Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS ABSES PARU DI RUANG ASTER

RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Koordinator : Ns. Chrisyen Damanik.,S.Kep.,M.Kep

Di Susun Oleh :

EVALINA PRASTIKA PUTRI

P1908086

PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh infeksi lokal
dan ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan nanah dalam rongga terbentuk di

enukleasi tersebut. (Beddoe AE; Pravikoff D;,2011 ).


Menurut hasil penelitian Ramadhaniati di Laboratorium Mikrobiologi RSDr. M. Djamil

Padang tahun 2006, hasil pemeriksaan mikrobiologis penderitainfeksi paru non tuberkolosis
menunjukkan bahwa dari 85 permintaan pemeriksaan mikrobiologis yang mencantumkan

diagnosis klinis sebagai infeksiparu non tuberkolosis, sebagian besar ditegakkan diagnosis
sebagaibronkopneumonia (69,42%), bronkitis kronik (20%), bronkiektasis (4,7 %),bronkitis

akut (3,53 %), dan abses paru (2,35 %).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum

Untuk menjelaskan secara rinci tentang teori mengenai abses paru dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kondisi abses paru

2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :

a) Menjelaskan anatomi dan abses paru


b) Menjelaskan definisi dari abses paru
c) Menjelaskan etiologi dari abses paru
d) Menjelaskan patofisiologi dari abses paru

e) Menjelaskan manifestasi klinis dari abses paru


f) Menjelaskan pemeriksaan diagnostic dari abses paru

g) Menjelaskan penatalaksanaan dari abses paru


h) Menjelaskan komplikasi abses paru

i) Menjelaskan asuhan keperawatan dari abses paru


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh infeksi lokal dan

ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan nanah dalam rongga terbentuk di enukleasi
tersebut. ( Beddoe AE; Pravikoff D;, 2011 ).

Abses paru adalah Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah ( pus ) dalam parenkhim paru pada satu lobus atau

lebih ( Rasyid,A.2006 ).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga

pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru
kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima

lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian
menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan

dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.


Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan

pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura
parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga
yang disebut kavum pleura
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas

tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida.
Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan

metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan
karbon dioksida tersebut.

C. ETIOLOGI

Kuman dan bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi sesuai dengan teknik penelitian
yang digunakan, menurut Finegolal dan Fisliman penyebab abses paru adalah kuman anaerob dari

menurut Asher dan Beaudry penyebab Abses paru adalah Stapillococous Auereus. bahwa organisme
penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob.

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Demam . Karakteristik demam pada abses paru merupakan demam yang berulang tidak selalu
terus menerus,bisa sampai 3 minggu .Dijumpai berkisar 70% - 80% pada penderita abses
paru.Pada beberapa kasus dijumpai dengan temperatur > 40°C .
2. Batuk produktif, purulent, kuning kehijauan Bila terjadi hubungan rongga abses dengan
bronkus, batuknya menjadi meningkat dengan sputum yang berbau busuk yang khas ( Foetor ex
oroe ) .
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 – 75% penderita
abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada akibat adanya inflamasi dan adanya perlukaan oleh aktifitas
bakteri penyebab .
5. Batuk darah .Batuk darah bisa disebabkan oleh iritasi bronchus maupun luka akibat luka di paru
sendiri.
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan menurun. Hal ini
disebabkan akibat adanya desakan pada gaster karena expansi paru yang terkena abses.
7. PHATWAY

Mikroorganisme : bakteri aerob, anaerob,


dan parasit

Infeksi parenkim paru

Proses awal inflamasi Proses nekrotik meluas

Abses paru
HIPERTERMI

Tekanan pada gaster ↑


Expansi paru Perubahan membrane
alveoli kapiler
Eksudat/sputum Anorexia , mual
muntah
PCO2 ↑, PO2 ↓
Obstruksi dispnu
bronkhus
Kelemahan
GANGGUAN
Batuk produktif PEMENUHAN
GANGGUAN GANGGUAN
KEBUTUHAN NUTRISI
INTOLERANSI PERTUKARAN GAS
AKTIVITAS

BERSIHAN Sputum keluar


JALAN menuju pleura
NAFAS
Insflamasi oleura
TIDAK
EFEKTIF
pleuritis

Nyeri dada

NYERI
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumotrokas, metastasis abses, kerusakan paru yang

permanen.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih dari 12.000/mm3
bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700/mm3. Laju endap darah

ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam.


b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam merupakan pemeriksaan awal

untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat.


c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara terbaik dalam

menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan therapi.

2. Radiologi

Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi
disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran f 2 – 20 cm. Gambaran ini
sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila terdapat hubungan dengan bronkus
maka didalam kavitas terdapat Air fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya
dijumpai tanda-tanda konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa
Lesi dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah jaringan
paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus
yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru dapat
ditemukan di dalam rongga abses. Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah
paru kanan bawah.

3. Bronkoskopi

Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila kavitas tidak
berhubungan dengan bronkus.

10. PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksaan abses paru harus berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dan data penyakit dasar
penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas
terapi yan diberikan pada abses paru :

1. Medika mentosa
Antibiotika golongan penicillin, pada saat ini dijumpai peningkatan abses paru disebabkan kuman

anaerobs (lebih dari 35% kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikirkan untuk memilih
kombinasi antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamysin atau dengan

metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan cefoxitin. Alternative lain adalah kombinasi
imipenem dengan β lactasamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang

berkembang menjadi abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan
respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas gejala atau

adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3 minggu.


2. Drainase

Drainase postural dan fisioterapi 2-5 kali seminggu selama 15 menit diperlukan untuk
mempercepat proses resolusi abses paru. Pada penderita abses paru yang tidak berhubungan

dengan bronkus maka perlu dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.


3. Bedah

Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila :


a) Respon yang rendah terhadap terapi antibiotika

b) Abses yang besar sehingga menganggu proses ventilasi perfusi


c) Infeksi paru yang berulang

d) Adanya gangguan drainase karena obstruksi


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Anamnesa
 Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

 Keluhan Utama
Pada umumnya suhu badan klien tinggi. Adanya pernafasan yang cepat / sesak, dan batuk.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Mula-mula batuk kering kemudian menjadi batuk produktif dengan sputum banyak berbau

busuk, purulen, timbul panas disertai nyeri dada.


 Riwayat Penyakit Dahulu
Penurunan daya tahan tubuh / penyakit yang pernah di derita terutama penyakit sama dalam
keluarga, kebiasaan hidup, dan pola makan yang kurang sehat.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penyakit yang sama dalam keluarga kebiasaan hidup dari pola makan yang kurang

sehat.
 Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat .

Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1) Gambaran Umum

 Kesadaran penderita: Composmentis, sesak nafas, batuk, suhu tinggi


2) Pemeriksaan fisik dari kepala sampai Kaki

 Kepala
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk kepala, keadaan kulit kepala bersih, penyebaran rambut

tidak merata, rambut menipis, warna rambut putih, tidak ada tanda bekas luka.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau massa, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
 Wajah

Inspeksi : tidak ada odema, tidak ada lesi.


Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

 Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan

Nampak kabur, pupil isokor.


Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Telinga
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris kanan kiri, tidak ada perdarahan, peradangan, ada serumen

pada lubang telinga.


Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri.

 Hidung
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping

dan atas, tidak ada pembengkakan, tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak memasang
alat bantuan.

Palpasi : tidak ada nyeri atau massa


 Mulut dan faring

Inspeksi : bibir kering, tidak ada kelainan congenital, tidak ada pembengkakan, lesi tidak ada,
ada carries, tidak ada lesi atau pembengkakan di gusi, tonsil tidak meradang.

 Leher
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, tidak ada lesi.

Palpasi : refles menelan ada, tidak ada nyeri


 Dada

Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan, simetris kanan kiri,
pengembangan dada kanan kiri sama, tampak sesak nafas

Palpasi : ada nyeri tekan, femitus raba meningkat


Perkusi : bunyi redup

Auskultasi : suara nafas ronchi


 Abdomen

Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada asites, tidak
ada massa/benjolan.

Auskultasi : bising usus normalnya 5-35x/menit


Perkusi : suara timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


 Kulit

Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi


Palpasi : kulit lembab, turgor kulit <2 detik, suhu teraba hangat

 Genetalia
Inspeksi : tidak terpasang catater, tidak edema, tidak ada hemoroid.

 Ekstremitas :
Kekuatan otot cenderung melemah

Inspeksi : kuku pucat, tidak ada pembengkakan


Palpasi : crt < 2 detik, akral hangat

2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul

a. Bersihan jalan tidak napas tidak efektif berhubungan dengan secret yang tertahan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus-kapiler

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan


d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (abses)


f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan tidak napas tidak Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif

efektif berhubungan dengan Definisi : Definisi :


sekresi yang tertahan Ketidakmampuan membersihkan Melatih pasien yang tidak

Definisi : secret atau obstruksi jalan napas memiliki kemampuan batuk


Ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan secara efektif untuk

membersihkan secret atau napas tetap paten. membersihkan faring, trakea


obstruksi jalan napas untuk Kriteria hasil : dan bronkiolus dari secret atau

mempertahankan jalan napas 1. Betuk efektif (5) benda asing di jalan napas
tetap jalan 2. Produksi sputum (5) Tindakan :

Penyebab : 3. Mengi (5) Observasi


1. Sekresi yang tertahan 4. Dispnea (5) 2. Identifikasi kemampuan

Gejala atau tanda mayor : 5. Sianosis (5) batuk


Objektif : 6. Gelisah (5) 3. Monitor adanya retensi

1. Batuk tidak efektif atau 7. Frekuensi napas (5) sputum


tidak mampu batuk 8. Pola napas (5) 4. Monitor tanda dan gejala

2. Sputum infeksi saluran napas


berlebih/obstruksi di jalan 5. Monitor input dan output

napas cairan
3. Mengi, wheezing dan Terapeutik

atau ronki kering 1. Atur posisi semi fowler


Gejala atau tanda minor : atau fowler

Subjektif : 2. Pasang perlak dan


1. Dispnea bengkok di pangkuan

Objektif : pasien
1. Gelisah 3. Buang secret pada

2. Bunyi napas menurun tempat sputum


3. Frekuensi napas berubah Edukasi

4. Pola napas berubah 1. Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
Kondisi klinis terkait : 2. Anjurkan tarik napas

1. Prosedur diagnostic (mis, dalam melalui hidung


bronkoskopi selama 4 detik, ditahan

selama 2 detk,
kemudian keluarkan

dari mulut dengan


bibir mencucu

(dibulatkan) elama 8
detik

3. Anjurkan mengukangi
tarik napas dalam

hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan

kuat langsung setelah


tarik napas dalam yang

ke 3
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau

ekspektoran, jika perlu


2 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Pemantauan respirasi
berhubungan dengan Definisi : Definisi :

Perubahan membrane Oksigenasi dan/atau eliminasi Mengumpulkan dan


alveolus-kapiler karbondioksida pada membrane menganalisis data untuk

Definisi : alveolus kapiler dalam batas memastikan kepatenan jalan


Kelebihan atau kekurangan normal. napas dan kefektifan

oksigenasi dan atau eliminiasi Kriteria hasil : pertukaran gas


karbondioksida pada 1. Tingkat kesadaran (5) Tindakan :

membrane alveolus kapiler 2. Dispnea (5) Observasi


3. Bunyi napas tambahan (5) 1. Monitor frekuensi,irama,

Penyebab : 4. Pusing (5) kedalaman dan upaya


6. Perubahan membrane 5. Gelisah (5) napas
alveolus-kapiler 6. Napas cuping hidung (5) 2. Monitor pola napas

Gejala dan tanda mayor : 7. PCO2 (5) 3. Monitor kemampuan


Subjektif 8. PO2 (5) batuk efektif

1. Dispena 9. Takikardi (5) 4. Monitor adanya produski


Objektif 10. Pola napas (5) sputum

1. PCO2 meningkat/menurun 11. Warna kulit (5) 5. Monitor adanya sumbatan


2. PO2 menurun jalan napas

3. Takikardi 6. Auskultasi bunyi napas


4. pH arteri meningkat/ 7. Monitorr saturasi oksigen

menurun Terapeutik
5. Bunyi napas tambahan 1. Atur interval pemantauan

Gejala dan tanda minor respirasi sesuai kondisi


Subjektif pasien

1. Pusing 2. Dokumentasi hasil


2. Penglihatan kabur pemantauan

Objektif Edukasi
1. Sianosis 1. Jelaskan tujuan dan

2. Diaphoresis prosedur pemantauan


3. Gelisah 2. Informaskan hasil bila

4. Napas cuping hidung perlu


5. Pola napas abnormal

(cepat/lambat,
regular/ireguler,

dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis,

pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun

Kondisi klinis terkait :


1. Pneumonia
3 Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi Manajemen nutrisi

dengan kurangnya asupan Definisi : Definisi :


makanan Ketidakadekuatan asupan nutrisi Mengindentifikasi dan
Definisi : untuk memenuhi kebutuhan mengelola asupan nutrisi yang

Asupan nutrisi tidak cukup metabolsime seimbang


untuk memenuhi kebutuhan Kriteria hasil : Tindakan :

metabolism 1. Porsi makanan yang Observasi


Penyebab : dihabiskan (5) 1. Identifikasi status

1. Kurangnya asupan 2. Kekuatan otot menguyah nutrisi


makanan (5) 2. Identfikasi alergi dan

Gejala dan tanda mayor 3. Kekuatan otot menelan(5) intoleransi makanan


Objektif 4. Perasaan cepat kenyang 3. Identifikasi makanan

Berat badan menurun minimal (5) yang disukai


10% di bawah rentang local 5. Nyeri abdomen (5) 4. Identifikasi perlunya

Gejala dan tanda minor 6. Diare (5) penggunaan selang


Subjektif 7. Berat badan (5) NGT

1. Cepat kenyang setelah 8. Frekuensi makan (5) 5. Monitor asupan


makan 9. Nafsu makan(5) makanan

2. Kram/nyeri abdomen 10. Bising usus (5) 6. Monitor berat badan


3. Nafsu makan menurun 7. Monitor hasil

Objektif pemeriksaan lab


1. Bising usus hiperaktif Terapeutik

2. Otot pengunyah lemah 1. Lakukan oral hygiene


3. Otot menelan lemah sebeleum makan, jika

4. Membrane mukosa pucat perlu


5. Sariawan 2. Fasilitasi menentukan

6. Serum albumin turun pedoman diet


7. Rambut rontoh berlebihan 3. Sajikan makanan

8. Diare secara menarik dan


Kondisi klinis terkait : suhu yang sesuai

1. Infeksi 4. Beirkan makanan


tinggi serat untuk

mencegah konstipasi
5. Berikan makanan

tinggi kalori dan tinggi


protein

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk

2. Ajarkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian

medikasi sebelum
makan

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis


nutrienn yang

dibutuhkan
4 Hipertermi berhubungan Termoregulasi Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit Definisi : Definisi :

Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar tetap Mengidentifikasi dan


Suhu tubuh meningkat di atas berada pada rentang normal. mengelola peningkatan suhu

rentang normal utuh Kriteria hasil : tubuh akibat disfungsi


Penyebab : 1. Menggiigil (5) termoregulasi.

1. Proses penyakit 2. Kulit merah (5) Tindakan :


Gejala dan tanda mayor : 3. Pucat (5) Observasi

Objektif 4. Takikardi (5) 1. Identifikasi penyebab


1. Suhu tubuh diatas nilai 5. Takipnea (5) hipertermia

normal 6. Bradikardi (5) 2. Monitor suhu tubuh


Gejala dan tanda minor : 7. Dasar kuku sianotik (5) 3. Monitor kadar elektrolit

Objektif : 8. Hipoksia (5) 4. Monitor komplikasi akibat


1. Kulit merah 9. Suhu tubuh (5) hipertermia

2. Kejang 10. Suhu kulit (5) Terapeutik


3. Takikardi 11. Kadar glukosa darah (5) 1. Sediakan lingkungan yang

4. Takipnea 12. Tekanan darah (5) dingin


5. Kulit terasa hangat 2. Longgarkan atau lepaskan
Kondisi klinis terkait : pakaian

1. Proses infeksi 3. Hindari pemberian


antipiretik atau aspirin

4. Berikan oksigen, jika perlu


Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit

intravena, jika perlu


5 Nyeri akut berhubungan Kontorl nyeri Manajemen nyeri
dengan agen cedera fisik Definisi : Definisi :

(abses) Tindakan untuk meredakan Mengidentifikasi dan


Definisi : pengalaman senosrik atas mengelola pengalaman

Pengalaman sensorik atau emosional yang tidak sensorik atau emosional yang
emosional yang berkaitan menyenangkan akibat kerusakan berkaitan dengan kerusakan

dengan kerusakan jaringan jaringan. jaringan atau fungsional


actual atau fungsional,dengan Kriteria hasil : dengan onset mendadak atau

onset mendadak atau lambat 1. Melaporkan nyeri lambat dan berintensitas


dan beritensitas ringan hingga terkontrol (5) ringan hingga berat dan

berat yang berlangsung kurang 2. Kemampuan mengenali konstan.


dari 3 bulan. onset nyeri (5) Tindakan :

Penyebab : 3. Kemampuan mengenali Observasi


1. Agen cedera fisik (abses) penyebab nyeri (5) 1. Identifikasi lokasi,

Gejala dan tanda mayor : 4. Kemampuan karakteristik,durasi,frekuens


Subjektif menggunakan teknik i,kualitas,intensitas nyeri

1. Mengeluh nyeri non-farmakologis (5) 2. Identifikasi skala nyeri


Objektif 5. Dukungan orang terdekat 3. Identifikasi faktor yang

1. Tampak meringis (5) memperberat dan


2. Bersikap protektif 6. Keluhan nyeri (5) memperingan nyeri

3. Gelisah 7. Penggunaan analgesic (5) 4. Identifikasi pengaruh nyeri


4. Frekuensi nadi meningkat pada kualitas hidup
5. Sulit tidur Teraupetik

Gejala dan tanda minor : 1. Berikan teknik


Objektif nonfarmakologis untuk

1. Tekanan darah meningkat mengurangi rasa nyeri


2. Pola napas berubah 2. Kontrol lingkungan yang

3. Nafsu makan berubah memperberat rasa nyeri


4. Proses berpikir terganggu 3. Fasilitasi istirahat dan tidur

5. Berfokus pada diri sendiri Edukasi :


6. Diaphoresis 1. Jelaskan strategi

Kondisi klinis terkait : meredakan nyeri


1. Infeksi 2. Jelaskan penyebab,periode

dan pemicu nyeri


3. Ajarkan teknik

nonfarmaokologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu


6 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
berhubungan dengan Definisi : Definisi :

kelemahan, ketidakseimbangan Respon fisiologis terhadap Mengidentifikasi dan


antara suplai dan kebutuhan aktivitas yang membutuhkan mengelola pengguaan energy

oksigen tenaga untuk mengatasi atau


Definsi : Kriteria hasil : mencegah kelelahan dan

Ketidakcukupan energy untuk 1. Frekuensi nadi (5) mengoptimalkan proses


melakukan aktivitas sehari-hari 2. Saturasi oksigen (5) pemulihan

Penyebab : 3. Kemudahan dalam Tindakan :


1. Kelemahan melakukan aktivitas Observasi

2. Ketidakseimbangan antara sehari-hari (5) 1. Identifikasi gangguan


suplai dan kebutuhan 4. Kekuatan tubuh bagian fungsi tubuh yang

oksigen atas (5) mengakibatkan


Gejala dan tanda mayor 5. Kekuatan tubu bagian kelelahan
Subjektif bawah (5) 2. Monitor kelelahan fisik

1. Mengeluh nyeri 6. Keluhan lelah (5) dan emosional


Objektif 7. Dispnea saat aktivitas (5) 3. Monitor pola dan jam

1. Frekuensi jantung 8. Dispena setelah aktivitas tidur


meningkat ?20% dari (5) 4. Monitor lokasi dan

kondisi istirahat 9. Perasaan lemah ketidaknyamanan


Gejala dan tanda minor 10. Frekuensi napas (5) selama melakukan

1. Dispnea saat/ setelah aktivitas


aktivitas Terapeutik

2. Merasa tidak nyaman 1. Sediakan lingkungan


setelah beraktivitas nyaman dan rendah

3. Merasa lemah stimulus


Objektif 2. Lakukan latihan rentang

1. Tekanan darah berubah gerak pasf atau aktif


>20% dari kondisi 3. Berikan aktivitas distraksi

istirahat yang menenangkan


2. Gambaran EKG 4. Fasilitasi duduk di sisi

menunjukkan aritmia tempat tidur, jika tidak


saat/ setelah aktivitas dapat berpindah atau

3. Gambaran EKG berjalan


menunjukkan iskemia Edukasi

4. Stenosis 1. Anjurkan tirah baring


Kondisi klinis terkait : 2. Anjurkan melakukan

1. Penyakit paru obstruksi aktivitas secara bertahap


kronis 3. Anjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan


gejala kelelahan tidak

berkurang
4. Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara meningkatkan


asupan makanan

DAFTAR PUSTAKA
Black,M Joyce.,Hawks,Jane Hokanson. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil yang
Diharapkan. Edisi 8 Buku 3. Elsevier

Hood Alsagaff, Prof, dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga Universiy Press, Surabaya.

Sjam suhidayat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC

http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/RS11_Abses-paru-Q.pdf

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai