Anda di halaman 1dari 22

KMB II

1) Cytha Dwi Puspita 17011104024


2) Finisia Mapaliey 17011104013
3) Ribka Manopo 17011104004
4) Rivaldo Seko 17011104020
5) Beatris Palele 17011104008
6) Jesica Talumepa 17011104034
7) Khofria Karie 17011104029
8) Olivia Tangka 17011104037
9) Brigita Saluhang 17011104043
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus yang
berada di dalam pelvis renal. Batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat
asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin).
Etiologi
a) Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke
generasi.
2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak
dibanding pasien wanita.

b) Faktor ekstrinsik, meliputi:


1) Geografi
2) Asupan air
3) Diet
4) Pekerjaan
Patofisiologi

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor


yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori.

• Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen
pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal
kemudian timbul menjadi batu.
• Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang
terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
• Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat
hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat
penghambat pengendapat. Fosfat
mukopolisakarida dan difosfat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan
mudah terjadi pengendapan.
• Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa
zat secara- bersama-sama, salah satu batu
merupakan inti dari batu yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya.

• Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari
berbagai macam teori di atas.
Manifestasi Klinis

1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang


2. Hematuria
3. Infeksi
4. Kencing panas dan nyeri
5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
Pemeriksaan penunjang
• Urin
PH lebih dari 7,6
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
• Darah
Hb turun
Leukositosis
Urium krestinin
Kalsium, fosfor, asam urat
• Radiologi
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu.
• USG abdomen
Untuk melihat keadaan keseluruhan abdomen.
Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Infeksi
3. Hidronefrosis
4. Avaskuler ischemia
Pathways (Price and Wilson. 2001)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Pengkajian
 Aktifitas dan istirahat
Gejala:
a. Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi
b. Keterbatasan aktifitas/imobilitas sehubungan dengan kondisi
sebelumnya
 Sirkulasi
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
b. Kulit hangat dan kemerahan, pucat
 Eliminasi
Gejala:
a. Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus)
b. Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih
d. Diare
 Makanan/cairan
Gejala:
a. Mual/muntah, nyer tekan abdomen
b. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, atau fosfat
c. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan
cukup
Tanda:
a. Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus
b. Muntah
 Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a. Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu
Tanda:
a. Melindungi, perilaku distraksi
b. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
 Keamanan
Gejala:
a. Penggunaa alcohol
b. Demam, menggigil
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi
ureteral, trauma jaringan pembentukan udema.
2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri
3. Resti infeksi bd tindakan invasive
4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi,
inflamasi
5. Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral, trauma jaringan pembentukan udema.
a. Tujuan : Nyeri berkurang, spasme terkontrol
b. KH : Melaporkan nyeri hilang dengan
spasme terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/istirahat
dengan tepat
c. Intervensi :
1) Kaji nyeri dengan PQRST
2) Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melapor jika nyeri
dan perubahannnya
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4) Beri kompres hangat pada daerah nyeri
5) Kolaborasi analgetik
2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri
a. Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi
b. KH : Identifikasi teksnik induksi tidur,
faktor penyebab gangguan tidur
c. Intervensi :
1) Beri lingkungan yang tenang untuk pasien
2) Atur prosedur agar tidak mengganggu waktu istirahat
pasien
3) Kaki penyebab gangguan tidur
3. Resti infeksi b.d tindakan invasive
a. Tujuan : Tidak terjadi infeksi
b. KH : Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Intervensi :
1) Pertahankan aseptic dalam tindakan
2) Monitor TTV
3) Periksa laboratorium tanda-tanda infeksi
4) Kolaborasi pemberian analgetik
4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal,
obstruksi, inflamasi
a. Tujuan : Berkemih dengan normal
b. KH : Berkemih dengan jumlah normal
dan pola biasanya, tidak mengalami tanda obstruksi
c. Intervensi :
1) Awasi intake dan output cairan dan karakteristik urin
2) Kaji pola berkemih pasien
3) Dorong pemasukan cairan agar meningkat
4) Keji keluhan kandung kemih
5) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
5. Kurang perawatan diri b.d pemasangan alat pada
tubuh
a. Tujuan : Kebersihan terpenuhi
b. KH : Dapat perawatan diri secara
mandiri
c. Intervensi :
1) Kaji penyebab kurang perawatan diri
2) Dorong pasien melakukan personal hygien
3) Dorong pasien menggunakan alat Bantu yang ada
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai