Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M.

D
DENGAN NEFROLITIASIS

DISUSUN OLEH :
1. AGUS RAMDANI.
2. ELAWATI.
3. FUAD HASYIM AF.
4. NONIH NURHASANAH.
5. RAHIMIN.

CENTRAL OPERATION THEATRE LT 3


RUMAH SAKIT HASAN HASIDIKIN BANDUNG
16 JUNI – 11 JULI 2008
I. LANDASAN TEORI.
A. Defenisi
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya
adalah pembentukan batu di dalam ginjal.
B. Etiologi.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada
saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga
diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada
usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan
angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya
kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang
yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktifitas atau sedentary life.
C. Epidemiologi
Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden
tertinggi penderita batu saluran kemih yang ditemukan
diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di
negara-negara berkembang penyakit batu ini masih
ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia,
Thailand, India, Kamboja, dan Mesir.
D. Efek Batu Pada Saluran Kemih
Ukuran dan letak batu biasanya menentukan
perubahan patologis yang terjadi pada traktus
urinarius :
1. Pada ginjal yang terkena
a. Obstruksi
b. Infeksi
c. Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan
rapuh.
d. Iskemia parenkim.
e. Metaplasia
2. Pada ginjal yang berlawanan
a. Compensatory hypertrophy
b. Dapat menjadi bilateral
E. Gambaran Klinis
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi
aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat
ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain :
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal.

F. Diagnosis
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu
didukung dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan
kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi
dan gangguan faal ginjal.
1. Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh.
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset
kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,
aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri
ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross
hematuria, dan riwayat nyeri yang sama
sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu
sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang
sama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat,
dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
b. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada
penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.
c. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah
kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi
urin.
d. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus
dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau
radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat
diduga batu dari jenis apa yang ditemukan.
Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat
murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto
polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan
tertentu terkadang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering
perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan
bantuan kontras akan menyebabkan defek
pengisian (filling defect) di tempat batu berada.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang
mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini
perludilakukan pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak
mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras,
faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang
sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk
(3)

melihat semua jenis batu, selain itu dapat


ditentukan ruang/ lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan
batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk
mencari kelainan kemih yang dapat menunjang
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi
ginjal, dan menentukan penyebab batu.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu
atau melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha
untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan
pemberian diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan
bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif
tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar
tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat
litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-
bedah tidak berhasil.

II. TINJAUAN KASUS.


A. Pre op.
1. Pengkajian.
a. Identitas klien.
Nama : An. M.D
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : TK
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Diagnosa medis : Nefrolitiasis
No. Medrek : 08 02 36 55
Alamat : Desa Pabedilan kidul
Cirebon
Tanggal : 2 juli 2008
pengkajian
b. Identitas penanggung jawab.
Nama : Tn. A
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Desa Pabedilan kidul
Cirebon
Hubungan : Ayah

2. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum.
1) Kesadaran : Composmentis
2) Penampilan umum : agak lemah
3) Nadi : 90 kali / menit
4) Suhu : 36 C
5) Pernafasan : 26 kali / menit
b. Sistem pernafasan.
Bentuk, ukuran, dan letak hidung simetris, tidak
ada benjolan atau kelainan di rongga hidung,
tidak ada sekret, mukosa mulut lembab, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, pada
dada tidak ada bunyi tambahan seperti wheezing
ataupun ronchi. Vokal premitus jelas pada dada
kiri dan kanan.
c. Sistem kardiovaskuler.
Konjunctiva tidak anemis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, sklera tidak ikterik, CRT
kurang dari 3 detik.
d. Sistem pencernaan.
Bibir lembab, tidak ada lesi, keadaan mulut
bersih, gigi bersih, tidak ada keluhan nyeri
menelan, mual, muntah. Pada auskultasi
terdengar BU 10 kali / menit.
e. Sistem persyarafan.
1) Status mental.
Orientasi tempat, orang dan waktu dapat
dijawab oleh klien dengan baik
2) Tingkat kesadaran.
GCS 15 yaitu klien dapat membuka mata
dengan spontan, motorik sesuai perintah,
verbal klien dapat menjawab sesuai
pertanyaan.
f. Sistem endokrin.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
g. Sistem urinaria.
Alat genetalia bersih, klien mengeluh nyeri di
daerah perut kanan bawah sebelah kanan, nyeri
tekan (+).
h. Sistem muskuluskeletal.
1) Ekstrimitas atas.
Bentuk dan ukuran simetris, tidak terdapat
lesi, dapat digerakan dengan baik seperti
fleksi, ekstensi.
2) Ekstrimitas bawah.
Bentuk simetris, pergerakan bebas.
i. Sistem integumen.
Kulit lembab, warna sawo matang, tidak terdapat
edema, turgor kluit baik, kuku pendek dan
bersih.
3. Pola aktifitas sehari-hari di rumah sakit.
a. Makan.
Frekuensi makan 3 kali/ hari, jumlah ½ porsi,
jenis nasi.
b. Minum.
Frekuensi minum 6 – 8 kali / hari dengan jumlah
1500 – 200 cc / hari
c. Eliminasi.
1) BAB
Frekuensi 1 kali / hari, warna kuning,
konsistensi lembek.
2) BAK
Frekuensi 4 – 6 kali / hari, warna kuning
jernih, jumlah 1300 – 1700 cc / hari.
d. Personal hygine.
Klien mandi 2 kali perhari dibantu oleh ibunya
dengan cara di washlap.
e. Istirahat tidur.
1) Tidur siang 12.00 – 15.00
2) Tidur malam 20.00 – 05.00
4. Data psikologis.
a. Klien labil dan merasa takut akan penyakitnya.
5. Data sosial.
Klien adalah seorang anak kecil yang dapat bermain
dengan teman sebayanya sebagaimana masanya.
6. Data spiritual.
Klien beragama islam sebagaimana yang dianut oleh
kedua orang tunya.
7. Data penunjang.
Hasil laboratorium
N Jenis Hasil Nilai normal
o pemeriksaan
1 Hematologi
Retikulosit 2.9 % 0.5 – 1.5
HB 10.7 g / dl 11.5 – 13.5
Hematokrit 33 % 34 – 40
Leukosit 13.330 / mm3 5.000 –
trombosit 401.000 19.500
100.000 –
440.000
2 Kimia klinik
Serum iron 82 59 – 158
(fe) 482 260 - 445
TiBC
3 Kimia urin
BJ urin 1.010 1.002 – 1.030
PH 8.0 4.8 – 7.5
Protein 75 / + -
4 Mikroskopi
urun Banyak 1
Eritrisit Banyak 6
Leukosit 0.1
Sel epitel

Hasil pemeriksaan thorax ap tanggal 26 juni 2008


 Tidak tampak metastase intra pulmonal
 Tidak tampak kardiomegali
Hasil pemeriksaan BNO 27 – juni 2008
 Nefrolitiasis sinistra
 Perselubungan opak homogen di dalam rongga
abdomen e.c dd / Ascites, TIA ss
8. Analisa data pre op
N Data Penyebab Masalah
o
(1 (2) (3) (4)
)
1. Ds : Proses inflamasi Gangguan
pada daerah ginjal
o Klien rasa nyaman

mengeluh Merangsang nyeri
mediator-mediator
nyeri
kimia; bradikinin,
pinggang serotinus,
prostaglandin
Do :

o Klien tampak Merangsang pusat
nyeri di hipotalamus
meringis dan talamus
ketika akan ↓
Nyeri dipersepsikan
dilakukan
palpasi

B. Intra op.
1. Instrumen yang dipakai untuk tindakan operasi
Nefrotiliasis yaitu set Open Kidney. Dengan rincian
sebagai berikut :
 Knife handle no. 3 L : 1 buah
 Knife handle no. 3 : 1 buah
 Potts smith dressing fcp 8 ¼ : 1 buah
 Dressing forceps 10 : 1 buah
 Dressing forceps 8 : 1 buah
 Tissue fcp 1 x 2 teeth 8 : 1 buah
 Tissue fcp 1 x 2 teeth 5 ½ : 1 buah
 Tissue fcp 1 x 2 teeth 7 ¼ : 1 buah
 Mayo scissor : 1 buah
 Metzenbaum cvd scissor : 1 buah
 Nelson scissor cvd 9 : 1 buah
 Operating scissor str : 1 buah
 Halsed mosquito str : 5 buah
 Delicate pean hemostatic fcp cvd : 10 buah
 Rochester pean fcp str 6 ¼ : 5 buah
 Halsed hemostatic fcp str : 5 buah
 Rochester pean classic hemostatic fcp cpd : 5
buah
 Rochester oscher fcp str 6 ¼ : 5 buah
 Kidney clamp (mayo guyon kidney clamp) : 2
buah
 Mixter clamp : 2 buah
 Allis tissue forceps 7 : 1 buah
 Babcock tissue fcp 9 ½ : 1 buah
 Babcock tissue fcp 7 ¾ : 1 buah
 Tubing clamp : 1 buah
 Backhaus towel clamp : 6 buah
 Mayo hegar needle holder 7 : 1 buah
 Mayo hegar needle holder : 3 buah
 Sponge holding forcep : 5 buah
 Yankauer suchtion tube : 1 buah
 Cushing vein retractor : 2 buah
 Volkman retractor 4 prong : 2 buah
 Langenback retractor : 2 buah
 Langenback med retractor (Hak zul) : 2 buah
 Abdominal spatula : 1 buah
 Finochietto rib retractor : 1 buah
 Kidney bacin : 2 buah
 Small bacin : 1 buah
 Slang suchtion : 1 buah
 Tray instrument : 1 buah
2. BMHP (Barang Medis Habis Pakai) untuk operasi
Nefrotiliasis diantaranya yaitu :
 Hanscoon no. 7 : 3 buah
 Hanscoon no. 7, 5 : 5 buah
 NGT no. 8 : 1 buah
 Spuit 10 cc : 2 buah
 Spuit 50 cc : 1 buah
 Urografin : 2 ampul
 Jelly KY : 1 tube
 Urine bag : 3 buah
 NaCL : 7 labu
 Safil 2/0 : 1 buah
 Cromic 3/0 : 4 buah
 Cromis 2/0 jarum besar : 2 buah
 Pisau 10 : 1 buah
 Pisau 11 : 1 buah
 Tranfusi set : 1 buah
 VK 3 : 1 buah
 Silk 3/0 : 1 buah
 Silk 2/0 cutting : 1 buah
 Folk WSP : 1 buah
 Silicone drain 0,4 : 1 buah
 Nelaton catheter : 1 buah
3. Analisa data intra op
N Data Penyebab Masalah
o
(1 (2) (3) (4)
)
1. Ds : - Prosedur operasi Potensial
Do : ↓ gangguan
o Jumlah darah Tindakan invasif keseimbanga
↓ n cairan
yang keluar
Pembukaan kavum
selama op abdomen antero
lateral
500 cc

o Jumlah urine Daerah operasi
terekspos luas
tertampung : ↓
100 cc Reseksi ginjal

o Jumlah kasa Pengeluaran cairan
lepas : 30 dan darah yang
berlebihan
buah ↓
Potensial gangguan
keseimbangan
cairan
2. Ds : - Proses pembedahan Potensial
↓ tertinggalnya
Do :
Insisi kavum benda asing
o Daerah abdominal antero
lateral
operasi

terekspos Lapangan operasi
terekspos luas
luas

o Penggunaan Kebutuhan area op
yang bersih
BMHP kasa ↓
lepas dan Penggunaan bahan-
bahan penyerapan
abdominal cairandan darah di
saat operasi dalam rongga

Potensial
tertinggalnya benda
asing
C. Post op.
1. Analisa data post op
N Data Penyebab Masalah
o
(1 (2) (3) (4)
)
1. Ds : - Pengaruh narkose Potensial
Do : ↓ injuri (jatuh
o Klien dalam Penurunan dari tempat
kesadaran tidur)
keadaan

belum Disorientasi ruang
waktu
sepenuhnya

sadar gelisah

o Klien tampak
Potensial injuri
gelisah dan (jatuh dari tempat
tidur)
tidak
kooperatif
2. Ds : Proses pembedahan Gangguan
↓ rasa nyaman
o Keluarga
Terputusnya nyeri
mengatakan kontinuitas jaringan

klien
Merangsang
mengeluh mediator-mediator
kimia, bradikinin,
nyeri
serotinin dan
o Klien prostagladin

mengatakan Merangsang nyeri di
nyeri di pusat hipotalamus
dan thalamus
daerah luka ↓
bekas operasi Nyeri dipersepsikan
Do :
o Klien tampak
meringis
kesakitan.
o Klien tampak
memegang
daerah
operasi

III. ASKEP.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC.
2004. 756-763.
2. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari :
http://www.medicastore.com. Last update : Januari
2008.
3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta
: Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-
65.
4. Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari :
http://www.icm.tn.gov.in. Last update : November
2007.
5. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology.
Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004.
256-283.

Anda mungkin juga menyukai