Di Susun Oleh :
P1908086
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh infeksi lokal
dan ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan nanah dalam rongga terbentuk di
Padang tahun 2006, hasil pemeriksaan mikrobiologis penderitainfeksi paru non tuberkolosis
menunjukkan bahwa dari 85 permintaan pemeriksaan mikrobiologis yang mencantumkan
diagnosis klinis sebagai infeksiparu non tuberkolosis, sebagian besar ditegakkan diagnosis
sebagaibronkopneumonia (69,42%), bronkitis kronik (20%), bronkiektasis (4,7 %),bronkitis
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan secara rinci tentang teori mengenai abses paru dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kondisi abses paru
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh infeksi lokal dan
ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan nanah dalam rongga terbentuk di enukleasi
tersebut. ( Beddoe AE; Pravikoff D;, 2011 ).
Abses paru adalah Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah ( pus ) dalam parenkhim paru pada satu lobus atau
lebih ( Rasyid,A.2006 ).
pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru
kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian
menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan
pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura
parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga
yang disebut kavum pleura
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas
tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida.
Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan
karbon dioksida tersebut.
C. ETIOLOGI
Kuman dan bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi sesuai dengan teknik penelitian
yang digunakan, menurut Finegolal dan Fisliman penyebab abses paru adalah kuman anaerob dari
menurut Asher dan Beaudry penyebab Abses paru adalah Stapillococous Auereus. bahwa organisme
penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam . Karakteristik demam pada abses paru merupakan demam yang berulang tidak selalu
terus menerus,bisa sampai 3 minggu .Dijumpai berkisar 70% - 80% pada penderita abses
paru.Pada beberapa kasus dijumpai dengan temperatur > 40°C .
2. Batuk produktif, purulent, kuning kehijauan Bila terjadi hubungan rongga abses dengan
bronkus, batuknya menjadi meningkat dengan sputum yang berbau busuk yang khas ( Foetor ex
oroe ) .
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 – 75% penderita
abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada akibat adanya inflamasi dan adanya perlukaan oleh aktifitas
bakteri penyebab .
5. Batuk darah .Batuk darah bisa disebabkan oleh iritasi bronchus maupun luka akibat luka di paru
sendiri.
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan menurun. Hal ini
disebabkan akibat adanya desakan pada gaster karena expansi paru yang terkena abses.
7. PHATWAY
Abses paru
HIPERTERMI
Nyeri dada
NYERI
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumotrokas, metastasis abses, kerusakan paru yang
permanen.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih dari 12.000/mm3
bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700/mm3. Laju endap darah
2. Radiologi
Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi
disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran f 2 – 20 cm. Gambaran ini
sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila terdapat hubungan dengan bronkus
maka didalam kavitas terdapat Air fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya
dijumpai tanda-tanda konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa
Lesi dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah jaringan
paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus
yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru dapat
ditemukan di dalam rongga abses. Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah
paru kanan bawah.
3. Bronkoskopi
Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila kavitas tidak
berhubungan dengan bronkus.
1. Medika mentosa
Antibiotika golongan penicillin, pada saat ini dijumpai peningkatan abses paru disebabkan kuman
anaerobs (lebih dari 35% kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikirkan untuk memilih
kombinasi antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamysin atau dengan
metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan cefoxitin. Alternative lain adalah kombinasi
imipenem dengan β lactasamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang
berkembang menjadi abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan
respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas gejala atau
Drainase postural dan fisioterapi 2-5 kali seminggu selama 15 menit diperlukan untuk
mempercepat proses resolusi abses paru. Pada penderita abses paru yang tidak berhubungan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Keluhan Utama
Pada umumnya suhu badan klien tinggi. Adanya pernafasan yang cepat / sesak, dan batuk.
sehat.
Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
Kepala
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk kepala, keadaan kulit kepala bersih, penyebaran rambut
tidak merata, rambut menipis, warna rambut putih, tidak ada tanda bekas luka.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau massa, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan
Telinga
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris kanan kiri, tidak ada perdarahan, peradangan, ada serumen
Hidung
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping
dan atas, tidak ada pembengkakan, tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak memasang
alat bantuan.
Inspeksi : bibir kering, tidak ada kelainan congenital, tidak ada pembengkakan, lesi tidak ada,
ada carries, tidak ada lesi atau pembengkakan di gusi, tonsil tidak meradang.
Leher
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, tidak ada lesi.
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan, simetris kanan kiri,
pengembangan dada kanan kiri sama, tampak sesak nafas
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada asites, tidak
ada massa/benjolan.
Genetalia
Inspeksi : tidak terpasang catater, tidak edema, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas :
Kekuatan otot cenderung melemah
a. Bersihan jalan tidak napas tidak efektif berhubungan dengan secret yang tertahan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus-kapiler
kebutuhan oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN
mempertahankan jalan napas 1. Betuk efektif (5) benda asing di jalan napas
tetap jalan 2. Produksi sputum (5) Tindakan :
napas cairan
3. Mengi, wheezing dan Terapeutik
Objektif : pasien
1. Gelisah 3. Buang secret pada
selama 2 detk,
kemudian keluarkan
(dibulatkan) elama 8
detik
3. Anjurkan mengukangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
menurun Terapeutik
5. Bunyi napas tambahan 1. Atur interval pemantauan
Objektif Edukasi
1. Sianosis 1. Jelaskan tujuan dan
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis,
pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
dibutuhkan
4 Hipertermi berhubungan Termoregulasi Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit Definisi : Definisi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
Pengalaman sensorik atau emosional yang tidak sensorik atau emosional yang
emosional yang berkaitan menyenangkan akibat kerusakan berkaitan dengan kerusakan
nonfarmaokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA
Black,M Joyce.,Hawks,Jane Hokanson. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil yang
Diharapkan. Edisi 8 Buku 3. Elsevier
Hood Alsagaff, Prof, dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga Universiy Press, Surabaya.
Sjam suhidayat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/RS11_Abses-paru-Q.pdf
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.