, 2018).
Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien dipengaruhi oleh
perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak psikososial
yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan memengaruhi
kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker payudara berasal dari
tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perubahan
perubahan citra diri (Utami, 2017).
Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang mampu
mendapatkan status kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi atau
kemampuan fisik seoptimal mungkin, seseorang yang memiliki kualitas hidup
yang baik maka akan memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebaliknya, ketika kualitas hidup menurun
maka keinginan untuk sembuh juga menurun (Haryati & Sari, 2019).
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM :
Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu memproduksi
sebuah air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu yang biasanya dialirkan
ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui duktus. Struktur lainnya yaitu
adalah sebuah jaringan lemak yang juga merupakan sebuah komponen yang
terbesar, dan connective tissue, dengan pembuluh darah dan juga saluran yang
beserta kelenjar limfatik. Maka Setiap dari payudara itu akan mengandung kira-
kira 15-20 lobus yang dapat tersusun sirkuler. Pada Jaringan lemak
(subcutaneous adipose tissue) yaitu yang membungkus satu lobus dapat
memberikan sebuah bentuk dan ukuran dari payudara. Pada Tiap lobus itu juga
terdiri dari beberapa lobules yang juga merupakan tempat untuk produksi air
susu yang berfungsi sebagai respon dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3
macam jenis hormon yang bisa mempengaruhi dari payudara yaitu yakni
estrogen, progesterone, dan prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula
payudara dan di uterus terus mengalami banyak perubahan selama dalam
menjalani siklus menstruasi. dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar nipple.
Jaringan pada payudara juga dapat didukung oleh sebuah ligamentum
suspensorim cooper. Dan sebuah Ligament ini akan terus berjalan sepanjang
jalur parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum inimemendek oleh karena infiltrasi
sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran skin dampling.
Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah payudara dan menutup
iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu tergantung juga pada pleksus
subdermal,juga beserta yang terhubung dengan pembuluh darah yang sangat
dalam atau bisa juga disebut dengan (deeper vessel) fingsinya yang akan
mensuplai aliran darah ke parengkim payudara. Suplai darah berasal dari:
a. perforator dari arteri mamaria interna.

b. Arteri torakalis lateralis.

c. Arteri torakodorsalis.

d. Perforator arteri interkostalis.

e. Arteri

pleksus servikalis dan akan juga mensarafi bagian paling atas dan pada
bagian lateral payudara. Para peneliti meyakini sensasi daerah nipple berasal dari
cabang cutaneous lateral T4. Pembuluh darah dari limfatik dan dari kelenjar
getah bening (kgb) dari glandula payudara dalah sangat penting. Pembuluh
limfatik ini akan berjalan-jalan di tepi bagian lateral di muskulus pektoralis
mayor dan akan bersatu dengan kgb pectoral, yang akan selalu mengiringi
pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah bening menyebar ke muskulus
seratus anterior dari sini aliran limfatik kemudian ke kgb aksila (mesenterika
superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainage lainnya adalah melalu
pektoralis mayor dekat garis parasternal dan melalui intercostal space menuju
kgb parasternal dan melalui intercostal space menuju kgb parasternal yang
terletak sepanjang pembuluh darah mammaria interna.
Drainase limfatik dapat juga menuju kgb supraklavikula melalui kgb
mesenterika superior dan melalui kgb infra klavikula. Terdapat juga jalur
drainase intramuscular yang melewati pektoralis mayor langsung ke kgb. Disini
termasuk kgb interpektoral (roternode) yang terletak diantara dua otot dada yang
mengalirkan ke deep kgb (aksila) atau langsung ke apical axillary lymp nodes.
Surgical level (berg’s level) dari kelenjar getah bening payudara
dikelompokkan ke dalam tiga macam level. Level 1 adalah sebuah kelompok
besar kgb yang akan selalu berada di leteral otot pektoralis atau minor yang akan
terus meliputi sekelompok kgb dari mammaria eksterna dan juga kgb dari vena
aksilaris. Pada Level II dari kgb yang berada di dalam posterior pektoralis minor
yaitu yakni kgb sentral. Dan pada Level III kgb yang berada di sebelah pektoralis
minor hingga sampai dengan pada ligamentum Halsted yaitu sebuah kelompok
dari kgb subklavikula.

2. PENGERTIAN
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma,
2015).
Ca mammae adalah yaitu dimana sekelompok sel yang tidak normal pada
payudara seseorang yang terus tumbuh dan akan berlipat ganda. dan Pada
akhirnya semua sel-sel ini terus akan menjadi bentuk sebuah benjolan di
payudara. dan Jika sebuah benjolan kanker itu tidak bisa di buang atau tidak
terkontrol,sel-sel kanker bisa menyebar (bermestastase) pada sebuah bagian-
bagian tubuh yang lain dan nantinya juga akan dapat mengakibatkan kematian.
Metasase bisa juga terjadi yaitu pada sebuah kelenjar getah bening pada ketiak
atau pun bisa juga yaitu diatas tulang belikat. Selain itu pada sel-sel kanker juga
bisa bersarang di dalam tulang, bisa juga di paru-paru, di hati kulit dan di bawah
kulit dan kanker payudara merupakan sebuah penyakit yang bisa juga disebabkan
karna terjadiya pembelahan sebuah sel-sel di dalam tubuh seseorang secara tidak
teratur dan sehingga pada pertumbuhan sel juga tidak dapat dikendalikan dan dia
akan tumbuh menjadi sebuah benjolan atau tumor (kanker) dari sel tersebut
(Brunner dan Suddarth 2011 ).

3. KLASIFIKASI:
Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut :1.
Stadium I (stadium dini) Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak
terdapat penyebaran(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium
I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk
memeriksa ada atau tidaknmetastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa
di laboratorium.
2. Stadium II Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase
pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk
sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada
stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker
yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
3. Stadium III Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh
tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara
sudah tidak ada
artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga
dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha
ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta
untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. ( Smeltzer
&Bare,2002 )

4. ETIOLOGI:
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor
risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok,
konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan
pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya
anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak factor yang akan
menyebabkan terjadinya kanker payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko
tinggi terjadinya kanker payudara.

b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang


sama yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah
melakukan pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada
payudara yang sehat.

c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana


ibu, atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama
akan beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.

d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan


akan menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan
menyebabkan kanker payudara.

e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang


mengalami menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause
yang lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang tua akan
beresiko besar terjadinya kanker payudara.

f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami


obesitas itu akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang
akan beresiko terkena kanker.

g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko


terkena kanker.

h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar


pada dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker
payudara.
5. PATOFISIOLOGI
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan
terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah,
melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh
untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain.
Neoplasma adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak
mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.
sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan karsinogenesis.
Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler,
diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau karsinogen melepaskan
mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur
genetic asam deoksiribonukleat, seluler (DNA), promosi dimana terjadi
pemajanan berulang terhadap agens yang mempromosikan dan menyebabkan
eskpresi informal abnormal atau genetik mutan bahkan setelah periode laten
yang lama, progresi dimana sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk
selama insiasi dan promosi mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan
bermetastase menunjukkan perilaku maligna.

6. TANDA DAN GEJALA


Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips,
adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase (Nurarif & Kusuma, 2015)
Adapun tanda dan gejala kanker payudara :
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit

b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)

c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit


jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)

d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul


satelit)
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).

f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.

g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang
keluar dari ekskoriasi
a. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untukmendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internalmammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat
pada trasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak
atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.
g. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
8. PENATALAKSANAANMEDIK
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot
pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
tan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi
dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada
di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal, Pengangkatan dan
payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
b. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam
aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
c. Manipulasi hormonal.
ngan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung
dengan therapi endokrin lainnya.
d. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Mempertahankan integritas karingan yang adekuat (kulit, membrane


mukosa)

2) Mempertahankan status nutrisi yang adekuat

3) Memperagakan toleransi aktivitas yang meningkat dan keletihan yang


menurun

4) Penderita dapat menunjukan citra tubuh dan harga diri.


9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada
pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun
sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan
mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi
yang dialami (Desmawati, 2019).
1) Pengkajian
1. Anamnesis. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh
wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau
tegang didaerah sekitar payudara.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama.
Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, palpasi
Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan
frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban

Mata: tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan


Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tanda-tanda
radang.

Hepar : tidak ada pembesaran hepar.

Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.

e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


- Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
- Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
- Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
- Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
- Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik

- Istirahat dan Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
- Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.

2) Diagnosa keperawatan
Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat
maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang
bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan
terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi 16)
diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI,
2017):
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun
(D.0005).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019).
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111).
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi
tubuh (D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi
traumatis (D.0101).
3) Intervensi Keperawatan.
Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


ekspetasi tingkat nyeri menurun.

2) Kriteria hasil :

a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

b) keluhan nyeri menurun

c) meringis menurun

d) sikap protektif menurun

e) gelisah menurun

f) kesulitan tidur menurun

g) menarik diri menurun

h) berfokus pada diri sendiri menurun

i) diaforesis menurun

j) perasaan depresi (tertekan ) menurun

k) perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

l) anoreksia menurun

m) perineum terasa tertekan menurun

n) uterus teraba membulat menurun


o) ketegangan otot menurun

p) pupil dilatasi menurun

q) muntah menurun mual menurun

r) frekuensi nadi membaik

s) pola nafas membaik

t) tekanan darah membaik

u) proses berpikir membaik

v) fokus membaik

w) fungsi berkemih membaik

x) perilaku membaik

y) nafsu makan membaik

z) pola tidur membaik

b. Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)


 Observasi
1) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


9) Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri
 Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


 Kolaborasi
1) pemberian analgetik, jika perlu

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi


(D.0129).
1) Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekspetasi
integritas kulit dan jaringan meingkat.
2) Kriteria hasil :
a) Elastisitas meningkat
b) Hidrasi meningkat
c) Perfusi jaringan meningkat

d) Kerusakan jaringan menurun

e) Kerusakan lapisan kulit menurun

f) Nyeri menurun

g) Perdarahan menurun

h) Kemerahan menurun

i) Hematoma menurun

j) Pigmentasi abnormal menurun

k) Jaringan parut menurun

l) Nekrosis menurun

m) Abrasi kornea menurun

n) Suhu kulit membaik

o) Sensasi membaik

p) Tekstur membaik
q) Pertumbuhan rambut membaik 3) Intervensi :

d. Perawatan luka (I.14564)


 Observasi
1) monitor karakteristik luka
2) monitor tanda-tanda infeksi
 Terapeutik
1) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2) cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
3) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai
kebutuhan

4) bersihkan jaringan nekrotik

5) berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

6) pasang balutan sesuai jenis luka

7) pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

8) ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

9) jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien

10) berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
1,5 gram/kgBB/hari

11) Berikan suplemen vitamin dan mineral

12) berikan terapi tens, jika perlu

 Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3) ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
 Kolaborasi
1) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
2) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

e. Resiko infeksi berhubungan dengn penyakit kronis (D.0142).


1) Tujuan umum :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi tingkat infeksi menurun.
2) Kriteria hasil :
a) kebersihan tangan meningkat
b) kebersihan badan meningkat

c) nafsu makan meningkat

d) demam menurun

e) kemerahan menurun
f) bengkak menurun

g) vesikel menurun

h) cairan berbau busuk menurun

i) sputum berwarna hijau menurun

j) drainase purulen menurun

k) piuria menurun

l) periode malaise menurun

m) periode menggigil menurun

n) letargi menurun

o) gangguan kognitif menurun

p) kadar sel darah putih membaik

q) kultur darah membaik

r) kultur urine membaik

s) kultur sputum membaik

t) kultur area luka membaik

u) kultur feses membaik

v) kadar sel darah putih membaik 3) Intervensi a)

f. Intervensi pencegahan infeksi (I.14539)


 Observasi
1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung

2) berikan perawatan kulit pada area edema

3) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan


lingkungan pasien

4) pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi


 Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan etika batuk
4) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) anjurkan meningkatkan asupan cairan
 kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

g. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi


tubuh (D.0083).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan


diharapkan ekspektasi citra tubuh meningkat

2) Kriteria hasil :

a) Melihat bagian tubuh meningkat

b) menyentuh bagian tubuh meningkat

c) verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat

d) verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat

e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh


menurun

f) verbalisasi kekhawatiran terhadap penolakan/reaksi orang


lain menurun

g) verbalisasi perubahan gaya hidup menurun

h) menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

i) menunjukkan bagian tubuh berlebihan menurun

j) fokus pada bagian tubuh menurun


k) fokus pada penampilan masa lalu

l) menurun fokus pada kekuatan masa lalu menurun

m) respon non verbal pada perubahan tubuh membaik

n) hubungan sosial membaik

h. Intervensi : Promosi citra tubuh (I.09305)


 Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt citra


tubuh

3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi


sosial
4) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

5) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah


 Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
4) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis,
luka, penyakit. pembedahan)
5) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara
realistis
6) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
 Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
2) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

3) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig, kosmetik)

4) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok


sebaya)

5) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

6) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)

Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun


kelompok

i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi


traumatis (D.0086).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan


diharapkan ekspektasi harga diri meningkat.

2) Kriteria hasil :

a) Penilaian diri positif meningkat

b) perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan positif meningkat

c) penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat

d) minat mencoba hal baru meningkat


e) berjalan menampakan wajah meningkat
f) postur tubuh menampakan wajah meningkat

g) konsentrasi meningkat

h) tidur meningkat

i) kontak mata meningkat

j) gairah aktivitas meningkat

k) aktif meningkat

l) percaya diri berbicara meningkat

m) perilaku esertif meningkat

n) kemampuan membuat keputusan meningkat

o) perasaan malu menurun

p) perasaan bersalah menurun

q) perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun

r) meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun

s) ketergantungan pada penguatan secara berlebihan menurun

t) pencarian penguatan secara berlebihan menurun

j. Intervensi Promosi Harga diri (I. 09331)


 Observasi
1) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia
terhadap harga diri
2) Monitor verballsasi yang merendahkan diri sendiri
3) Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
 Terapeutik
1) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri
sendiri

2) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru

3) Diskusikan pernyataan tentang harga diri

4) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

5) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri

6) Diskusikan persepsi negatif diri

7) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah


8) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi

9) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan


batasan yang jelas

10) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai


tujuan

11) Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga


diri

 Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien
2) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

3) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi


dengan orang lain

4) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif

5) Anjurkan mengevaluasi perilaku

6) Ajarkan cara mengatasi bullying

7) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri

8) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri Latih cara berfikir


dan berperilaku positif
9) Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam
menangani situasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Nama mahasiswa yang mengkaji: Syerli Mayoka NIM :210.40.40
Ruangan : Lontara 3 (Onkologi) Tanggal Pengkajian : 06/12/2021
Kamar :6 Tanggal masuk RS : 05/12/2021
No. RM : 732614 Waktu pengkajian : 11.30

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Ny. E
Tempat/tanggal lahir (umur) : 30 July 1980 ( 41 Tahun )
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama/suku : Kristen Khatolik
Warga negara : WNI
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Perintis Kemerdekaan 6
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. S
Alamat : Perintis Kemerdekaan 6
Hubungan dengan pasien : Suami pasien

II. DATA MEDIK


A. Dikirim oleh : Dokter
B. Diagnosa Medik : CA mamae
C. Pengunaan alat medic : terpasang Infuse dengan cairan NaCl 0,9%
Terpasang Transfusi darah

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT : Keadaan umum pasien baik tampak terbaring dan
kadang-kadang terduduk ditempat tidur
B. KELUHAN UTAMA: Lemas
C. RIWAYAT KELUHAN UTAMA:
Pasien datang ke Rumah Sakit untuk melanjutkan kemoterapi dengan riwayat
CA mamae kemoterapi siklus ke 9 tetapi setelah dilakukan pemeriksaan Patologi
Klinik di dapatkan Hasil Hemoglobin pasien rendah ( 9.4) dengan keluhan lemas
yang dialami dan disertai pusing. Sehingga di rawat di Rumah sakit pada tanggal
06 Deseber 2021
D. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Suhu : 36,2°C
Nadi : 80 x/menit
2. Pernapasan frekuensi : 20 x/menit
E. PENGUKURAN
1. Tingi Badan : 150 cm
2. Berat Badan : 44 kg
3. Indeks Massa Tubuh. : 20, 53 kg/m2

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis keturunan
: Pasien
Generasi I : nenek dan kakek pasien dari pasien sudah meninggal dan tidak
menderita penyakit yang sama dengan pasien
Generasi II : Ayah dan ibu pasien masih hidup.
Generasi III: Pasien berusia 41 tahun dan memikili 3 orang bersaudara pasien
merupakan anak ke 3 dari 4 0rang bersaudara

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN


1. Riwayat penyakit yang pernah di alami :
Pasien mengatakan mempunyai penyaki CA Mamae dan perna di lakukan
biopsi pada tahun 2020
2. Riwayat kesehatan sekarang :

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit 1. Aktivitas pasien sesekali
Pasien mengatakan sebelum sakit, ia tampak di bantu
masih mampu melakukan aktivitas 2. Pasien nampak lemas
seperti biasanya 3. mukosa kering, gusi pucat,
Keadaan sejak sakit/sakit saat ini bibir kering
1. Pasien mengatakan lemas
2. Pasien mengatakan pusing
3. Pasien mengatakan sulit tidur

B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit 1. Kepala
Pasien mengatakan makan 3x a. Keadaan rambut:Pasien
sehari dengan porsi normal piring: tidak memiliki rambu
Nasi, lauk dan pauk karena tidak karena efek dari
nafsu makan pengobatan kemoterapi
Keadaan sejak sakit/sakit saat ini yang dilakukan
1. Pasien mengatakan makan b. Mata: Konjungtiva anemis
masih sedikit, hanya c. Hidung: Bentuk simetris
setengah porsi dari jatah kiri dan kanan, tidak ada
makan yang diberikan polip, tidak ada sekret
rumah sakit d. Rongga mulut:Bibir
2. Pasien mengatakan akan kering, mukosa kering
mual kalau makan terlalu e. Leher : keadaan leher baik
banyak tidak terdapat kelenjar
tyroid ca
2. Abdomen
a. Inspeksi bentuk: Simetris
kiri dan kanan, datar,tidak
ada distensi abdomen
b. Perkusi: Timpani
c. Auskultasi : Bising usus
normal, 15 x/menit
d. Hepar : Tidak ada
pembesaran
e. Lien :Tidak ada
pembeasaran

C. KAJIAN POLA ELIMINASI


Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar.
Keadaan sejak sakit/sakit saat ini
Pasien mengatakan BAB dan BAK selama di rumah sakit juga lancar

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit Aktivitas harian
Pasien mengatakan sebelum sakit Makan : 0
mampu melakukan aktivitas seperti Mandi : 2
biasanya Berpakaian: 2
Keadaan sejak sakit/sakit saat Kerapian: 2
pasien mengatakan aktivitasnya hanya BAB : 0
terbaring di tempat tidur dan terkadang BAK : 0
dibantu oleh keluarga. Mobilisasi ditempat tidur : 0
Ambulasi : 2
Anggota gerak cacat : Tidak ada
Tracheostomi : Tidak ada
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan alat
4 : Bantuan penuh

Pemeriksaan fisik
1) Thoraks dan pernapasan
a) Inspeksi : Dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Ekspansi dinding dada simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
b) Auskultasi : Vesikuler normal, Tidak ada ronchi dan
wheezing
2) Jantung
Inspeksi ictus cordis : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
batas kiri ICS V linea midlavikula sinistra
batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
Auskultasi : Reguler, Tidak ada suara murmur
3) Lengan dan tungkai
Kekuatan otot :
a) Uji kekuatan otot
5 5
5 5

Keterangan :
5 : Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahan
penuh.
4 : Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahan sedang.
3 : Hanya mampu melawan gaya gravitasi
2 : Tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakan pasif)
1 : Tidak ada kontraksi otot
Refleks fisiologis : Positif
Refleks patologis : Negatif
Clubbing finger : Negatif
Varices tungkai : Negatif
PASIEN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
E. KAJIAN POLA TIDUR

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit Jam tidur pasien tidak teratur
Pasien mengatakan pola tidur
teratur, malam hari 7-8 jam, siang
hari 2-3 jam
Keadaan sejak sakit/sakit saat
Pasien mengatakan pola tidak tidur
teratur.

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit Mampu mengenali tempat, orang,
Pasien mengatakan tidak pernah dan memberikan respon non
menggunakan alat bantu verbal dan verbal
pendengaran dan penglihatan
Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu
penglihatan dan pendengaran

1. Pemeriksaan fisik
Penglihatan
a. Cornea : Refleks kornea baik.
b. Pupil : isokor, reflex terhadap cahaya baik.
c. Lensa mata : Jernih dan tidak keruh

Pendengaran
a. Pina : Simetris
b. Canalis :Ada serumen
c. N. Penciumqn: Mampu membedakan bau, minyak angin dan pewangi
(parfum)
d. N. Pemglihatan : Pandangan sedikit kabur
e. N. sensorik. : pasien mampu melirik ke kiri dan ke kanan
f. N. sensorik : Mampu mengespresikan wajah tersenyum dan sedih,
tidak mampu mengangkat kelopak mata sebelah kiri
g. N. pendengaran : Mampu mengdengarkan dengan baik,
keseimbangan kurang baik.

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


Data subyektif Data obyektif
Keadaan sebelum sakit: a. Observasi
Pasien mengatakansangat 1) Kontak mata: Pasien
berteman baik dengan lingkungan tampamenetap sambil bicara
tetangga, maupun tempat iya 2) Rentang perhatian : Pasien
tinggal. memperhatikan teman bicara
Keadaan sejak sakit: ketika berkomunikasi.
Pasien mengatakan ikhlas 3) Suara dan tata bicara : Suara
menerima penyakit yang saat ini sedikit kecil, seraksaat
dideritanya berbicara, tampak
jelasmerespon pertanyaan dari
orang lain.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kelainan bawaan yang nyata :
tidak ada
2) Abdomen
Bentuk: Tidak ada pembesaran
Bayangan vena : Tidak nampak
Bayangan massa :Tidak ada

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sebelum sakit: Selama di rumah sakit pasien
Pasien mengatakan jarang ditemani oleh suami pasien.
beradaptasi dengan masyarakat di
lingkungan tempat pasien tinggal
Keadaan sejak sakit:
Pasien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasa

I. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


STRESS

Data subyektif Data obyektif


Keadaan sejak sakit Pasien bergantungkeluarga, kebutuhan
Pasien mengatakan mampu untuk dipenuhi oleh keluarga.Pasien tidak
menerima kondisinya saat ini dapat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti biasa.
Pemeriksaan fisik
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 36,2°C
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit

J. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

Data subyektif Data obyektif


Pasien mengatakan selama dirawat di Pasien tidak sholat
rumah sakit mempengaruhi kegiatan
ibadahnya yaitu sholat

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
1. Pemeriksaan patologi klinik
final report data sampel ID Collection Date
Tgl: 06/12/2021 18: 23 : 36 211206506830 06/12/2021 17:55:17
Type Departement Physician
Woman Lontara 2 atas belak -
Commenta
Patient ID Patient Nama Frits Nama
732614 ESTER JOULANDA -
Date of Brirth Age Gender
30/07/1980 41 Tahun Famela
Operator IGD
< Range > Flags and alarms
RBC 3.75 I 106/mm3 3.80 5.80 Morphologi flags
HGB 11.9 g/dl 11.5 10.0 RM, RN, LIC
HCT 35.7 I % 37.0 47.0 Suspected Pathology
MCV 95 µm3 80 100 Leukocytosis
MCH 31.7 pg 27.0 32.0 Lymphopenia
MCHC 33.3 g/dl 32.0 36.0 Neutrophilia
RDWcv 11.9 % 11.0 16.0 Mylemia
RDWsd 41 µm3 39 52 Large immature cells
PLT 566 H 10³/mm3 150 500 Monocytosis
MPP 7.6 µm3 6.0 11.0 Thrombocytosis
PCT 0.430 % 0.150 0.500 Remarks
PDW 10.0 I % 11.0 18.0 RBC of the run 06/12/2021 18:23:34
WBC of the run 06/12/2021 18:23:34
PLT of the run 06/12/2021 18:23:34
DIFF of the run 06/12/2021 18:23:34
WBC 24.0 H 10³/mm3 4.0 10.0
% # < % Range # >
NEU 86.9 IH 20.83 IH 52.0 75.0 2.00 7.50
LYM 4.4 L 1.05 20.0 40.0 1.00 4.00
MON 6.9 I 1.65 IH 2.0 8.0 0.20 1.00
EOS 1.1 0.26 1.0 3.0 0.00 0.50
BAS 0.7 0.17 0.0 1.5 0.00 0.20
ALY 0.5 0.12 0.0 2.5 0.00 0.25
LIC 2.4 I 0.56 IH 0.0 3.0 0.00 0.30

Kesan : Lukositosis
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan lemas 1. Pasien nampak lemas
2. Pasien mengatakan kurang 2. Terpasang Kateter
minum air putih 3. Terapasang Transfusi darah
3. Pasien mengatakan istirahatnya 4. Peristaltic usus : 15 x/menit
terganggu 5. Pasien tampak tidak
memiliki rambut
6. Kulit pasien nampak kering

PENGELOMPOKAN DATA

DATA DATA
OBYEKTIF : SUBYEKTIF
DO: DS:
- Klien tampak lemas, pucat
- Terpasang infus - Klien mengatakan pusing
- Terpasan Transfusi Darah - Klien mengatakan tidak bisa
beristirahat dengan baik
Tanda-Tanda Vital : - Klien mengatakan susah tidur
Tekanan Darah : 120/90mmHg
Nadi : 115x/menit
Nadi : 18x/menit
Suhu : 36,2c

N DIAGNOSA NAMA
O KEPERAWATAN JELAS
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan CA MAMAE
konsentrasi hemoglobin
2. Gangguan citra tubuh b.d efek tindakan
atau pengobatan ( kemoterapi )
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
DIAGNOSA TUJUAN / HASIL
TAN KEPERAWATA YG RENCANA RASIONAL TINDAKAN
GGA N DIHARAPKAN TINDAKAN
L
06/10 Perfusi Setelah dilakukan 1. Perawatan sirkulasi - Mengupayakan tanda tanda vital pasien tetap stabil
/202 jaringan tidak tindakan selama 3x24 OBSERVASI: - Untuk mengetahui kestabilan tanda tanda vital.
efektif b.d jam di harapkan - Observasi keadaan
penurunan konsentrasi umum pasien
konsetrasi hemoglobin meningkat - Monitoring Tanda
hemoglobin Dengan Kriteria Hasil : tanda vital dan
keadaan warna kulit )
1. Pengisian kapiler - Identifikasih faktor
membaik resiko gangguan
2. Warna kulit sirkulasi
pucat menurun Teraupetik:
- Hindari
pengambilan darah
di area
keterbatasan
perfusi
Edukasih
- Informasikan tanda
tanda yang harus
dilaporkan
( misalnya : Pasien
merasa pusing dan
tidak bisa
beristirahat dengan
baik)
Kolabprasi:
- Pemberian
analgesik

2. Gangguan citra Setelah dilakukan OBSERVASI: - Untuk mengetahui seberapa besar pasien menerima keadaanya
tubuh b.d efeki tindakan keperawatan - Identifikasih - Untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien
tindakan atau selama 3x 24 jam perubahan citra - Untuk meningkatkan semangat pasien
pengobatang presepsi tentang tubuh yang
( kemoterapi ) penampilan struktur mengakibatkan
dan fungsi fisik individu isolasi sosial
meningkat, dengan - Monitor apakah
kriteria Hasil: pasien bisa melihat
- Melihat bagian tubuh yang
bagian berubah
anggota Teraupetik:
tubuh dari - Diskusikan
menurun penampilan fisik
menjadi terhadap harga diri
meningkat Edukasih:
- Keadaan - Anjurkan
kehilangan mengunakan alat
bagian tubuh bantu ( mis: wik
menurun atau topi )
menjadi
meningkat
Defisit Setelah dilakukan Edukasih kesehatan - Seberapa baik pengetahuan pasien tentang penyakit yang di derita
3. pegetahuan b.d tindakan keperawatan Observasi - Pasien diharapkan dapat memaahami bagaimna terjadinya
kurang selama 3x 24 jam di - Berikan penyakit yang di derita
terpaparnya harapkan tingkat kesempatan untuk - Agar pasien dapat memahami tentang perawatan ketika dirumah
informasi. pengetahuan pasien bertanya setelah mengetahu tentang penyekitnya
meningkat dengan - Berikan pujian dan
kriteria hasil : dukungan
- Pasien terhadap usaha
mampu positif dan
menjelaskan pencapaiannya
pengetahuan
tentang Edukasi
suatu topik - Ajarkan program
meningkat kesehatan dalam
kehidupan sehari
- Presepsi hari
yang keliru
terhadap
masalah
menurun

N NO. WAK PELAKSANAAN NAMA


O DP TU KEPERAWATAN JELAS
1. Perfusi Senin OBSERVASI: CA MAMAE
perifer 06/12/ - Observasi keadaan umum pasien
tidak 2021 Hasil:
efetif Keadaan umum pasien baik ( sadar
b.d 10: 40 penuh )
penuru - Klien mengatakan telah menerima
nan transfusi darah 2 bag/495 cc
kosnse Golongan darah: O ( rhesus positif )
ntrasi Nomor kantong darah : F 661132/
hemogl K26302054
obin - Tanda tanda vital
Hasil :
Tanda-tanda vital: TD :120/90 mmHg
Suhu : 36,2
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
- Identifikasih warna kulit pasien:
Hasil ;
Warna kulit pasien tampak pucat
- Identifikasih faktor resiko gangguan
sirkulasi
Hasil:
Untuk mengetahui penyebab terjadinya
gangguan sirkulasi darah

Teraupetik:
- Hindari pengambilan darah di area
10: 50
keterbatasan perfusi
Hasil:
tidak dilakukan pengambilan darah
pada area dengan keterbatasan perifer

Edukasih:
Informasikan tanda tanda yang harus
dilaporkan ( misalnya : merasakan
pusing dan tidak bisa bisa beristirahat
dengan baik )
10: 55
Hasil :
Pasien memahami dan akan
menyampaikan keluhan yg dirasakan
Kolaborasi :
- Pemberian analetik
Hasil:
Untuk membantu proses penyembuhan

Gnggu
2. an citra 11:00 OBSERVASI:
tubuh - Identifikasih perubahan citra tubuh yang
b.d mengakibatkan isolasi sosial
efek Hasil:
tindaka Pasien mengatakan pasien merasa
n tidak percaya diri dengan lingkugan
pengob sekitar karena pasien tidak memiliki
atan rambut ( botak )
kemote 11:05
rapi - Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
Hasil:
Pasien dapat melihat perubahan pada
rambutnya
Teraupetik:
- Diskusikan penampilan fisik terhadap
harga diri
Hasil:
Pasien dapat memahami dan
berusahan menerima keadaanya saat
ini
Edukasih:
11:10 - Anjurkan mengunakan alat bantu ( mis:
wik atau topi dan kosmetik)
Hasil:
Pasien mengatakan mengunakaan topi
saat ada yang datang mengunjunginya

Observasi :
- Berikan kesempatan untuk bertanya
3 Defisit 20: 20 Hasil:
penget Pasien menanyakan tantang
ahuan penyakitnya
b.d - Berikan dukungan terhadap usaha
kurang positif dan pencapaiannya
terpapa Hasil:
rnya Pasien merasa senan dan mengatakan
informa akan terus berusahan dengan baik
si untuk kesembuhanya
20: 25
Edukasi
- Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari hari
Hasil :
Pasein mengatakan akan melakukan
gaya hidup sehat untuk mempercepat
kesembuhan penyakitnya

1. Perfusi
perifer Selas OBSERVASI:
tidak a - Observasi keadaan umum pasien
efetif 07/12/ Hasil:
b.d 2021 Keadaan umum pasien baik ( sadar
penuru penuh )
nan - Tanda tanda vital
kosnse 20;10 Hasil :
ntrasi Tanda-tanda vital: TD : 140/100mmHg
hemogl Suhu : 36,2
obin Nadi : 90x/menit
RR : 18x/menit
- Identifikasih warna kulit pasien:
Hasil ;
Warna kulit pasien masih tampak pucat
- Identifikasih faktor resiko gangguan
sirkulasi
Hasil:
Pasien mengatakan sulit tidur di malam
hari sehingga pasien merasi pusing
Teraupetik:
20: 15 - Hindari pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
Hasil:
Pasien dapat mengetahui bahwa dalam
perawatan di hindari pemgambilan
darah pada area keterbatasan perifer
Edukasih:
Informasikan tanda tanda yang harus
20: 20 dilaporkan ( misalnya : merasakan
pusing dan tidak bisa bisa beristirahat
dengan baik )
Hasil :
Pasien mengatakan sulit beristirahat
pada malam hari
Kolaborasi :
- Pemberian analetik
20: 25 Hasil:
Untuk membantu proses penyembuhan
OBSERVASI:
- Identifikasih perubahan citra tubuh yang
2. Gnggu mengakibatkan isolasi sosial
an citra Hasil:
tubuh 20: 30 Pasienmengatakan berusaha
b.d menyesuaikandiri dengan lingkugan
efek sekitarnya
tindaka - Monitor apakah pasien bisa melihat
n bagian tubuh yang berubah
pengob Hasil:
atan Pasien menerima keadaan rambutnya
kemote
rapi Teraupetik:
- Diskusikan penampilan fisik terhadap
harga diri
Hasil:
20: 35 Pasien dapat memahami dan
berusahan menerima keadaanya saat
ini
Edukasih:
- Anjurkan mengunakan alat bantu ( mis:
wik atau topi dan kosmetik)
Hasil:
Pasien mengunakaan topi saat ada
20: 40 yang mengunjunginya

Observasi :
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Hasil:
Pasien mulai aktiv bertanya tentang
3. Defisit penyakit dan keadaanya saat ini
penget 20: 45 - Berikan dukungan terhadap usaha
ahuan positif dan pencapaiannya
b.d Hasil:
kurang Pasie berusahan dengan baik untuk
terpapa kesembuhanya
rnya
informa Edukasi
si - Ajarkan pola hidup kesehatan dalam
kehidupan sehari hari
Hasil :
Pasein menghabiskan makanan yang
20:50 di berikan dan berusaha beristirahat
dengan baik

OBSERVASI:
- Observasi keadaan umum pasien
Hasil:
Keadaan umum pasien baik ( sadar
1. Perfusi Rabu
penuh )
perifer 08/12/
- Tanda tanda vital
tidak 2021
Hasil :
efetif 20:10
Tanda-tanda vital: TD :140/100 mmHg
b.d
Suhu : 36,2
penuru
Nadi : 80x/menit
nan
RR : 20x/menit
kosnse
- Identifikasih faktor resiko gangguan
ntrasi
sirkulasi
hemogl
Hasil:
obin
Pasien mengatakan dapat beristirahat
dengan baik pada malam hari di
bandingkan hari hari sebelumnya
20: 15
Teraupetik:
- Hindari pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
Hasil:
Pasien sudah mengetahui bahwa
dalam perawatan di hindari
pemgambilan darah melalui area
20: 20
keterbatasan perifer
Edukasih:
- Informasikan tanda tanda yang harus
dilaporkan
Hasil :
Pasien mengatakan dapat beristirahat
dengan baik dan tidak memiliki keluhan
lainya
20: 25
Kolaborasi :
- Pemberian analetik
Hasil:
Untuk membantu proses penyembuhan.

OBSERVASI:
- Identifikasih perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi sosial
Hasil:
Pasien tampak telah menyesuaikan diri
dengan lingkugan sekitarnya
Gnggu - Monitor apakah pasien bisa melihat
2. an citra 20: 30 bagian tubuh yang berubah
tubuh Hasil:
b.d Pasien menerima keadaan rambutnya
efek
tindaka Teraupetik:
n - Diskusikan penampilan fisik terhadap
pengob harga diri
atan Hasil:
kemote Pasien dapat memahami dan
rapi berusahan menerima keadaanya saat
ini
Edukasih:
20: 35 - Anjurkan mengunakan alat bantu ( mis:
wik atau topi dan kosmetik)
Hasil:
Pasien mengunakaan topi saat ada
yang mengunjunginya

Observasi :
- Berikan kesempatan untuk bertanya
20: 40 Hasil:
Pasien mulai aktiv bertanya tentang
penyakit dan keadaanya saat ini
- Berikan dukungan terhadap usaha
positif dan pencapaiannya
Hasil:
Defisit 20: 45 Pasie berusahan dengan baik untuk
3. penget kesembuhanya
ahuan
b.d Edukasi
kurang - Ajarkan pola hidup kesehatan dalam
nya kehidupan sehari hari
informa Hasil :
si Pasein menghabiskan makanan yang
di berikan dan berusaha beristirahat
dengan baik

20:50
N DP Tang EVALUASI KEPERAWATAN ( SOAP ) NAMA
O gal JELAS
1. Perfusi perifer tidak senin
efektif b.d penurunan 06/12/ S :
konsentrasi 2021 Pasien mengatakan pusing pasien tampak
hemoglon berbaring
14: 30 O :
Keadaan umum pasien baik
Pasien mengatakan tampak lemas
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
2. Gangguan citra tubuh
b.d efek tindakan 14:35
atau pengobatan S:
( kemoterapi ) Pasien mengatakan masih merasa pusing tapi
sudah lebih baik di bandingkan hari kemarin
O:
Keadaan umum pasien baik
Pasien mengatakan tampak lemas
A:
Masalah belum teratasi
P:
3. Defisit pengetahuan Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
b.d kurang terpapar
informasi 14:40
S:
Pasien menanyakan tentang penyakitnya faktor faktor
penyebab atau kebiasaa
O:
Pasien tampak mendengarkan penjelasan dengan
baik
A:
Pasien masih terus mencari informasih dari berbagai
sumber
Masalah belum teratasi
1. Perfusi perifer tidak P: Lanjutkan intervensi a,b,c
efektif b.d penurunan selasa
konsentrasi 07/12/
hemoglobin 2021 S:
Pasien mengatakan masih merasakan pusing
07:15 tetapi sudah lebih baik dari hari hari sebelumnya
O:
Keadaan umum pasien baik
klien tampak berbaring di tempat tidur
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5

2. Gangguan citra tubuh


b.d efek tindakan
atau pengobatan 07:20 S:
( kemotera) Pasien mengatakan mulay menyesuaikan diri
denga lingkunganya saat ini
O:
Keadaan umum pasien baik
klien tampak berbaring di tempat tidur
tampak klien mengunakan topi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
3. Defisit pengetahuan
b.d kurang terpapar 07:25
informasi S:
Pasien telah mengetahui sebagian informasi tentang
penyakit yang di derita
O:
Pasien tampak memahami keadaanya saat ini
A:
Pasien masih terus mencari informasih dari berbagai
sumber
Masalah belum teratasi
1. Perfusi perifer tidak Rabu P: Lanjutkan intervensi a,b,c
efektif b.d penurunan 08/12/
konsentrasi 2021
hemoglobin S:
07:25 Pasien mengatakan rasa pusing berkurang
O:
Keadaan umum pasien baik
klien tampak berbaring kadang kadang duduk di
tempat tidur
A:
Masalah belum teratasi
P:
2. Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
Gangguan citra tubuh 07:30
b.d efek tindakan S:
atau pengobatan Pasien mengatakan telah menyesuaikan diri
( kemotera) denga lingkunganya saat ini
O:
Keadaan umum pasien baik
klien tampak berbaring di tempat tidur
tampak klien tidak lagi memakai topi di dalam
ruangan
A:
Masalah bebagian teratasi
P:
3. Defisit pengetahuan Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
b.d kurang terpapar 07:35
informasi S:
Pasien telah mengetahui informasi tentang penyakit
yang di alami
O:
Pasien tampak memahami dan menerima
keadaanya saat ini
A: Masalah sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi a,b,c

Anda mungkin juga menyukai