Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BATU BULI BULI (BBB)

DI RUANG ICU RSUD SIDOARJO

DISUSUN OLEH :
ZAHRUL SIDDIQ
122210047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MAJAPAHIT MOJOKERTO
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( )

NIM.

Pembimbing Ruangan Pembimbing


Akademik

( ) (
)

Mengetahui :

Kepala ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI BULI (BBB)

A. Definisi
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ). Batu vesika
urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat,
oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau
penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli
( Syaifuddin, 1996 ). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak
jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi
pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi
agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam
urine. Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien
mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D,
laksatif dan aspirin dosis tinggi. ( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U.,
SpFk, 2001 ).
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis
urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium).
C. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat
dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu
pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan
intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat
dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau
vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah
diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki
dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi
saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2001 ) Kelainan bawaan atau cidera, keadan
patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor,
keadan tersebut sering menyebabkan bendungan.
Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena
infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau
struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan
statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu
(Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997). Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal
dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5
hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga
menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida
dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis
batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
PATHWAY
D. Faktor Predisposisi
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama. ( Brunner and
Suddart, 2001 ).
E. Manifestasi Klinik
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang
dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,
nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul
dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar
biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika
penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal
(http://www.medicastore.com, 26 Juni 2006) adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
F. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1.Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam
urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.
3.Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
4.USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Prosedur diagnostik:

Vesikolitektomi ( sectio alta ):


Mengangkat batu buli - buli atau kandung kemih.
G. Komplikasi.
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter
dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan
timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal
dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu. ( Soeparman, et.al. 1960 )

H. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving ( pemecahan
masalah ) yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien. (Nursalam, 2001).
Sedangkan yang dikutip dari Iyer, et al.1996 dalam ( Nursalam, 2001 ) mengemukakan
lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara,
bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.
2) Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.
3) Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih,
merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan
kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih
sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh
disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu
makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.

b. Pemeriksaan Fisik

a) Status Kesehatan Umum


Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.
b) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa
bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.
c) Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka
dan otot rahang.
d) Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata,
kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien
masih baik.
e) Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda
asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan
baik.
f) Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah
terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.
g) Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut
apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil
dan palatum masih utuh atau tidak.
h) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi
pembesaran atau tidak.
i) Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
j) Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus
meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada
abdomen.
k) Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan
scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid,
pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan
pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
l) Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau
edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya

c. Pemeriksaan Diagnosis
BNO (Blass Nier Overzicht) untuk mengetahui pembesaran prostat, kandung kemih
dan kelainan ginjal.
d. Hasil Penelitian Laboratorium dan diagnostic.
o Peningkatan sel darah Putih, Ureum, dan kretinin.
o Kultur Urin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi.
o Pemeriksaan HB, waktu pendarahan dan pembekuan, golongan darah sebagai
persiapan preoperasi.

e. Potensial Komplikasi.
Hiponatrium dilusi akibat Transuretal Resection Prostat (TURP), infeksi, komplikasi
sirkulasi termasuk testis, hydrokel, syok, retensi urine akut, ileus para litikum, abses,
peningkatan suhu tubuh, dan nyeri pada saat berjalan.

f. Penatalaksanaan Medis.
Obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu secara rutin pasca operasi,
analgesik, antispasmodic, antibiotik, irigasi kadung kemih kontinu, irigasi kandung kemih
intermiten, terapi iv parenteral.
2. Diagnosa Keperawatan post operatif vesikolitektomi
a). Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi
kateter/ badan.
b). Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan
mengontrol pendarahan, pembatasan pemasukan pra-operasi.
c). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
: prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung
kemih.
d). Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih,
refleks spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
e). Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
sekunder terhadap vesikolitektomi atau sectia alta.
f). Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber sumber informasi.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi dan proses infeksi pada saluran
kemih
Tujua : Klien dapatmempertahankan pola eliminasi secara adekuat
Kriteria hasil :
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Pasien mengatakan peningkatan rasa nyaman
- Bebas dari ISK
Intervensi:
- Kaji pola berkemih pasien
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan
- Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada keluarga
- Dorong asupan cairan yang adekuat
2) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi ureter
Tujuan : Nyeri terkontrol
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, rileks, mampu tidur atau beristirahat
dengan cepat
Intervensi :
a) Memonitor nyeri intensitas (0-10) dan penyebarannya
Rasional : nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan ktekutan
b) Memberikan tindakan kenyamanan, pijatan punggung
Rasional : meningkatkan relaksasi dan ketegangan otot
c) Memotivasi untuk melakukan tehnik nafas dalam
Rasional : membantu dalam relaksasi otot
d) Melakukan kolaborasi pemberian obat
Rasional : menurunkan nyeri
4. Perencanaan Pulang.
a. Diet tinggi kalori dan protein yakni nasi, telur, daging, susu, dan lain-lain untuk
tenaga dan proses penyembuhan.
b. Diet minum banyak air putih 3000 cc / hari dan hindari minum kopi,alcohol dan
yang bersoda serta makanlah makanan yang banyak mengandung serat.
c. Mendorong klien agar tidak melakukan pekerjaan yang berat, buang air kecil yang
teratur dan mendorong klien dalam mematuhi program pemulihan kesehatan dan minum obat
sesuai dengan pesanan dokter.
d. Memberikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda-tanda dan gejala
penatalaksanaan dan kompliksi penyakit.
e. Rencana kontrol ulang uktuk mengetahui perkembangan pemulihan penyakit saat di
rumah.
(sumber : Smeltzer and Bare 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Burner and Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Ed 8.,Vol2.Jakarta:EGC

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta,

Marilyn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : EGC

urnomo, BB (2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai