Anda di halaman 1dari 125

LAPORAN SEVEN JUMP

SKENARIO KASUS 6 DENGAN GANGGUAN


PADA SISTEM REPRODUKSI : BBLR
(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi


Dosen Pengampu : Ns. Dewi Erna Marisa, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok A
Siti Kholifah (213.C.0003)
Yuhana (213.C.0005)
Soni Riyadi (213.C.0007)
Annisa Juliarni (213.C.0009)
Sri Rahayu (213.C.0011)
Devi Nur R (213.C.0012)
Neneng Humairoh (213.C.0014)
Dicky Priadi S (213.C.0016)
Maula Rizka S (213.C.0017)
Enika Nurul I.K (213.C.0018)
Ady Hidayatullah (213.C.0023)
Khaedar Ali (213.C.0030)
Chintya Intansari (213.C.0032)
Rivna Andrari L (213.C.0035)
Afif Ubaidillah (213.C.0037)
Nurtusliawati (213.C.0041)
Fitria Dewi (213.C.0046)
Nosa Defitha A (214.C.1037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MAHARDIKA
CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan
judul Laporan Seven Jump Dengan Gangguan Pada Sistem Reproduksi :
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Dewi Erna Marisa, M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai tutor Mata Kuliah
Sistem Reproduksi.
2. Orangtua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril maupun
materi lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di STIKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin
Wassalamualaikum wr.wb.
Cirebon, Mei 2016

Kelompok A

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................. ii
Laporan Seven Jump .............................................................................. 1
Step 1 Kata Kunci .................................................................................. 5
Step 2 Pertanyaan Kasus ....................................................................... 22
Step 3 Jawaban Kasus ........................................................................... 23
Step 4 Mind Mapping ............................................................................ 32
Step 5 Learning Objektif ....................................................................... 33
Step 6 Informasi Tambahan .................................................................. 34
Step 7 Laporan Pendahuluan ................................................................ 43
Lampiran 1 Teori dan Analisis Kasus .................................................... 44
Lampiran 2 Jurnal .................................................................................. 106
Daftar Pustaka

ii
SEVEN JUMP

Mata kuliah : Blok Sistem Reproduksi


Tingkat / semester : 3 / VI
Hari / tanggal : Jumat, 20 Mei 2016

SKENARIO KASUS IV

Ny. Manis usia 39 tahun berada di ruang nifas sejak 5 menit yang lalu di
PONED X. Ny. Manis telah melahirkan secara spontan anak pertama dengan jenis
kelamin laki-laki pada 15 menit yang lalu. Usia gestasi saat melahirkan 40 minggu.
Pasien pernah hamil dan 4 kali melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan.
Pasien menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari anak yang terakhir
dilahirkan sebelumnya. Pasien didampingi suaminya.
Ny. Manis berbaring di tempat tidur dengan mengeluh pusing dan merasakan
nyeri pada genitalianya dengan skala 3. Hasil pemeriksaan didapatkan saat ini :
tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi 99 kali/menit, dengan denyut ireguler,
respirasi 24 kali/menit, suhu 360C, konjungtiva anemis, berkeringat seluruh tubuh,
akral dingin berwarna merah muda, CRT 2 detik, tercium bau mulut, membran
mukosa mulut kering, denyut jantung ireguler, bunyi jantung lub dup tanpa bunyi
tambahan, bunyi nafas vesikuler, areola kedua payudara berwarna coklat kehitaman
gelap dan datar, kedua payudara menegang namun tidak ada sekresi, abdomen lunak
dan datar, 4 jari pemeriksa masuk pada bagian diatasis rektus abdominis, terdapat
striae di bagian bawah abdomen yang berwarna abu-abu kehitaman, pembalut yang
berisi darah merah segar hingga keseluruh pakaian bawah dan perlak yang
dipakainya. Terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum tampak edema, anus utuh.
Terpasang infus NaCl 0,9% sebanyak 20 tetes/menit dan RL sebanyak 16 tetes/menit

1
di tangan kanan, oksigen dengan nasal kanul 2 liter. Bayi berada diruang perinatologi
dengan terpasang O2 kanul binasal liter/menit.
Data persalinan dari buku kesehatan pasien didapatkan sebagai berikut :
dipimpin persalinan pada jam 12.25 WIB dan bayi keluar pada jam 12.35 menit,
jumlah darah 450cc, tekanan darah ibu 130/95 mmHg, nadi 89 kali/menit, suhu
36,30C, respirasi 24 kali/menit, his teratur, robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tak
beraturan. Jumlah bayi yang dilahirkan 2 orang. Kondisi kedua bayi : posisi bayi :
presentasi ubun-ubun kecil, punggung kanan, tali pusat berjumlah 2 buah dengan
panjang 51 cm dan setiap tali pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, plasenta utuh
dengan berat 450 gram. Anak A memiliki BBL 1950 gr dan PB bayi 47 cm Anak B
memilik BBL 2070 gr, PB bayi 45 cm. Anak A memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan
menit ke 5 = 8. Dan Anak B memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 = 6
Anak A langsung menangis dan Anak B menangis setelah dlakukan suctioning pada
jam 12.43 WIB, kedua anak berjenis kelamin laki-laki, meconium belum keluar, IMD
telah dilakukan namun tidak ada ASI. Ketuban pecah setelah amniotomi, air ketuban
berjumlah sekitar 200-300 ccdengan warna bening, telah diberikan injeksi vitamin K
dan Zalf mata pada kedua anaknya.

2
A. TUGAS MAHASISWA
1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas mahasiswa membahas
kasus tersebut dengan kelompok, dipimpin oleh ketua dan sekretaris.
2. Melakukan aktifitas pembelajaran individual di kelas dengan
menggunakan buku ajar, jurnal dan internet untuk mencari informasi
tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa dihadiri fasilitator) untuk
melakukan curah pendapat bebas antar anggota kelompok untuk
menganalisa informasi dalam menyelesaikan masalah.
4. Berkonsultasi pada narasumber yang telah ditetapkan oleh fasilitator.
5. Mengikuti kuliah khusus dalam kelas untuk masalah yang belum jelas
atau tidak ditemukan jawabannya untuk konsultasi masalah yang belum
jelas
6. Melakukan praktikum pemeriksaan fisik antenatal dan sadari.

B. PROSES PEMECAHAN MASALAH


Dalam diskusi kelompok mahasiswa diharapkan dapat memecahkan
problem yang terdapat dalam scenario dengan mengikuti 7 langkah
penyelesaian masalah di bawah ini:
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan
kata / kalimat kunci skenario di atas.
2. Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa
pertanyaan penting.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas.
4. Klarifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas
kasus di atas. Lahkah 1 sampai 5 dilakukan dalam diskusi tutorial pertama
dengan fasilitator.

3
6. Cari informasi tambahan informasi tentang kasus di atas di luar kelompok
tatap muka; dilakukan dengan belajar mandiri.
7. Laporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang baru
ditemukan; dilakukan dalam kelompok diskusi dengan fasilitator.
8. Seminar; untuk kegiatan diskusi panel dan semua pakar duduk bersama
untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.

Penjelasan:
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi
yang diperlukan untuk sampai pada kesimpilan akhir, maka proses 6 bisa diulangi
dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial dan setelah
informasi dirasa cukup dilakukan langkah nomor 8.

4
STEP 1
KATA KUNCI

1. Persentasi ubun-ubun kecil


Kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubun-ubun kecil sebagai
penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi adalah semua presentasi lain
dari janin selain presentasi belakang kepala (Kemenkes RI, 2013).
a. Faktor Predisposisi :
1) Wanita multipara
2) Kehamilan multipel (gemeli)
3) Polihidramnion/oligohidramnion
4) Plasenta previa
5) Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (misalnya mioma uteri)
6) Persalinan preterm
b. Macam-macam Kelainan Presentasi dan Posisi
1) Persentasi Puncak Kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin
dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi,
sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga
preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga
ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi
puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah
sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di
bawah simfisis adalah glabella.
a) Diagnosis
Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
Di atas panggul teraba kepala

5
Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil
terdapat pada sisi yang berlawanan.
Di fundus uteri teraba bokong.
DJJ terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu,
pada sisi yang sama dengan punggung janin.
Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter
transversa panggul
Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat
diraba dan dikenal.keduannya sama tinggi didalam
panggul.
b) Etiologi
Kelainan panggul
Kepala berbentuk bulat
Anak kecil/mati
Kerusakan dasar panggul
c) Penanganan
Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa
lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep
biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah VVB
d) Komplikasi
Robekan jalan lahir yang lebih luasyang terjadi pada
ibu.
Komplikasi yang terjadi paad anak karena partus lama
dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi.

6
Gambar 1. Jenis-jenis Malposisi
(Kemenkes RI, 2013)

2) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi,
sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan
berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala. Kepala
memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar
paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah
arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala
terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah
dagu (Kemenkes RI, 2013).
a) Diagnosis
Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka , tapi
bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama
dengan bagian-bagian kecil janin. Pada persalinan

7
kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila
pada persalinan sebelumnya normal.
Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu
teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung dan
lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.
b) Etiologi
Panggul sempit
Janin besar
Multiparitas
Kelainan janin (misalnya anansefalus)
c) Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang
normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan
SC (janin hidup). Janin mati pembukaan SC, pembukaan
lengkap Kraniotomi jika belum lengkap.
d) Komplikasi
Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang
hebat dan ruptur uteri pada ibu.
Pada anak mortalitas janin tinggi.

Gambar 2. Presentasi Dahi


(Kemenkes RI, 2013)

8
3) Presentasi Occipito Posterior
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga
ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang,
kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang. Dalam
keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul
adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar
panggul dan muculus levator aninya membentuk ruangan yang
lebih sesuai dengan occiput. Keadaan VVK dibelakang dianggap:
Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter
transversal. Contoh pada panggul antiopoid
Segmen depan Menyempit. Contoh pada panggul android
Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
Kepala janin yang kecil dan bulat

a) Diagnosis
Pemeriksaan abdomen : Bagian bawah perut mendatar,
ekstremitas janin teraba anterior.
Auskultasi : DJJ terdengar disamping.
Pemeriksaan vagina : Fontanella posterior dekat
sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba jika
kepala dalam keadaan defleksi.
b) Etiologi
Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan
kesempitan midpelvis.
Letak punggung janin dorsoposterior

9
Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada : Perut
gantung, Janin kecil atau janin mati, Arkus pubis sangat
luas, Dolichocephali, Panggul sempit.
c) Penanganan
Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan
dapat lahir sontan pervaginam.
Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada
tanda-tanda bahaya terhadap janin.
Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang
teratur atau extensi dari episiotomi.
Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban.
Bila posisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka
SC.
Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada
tanda obstruksi, beri oksitosin drip.
Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada
fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila
tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip.
Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai
tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V atau forseps.
Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC.
4) Persentasi Muka
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin. Yang teraba muka bayi (mulut, hidung, dan pipi).
a) Etiologi
Panggul sempit
Janin besar
Kematian intrauterine

10
Multiparitas
Perut gantung
Janin ansefalus dan tumor di leher bagian depan
Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala, sehingga
ada presentasi muka dagu anterior dan postorior.
Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi.
Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi
max.
b) Diagnosis
Tubuh janin dalam keadaan fleksi, sehingga pada
pemeriksaan luar dada akan teraba punggung.
Bagian kepala menonjol yaitu belakang kepala berada di
sebelah yang berlawanan dengan letak dada.
Didaerah itu juga dapat diraba bagian-bagian kecil janin
dan DJJ lebih jelas.
Periksa dalam meraba dagu, mulut, hidung, pinggir
orbita.
c) Penanganan
(a) Dagu Anterior
Bila pembukaan lengkap
Lahirkan dengan persalinan spontan
pervaginam
Bila kemajuan persalinan lambat lakukan
disitoksin drip
Bila kurang lancar, lakukan forseps

11
Bila pembukaan belum lengkap
Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin
drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan
persalinan vertekx.
(b) Dagu Posterior
Bila pembukaan lengkap maka SC
Bila pembukaan belum lengkap, lakukan
penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan
persalinan, jika macet maka SC
Jika janin mati maka Kraniotomi

Gambar 3. Presentasi Muka


(Kemenkes, RI. 2013)

c. Mekanisme Gerakan Kepala Janin


Menurut Sumarah (2008) Mekanisme gerakan kepala janin pada
persalinan normal mulai dari engagement hingga descent.
1) Penurunan kepala (engagement)
Penurunan kepala janin ke dalam pelvis biasanya dimulai
sebelum awitan persalinan. Janin ibu nulipara biasanya turun ke
dalam pelvis selama minggu terakhir kehamilan sedangkan pada
multigravida, tonus otot biasanya lebih lemah dandengan demikian,

12
engagement tidak terjadi hingga persalinan benar-benar dimulai.
Selamakala satupersalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
menyebabkan ruang dalam uterusmenjadi lebih sempit, memberikan
tekanan pada janin untuk menurun. Setelahruptur forewater dan
pengerahan upaya maternal, kemajuan persalinan dapat terjadi
dengan cepat.
2) Fleksi
Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekatdengan bagian posterior tengkorak; tekanan
ke bawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput daripada
sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi, menyebabkan
diameter presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis
dengan lebih mudah. Pada awitan persalinan, terjadi presentasi
suboksipital yang berdiameter rata-rata sekitar 10 cm dengan fleksi
yang lebih besar, terjadi presentasi suboksitobregmatik dengan
diameter rata-rata sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang
terdepan.
3) Rotasi Interna Kepala
Rotasi internal kepala (putar paksi dalam) adalah pemutaran
bagian terendah janin dariposisi sebelumnya kearah depan sampai
dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepaladimana bagian
terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutarkedepan sampai berada dibawah simpisis. Gerakan ini
adalah upaya kepala janin untukmenyesuaikan dengan bentuk jalan
lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawahpanggul. Rotasi
dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi
setelahkepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah
didasar panggul. Pada pemeriksaandalam ubun-ubun kecil
mengarah ke jam 12.

13
Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu :
a) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada
letak fleksi.
b) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit
yang disebelah depan atasyaitu hiatus genitalis antara
muskulus levator ani kiri dan kanan.
4) Ekstensi Kepala
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput
berhimpit langsung pada margoinferior simpisis pubis. Karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar
dapatmelaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul
tidak langsung terekstensi,akan tetapi terus didorong kebawah
sehingga mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua
gaya yang mempengaruhi, yaitu :
a) Gaya dorong dari fundus uteri ke arah belakang
b) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva
dan terjadinya ekstensi. Gerakan ekstensi ini mengakibatkan
bertambahnya penegangan pada perineum dan intruitus
vagina.Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai
hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur
lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata,
hidung, mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir
seluruhnya, dagu bayi berada di atas anus ibu.
5) Rotasi Luar
Gerakan rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun
kecil kearah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan
dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan maka janin

14
menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada
mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar ke arah
kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan
maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Gerakan rotasi luar atau
putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin searah
dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana
satu bahu di anteriordi belakang simpisis dan bahu yang satunya di
bagian posterior di belakang perineum, sutura sagitalis kembali
melintang.
6) Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untukkelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanterdepan dan belakang
sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,
bahubelakang, badan seluruhnya.

Gambar 4. Mekanisme Gerakan Kepala Janin


(Sumarah, 2008)

15
2. Meconium
Menurut istilah mekonium berasal dari bahasa Yunani kuno meconium-
arion atau seperti opium. Aristoteles mempergunakan istilah tersebut karena
dipercaya mekoneum membuat janin tidur. Isi usus janin dan mekonium adalah
campuran berbagai bahan kimia yang steril, termasuk glikoprotein mukus,
verniks caseosa yang tertelan, sekresi saluran pencernaan, enzim hati, pankreas
dan empedu, protein plasma, mineral, dan lipid Mukopolisakarida menyusun
80% berat kering mekonium. Kadar enzim pankreas dan hati bervariasi sesuai
usia gestasi. Air Ketuban (AK) secara terus menerus ditelan, dihirup dan
diganti lewat proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Merupakan
hal yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu
fungsi paru. Komposisi mekonium tertera pada Tabel. pusat pun akan berwarna
oleh mekonium dalam waktu tiga jam dan makrofag dalam satu jam (Chalik
TMA, 2004 dalam Shaleh, 2010).

Gambar 5. Komposisi Mekonium Janin

3. Zalf Mata
Menurut Ambarwati (2009) Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat
tetes mata) dan oitmen/ obat salep yang dikemas dalam bentuk kecil. Karena
sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat,
maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah. Sedangkan

16
salep mata atau dalam istilah farmasi disebut oculenta adalah salep yang
digunakan pada mata. Salep ini harus steril dan disimpan di dalam tube salep
mata yang steril. Pemberian obat ini bertujuan untuk mengobati gangguan pada
mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktural internal mata, untuk
melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, untuk mencegah
kekeringan pada mata. Dalam dunia kesehatan salep atau obat mata sering
digunakan untuk pengobatan pada mata. Obat mata tersebut digunakan dari
mulai orang dewasa hingga bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir biasanya obat
mata digunakan untuk membersihkan mata bayi dari air ketuban yang
menempel pada bagian mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban
jika ia lahir dengan ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau ke
jadian lain serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara
jernih. Maka obat mata biasa diberikan pada bayi baru lahir pada kejadian-
kejadin tersebut (Ambarwati, 2009).
Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Obat Mata Bayi baru lahir (neonatus)
adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40
minggu. Obat mata diberikan kepada bayi karena proses adaptasi cahaya dan
adanya kotoran pada bayi. Obat mata yang biasa digunakan untuk bayi baru
lahir biasanya gentamicyn 0,3 % (Ambarwati, 2009).

4. APGAR Score
Menurut Yohana (2011), nama APGAR scor berasal dari seorang ahli
anastesi amerika yaitu dr. Virginia Apgar tahun 1952Nilai Apgar dokter apgar
mengininkan bayi dinilai dengan suatu cara yang bermakan oleh petugas
diruang persalinan, dengan penilaian.
Nilai adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir.
Nilai Apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang
perlu segera diberikan kepada bayi baru lahir. Nilai Apgar ditentukan dengan

17
menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna kulit, dan respon
terhadap rangsangan (refleks) (Yohana, 2011).
Penilaian menurut Yohana (2011) :
1. Nilai Apgar 8-10 : Normal, menunjukan bayi dalam keadaan baik.
2. Nilai 10 : jarang ditemui, hamper semua bayi baru lahir kehilangan 1 nilai
karna kaki dan tangannya berwarna kebiruan
3. Nilai Apgar kurang dari 8 : menunjukan bahwa bayi memerlukan bantuan
untuk menstabilkan dirinya dilingkungan yang baru (Aspeksia Ringan)
4. Nilai Apgar 0-3 : menunjukan bahwa perlu segera dilakukan resusitasi
(Aspeksia Berat)
Menurut Yohana (2011) penilaian Apgar secara rutin dilakukan dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, biasanya diulang 5 menit kemudian untuk
menunjukan :
Nilai apgar 1 menit : toleransi bayi terhadap proses kelahiranya
Nilai Apgar 5 menit : adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya
Pada keadaan tertentu, penilaiian Apgar bias kembali dilakukan pada
menit ke 10, 15, dan 20. Jika pada menit ke 20 nilai apgar masih tetap
rendah hal ini merupakan resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit.
Masing-masing diberi nilai 0,1, atau 2 :
a. Denyut Jantung
Dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian
yang paling penting.
1) Jika tidak terdengar denyut jantung: 0
2) Jika jantung berdenyut kurang dari 100x/ menit : 1
3) Jika jantung berdenyut lebih dari 100 x / menit : 2
b. Usaha untuk bernafas
1) Jika tidak bernafas : 0
2) Jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1

18
3) Jika bayi menangis :2
c. Ketegangan otot
1) Jika otot lembek : 0
2) Jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
3) Jika bayi bergerak aktif : 2
d. Refleks
Dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan.
1) Jika tidak timbul refleks nilainya 0
2) Jika wajahnya menyeringai nilainya 1
3) Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras
nialinya 2
e. Warna kulit
1) Jika kulit bayi berwarna biru pucat nilainya 0
2) Jika kulit berwarna pink, lengan/tungkai berwarna biru nilainya 1
3) Jika seluruh kulit bayi berwana pink nilainya 2

5. Tali Pusat (Plasenta)


Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai
bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki
mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin.
Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi,
toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau
disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2008).

19
6. Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan
M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah
(Kemenkes RI, 2011).
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
a. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan yang
ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).
b. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.
c. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan
vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena
dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik (Kemenkes RI, 2011).
Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam
tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah
dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah
secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah kadar orang
dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan.
Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan,
antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir,
sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada
ASI dan sterilitas saluran cerna (Kemenkes RI, 2011).
Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3 (menadione)
dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh berbagai
negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan vitamin K1
sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961).
Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K adalah

20
vitamin K1 . Selain sediaan injeksi, terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg,
tetapi absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskular,
terutama pada bayi yang menderita diare. Disamping efikasi, keamanan,
bioavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih
memerlukan penelitian. Pemberian vitamin K1 oral memerlukan dosis
pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing 2 mg yang
diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai
konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu
masalah tersendiri (Kemenkes RI, 2011).

7. BBL (Bayi Baru Lahir)


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Kristiyanasari, 2009). Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2011).

21
STEP 2
PERTANYAAN KASUS

1. Kapan normalnya meconium keluar?


2. Mengapa An. B menangis pada saat setelah dilakukan tindakan suctioning?
3. Berapa nilai GPA pada Ny. Manis?
4. Apakah proses persalinan 2 orang anak dapat berpengaruh pada kondisi ibu?
5. Mengapa pada bayi Ny. Manis terpasang kanul binasal?
6. Mengapa anak Ny. Manis mengalami BBLR?
7. Mengapa bayi diberikan suntikan vitamin K dan zalef mata?
8. Apakah nilai ubun-ubun kecil mempengaruhi nilai APGAR scor pada bayi?
9. Seperti apa perawatan tali pusat yang benar pada kedua bayi Ny. Manis?

22
STEP 3
JAWABAN KASUS

1. Kapan normalnya meconium keluar ?


Mekonium normalnya keluar pada 24 pertama. Pengeluaran mekonium
yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang
signifikans. Pada lebih dari 90% bayi normal, mekonium pertama keluar dalam
usia 24 jam pertama, namun pada lebih dari 90% kasus penyakit Hirschsprung
mekonium keluar setelah 24 jam. Mekonium normal berwarna hitam kehijauan,
sedikit lengket dan dalam jumlah yang cukup (Kartono, 2004; Wyllie 2000;
Pieter 2005; Irwan, 2003 dalam KA Sari, 2011).

2. Mengapa An. B menangis pada saat setelah dilakukan tindakan


suctioning?
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan
jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada an. B yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).

3. Berapa nilai GPA pada Ny. Manis ?


Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008), G1P0A0 yaitu:
a. Gravida : wanita hamil untuk pertama kali.
b. Partus : wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau lebih yang
mampu hidup tanpa memandang apakah anak tersebut hidup pada saat
lahir.
c. Abortus : pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu
atau bayi dengan berat badan 500 gram.

23
Sehingga dapat diketahui GPA pada kasus adalah G5P6A0
1) G5 : pada kasus Ny.Manis sedang mengandung anak ke 5, diketahui usia
kehamilannya 40 minggu.
2) P6 : pada kasus Ny.Manis telah memiliki 4 orang anak dan persalinan
saat ini melahirkan 2 orang anak sehingga partusnya sama dengan 6.
3) A0 : Pada kasus Ny.Manis tidak pernah mengalami abortus.

4. Apakah proses persalinan 2 orang anak dapat berpengaruh pada kondisi


ibu ?
Penelitian Almeida et al (2015) menyatakan bahwa ibu dengan usia yang
tua (lebih dari 41 tahun) mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap keluaran
perinatal. Namun pengaruh tersebut dapat dikurangi tergantung pada usia
kehamilan, paritas, dan terutama pada tingkat pendidikan wanita hamil. Untuk
wanita hamil 41, peningkatan risiko keluaran perinatal diidentifikasi untuk
kelahiran prematur, untuk posterm (kecuali untuk wanita primipara dengan
sekolah 12 tahun), dan untuk berat badan lahir rendah. Saat melakukan
perbandingan antara umur tua dengan muda, tingkat pendidikan yang lebih
tinggi memastikan risiko yang sama rendah pada Skor APGAR 1 menit pertama
(untuk ibu primipara dan kelahiran aterm), skor APGAR rendah pada 5 menit
(kelahiran aterm), makrosomia (untuk wanita non-primipara), dan asfiksia
(Almeida, 2015).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280
hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40
minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Kehamilan lebih dari 42
minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 sampai dengan 36
minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan
mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena
bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis buruk (Prawirohardjo, 2012).

24
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti
anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim (Marmi,
2012).

5. Mengapa pada bayi Ny. Manis terpasang kanul binasal ?


Bayi tersebut mengalami asfiksia. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009 dalam
Lintang Brillianningtyas, 2014).
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013 dalam Lintang
Brillianningtyas, 2014).
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
a. Asidosis (pH<7,0) pada darah arteri umbilikalis
b. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
c. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
d. Gangguan multiorgan sistem (Prambudi, 2013 dalam Lintang
Brillianningtyas, 2014).
Sehingga dengan kondisi tersebut, penatalaksanaan prioritasnya adalah
dengan pemberian oksigen melalui kanul binasal.

25
6. Mengapa anak Ny. Manis mengalami BBLR ?
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi et al, 2010).
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
a. Faktor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.

26
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

7. Mengapa bayi diberikan suntikan vitamin K dan zalf mata ?


Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam
tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah
dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah
secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah kadar orang
dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan.
Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan,
antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir,
sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada
ASI dan sterilitas saluran cerna (Kemenkes RI, 2011).
Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3 (menadione)
dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh berbagai
negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan vitamin K1
sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961).
Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K adalah
vitamin K1 . Selain sediaan injeksi, terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg,
tetapi absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskular,
terutama pada bayi yang menderita diare. Disamping efikasi, keamanan,
bioavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih

27
memerlukan penelitian. Pemberian vitamin K1 oral memerlukan dosis
pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing 2 mg yang
diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai
konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu
masalah tersendiri (Kemenkes RI, 2011).

8. Apakah nilai ubun-ubun kecil mempengaruhi nilai APGAR scor pada


bayi?
Berpengaruh karena kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubun-
ubun kecil sebagai penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi adalah
semua presentasi lain dari janin selain presentasi belakang kepala (Kemenkes,
2013).
Penilaian Apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan
pertolongan yang perlu segera diberikan kepada bayi baru lahir. Nilai Apgar
ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna
kulit, dan respon terhadap rangsangan (refleks) (Yohana, 2011).

9. Seperti apa perawatan tali pusat yang benar pada kedua bayi Ny. Manis ?
a. Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu
janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena
bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit,
atau diikat (Wibowo, 2008).
Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang
antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang

28
rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang
tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan
penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir
akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan
menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera
dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi
serta tidak perdarahan (Retniati, 2010).
Definisi perawatan tali pusat Perawatan tali pusat adalah perbuatan
merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong
atau sebelum puput (Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah
pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik
terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril,
bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat, 2005).
b. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman
tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit
tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat, karena
perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001).
Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada
bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan
lepas. Menurut Panduan (2010) ada 4 penatalaksanaan perawatan tali
pusat yang benar :
1) Peralatan Yang Dibutuhkan:
a) 2 Air DTT, hangat : - 1 untuk membasahi dan menyabuni
- 1 untuk membilas
b) Washlap kering dan basah

29
c) Sabun bayi
d) Kassa steril
e) 1 set pakaian bayi.
2) Prosedur Perawatan Tali Pusat :
a) Cuci tangan.
b) Dekatkan alat.
c) Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.
d) Buka bedong bayi.
e) Lepas bungkus tali pusat.
f) Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka
sampai kaki/ atas ke bawah.
g) Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.
h) Bersihkan tali pusat, dengan cara :
Pegang bagian ujung
Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
Disabuni pada bagian batang dan pangkal
Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
Keringkan sisa air dengan kassa steril
Tali pusat tidak dibungkus
i) Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan
talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab,
jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu.
j) Bereskan alat
k) Cuci tangan

30
Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup
membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan
menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga benar-benar kering.
Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat (bukan
ditarik). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan
dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dibanding tali pusat
yang dibersihkan menggunakan alkohol. Selama sebelum tali pusat puput,
sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup
dilap saja dengan air hangat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari
selama balutan atau kain yang bersentuhan dengan tali pusat tidak dalam
keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut atau ditutup rapat
dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain
memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi.
Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan
terlepas (Saifudin, 2001 dalam Kemenkes 2010).

31
STEP 4
MIND MAPPING

ASKEP:
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
JURNAL: EFFECT OF
KANGAROO MOTHER
CARE ON PREMATURE
PENCEGAHAN: INFANTS
PHYSIOLOGICAL,
PRIMER BEHAVIORAL AND
PSYCHOSOCIAL
SEKUNDER OUTCOMES IN AIN
TERSIER SHAMS MATERNITY
AND GYNECOLOGICAL
HOSPITAL, CAIRO,
BBLR EGYPT

LP: MEKANISME
PERUBAHAN
DEFINISI PASIEN
ANFIS DENGAN BBLR
ETIOLOGI (BAYI BERAT
LAHIR
PATOFISIOLOGI RENDAH)

32
STEP 5
LEARNING OBJEKTIF

1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi


2. Mahasiswa mampu memahami penyakit BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
4. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah)

33
STEP 6
INFORMASI TAMBAHAN

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Effect of Kangaroo Mother Care on Premature Infants
Physiological, Behavioral and Psychosocial Outcomes in
Ain Shams Maternity and Gynecological Hospital, Cairo,
Egypt
Nama Jurnal : Life Science Journal
Penulis : Nahed Saied Mohammed El- Nagger, Hoda Abed El-Azim,
dan Sahar Mahmoud Zaki Hassan
Tahun Jurnal : 2013

B. Latar Belakang
Sebuah kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi lebih dari tiga
minggu sebelum neonatus disebabkan. Dengan kata lain, setelah kurang dari 37
minggu kehamilan, yang biasanya berlangsung sekitar 40 minggu. Lahir
prematur memberikan waktu neonatus kurang berkembang di rahim. Meskipun,
bayi prematur terutama yang lahir awal, sering memiliki rumit medis masalah
sementara itu tidak semua prematur pengalaman komplikasi, ini tergantung
pada bagaimana awal neonatus lahir, di mana sangat prematur lahir kurang dari
25 minggu kehamilan sementara sangat prematur yang lahir kurang dari 32
minggu kehamilan dan akhir prematur yang lahir antara 34 dan 36 minggu
kehamilan. Namun, kelahiran paling dini terjadi pada tahap prematur akhir.
Umumnya, sebelumnya neonatus lahir, semakin tinggi risiko komplikasi
fisiologis dan psikologis.
Di Mesir, meskipun meningkatkan upaya untuk mencegah prematuritas,
prevalensi kelahiran prematur memiliki tingkat signifikan. Ini mungkin
mencapai sekitar untuk 41.728 setiap tahun. Dari data statistik mungkin

34
menunjukkan dalam beberapa cara yang sangat tingkat Neonatal Intensive Care
Unit (NICU) masuk di rumah sakit setiap tahunnya.
Akibatnya, karena bayi prematur yang lahir terlalu awal dan berat kurang
dari neonatus jangka penuh. Mereka mungkin memiliki masalah kesehatan
karena organ mereka tidak memiliki cukup waktu untuk berkembang. Jadi,
mereka perlu perawatan medis khusus di NICU dan tinggal di sana sampai
sistem organ mereka dapat bekerja sendiri. Sekitar 6% dari kelahiran hidup
adalah prematur setiap tahun di Inggris, sementara di Amerika Serikat kejadian
ini setinggi 12% 1. Permintaan untuk perawatan neonatal telah meningkat akun
tahun ke tahun, dan saat dini bayi selama lebih dari 70% dari penerimaan
Neonatal NICU (Neonatal Intensive Care Unit).

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis untuk mengevaluasi
efek dari KMC (Kangoroo Mother Care) di bayi prematur fisiologis perilaku
dan psikososial hasil dari bayi prematur yang ada di Rumah Sakit Kairo, Mesir.

D. Analisis Jurnal
Bayi prematur sangat rentan kelompok populasi. Kelahiran prematur
menyumbang angka kematian tertinggi di antara bayi di pertama tahun hidup.
Ini mungkin adalah alasan untuk peningkatan jumlah prematur terkait penelitian
dilakukan selama dua puluh lima tahun terakhir. Kelahiran bayi prematur
adalah suatu peristiwa yang tak terduga dan menegangkan yang keluarga secara
emosional tidak siap. Meskipun, kesehatan bayi prematur adalah pertama dan
terutama tanggung jawab orang tua, ibu dianggap sebagai perawatan kesehatan
primer yang paling berlimpah pekerja di seluruh dunia. KMC menjadi integral
bagian dari perawatan berat lahir prematur dan rendah bayi di seluruh dunia. Ini
memberikan penghematan ekonomi untuk keluarga dan fasilitas perawatan
kesehatan dan banyak fisiologis dan psiko manfaat perilaku untuk ibu dan bayi,

35
sedangkan yang paling penting dari yang merupakan promosi keberhasilan
menyusui. Oleh karena itu, perhatian utama dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi efek dari KMC pada fisiologis, perilaku dan psikososial hasil dari
bayi prematur.
Menurut karakteristik dini bayi, penelitian ini mengungkapkan bahwa
sekitar setengah dari usia kehamilan bayi prematur adalah 34 36 minggu
dalam kelompok studi dan < 32 minggu di kontrol kelompok. Sementara itu,
berat lahir di tiga perempat dari kelompok studi adalah 2.000 - < 2.500 gram
dibandingkan dengan hampir sepertiga dalam kelompok kontrol. Hasil ini
didukung oleh yang menunjukkan bahwa kelahiran Berat merupakan indikator
status kesehatan neonatus. Menyatakan bahwa hubungan antara neonatus usia
kehamilan dan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine
nya, sedangkan sistem organ jatuh tempo tergantung pada usia kehamilan. Jadi
lebih besar neonatus usia kehamilan yang lebih lengkap mengembangkan
sistem organ. Selain itu, prematur pengiriman yang dikaitkan dengan tingkat
yang lebih tinggi dari lahir rendah Berat (50,5%) dibandingkan dengan
pengiriman jangka penuh, dan risiko meningkat 13 kali dengan kelahiran
prematur. Namun, bukti punggung efektivitas dan keselamatan KMC pada
neonatus prematur yang stabil. Dalam lahir rendah bayi berat seberat 2.000
gram atau kurang, yang tidak dapat mengatur suhu mereka, KMC setidaknya
sebagai aman dan efektif sebagai perawatan tradisional dengan inkubator.
Mengenai panjang rumah sakit bayi prematur tinggal, itu 3 sampai < 6
hari di lebih dari sepertiga dari kelompok belajar dan kurang dari seperempat di
kontrol kelompok. Mengenai kenaikan berat badan bayi prematur di debit,
sekitar setengah dari mereka meningkat lebih dari 100 gram di kedua studi dan
kelompok kontrol. Ini mungkin disebabkan kriteria seleksi khusus untuk studi
pelajaran bahwa mereka tidak rumit dan bebas dari tingkat parah gangguan
pernapasan. Namun, mereka tidak perlu untuk ventilator pernapasan atau
berkepanjangan rawat inap di samping efek KMC aplikasi yang

36
mempromosikan menenangkan dan mengurangi bayi prematur menangis dan
energi yang hilang begitu, mempertahankan berat badan. Sesuai dengan
karakteristik ibu dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari tiga
perempat dari usia ibu di kelompok studi adalah 20 sampai < 30 tahun
dibandingkan dengan mayoritas dari mereka di kelompok kontrol dan beberapa
dari mereka dalam kelompok studi yang di bawah dua puluh tahun menyatakan
bahwa lebih lama proporsi kelahiran prematur telah ditemukan antara bayi yang
lahir lebih muda dari ibu yang lebih tua. Mereka menambahkan bahwa kejadian
terendah dini adalah pada periode usia 26-35 tahun. Prematur dan lahir rendah
kasus berat yang paling sering di antara anak muda ibu yang berada di bawah
dua puluh juga, jika ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 ada risiko yang
lebih tinggi memberikan prematur. Mengenai tingkat pendidikan ibu, itu
ditemukan bahwa hampir setengah dari ibu dalam kelompok studi buta huruf
dan hanya mampu membaca dan menulis dibandingkan dengan seperempat dari
mereka di kelompok kontrol, dan lebih dari setengah dari ibu yang cukup dan
berpendidikan tinggi pada kelompok studi dibandingkan dengan kira-kira, tiga
perempat dari mereka di kontrol kelompok. Hasil ini sesuai dengan siapa
menemukan bahwa kejadian bayi prematur adalah 16% di antara ibu-ibu tidak
ada atau pendidikan rendah dan 10,4% di antara ibu-ibu yang berpendidikan
tinggi. Namun, banyak studi mengungkapkan bahwa kesadaran kesehatan
penurunan ibu adalah salah satu faktor predisposisi yang memimpin untuk
kelahiran prematur dan bahwa pendidikan dan tingkat budaya memiliki efek
pada kondisi bayi baik sebelum dan sesudah kelahiran.

E. Metode
Penelitian ini dilakukan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di Ain
Shams Bersalin dan Rumah Sakit ginekologi. Terdiri dari 50 bayi prematur dan
ibu, dengan cara disebutkan dan dipilih ke dalam dua kelompok yang identik
yaitu kelompok satu adalah kelompok studi menerima Kangaroo Mother Care

37
(KMC) dan kelompok dua adalah kelompok peduli kontrol menerima
konvensional (perawatan inkubator rutin oleh staf perawat rumah sakit).
Subyek dipilih sesuai kriteria berikut ini :
1. Kriteria Inklusif yaitu semua bayi prematur yang stabil sebagai klasifikasi
medis dan kedua jenis kelamin.
2. Kriteria Eksklusif yaitu risiko tinggi bayi prematur dengan infeksi,
gangguan pernapasan berat, gangguan ventilasi dini pada bayi atau terapi
oksigen, dan prematur dengan anomali kongenital.
Pengumpulan data dapat dengan cara sebagai berikut :
1. Kangaroo Mother Care Arus Assessment (KMCAFS)
Digunakan untuk mengevaluasi Pengaruh Kangaroo Mother Care (KMC)
secara fisiologis, perilaku dan psikososial pada bayi prematur.
2. Pra / Pasca Ibu dengan ikatan perilaku
Bertujuan untuk menilai ibu secara emosional, psikososial, lampiran dan
interaksi perilaku pada bayi prematur selama menyusui melalui
pengamatan masing-masing ibu dan peneliti.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
1. Prosedur untuk kelompok dua (studi dan kelompok kontrol)
a. Menilai tanda-tanda vital bayi prematur (Suhu, Nadi dan RR),
apnea lanjutan, makan, menangis dan kondisi tidur bayi prematur.
b. Menilai ibu dan bayi prematur
c. Menilai perasaan ibu dengan bayi prematur
2. Prosedur untuk kelompok KMC (kelompok studi)
a. KMC dilakukan setelah ibu sudah mengetahui tentang KMC dan
tujuan, serta setuju tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Menjelaskan tentang KMC, tujuan, manfaat dan efek dari tindakan
yang akan dilakukan
c. Memberikan buku panduan KMC yang telah disediakan oleh
peneliti

38
d. Kemudian peneliti mempersilahkan ibu dan bayi prematur
e. Bayi prematur dipakaikan selimut dan diberikan kepada ibu
f. Bayi prematur dipindahkan dari inkubator kepada ibu setelah
perawatan inkubator rutin selesai
g. KMC dilakukan ibu dengan cara memegang bayi prematur, hanya
diberikan pakaian popok saja, kulit ke kulit, antara ibu dan
payudara ibu
h. Bayi prematur dalam keadaan suhu 30-40 derajat. Bayi prematur
hanya ditutupi selimut dan ditempatkan dibawah ibu dengan
menutupi pakaian untuk memastikan suhu bayi prematur dalam
keadaan baik
i. KMC pada ibu dan bayi prematur dapat dilakukan di kursi ruang
makan
j. Anjurkan ibu untuk beristirahat selama KMC dan menyusui bayi
prematur
k. Menilai keadaan menyusui bayi prematur selama KMC untuk jenis
makanan
l. Menilai interaksi ibu kepada bayi prematur
m. KMC antara ibu dan bayi prematur hanya + 60 menit
n. Mengembalikan bayi prematur kedalam inkubator kembali
o. Menilai tanda-tanda vital (Suhu, Nadi, dan RR)
p. Menilai tangisan dan kondisi tidur bayi prematur
q. Menilai persepsi dan saran ibu mengenai KMC
3. Prosedur untuk konvensional dan perawatan inkubator rutin
a. Membantu ibu untuk duduk di kursi ruang makan
b. Memberikan selimut kepada bayi prematur dan memberikan bayi
prematur kepada ibu
c. Membantu ibu untuk memberikan makanan kepada bayi prematur
d. Menilai tipe bayi prematur dengan cara memberikan makanan

39
e. Menilai interaksi ibu kepada bayi prematur
f. Mengembalikan bayi prematur ke inkubator
g. Menilai tanda-tanda vital bayi prematur (Suhu, Nadi, dan RR)
h. Menilai tangisan dan kondisi tidur bayi prematur
i. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada ibu dan memberikan
buku KMC sebagai hadiah dari peneliti untuk berbagi pengetahuan
kepada ibu dan mendukung ibu untuk melakukan KMC

F. Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari ibu yang
tidak bekerja dalam penelitian dan kelompok kontrol. Hasil ini bertentangan
untuk yang melaporkan bahwa prematuritas lebih tinggi di bayi yang dilahirkan
untuk wanita bekerja di luar rumah, terutama ketika pekerjaan telah terus lagi
selama kehamilan mereka. Juga dilaporkan bahwa ibu yang bekerja untuk uang
tunai memiliki tinggi tingkat kelahiran prematur 12,4% dibandingkan dengan
9,6% untuk ibu rumah tangga. pekerjaan ibu, bagaimanapun, bisa memiliki
berpengaruh pada kehamilan secara independen dari yang gizi efek. Dalam
tenaga fisik tertentu atau tegak postur mungkin mengurangi aliran darah uterus
dan dengan demikian menghambat pasokan oksigen dan nutrisi ke janin.
Mengenai paritas ibu, hasil penelitian ini melaporkan bahwa hampir dua
pertiga dari mereka paritas mereka < 3 dalam kelompok KMC dibandingkan
dengan mayoritas ibu-ibu dalam perawatan konvensional kelompok, selain itu,
tidak ada yang signifikan statistik perbedaan antara per dan pasca aplikasi KMC
(X 2 = 0,32 pada 0,11, P -nilai 0,57 dan 0,73) antaraparitas ibu dan keterikatan
dan kepuasan mereka dengan bayi prematur setelah KMC masing-masing.
Hasil ini didukung oleh Goldenberg et al, yang melaporkan bahwa
prematuritas lebih umum pada kelahiran pertama dari kalangan kelahiran nanti.
Juga, menyatakan bahwa tingkat abnormal tinggi kelahiran prematur memiliki
ditemukan pada primigravida (12,4%), dan tingkat yang lebih rendah diamati

40
untuk kategori paritas lainnya. Ini bertentangan dengan Nathalie Alberman et al
mengatakan bahwa pengakuan bayi yang baru lahir ke NICU umumnya
menyiratkan pemisahan ibu baru dari bayinya. KMC adalah model perawatan
neonatal yang mendukung peran orangtua sebagai primer pemberi perawatan
dan berkontribusi untuk meminimalkan pemisahan antara bayi prematur dan
orang tua. Pada penelitian ini mempelajari pengaruh KMC dari hasil fisiologis
bayi prematur. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara pre dan post penerapan KMC (X 2 = 17.64,
17.64, 7.76, 0,36, P -Nilai 0.00, 0.00, 0,02 dan 0,00) antara prematur neonatus
denyut jantung, tingkat pernapasan, suhu dan terjadinya apnea di pra dan pasca
KMC masing-masing dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun,
langsung kuli ke kontak kulit antara bayi dan ibu mungkin menstabilkan suhu
bayi di termal kisaran netral, menstabilkan tanda-tanda vital bayi, pola
pernapasan, dan oksigenasi, mengakibatkan penurunan kejadian apnea,
mendorong lebih homogen pola tidur dan berpotensi mengakibatkan berat
badan yang lebih baik mendapatkan.
Sejumlah penelitian telah menyelidiki efek fisiologis dari KMC bila
digunakan dengan bayi prematur dan melaporkan bahwa dengan KMC, yang
bayi prematur biasanya merapat ke payudara dan sangat tidur hanya dalam
beberapa menit. Demikian, bayi prematur menambah berat badan lebih cepat
daripada mereka non-kangarooe dan sangat menarik untuk dicatat bahwa
mereka biasanya tidak kehilangan apapun dari mereka lahir berat. Pasokan ASI
Ibu menjadi ramping, sehingga lebih mudah bagi ibu untuk menyusui anak
untuk durasi yang lebih lama yang peningkatan pasokan ASI.
Pada menyelidiki efek dari KMC pada hasil psikososial bayi prematur.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa ada statistik perbedaan yang
signifikan antara per dan pasca KMC aplikasi (X 2 = 12,4 dan 1,0 di, P -nilai
0,00) sebagai salam attachment ibu-bayi (bonding) dan mereka kepuasan pra

41
dan masing-masing pos group KMC dibandingkan dengan ibu dalam kelompok
perawatan konvensional.
Hasil ini sesuai dengan Albemen fisiologis serta manfaat psikososial.
KMC telah ditunjukkan untuk meningkatkan ibu keadaan psikologis,
memperkuat ikatan ibu-bayi dan merangsang laktasi ibu. Pada menyelidiki
persepsi ibu mengenai KMC. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas
ibu tidak memiliki informasi tentang KMC dan beberapa dari mereka ditebang
jarak dari bayi pra KMC, dibandingkan dengan post KMC, sebagian besar
mereka memiliki pengetahuan yang memadai tentang KMC dan hampir
setengah dari mereka diminta untuk menerapkan KMC dan mereka percaya diri
saat merawat dan menyentuh bayi mereka.

42
STEP 7
LAPORAN PENDAHULUAN

(terlampir)

43
Lampiran 1 Teori dan Analisis Kasus

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang
kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan
dan BBLR cukup bulan atau lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur,
biasanya mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai,
BBLR yang cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga
tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya. BBLR adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram, berat badan lahir merupakan prediktor yang
baik untuk pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya. Seorang bayi yang
cukup bulan pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gran atau lebih,
BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi
terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal, Angka kejadian dan
kematian BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia,
hiperbilirubinemia masih tinggi (Sulani, 2011).
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi yang
baru lahir. Rerata berat badan bayi yang normal adalah sekitar 3.200 gram (7
lbs). Secara dasar, bayi dengan berat lahir yang rendah dan bayi dengan berat
badan yang berlebihan yaitu lebih dari 3.800 gram mempunyai risiko yang
lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan. Konsep bayi dengan berat
lahir rendah tidak sinonim dengan prematuritas telah diterima secara meluas
pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua bayi yang memiliki berat lahir kurang
dari 2.500 gram lahir prematur. Demikian pula tidak semua bayi dengan berat
lahir lebih dari 2.500 gram lahir secara aterm. Dokumentasi fenomena
penelitian oleh Gruenwald pada tahun 1960 menunjukkan bahwa sepertiga bayi

44
yang lahir dengan berat lahir rendah sebenarnya adalah bayi cukup bulan
(Usman, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sekitar 15 juta
bayi dilahirkan di dunia setiap tahun. Lebih satu juta dari bayi tersebut
meninggal segera setelah dilahirkan dan banyak yang tidak terhitung jumlahnya
menderita kecacatan sepanjang hayat secara fisik atau neurologis. Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI
2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi adalah sebesar 68 per 1.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini lebih rendah dari tahun 1990,
penurunan ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDG)
tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2012).
BBLR termasuk salah satu faktor utama dalam peningkatan mortalitas
dan morbiditas bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang dalam
kehidupannya. Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam Cendekia (2012),
frekuensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di negara maju berkisar antara 3,6
10,8 % manakala di negara berkembang, frekuensinya berkisar antara 1043 %.
Prevalensi BBLR diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
negara dengan sosio-ekonomi rendah. Analisa statistik menunjukkan bahwa
90% kejadian BBLR terjadi di negara berkembang dan angka kematiannya
adalah 35 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
lahir yang lebih dari 2,500 gram (Muyawan, 2009 dalam Cendekia, 2012).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah yang lain, yaitu sekitar 9-30 % hasil studi dari 7 tempat
multicenter didapatkan angka BBLR dengan rentang 2,1-17,2%. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut yang dilakukan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) insidensi BBLR adalah sekitar 7,5 %. Angka ini

45
lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan dalam sasaran Program Perbaikan
Gizi Menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Proverawati, 2010
dalam Cendekia, 2012). Kota Medan, sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera
Utara memiliki presentase BBLR sebesar 0,99 % pada tahun 2007 (Dinkes
Provsu, 2007). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2,500 gram tanpa memandang usia kehamilan (Prawirohardjo, 2008 dalam
Cendekia, 2012).
Menurut WHO (2007) dalam Subkhan (2012), BBLR dapat disebabkan
oleh tujuh faktor seperti genetik, kecukupan gizi, karakteristik dan berat badan
ibu hamil, riwayat penyakit pada ibu, komplikasi saat kehamilan, gaya hidup
ibu hamil serta faktor lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan dan uraian latar belakang masalah di atas, agar dalam
penyusunan laporan ini lebih terarah pembahasannya dan mendapatkan
gambaran secara komprehensif. Maka sangat penting untuk dirumuskan pokok
permasalahannya, yakni:
1. Kalimat atau kata kunci apa saja yang belum jelas dalam kasus ?
2. Pertanyaan apa saja yang mungkin muncul dalam kasus ?
3. Informasi tambahan apa saja yang mungkin muncul dalam kasus ?
4. Bagaimana hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi baru yang
ditemukan pada kasus ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan laporan ini adalah untuk
mengetahui hasil analisis kasus mahasiswa semester 6 terhadap konsep
asuhan keperawatan klien dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di
Mata Kuliah Blok Sistem Reproduksi.

46
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan kalimat atau kata kunci yang belum jelas.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat pertanyaan penting.
c. Menganalisa masalah dengan menjawab pertanyaan penting.
d. Mencari informasi tambahan guna menunjang analisa kasus.
e. Melaporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang baru
ditemukan kepada fasilitator.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah:
1. Bagi Masyarakat atau Klien
Diharapkan penulisan ini akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan konsep asuhan keperawatan klien dengan BBLR
(Bayi Berat Lahir Rendah).
2. Bagi Penulis
Hasil analisis kasus ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
konsep asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
reproduksi akibat BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Penulis dapat
menambah pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan
menjadi acuan untuk penulisan selanjutnya.
3. Bagi STIKes Mahardika
Keperawatan sebagai profesi yang didukung oleh pengetahuan yang
kokoh, perlu terus melakukan berbagai tulisan-tulisan terkait praktik
keperawatan yang akan memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan.
Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang
keperawatan.

47
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi BBLR
Menurut Prawirohardjo (2009), bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah
bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.499 dampai 2.500
gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram pada saat lahir (Mitayani, 2013).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Bayi
yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infants (Proverawati, 2010).
Kesimpulannya Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram atau disebut prematur pada saat lahir.

B. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat
badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawiroharjo (2007), diklasifikasikan
berat badan waktu lahir, yaitu:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500 2.500 gram.
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.500 gram.
3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.

48
C. Etiologi
Menurut Mitayani (2013) penyebab dari berat badan bayi lahir rendah
maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut:
1. Prematur Murni
a. Prematur murni adalah neonatus dengan usi kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonatus pretern/BBLR/SMK.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan prematur atau BBLR
adalah :
1) Faktor ibu
a) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
b) Gizi saat hamil kurang
c) Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
d) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
e) Penyakit menahun ibu : Hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah (Merokok)
f) Perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion
g) Faktor pekerja terlalu berat
h) Primigravida
2) Faktor kehamilan : hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti preeklamsia,
eklamsi, ketuban pecah dini.
3) Faktor janin : cacat bawaan, infeksi dalam rahim, dan
kehamilan ganda, anomali kongenital.
4) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
5) Faktor yang masih belum mengetahui.

49
c. Karakteristik yang dapat di temukan pada prematur murni adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm.
2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar
6) Telinnga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sedehana
7) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnu
9) Kulit tipis dan trasnparan, lanugo (bulu halus) banyak
terutama pada dahi dan pelipis dahi lengan
10) Lemak subkutan kurang
11) Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minor belum
tertutup oleh labia mayora
12) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk masih
lemah
d. Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
preventif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR).
2. Dismatur
a. Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

50
b. Menurut Renfield (1975) dalam buku anik maryunani (2013) IUGR
di bedakan menjadi dua yaitu :
1) Proportionate IUGR
a) Proportionatr IUGR merupakan janin yang menderota
distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada
lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan
tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi
yang sebenernya.
b) Bayi ini tidak menunjukkan adanyaWasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya
adipose tissue.
2) Disporpotionate IUGR
a) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi
karena distress sub akut gangguan terjadi beberapa
minggu sam[pai beberapa hari sampai janin lahir.
b) Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
c) Bayi tampak Wasted dengan tanda-tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit. Kulit kering keriput dan
mudah di angkat, bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur
1) Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok,
penderita diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu,
(Tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit
paru kronik) gizi buruk, druh abbuse, peminum alkohol.

51
2) Faktor uteri dan plasenta : kelainan pembuluh darah,
(Hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uteris
bicornis, infak plasenta, transfusi dari kembar yang satu
kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3) Faktor janin : gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan,
infeksi dalam kandungan, (taxopplasmosis, rubella,
sitomegallo virus, herpes, sifillis.
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak
diketahui (Ani, 2013).
3. Komplikasi Obstetric
a. Multiple gestation
b. Incompetence
c. Pro (premature rupture of membran) dan korionitis
d. Pregnancy induce hypertention (PIH)
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran premature (Mitayani, 2013)
4. Komplikasi Medis
a. Diabetes maternal hipertensi kronis
b. Infeksi traktus urinarius (Mitayani, 2013)

D. Anatomi dan Fisiologi


1. Plasenta
Plasenta (ari-ari) terbentuk ketika tropoblas, yang merupakan
bagian telur yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah menjadi organ tersendiri. Pada
kelahiran bayi, plasenta yang berwarna merah gelap memiliki berat
sekitar 500 gram. Plasenta merupakan jaringan spons yang berbentuk
piringan dan memiliki dua lapis sel yang membatasi sirkulasi darah janin
dan ibu. Meskipun terdapat sirkulasi yang terpisah, sejumlah substansi

52
masih dapat melewati lapisan tersebut dari ibu ke janin (Budisetyono,
2011).
Seluruh nutrisi makanan dan oksigen yang dibutuhkan janin
didapatkan dari ibu, dan seluruh produk sisa juga dikembalikan kepada
ibu. Peran pertukaran tersebt dilakukan oleh plasenta yang terhubung
dengan janin oleh umbilical cord (tali rahim). Karbondioksida, produk
sisa dan hormon dialirkan dari janin ke ibu, sedangkan oksigen, nutrisi
makanan (dalam bentuk karbohidrat, lemak dan asam amino sederhana)
dan hormon dialirkan dari ibu ke janin (Budisetyono, 2011).
Plasenta juga berpera sebagai pertahanan untuk melindungi janin
dari substansi-substansi yang berpotensi merugikan. Namun demikian,
beberapa obat masih dapat melewati plasenta dan dapat mengancam janin
(Budisetyono, 2011).
Selain peran di atas, plasenta juga menghasilkan hormon untuk
mencegah pelepasan telur baru dan menghentikan siklus menstruasi.
Hormoon ini juga mrangsang pertumbuhan payudara sebagai persiapan
menyusui serta penumpukan lemak untuk cadangan energi (Budisetyono,
2011).

Gambar 6. Plasenta
(Pearson Education Inc, 2013)

53
2. Masalah yang terjadi pada BBLR
Menurut Maryunani et al (2009) masalah yang terjadi pada bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR
yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan
saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal,
termoregulasi.
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk
bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang
berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru
dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli,
sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi
klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gag refleks
dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal-hal inilah yang
menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan
gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi
trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain:
perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma
lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang
diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/
kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan

54
akibat intra uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi
seperti bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena
tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi
3334 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang
dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak
stabil, yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit
dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife
luas)
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat)
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler
kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.

55
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan
terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang
maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam-basa,
tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan
dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat
tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas
kulit.
j. Sistem Penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami Retinopathy Of
Prematurity (ROP) yang disebabkan karena ketidakmatangan
retina.
3. Pemenuhan Oksigen
Pertumbuham dan perkembangan manusia terdiri dari beberapa
tahapan. Bayi (infant) merupakan tahapan awal pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Menurut Ball dan Bindler (2003) dalam
Kusumaningrum (2009), bahwa yang disebut bayi adalah periode baru
lahir sampai dengan umur 1 tahun. Berdasasrkan pendapat itu maka dapat
dikatakan bahwa periode bayi baru lahir termasuk dalam periode bayi.
Bayi baru lahir disebut juga neonatus (Kusumaningrum, 2009).
Neonatus adalalah organisme yang sedang berada pada periode
adaptasi dari kehidupan intrauterin kedalam kehidupan ekstrauterin.
Sedangkan masa neonatal adalah periode selama 28 hari setelah lahir

56
(Sunatrio et al, 2009). Menurut Depkes (2006,dalam Rusana, 2008) dan
Syaifudin, et al (2009) masa neonatal dibagi menjadi dua periode yaitu
masa neonatal dini (0-7 hari) dan masa neonatal lanjut (8-28 hari).
Masa adaptasi pada neonatus merupakan suatu masa yang kritis dan
menentukan kehidupan individu selanjutnya karena berbagai masalah
pada masa transisi ini dapat mengancam nyawa individu dan dapat juga
mempengaruhi kualitas hidup indiviu tersebut pada masa selanjutnya.
Oleh karena itu, pada masa yang sangat rawan ini memerlukan
penyesesuaian fisioloik agar bayi diluar kandungan dapat hidup
sebaikbaiknya (Awaludin, 2008 dalam Kusumaningrum, 2009).
Peralihan kehidupan dari intrauterin ke dalam kehidupan
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan fisiologi dan biokimia.
Menrut Markun (1999) dalam Kusumaningrum (2009) terpisahnya bayi
dari ibu pada proses persalinan akan membuat terjadinya awal proses
perubahan fisiologik pada neonatus terdiri dari:
a. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi
paru untuk bernapas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida).
b. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.
c. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang sudah tidak
terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia
darah.
d. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun
yang tidak diperlukan badan.
e. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi.
f. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri
dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas.
Perubahan fisiologi yang paling diperlukan oleh bayi baru lahir
adalah transisi dari sirkulasi plasenta menjadi pernapasan bebas.
Hilangnya sirkulasi plasenta berarti hilangnya pendukung metabolisme

57
neonatus secara keseluruhan dan yang paling utama adalah hilangnya
penyediaan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Penekanan-
penekanan pada proses persalinan akan menyebabkan perubahan pola
pertukaran gas, keseimbangan asam basa dalam darah, dan aktivitass
kardiovaskuler pada neonatus. Adanya faktor-faktor yang mengganggu
pada saat transisi normal neonatus dan adanya asfiksia janin, hiperkapnia,
dan asidosis akan mempengaruhi penyesuaian janin ke kehidupan
ekstrauterin (Hockenberry & Wilson, 2007 dalam Kusumaningrum,
2009).
Onset pernafasan merupakan perubahan yang harus segera
dilakukan pada neonatus saat lahir dan merupakan perubahan fisiologis
yang paling kritis. Stimulus yang membantu neonatus untuk memulai
pernafasan terutama secara kimia dan pemanasan (thermal). Faktor kimia
dalam darah (rendahnya oksigen, tingginya karbon dioksida, dan
rendahnya PH) merupakan impuls yang memulai dan mendorong pusat
pernapasan di medula utuk melakukan aktifitas pernapasan. Sedangkan
stimulus panas primer adalah dengan adanya perubahansuhu yang
mendadak pada bayi baru lahir dimana sebelumnya bayi berada di
lungkungan yang hangat kemudian berada di lingkungan atmosfir yang
dingin secara tepat. Perubaha temperatur ini akan memberikan impuls
sensori pada kulit yang akan diteruskan pada pusat pernapasan. Stimulus
taktil juga dapat membantu neonatus memulai pernapasan (Hockenberry
& Wilson, 2007 dalam Kusumaningrum, 2009).
Bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera
bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen setlah lahir,
oleh karena itu setelah beberapa saat maka paru-paru harus terisi oksigen
dan pembuluh darah di paru-paru harus berelaksasi untuk memberikan
perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Secara garis besar ada tiga perubahan besar sesaat setelah lahir

58
sehingga bayi mendapatkan oksigen dari paru-paru (Kattwinkel, 2004
dalam Chair 2004, dalam Kusumaningrum, 2009).
a. Cairan ke dalam alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru-paru
digentikan oleh udara. Oksigen yang terkandung dalam udara akan
terdifusi ke dalam pembuluh darah di sekeliling alveoli
b. Arteri umbilikalis terjepit sehingga keadaan ini menurunkan
tahanan pada sirkulasi plasenta dan menigkatkan tekanan darah
sistemik.
c. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli
maka pembuluh darah di alveoli akan mengalami relaksasi.
Keadaan relaksasi ini bersama dengan peningkatan tekanan darah
sistemik dan akan meningkatkan aliran darah pulmonal dan akan
menurunkan aliran darah melalui duktus arteriosus. Oksigen dari
alveoli akan diserap oleh meningkatnya aliran darah paru dan darah
yang kaya akan oksigen akan kembali ke jantung kiri untuk
kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Hal yang penting dalam memulai pernapasan pada neonatus adalah
perubahan sirulasi yang akan mengalirkan darah ke paru-paru. Perubahan
akan terjadi secara berangsur-angsur dan menghasilkan perubahan
tekanan pada paru-paru, jantung dan pembuluh darah mayor. Transisi dari
sirkulasi fetal menjadi sirkulasi posnatal meliputi penutupan shunt pada
janin yaitu foramen ovale, ductus arteriosus dan ductus venosus
(Hockenberry & Wilson, 2007). Oksigen dalam darah akan meningkat
dan pembuluh darah pada paru relaksassi maka ductus arteriosus dengan
cepat menutup. Aliran darah dengan segera dipindahkan dari duktus
arteriosus ke paru-paru dimana terjadi pengambilan oksigen lagi untuk
dialirkan keseluruh tubuh (Kattwinkel, 2004, dalam Chair, 2004).
Penutupan shunt terjadi karena paru bayi mulai berfungsi, sehingga
menimbulkan tekanan udara yang kuat di sekitarnya. Tekanan tersebut

59
mengakibatkan saluran yang mengubungkan ventrikel kiri da kanan
jantung menutup (Rusana, 2008). Faktor primer yang mempengaruhi
penutupan duktus adalah meningkatnya konsentrasi O2 dalam darah dan
faktor sekundernya adalah menurunnya prostaglandin dan adanya
asidosis.
Setelah prroses transisi ini bayi bernafas dengan udara dan
menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan
pertama dan tarikan nafas dalam merupakan suatu mekanisme yang kuat
untuk menyingkirkan cairan dari jalan nafas. Oksigen dan tekanan udara
dakam paru-paru merupakan rangsangan utama untuk relaksasi pembuluh
darah pulmonal. Saat oksigen sudah cukup masuk dalam darah, kulit bayi
akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan dikemukakan oleh
(Kattwinkel 2004, dalam Chair, 2004).
Status fisiologi yang paling kritis terhadap kelangsungan hidup
neonatus selanjutnya adalah sistem pengaturan panas atau termoregulasi.
Neonatus mempunyai kapasitas untuk memproduksi panas secara adekuat
tetapi beberapa faktor predisposisi dapat mengakibatkan bayi baru lahir
mengalami kehilangan panas yang berlebihan yaitu luas area permukaan
badannya mengakibatkan bayi mudah mengalami kehilangan panas
tubuhnya. Bayi baru lahir akan terpapar lingkungan dengan melakukan
posisi fleksi dengan tujuan mengurangi area yang terpapar lingkungan.
Faktor kedua yang berhubungan dengan kehilangan panas tubuh pada
neonatus adalah lapisan lemak subkutan yang tipis. Faktor ketiga adalah
mekanisme bayi untuk memproduksi panas (Hockenberry & Wilson,
2007 dalam Kusumaningrum, 2009).
Metode kehilangan panas pada neonatus yang berhubungan dengan
termoregulasi pada bayi yaitu dengan cara evaporasi, konduksi, konveksi,
dan radiasi. Kehilangan panas secara evaporasi seperti pada bayi yang
basah akan kehilangan panas tubuh ke udara kering disekitarnya.

60
Konduksi merupakan kehilangan panas tubuh ke benda yang lebih dingin
dari dalam ruangan (Hawks, 2007 dalam Kusumaningrum, 2009).
Kondisi perkembangan sistem pernapasan pada saat lahir, paru
mengandung cairan dan akan digantikan oleh udara ketika bayi bernapas.
Saluran pernapasan bayi berukuran kecil dan relatif rapuh, dan
memberikan perlindungan yang tidak adekuat terhadap infeksi. Terlalu
dekatnya struktur satu dengan struktur lainnya secara anatomi pada bayi
akan memudahkan penyebaran infeksi. Permukaan alveolus pada bayi
juga terbatas sehingga sangat resiko terjadinya gangguan dalam
pertukaran gas. Frekuensi pernapasan pada bayi (0-1 tahun)adalah 30-35
kali/menit (Muscari, 2005), sedangkan frekuensi napas normal pada
neonatus adalah 30-60 kli/menit (Depkes, 2008).
4. Embriogenesis
Menurut Effendi 2006 dalam Neonatologi IDAI (2008),
Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio
sampai menjadi organ yang dapat berfungsi. Embriogenesis normal
merupakan proses yang sangat kompleks. Perkembangan pranatal terdiri
dari 3 tahap yaitu:
a. Tahap implantasi (implantation stage), dimulai pada saat fertilisasi
ata pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan.
b. Tahap embrio (embryonic stage) awal minggu keempat sampai
minggu ketujuh kehamilan:
1) Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ definitif.
2) Jaringan saraf berproliferasi sangat cepat dengan menutupnya
tabung saraf (neural tube) dan fleksi dari segmen anterior
membentuk bagian-bagian otak.
3) Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi
melalui sistem vaskular yang baru terbentuk meskipun
struktur jantung belum terbentuk sempurna.

61
4) Terlihat primordial dari struktur wajah dan ekstremitas.
c. Tahap fetus (fetal stage),dimulai minggu kedelapan sampai lahir.
Pada tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah
dalam ukuran, pertumbuhan progresif struktur skeletal dan
muskulus.
Seluruh proses perkembangan normal terjadi dengan urutan yang
spesifik, khas untuk setiap jaringan atau struktur dan waktunya mungkin
sangat singkat. Oleh sebab itu meskipun terjadinya perlambatan proses
diferensiasi sangat singkat, dapat menyebabkan pembentukan yang
abnormal tidak hanya pada struktur tertentu, tetapi juga pada berbagai
jaringan di sekitarnya. Sekali sebuah struktur sudah selesai terbentuk pada
titik tertentu, maka proses itu tidak dapat mundur kembali meskipun
struktur tersebut dapat saja mengalami penyimpangan, dirusak atau
dihancurkan oleh tekanan mekanik atau infeksi.

E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang (Keniten, 2016).
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu

62
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia (Keniten,
2016).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III
(Keniten, 2016).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar (Keniten, 2016).

63
Pathway

64
65
66
67
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Mitayani (2013) yang dapat ditemukan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
8. Genitalia immature, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas
belum sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum
teratur, dan sering mendapat serangan apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex menghisap dan
menelan belum sempurna.
Menurut Mitayani (2013) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dapat
juga dibagi menjadi 3 stadium yaitu:
1. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulit longgar, kering
seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada
kulit,plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit,
umbilicus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus.
3. Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat.

68
Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan BBLR adalah sebagai
berikut:
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit
membrane hialan yang melapisi alveolus paru
2. Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena reflex
menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah
dengan perawatan yang baik.
3. Perdarahan interventrikuler. Perdarahan spontan pada ventrikel otak
lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi
bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru.
4. Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi premature disebabkan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia karena kematangan hepar, sehingga konjungsi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut:
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membrane hialin
Disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna atau cukup,
sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan
tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati

69
6. Angka kejadian
Amerika serikat: premature murni (7,1% orang kulit putih dan 17, 9
orang kulit berwarna) dan BBLR (6-16%). RSCM pada tahun 1986
sebesar 24% angka kematian perinatal dan 73% disebabkan BBLR.

G. Penatalaksanaan
Menurut Ani (2013) dengan kemungkinan yang dapat terjadi pada
bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan di tunjukan pada
pengaturan suhu, pemberian makan bayi, ikterus, pernafasan, hipoglikemi
dan menghindari infeksi, yang di uraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan suhu badan bayi prematur / BBLR
a. Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum
berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan
badan rekatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus di
rawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim.
b. Apabila tidak ada inkubator bayi dapat di bungkus dengan kain
di sampingnya di taruh botol berisi air panas sehingga panas
badannya dapat di pertaruhkan.
2. Makanan bayi prematur
a. Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim
pencernaan belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr /
kg BB dan kalori 110 kal ; kg BB sehingga pertumbuhan dapat
meningkat. pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah llahir
dan di dahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih
lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.
b. ASI merupakan makanan yaang paling utama sehingga ASI
yang paling dahuu di berikan, bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat di peras dan di berikan dengan sendok perlahan
lahan atau dengan memasang sonde.

70
c. Permulaan cairan yang di berikan 50-60 cc / kg BB / hari terus
dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc / kfBB / hari.
3. Ikterus
a. Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan billirubin tak berkonjugasi tidak di
konjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu
b. Ikterus dapat di perberat oleh polisetemkia, memar hemolisias
dann iinfeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering di catat dan bilirubin
di periksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat coklat
4. Pernafasan
a. Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin.
b. Pada penyakit ini tanda-tanda awal penafasan selalu ada dalam 4
jam bayi harus di rawat terlentang atau tengkurap dalm ikubator
dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi usaha
pernafasan
5. Hipoglekemia
a. Hipoglekemia mungkin paling timbul pada bayi prematur yang
sakit bayi berberat badan lahir rendah.
b. Dengan demikian, harus di antisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara terartur
6. Menghinadri Infeksi
a. Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembuntakan antibodi belum sempurna.
b. Oleh karena itu tindakan prepentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan pramaturitas
(BBLR).

71
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati Ika (2010) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok, dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, jika tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas
5. USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat

I. Konsep Asuhan keperawatan


1. Anamnesa
Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan, suatu
proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan
tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data
subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang
kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang
membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan
muncul. Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan
mudah (Taufan Nugroho, 2011).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam
lima tahap kegiatan yang meliputi:
a. Identitas
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada
bayi yang lahir dengan usia kehamilan <37 minggu dan pada
bayi dismaturitas, biasanya dilahirkan dari ibu yang hamil pada

72
usia <20 tahun dan >35 tahun, ibu dengan sosial ekonomi
rendah dan pekerja keras, kehamilan dengan komplikasi,
ataupun terjadi infeksi pada janin atau plasenta (Proverawati,
2010).
1) Identitas klien
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Alamat :
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :
Alamat :
b. Keluhan Utama
1) Keluhan Saat MRS
Biasanya bayi lahir dengan berat badan < 2500
gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 33 cm,
dengan masa gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan,
lemak subkutan sedikit, kulit tipis, tangisan lemah,
pernafasan belum teratur, reflek premitif belum sempurna,
pergerakan kurang dan lemah, lanugo banyak (Maryanti,
2011). Dalam pemeriksaan fisik bayi dilakukan
menggunakan balard score sebagai berikut:

73
Tabel 1. Penilaian Neuromuscular Maturity

(Sumber: Malcolm, 2014)

Tabel 2. Penilaian Maturitas Fisik

(Sumber: Malcolm, 2014)

74
Tabel 3. Maturity Rating

(Sumber: Malcolm, 2014)

Tabel 4. Grafik Penilaian Pertumbuhan Bayi

(Sumber: Malcolm, 2014)

Interpretasi:
KB : Kurang bulan
CB : Cukup bulan
LB : Lebih bulan
BMK : Besar untuk masa kehamilan
SMK : Sesuai untuk masa kehamilan
KMB : kecil untuk masa kehamilan

75
2) Keluhan Saat Pengkajian
Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi dengan
suhu axilla <36.5C akibat dari pusat pengaturan suhu
yang masih dalam perkembangan, jaringan lemak
subkutan tipis, kulit tipis, dan luas permukaan tubuh relatif
luas sehingga kehilangan panas lebih besar (Sukarni,
2014).

c. Anamnesia Ibu
1) Riwayat Kehamilan Sekarang
Biasanya riwayat prenatal pada bayi BBLR ibu tidak
rutin memeriksakan kehamilan, ibu mengalami komplikasi
kehamilan seperti penyakit anemia, perdarahan
antepartum, hipertensi, preeklamsi berat, eklamsi,
penyakit infeksi, gizi ibu saat kehamilan kurang baik,
riwayat terkena radiasi, ibu memiliki kebiasaan merokok,
minum alkohol, pecandu obat narkotik dan riwayat
penggunaan obat antimetabolisme (Proverawati, 2010).
2) Riwayat Persalinan Sekarang
Bayi BBLR dapat dilahirkan dengan persalinan
normal ataupun caesarea, bayi BBLR bisa lahir dengan
usia gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan, namun
lebih sering BBLR lahir dengan usia gestasi kurang dari
37 minggu/ kelahiran prematur (Proverawati, 2010).
3) Post Natal (Neonatus) Saat Pengkajian
Bayi BBLR lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 33 cm,
dengan masa gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan,
lemak subkutan sedikit, kulit tipis, tangisan lemah,
pernafasan belum teratur, reflek premitif belum sempurna,

76
pergerakan kurang dan lemah, lanugo banyak (Maryanti,
2011: 167- 168).

2. Pemeriksaan Umum Bayi


a. Pemeriksaan APGAR SCORE
Biasanya bayi dengan BBLR berpotensi mengalami
asfiksia akibat dari pernafasan yang belum teratur (Maryunani,
2013).
Tabel 5. APGAR Score

(Sumber: Hidayat, 2009).

Interpretasi
Adaptasi baik : skor 7-10
Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
Asfiksia berat : skor 0-3

b. Vital Sign
Suhu Tubuh: Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi
dengan suhu axilla <36.5C akibat dari pusat pengaturan suhu
yang masih dalam perkembangan, jaringan lemak subkutan tipis,
kulit tipis, dan luas permukaan tubuh relatif luas (Sukarni,
2014).

77
Pernafasan pada bayi dengan BBLR belum teratur dan
biasanya sering terjadi serangan apnea (Maryunani, 2013). Pada
bayi dengan BBLR biasanya heat rate dapat normal (120- 160
kali/ menit) (Proverawati, 2010). Biasanya bayi dengan BBLR
pergerakan kurang dan lemah hal ini diakibatkan otot masih
hipotonis (Maryunani, 2013).

3. Pemeriksaan Fisik Bayi (Head to Toe)


a. Kepala
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR kepala lebih besar dari
pada badan.
Palpasi : biasanya bayi BBLR rambut tipis dan halus,
lingkar kepala <33 cm (Sukarni, 2014)
b. Mata
Inspeksi : biasanya bayi BBLR didaerah mata pada pelipis
terdapat banyak lanugo.
Palapasi : biasanya tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan palpasi mata(Hidayat, 2009).
c. Hidung
Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung akibat
dari gangguan pola nafas.
Palpasi : biasanya pada bayi BBLR tulang hidung masih
lunak, dikarenakan tulang rawan belum terbentuk
sempurna (Hidayat, 2009).
d. Mulut
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR reflek hisap, menelan
dan batuk belum sempurna (Hidayat, 2009).
Palpasi : bayi BBLR motilitas usus yang kurang
menyebabkan waktu pengosongan lambung lama
sehingga bayi mudah terjadi regurgitasi isi
lambung dan muntah (Proverawati, 2010).

78
e. Muka
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR muka kemerahan akibat
dari hipotermi (Proverawati, 2010).
f. Telinga
Inspeksi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur, terdapat
banyak lanugo pada telinga.
Palpasi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur dan
masih elastic (Maryanti, 2011).
g. Leher
Inspeksi : bayi BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan
akibat dari inadekuat jumlah surfactan, jika hal itu
terjadi maka biasanya didapatkan retraksi
suprasternal (Proverawati, 2010).
h. Dada
1) Area paru
Inspeksi : biasanya bayi BBLR pernafasan tidak
teratur, frekuensi nafas 40 50 kali/ menit,
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
(Proverawati, 2010).
Paplapsi : pada bayi BBLR biasanya dinding dada
teraba elastis karena imatur pada tulang
rawan, puting susu belum terbentuk
(Sukarni, 2014).
Perkusi : Perkusi: biasanya area paru sonor.
Auskultasi : jika bayi megalami gangguan pernafasan
biasanya bayi mendengkur, jika terjadi
aspirasi mekonium maka terdapat suara
nafas tambahan ronchi (Proverawati,
2010).
2) Area Jantung
Inspeksi : biasanya iktus cordis teraba di ICS 4
midklavikular sinistra

79
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ICS 4
midklavikula sinistra
Perkusi : area jantung redup
Auskultasi : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120
160 kali/ menit (Proverawati, 2010)
i. Abdomen
Inspeksi : bayi BBLR biasanya abdomen terlihat distensi
akibat perpanjangan waktu pengosongan lambung,
kulit abdomen tipis, dan pembuluh darah nampak,
bayi BBLR juga memilki pola nafas diafragmatik
dan abdominal dengan gerakan yang sinkron dari
dada dan abdomen.
Auskultasi : pada bayi BBLR akibat dari imatur fungsi
pencernaan maka motilitas usus berkurang atau
menurun.
Palpasi : Palpasi: biasanya abdomen teraba keras karena
distensi akibat dari pengosongan lambung yang
lama dan daya unuk mencerna makanan lemah.
Perkusi : bayi BBLR mudah terjadi kembung sehingga
pemeriksaan perkusi abdomen hipertimpani, jika
hal ini terjadi dapat dicurigai kelainan bedah pada
bayi (Sukarni, 2011) (Proverawati, 2010)
(Maryanti, 2011).
j. Punggung
Inspeksi : Pada bayi baru lahir perlu pemeriksaan punggung
melihat adanya kelainan seperti spina bifida.
k. Ekstremitas
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR garis plantar sedikit,
kadang terjadi oedem, pergerakan terlihat lemah,
terdapat lanugo pada lengan, terjadi kekakuan/
sklerema pada kaki dan tangan, jaringan lemak
subkutan sedikit (Brown Fat) (Sukarni, 2014)

80
(proverawati, 2010) (Maryunani, 2009).
l. Genitalia
Inspeksi : Pada bayi BBLR biasanya testis belum turun pada
bayi laki (Sukarni, 2011).
m. Anus
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR anus bisa berlubang
atau tidak.

4. Antropometri (Maryanti, 2011)


a. BB : kurang dari 2500 gram
b. PB : kurang dari 45 cm
c. Lila : kurang dari 33 cm
d. Lida: kurang dari 33 cm

5. Refleks
Biasanya pada bayi dengan BBLR Refek primitife yang terdiri
dari refleks morow, refleks tonick neek, refleks suching dan refleks
rooting lemah diakibatkan dari sistem syaraf yang masih belum
sempurna (Maryanti, 2011).

6. ADL (Eliminasi)
Urin : Biasanya BBLR memiliki masalah pada perkemihan
karena ginjal bayi belum matang (Maryunani, 2009).
Meconium: Dapat ditemui adanya atresia ani sehingga meconium
tidak keluar (Rudolp, 2006).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada BBLR menurut Maryanti (2011) yaitu:
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila
ada sepsis).

81
b. Hematokrit (Ht): 43%- 61% (peningkatan sampai 65% atau
lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/ perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15- 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-
2 hari, dan 12 mg/dl pada 3- 5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4- 6 jam pertama
setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60- 70 mg/dl
pada hari ketiga dan Pemeriksaan glukosa darah terhadap
hipoglikemia.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksan pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan suhu tubuh bayi premature (BBLR)
Bayi dengan BBLR yang paling tepat dilakukan perawatan
dalam inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat
pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya yang normal. Harapan hidup bayi BBLR akan
semakin besar apabila dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral seperti halnya dalam inkubator. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi
oksigen terjadi minimal sehingga bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya (Proverawati, 2010).
Pengaturan suhu inkubator sesuai dengan berat badan dan
usia bayi adalah sebagai berikut:

82
Tabel 6. Petunjuk pengaturan suhu inkubator

(Sumber: Sukarni, 2014)

b. Makanan bayi prematur


Pengaturan dan pengawasan makanan bayi adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan. ASI merupakan makanan yang
paling utama, dan menjadi pilihan utama untuk makanan bayi.
Bila faktor menghisap yang kurang maka ASI dapat di peras
dan di minumkan dengan sendok perlahan atau melalui sonde ke
lambung (Proverawati, 2010).
Start fluid at 80 ml/kgbb/day for infant birth weight of
<1500 gram and 1500 2500 gram respectively, fueter
requirement are calculated by daily estimation of weight loss/
gain, serum sodium, urine output and specific gravity. The usual
increment would be about 15 20 ml/kg/day so that by the end
or first week 150 ml/kg/day is reached in both the categories,
and maximum of 180ml/kg/day by day 14 (Sankar, 2008).
Tabel 7. Petunjuk pembeian cairan pada bayi sesuai BB

(Sumber: protap RSD Soebandi Jember)

83
c. Menghindari infeksi
Bayi BBLR yang rentang terhadap terjadinya infeksi,
terutama infeksi nosokomial. Hal ini terjadi akibat dari kadar
imunoglobulin pada bayi BBLR sangat rendah, sehingga tidak
adanya barier pada tubuh bayi. Kerentanan terhadap infeksi ini
juga disebabkan aktifitas bakterisidal neotrofil dan efek
sitotoksik limfosit yang masih rendah. Jadi fungsi perawatan
bayi disini adalah memberikan perlindungan terhadap bayi
BBLR dari bahaya infeksi.
Berikut cara pencegahan terjadinya infeksi pada bayi
BBLR menurut Proverawati (2010) :
1) Menggunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi.
2) Lakukan perawatan tali pusat.
3) Mengatur kunjungan
4) Tindakan aseptic dan antiseptic alat- alat

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dyspnea
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penyerapan nutrisi kurang : asupan asi kurang
3. Hipotermi berhubungan dengan peningkatan kehilangan panas
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan respon imun inflamasi
: Ig G rendah
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi: bayi latergi malas minum
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor

84
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
No. Rasional
keperawatan (NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway management Airway management
pola nafas keperawatan selama 7x24 jam, 1. Monitor respirasi dan status 1. Mengetahui pernafasan dan
berhubungan diharapkan pola nafas efektif. oksigen kebutuham oksigen klien
dengan dyspnea Dengan kriteria hasil : 2. Posisikan klien untuk 2. Meningkatkan ventilasi udara dan
1. Tanda-tanda vital dalam batas memaksimalkan ventilasi dan mengurangi sesak
normal mengurangi dyspnea
2. Tidak ada retraksi dinding 3. Auskultasikan bunyi nafas 3. Mengetahui adanya bunyi nafas
dada tambahan
4. Kolaborasi pemberian O2 4. Mengurangi sesak nafas
kebutuhan klien

Respiratory monitoring Respiratory monitoring


1. Monitor sekresi respiratory klien 1. Mengetahui ada tidaknya sekresi
dari pernafasan klien

85
2. Ketidak Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring Nutrition Monitoring
seimbangan nutrisi keperawatan selama 7x24 jam, 1. Monitor mual muntah 1. Mengetahui adanya keluhan yang
kurang dari diharapkan nutrisi terpenuhi. dialami
kebutuhan tubuh Dengan kriteria hasil : 2. Monitor BB klien 2. Mengetahui perubahan berat
berhubungan 1. Tanda-tanda vital dalam batas badan klien
dengan normal 3 Intrusikan mengenai kebutuhan 3. Mengetahui asupan nutrisi yang
penyerapan nutrisi 2. Tidak adanya mual muntah nutrisi klien diberikan
kurang : asupan asi 3. Tidak adanya masa tubuh berat 4 Dorong keluarga klien untuk 4. Mengetahui cara mempersiapkan
kurang badan mempersiapkan teknik pemberian pada saat pemberian
4. Pemberian ASI lancar makanan pada bayinya
3. Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Temperature Regulation Temperature Regulation
berhubungan keperawatan selama 7x24 jam, 1. Tempatkan bayi baru lahir disuhu 1. Mencegah terjadinya hipotermi
dengan diharapkan suhu tubuh stabil. yang hangat
peningkatan Dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu bayi baru lahir 2. Mengetahui keadaan suhu bayi
kehilangan panas 1. Tanda-tanda vital dalam batas sampai stabil dan mencegah terjadinya
normal hipotermi
2. Tidak terjadi perubahan warna 3. Promosikan asupan gizi dan 3. Asupan gizi yang seimbang dan
kulit cairan pemenuhan cairan dapat
3. Tidak menggigil meningkatkan suhu tubuh

86
4. Kolaborasi pemberian obat yang 4. Pembeian obat yang tepat dapat
tepat untuk mnegembalikan meningkatkan suhu tubuh
hipotermi
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Protection Infection Protection
berhubungan keperawatan selama 7x24 jam, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui adanya tanda-tanda
dengan penekanan diharapakan resiko infeksi infeksi
respon imun terkendali. 2. Dorong asupan asi yang cukup 2. ASI Meningkatkan daya tahan
inflamasi : Ig G Dengan kriteria hasil : tubuh
rendah 1. Bebas dari tanda gejala infeksi 3. Inspeksi kulit dan membran 3. Mengetahui adanya tanda infeksi
2. Menunjukan kemampuan mukosa terhadap kemerahan pada kulit dan membrane mukosa
untuk mencegah terjadinya panas dan drainase
infeksi
3. Menunjukan perilaku sehat Infection Control Infection Control
1. Pantau penggunaan aseptic 1. Mencegah terjadinya infeksi
sebelum dan sesudah saat nosokomial
medekati klien
2. Kolaborasi pemberian antibiotik 2. Penggunaan antibiotic dapat
membunuh bakteri

87
5. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid Monitoring Fluid Monitoring
volume cairan keperawatan selama 4x24 jam, 1. Monitor BB 1. Mengetahui perubahan berat
berhubungan diaharapkan volume cairan badan klien
dengan kehilangan seimbang. 2. Monitor intake dan output 2. Memantau keseimbangan intake
volume cairan aktif Dengan kriteria hasil : output
1. Tanda-tanda vital dalam batas
normal Fluid Management Fluid Management
2. Intake makanan seimbang 1. Monitor tanda-tanda vital (Nadi, 1. Mengetahui keadaan umum klien
3. Turgor kulit elastis Suhu, RR)
2. Monitor status nutrisi 2. Memberikan nutrisi yang sesuai
3. Mengelola cairan yang sesuai 3. Memilih cairan yang tapat
kebutuhan klien
6. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management Airway Management
pola nafas keperawatan selama 7x24 jam, 1. Monitor respirasi dan status 1. Mengetahui pernafasan dan
berhubungan diharapkan pola nafas efektif. oksigen kebutuham oksigen klien
dengan Dengan kriteria hasil : 2. Posisikan klien untuk 2. Meningkatkan ventilasi udara dan
hiperventilasi 1. Tanda-tanda vital dalam batas memaksimalkan ventilasi dan mengurangi sesak
normal mengurasi dyspnea
2. Tidak terdengar bunyi nafas 3. Auskultasikan bunyi nafas 3. Mengetahui adanya bunyi nafas

88
tambahan tambahan
3. Tidak ada retraksi dinding 4. Kolabrasi pemberian O2 4. Mengurangi sesak nafas
dada kebutuhan klien

Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring


1. Monitor sekresi respiratory klien 1. Mengetahui ada tidaknya sekresi
dari pernafasan klien
7. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutritition Management Nutritition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama 7x24 jam, 1. Intrusikan mengenai kebutuhan 1. Mengetahui nutrisi yang
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi seimbang. nutrisi klien diperlukan oleh klien
berhubungan Dengan kriteria hasil : 2. Dorong keluarga klien untuk 2. Mengetahui cara pmeberian
dengan faktor 1. Tanda-tanda vital dalam batas mempersiapkan teknik pemberian makan dengan teknik yang sesuai
biologi: bayi latergi normal makanan pada bayinya dengan usia bayi
malas minum 2. Tidak adanya mual muntah 3. Monitor mual muntah 3. Mengetahui adanya keluhan yang
3. Tidak adanya masa tubuh berat dialami
badan 4. Monitor BB 4. Mengetahui perubahan berat
badan klien

89
8. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Skin Surveilance Skin Surveilance
integritas kulit keperawatan selama 4x24 jam, 1. Monitor kulit (warna, 1. Mengetahui adanya tanda-tanda
berhubungan diharapkan integritas kulit baik. kelembapan, turgor kulit) kerusakan integritas kulit
dengan perubahan Dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu kulit 2. Mengetahui perubahan suhu kulit
turgor 1. Tanda-tanda vital dalam batas 3. Anjurkan anggota keluarga 3. Mengantisipasi adanya kerusakan
normal mengamati tanda-tanda kerusakan integritas kulit
2. Turgor kulit baik < 2 detik kulit
3. Perfusi jaringan baik
Kolaborasi Kolaborasi
1. Pemberian lotion 1. Mengurangi kerusakan integritas
kulit

90
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Bayi A
Nama : By. A Ny. M
Tanggal lahir bayi : 16-05-16/12.35 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tgl masuk Perinatalogi : 16 Mei 2016
Tgl pengkajian : 16 Mei 2016

b. Identitas Bayi B
Nama : By. B Ny. M
Tanggal lahir bayi : 16-05-16/12.35 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tgl masuk Perinatalogi : 16 Mei 2016
Tgl pengkajian : 16 Mei 2016

c. Identitas Ibu
Nama : Ny. M
Tempat/Tgl lahir (umur) : 39 tahun
Tgl masuk PONED : 16 Mei 2016
Tgl pengkajian : 16 Mei 2016

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan Kedua anak saya lahir dengan berat badan lahir
rendah.

91
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang (OPQRST)
Ibu klien mengatakan anak saya yang pertama lahir pada
jam 12.35 menit, dengan berat badan bayi A 1950 gram, panjang
badan 47 cm, dan anak saya yang kedua berat badan lahir 2070
gram, panjang badan 45 cm. Kondisi kedua bayi saya saat
dilahirkan yaitu ubun-ubunnya kecil, tampak punggung kanan,
tali pusat berjumlah 2 buah dengan panjang 51 cm dan setiap tali
pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, plasenta utuh dengan berat
450 gram. Anak pertama saya memiliki APGAR menit ke 1 = 4
dan menit ke 5 = 8. Dan anak kedua saya memiliki APGAR
menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 = 6. Anak pertama saya ketika
lahir langsung menangis dan Anak kedua saya menangis setelah
dilakukan suctioning pada jam 12.43 WIB.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu klien mengatakan saya pernah hamil dan 4 kali
melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan. Saya
menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari anak
yang terakhir dilahirkan sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak terkaji

d. Riwayat Kehamilan dan persalinan ibu


Ibu klien mengatakan, saya pernah hamil dan 4 kali
melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan. G0P6A0.
Saya melahirkan anak ke 5-6 dengan jenis kelamin laki-laki dan
usia gestasi saat melahirkan 40 minggu, dengan persalinan
normal, jumlah darah saat persalinan 450cc dan his teratur.

92
e. Riwayat post natal saat pengkajian ibu
Ibu klien mengatakan, saya melahirkan dua orang anak
dengan persalinan normal, jumlah darah saat persalinan 450cc
dan his teratur. Berat badan by. A 1950 gram, dan berat badan
By. B 2070 gram, Anak pertama saya ketika lahir langsung
menangis dan Anak kedua saya menangis setelah dilakukan
suctioning pada jam 12.43 WIB.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Kedua bayi dengan terpasang O2 kanul binasal
liter/menit.
a. Kesadaran : tidak terkaji
b. Tanda-tanda vital : tidak terkaji
c. Antropometri
1) Berat Badan Lahir
a) By. A : 1950 gram
b) By. B : 2070 gram
2) Panjang Bayi
a) By. A : 47 cm
b) By. B : 45 cm
3) Lingkar kepala : tidak terkaji
4) Lingkar dada : tidak terkaji
5) Denyut jantung/menit : tidak terkaji
6) Reguler/ireguler : tidak terkaji
7) Respirasi : tidak terkaji
8) Temperatur aksila : tidak terkaji
d. APGAR
1) By. A
Memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 = 8
2) By. B
Memiliki APGAR menit ke 1 = 4 dan menit ke 5 = 6

93
e. Reflek
Pada kedua anak telah dilakukan IMD namun tidak ada ASI
1) Bayi A langsung menangis
2) Bayi B menangis setelah dilakukan suctioning pada jam
12.43 WIB
f. Eliminasi
Pada kedua bayi meconium belum keluar

2. Kulit
Tidak Terkaji

3. Kepala
Pada kedua bayi presentasi ubun-ubun kecil

4. Telinga
Tidak terkaji

5. Hidung
Tampak terpasang kanul binasal liter per menit pada kedua bayi
Pada By. B dilakukan Suctioning pada jam 12.43 WIB

6. Mulut
Pada By. B dilakukan Suctioning pada jam 12.43 WIB

7. Leher
Tidak terkaji

8. Badan
Pada Kedua bayi lahir pada kondisi terlihat punggung kanan

94
9. Abdomen
Pada kedua bayi tali pusat berjumlah 2 buah dengan panjang 51 cm
dan setiap tali pusatnya terdapat 2 arteri serta 1 vena

10. Ekstremitas
Tidak terkaji

11. Genitalia
Tidak terkaji

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji

D. Informasi Tambahan
Pada kedua bayi telah diberikan injeksi vitamin K dan Zalf mata

95
E. Analisa Data
No. Data-data Etiologi Masalah keperawatan
1. DS : Faktor ibu (multigravida, perdarahan, pre eklamsi) Ketidakefektifan pola nafas
Anak pertama saya ketika lahir berhubungan dengan imatur
Bayi lahir dengan berat badan <2500 gram
langsung menangis dan Anak kedua neurologis
saya menangis setelah dilakukan BBLR
suctioning pada jam 12.43 WIB.
Masa gestasinya (dismaturitas)

DO : Imatur fungsi pernafasan


By. A dan By. B Terpasang oksigen
Inadekuat jumlah surfaktan
kanul binasal liter/menit.

Paru tidak dapat berkembang sempurna

Pernafasan tidak teratur

Ketidakefektifan pola nafas


2. DS : Faktor ibu (multigravida, perdarahan, pre eklamsi) Ketidakseimbangan nutrisi
Kedua anak saya lahir dengan berat kurang dari kebutuhan tubuh
Bayi lahir dengan berat badan <2500 gram
badan lahir rendah berhubungan dengan berat badan
BBLR di bawah 20% dari berat badan

96
DO : ideal
1. Berat Badan Lahir Masa gestasinya (prematuritas murni, dismaturitas)

By. A : 1950 gram


Reflek primitive kurang
By. B : 2070 gram
2. Panjang Bayi Reflek sucting & rooting lemah

By. A : 47 cm
Kemampuan minum lemah
By. B : 45 cm
3. IMD telah dilakukan namum Asupan ASI kurang
tidak ada ASI
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. DS : Faktor ibu (multigravida, perdarahan, pre eklamsi) Resiko infeksi berhubungan
dengan melemahnya sistem
Bayi lahir dengan berat badan <2500 gram
DO : kekebalan tubuh
Berat Badan Lahir : BBLR
By. A : 1950 gram
Imatur imunitas
By. B : 2070 gram
Bayi belum bisa membentuk imun

Ig rendah

Resiko infeksi

97
F. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan immatur neurologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan berat badab di bawah 20% dari berat badan ideal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan melemahnya sistem kekebalan
tubuh

98
G. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
No. Rasional
keperawatan (NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management Airway Management
nafas berhubungan keperawatan selama 7x24 jam, 1. Monitor respirasi dan status 1. Mengetahui status oksisgen
dengan immatur diharapkan masalah pola nafas oksigen pada respirasi bayi Ny.M
neurologis dapat teratasi. 2. Posisikan bayi Ny. M untuk 2. Membantu mengurangi dypsneu
Dengan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi dan pada bayi Ny.M dan untuk
1. Tidak ada retraksi dinding mengurangi dyspneu. memaksimalkan respirasi pada
dada bayi Ny.M.
2. Tanda-tanda vital dalam 3. Auskultasikan bunyi nafas. 3. Mengetahui ada tidaknya bunyi
batas normal (RR : belum nafas tambahan pada bayi Ny.M
teratur, Nadi : 120/160 4. Kolaborasi pemberian kebutuhan 4. Membantu memenuhi
x/menit, Suhu < 36,50C). O2 pada bayi Ny. M kebutuhan oksigen bayi Ny.M

Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring


1. Monitoring sekresi respirasi bayi 1. Mengetahui ada atau tidaknya
Ny. M sekresi respirasi pada bayi
Ny.M

99
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama 7x24 jam, 1. Intruksikan ibu bayi mengenai 1. Dapat memnuhi kebutuhan
kebutuhan tubuh diharapkan masalah kebutuhan nutrisi untuk bayinya nutrisi pada bayi Ny. M
berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi 2. Pantau berat badan bayi Ny. M 2. Mengetahui perkembangan
berat badab di bawah kurang dari kebutuhan dapat berat badan bayi Ny. M
20% dari berat badan teratasi. 3. Monitor mual muntah 3. Mengetahui adanya keluhan
ideal Dengan kriteria hasil : yang dialami bayi Ny. M
1. Tidak adanya mual dan 4. Dorong Ny. M untuk 4. Memberikan pembelajaran
muntah mempersiapkan teknik pemberian untuk Ny. M mengeani teknik
2. Tidak adanya penurunan makanan yang aman untuk pemberian kebutuhan nutrisi
berat badan bayinya pada bayi Ny. M

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control Infection Control


berhubungan dengan keperawatan selama 7x24 jam, 1. Ajarkan Ny. M dan kelurga 1. Agar terhindar dari infeksi
melemahnya sistem diharapkan masalah resiko tentang teknik mencuci tangan nosokomial yang dapat terjadi
kekebalan tubuh infeksi dapat teratasi. yang benar pada bayi Ny. M
Dengan kriteria hasil : 2. Instruksikan kepada Ny. M dan 2. Menghindari terjadinya infeksi
1. Tidak adanya masa tubuh keluarga untuk mencuci tangan nosokomial yang terjadi pada
berat badan sebelum dan sesudah bayi Ny. M

100
2. Tidak adanya status imun meninggalkan keruangan bayi.
3. Tidak adanya status gizi

101
H. Kesenjangan
1. Pada kasus bayi lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu pada By.
A 1950 gram, panjang badan 47 cm, dan pada By. B 2070 gram,
panjang badan 45 cm. Namun bayi ini lahir dengan usia gestasi cukup
bulan atau matur namun bayi tidak mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri. Menurut teori bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir
(Mitayani,2013). Dan pada klasifikasi dari BBLR pada dismaturitas
yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi dan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri
serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan (Mitayani, 2013).
2. Pada kasus, ibu mengalami kondisi atonia uteri dengan kelahiran
ganda namun melahirkan anak dengan persalinan pervaginam di
PONED, Sedangkan menurut Kemenkes (2013) seharusnya pada
kondisi ibu dengan atonia uteri atau kegawat daruratan, dapat di
lakukan rujukan ke PONEK atau Rumah Sakit dengan pelayanan yang
lebih memadai.
3. Selain itu didalam kasus terdapat, By. A memiliki APGAR menit ke 1
= 4 dan menit ke 5 = 8. dan By. B memiliki APGAR menit ke 1= 4
dan menit ke 5 = 6 sedangkan nilai normal APGAR sebagai berikut :
a. Nilai Apgar 8-10 : normal, menunjukan bayi dalam keadaan
baik.
b. Nilai 10 : jarang ditemui, hampir semua bayi baru lahir
kehilangan 1 nilai karena kaki dan tangannya berwarna
kebiruan.
c. Nilai Apgar kurang dari 8 : menunjukan bahwa bayi
memerlukan bantuan untuk menstabilkan dirinya
dilingkungan yang baru (Asfiksia Ringan).
d. Nilai Apgar 0-3 : menunjukan bahwa perlu segera dilakukan
resusitasi (Asfiksia Berat).
4. Pada bayi seharusnya mengalami hipotermi namun pada kasus tidak
terjadi, sedangkan menurut Sukarni (2014) Biasanya bayi dengan

102
BBLR mengalami ketidakefektifan termoregulasi: hipotermi (suhu
axilla <36,5C). Dan ciri- ciri dari BBLR dengan dismaturitas
memiliki manifestasi kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau
tidak ada, Kulit pucat atau bernoda mekonium, Kering keriput tipis,
Bayi tampak gesit, aktif dan kuat, Tali pusat berwarna kuning
kehijauan (Maryanti, 2011).

103
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur. Bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low
Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).
Klasifikasi dari BBLR yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), dan Berat Badan Lahir
Eksterm Rendah (BBLER). BBLR dapat disebabkan oleh prematur murni,
dismatur, komplikasi obstetrik, dan komplikasi medis. Manifestasi klinis
yang dapat terjadi pada BBLR yaitu berat badan kurang dari 2.500 gram,
panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kepala lebih
besar dari tubuh, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan
amat sedikit, osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar,
genitalia immature, labia minora belum tertutup dengan labia mayora,
tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna, pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum
teratur, dan sering mendapat serangan apnea, dan ayi lebih banyak tidur dari
pada bangun, reflex menghisap dan menelan belum sempurna. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR yaitu sindrom aspirasi mekonium
(menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi), hipoglikemia simptomatik,
terutama pada laki-laki, penyakit membrane hialin, asfiksia neonatorum, dan
hiperbilirubinemia. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR yaitu
Pengaturan suhu badan bayi prematur / BBLR, makanan bayi yang
prematur, menghindari infeksi dan BBLR yang mengalami ikterus,
gangguan pernafasan dan hipoglekemia. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan skor ballard, tes kocok, darah rutin, foto dada
ataupun babygram , dan USG kepala.

104
Pada kasus 6 ini, An. A dan An. B mengalami kondisi BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah). Pada An. A memiliki BBL 1950 gram, PB bayi 47 cm
dan An. B memilik BBL 2070 gram, PB bayi 45 cm. Diagnosa yang dapat
muncul pada kasus ini yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan immatur neurologis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan berat badab di bawah 20% dari berat
badan ideal, dan resiko infeksi berhubungan dengan melemahnya sistem
kekebalan tubuh. Intervensi yang dapat diberikan pada kasus ini yaitu
airway management, respiratory monitoring, nutrition management, dan
infection control.

B. Saran
Makalah ini membahas tentang BBLR. Saran kami sebagai penulis,
kepada para pembaca agar terus memperluas pengetahuan tentang BBLR
dengan mencari referensi lain baik dari buku, jurnal terupdate. Diharapkan
dari referensi-referensi tersebut dapat menjadi bahan perbandingan
kebenaran informasi oleh para pembaca, sehingga perlunya suatu analisa
data hingga pengujian ilmu, dan mengambil kesimpulan, yang kemudian
dapat diaplikasikan di ruang lingkup dunia kesehatan.
Kasus di atas merupakan salah satu cerminan kondisi dan budaya
masyarakat Indonesia. Sehingga dari hal tersebut kita sebagai calon tenaga
pelayanan kesehatan perlu mengantisipasi terjadinya BBLR, yaitu dengan
mensosialisasikan kepada masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan
tidak takut untuk melaporkan kondisi kesehatan kepada petugas pelayanan
kesehatan, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

105
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Effect of Kangaroo Mother Care on Premature Infants Physiological, Behavioral and Psychosocial
Outcomes in Ain Shams Maternity and Gynecological Hospital, Cairo, Egypt

Nahed Saied Mohammed El- Nagger1,4, Hoda Abed El-Azim2,4and Sahar Mahmoud Zaki Hassan3,4
1
Pediatric Nursing Department, Faculty of Nursing, Ain Shams University, Cairo, Egypt
2
Obstetric and Gynecological Nursing Department, Faculty of Nursing, ElMinia University, ElMinia, Egypt
3
Community Health Nursing Department, Faculty of Nursing, Cairo University, Cairo, Egypt
4
Faculty of Nursing, Umm Al Qura University, Saudi Arabia, Makkah Al- Mukramah
nahidalnagar@yahoo.com

Abstract: Background: Kangaroo Mother Care (KMC) is a method of skin-to-skin contact that has physiological,
behavioral and psychosocial gains for premature infants. The aim of this study was to evaluate the effect of KMC on
premature infants' physiological, behavioral and psychosocial outcomes. Study design: It was a quasi-experimental
study. Subjects and Methods: A purposive sample composed of fifty premature infants and their mothers were
chosen from the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) at Ain Shams Maternity and Gynecological Hospital
according to inclusive and exclusive criteria and recruited into two identical groups: group one was the study group
(25) received KMC and group two was the control group (25) received conventional care. The data were collected
through using the kangaroo Mother Care Assessment Flow Sheet(KMCAFS) and Mother Bonding Behavioral Scale
(pre/post).The researcher was available three days per week, five hours per day from 10 am to 3pm. The average
number of cases that was taken per week ranged from2 to 4 premature infants and their mothers. Results:
Approximately, fifty percent of premature infants' gestational age was 34 - 36 weeks and < 32 weeks in both study
and control groups respectively. Meanwhile, the birth weight in three fourths of study group was 2000 - <2500 grams
and more than half of premature infants' diagnosis was prematurity. Regarding, the premature infants' physiological
outcomes, it was found that there was statistical significant differences pre and post KMC application (X2 = 17.64,
17.64,7.76 and 0.36 and P-value 0.05) concerning heart rate, respiratory rate, temperature and occurrence of apneic
episodes respectively. Conclusion: KMC was effectively and positively promoted premature infants' physiological
stability, behavioral organization and enhanced psychosocial outcomes than those cared by the conventional care.
Recommendations: Educational training program for all neonatal nurses in skills necessary to implement the KMC
and further studies should be conducted to assess the neonatal nurses' knowledge, attitudes and practices regarding
KMC.
[Nahed Saied Mohammed El-Nagger, Hoda Abed El-Azimand Sahar Mahmoud Zaki Hassan. Effect of Kangaroo
Mother Care on Premature Infants Physiological, Behavioral and Psychosocial Outcomes in Ain Shams
Maternity and Gynecological Hospital, Cairo, Egypt. Life Sci J 2013;10(1):703-716]. (ISSN: 1097-8135).
http://www.lifesciencesite.com. 111

Key words: Kangaroo Mother Care (KMC), Premature Infants, Conventional Care.

1. Introduction In Egypt, despite increased efforts to prevent


A premature birth is a birth that takes place prematurity, the prevalence of premature birth has
more than three weeks before the neonate is due. In significant rate. It may reach approximately to 41,728
other words, after less than 37 weeks of pregnancy, each year.These statistic may indicates in some way
which usually lasts about 40 weeks. Premature birth the highly rate of Neonatal Intensive Care Units
gives the neonate less time to develop in the womb. (NICUs) admission in hospitals every year (5).
Although, premature infants especially those born Consequently, because premature infants are born too
earliest, often have complicated medical early and weigh much less than full-term neonates.
problems(1,2,3), meanwhile not all premature They may have health problems because their organs
experiences complications, these depending on how did not have enough time to develop. So, they need
early a neonate is born, where's extremely preterm special medical care in a NICU and stay there until
born at less than 25 weeks of pregnancy meanwhile their organ systems can work on their own(6).
very preterm born at less than 32 weeks of pregnancy Approximately 6% of live births are preterm
and late preterm born between 34 and 36 weeks of each year in the UK, while in the USA the incidence is
pregnancy. However, most premature births occur in as high as 12%1. Demand for neonatal care has risen
the late preterm stage. Generally, the earlier a neonate year on year, and currently premature infants account
is born, the higher the risk of complications for more than 70% of Neonatal NICUs admissions(7).
physiological and psychological(2,4).

703
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

In 2007 in England alone, around 60,000 babies (one holding, remain free from any adverse effects
in ten births) were admitted to NICUs(8). associated with transfer or skin-to-skin holding of
Mothers of premature infants experience infant, such as extubation and thermal instability,
multiple stressors and negative emotions, such as begin a bonding process, improve breastfeeding
anxiety, guilt, helplessness and depression(8,9). The outcomes, and promote sleep and brain
highly technical environment, as well as the development(11,16,19).
appearance and behaviors of the premature infant Furthermore, KMC helps to regulate the
frequently lead to disruptions in assuming the premature infants heart rate and fewer apnea and
maternal role and a diminished quality of mother- bradycardia, best oxygen saturation level,better
infant attachment(9). These early problems may maintenance of temperature,analgesic effect, increases
contribute to prolonged difficulties with mothers and time spent in quiet sleep,enhances maternal-neonate
place premature infants at risk for further cognitive, attachment, improved breastfeeding success and
emotional, behavioral, and developmental problem(10). longer breastfeeding duration, least caloric
Kangaroo Mother Care (KMC) is defined as expenditure, faster growth rates and earlier discharge
a method of holding a small nappy neonate in skin-to- from hospital, recovery from birth-related fatigue, and
skin contact(SSC), prone and upright on the maternal longer alert states and less crying(20,21).
chest. The neonate is enclosed in maternal clothing in Previous studies about KMC reported some
order to maintain temperature stability.SSC contact high level of mothers' satisfaction with KMC because
should ideally start at birth, but is helpful at any time. it allowed them to be closer to their babies. Hence
It should ideally be continuous day and night, but even giving them the opportunity to observe their growth
shorter periods are still helpful(11,12,13). So, it is and become fully involved in the care(21,22).Premature
recommended that SSC with the mother should be infants come out of incubators and into cribs sooner,
employed regularly and consistently with medically also premature infants feed earlier and more
stable premature infant, including those requiring successfully and earlier discharge from the
respiratory support due to its beneficial effects. Thus, hospital(6,8,23).
it is important that parents are informed about the Advantages of KMC are not limited to the
benefits and process of KMC(6,7,13). neonates, the mothers too derive benefits out of it. The
In many countries, KMC was practiced in bond between mother and neonates is strengthened by
Neonatal Intensive Care Units (NICUs) for premature practicing the technique in neonatal care. KNC, also
and low-birth weight infants and their families, helps the mother to overcome trauma of the birth that
allowing them to play a significant role in the care and did not go as desired. In this manner, mothers feel
survival of their neonate within the NICU setting. more confident to nurture their neonate relive their
KMC provides a physical environment as safe as the stress. Improves neonate / maternal bonding. Mothers
incubator. Previous research has proven that KMC has become more confident in caring for their neonate in
been proved to be effective for maintaining body addition to, mothers feel more involved in their
temperature, breastfeeding, stimulation and bonding neonates' care(,19,20,24).
irrespective of setting, weight, gestational age, and Nursing care measures for successful KMC
clinical conditions(14,15). can guide efforts to promote no separation of mothers
Kangaroo care was first suggested in 1978 by and premature infants through skin to-skin
Dr Edgar Rey in Bogot, Colombia as an alternative to contact(19,25). The steps to successful kangaroo care
conventional care in order to compensate for have been developed using the format of written KMC
overcrowding and scarcity of resources. Currently, policies that are routinely communicated to all
kangaroo care is an adjunct to standard care for stable healthcare staff, in addition to train all healthcare staff
low birth weight and premature infants. The core in skills necessary to implement the policy pertaining
feature is early positioning of the infant, clad only in a to their area of care and inform all pregnant women
nappy, prone and upright on the mother or fathers about the benefits and management of KMC(25,26).
chest to maximize skin-to-skin proximity. Associated Furthermore, help mothers of cesarean
features are kangaroo nutrition (exclusive breast neonates and premature or sick neonates initiate KMC
feeding whenever possible) and early home discharge as soon as possible (able to tolerate transfer and skin
in the kangaroo position. Since kangaroo care was contact without physiologic or behavioral
first introduced more than 260 studies have been compromise), and monitor premature neonate to
published relating to its safety, efficacy, and ensure tolerance without physiologic and behavioral
feasibility(16,17,18). compromise and show the mothers how to position the
Although, KMC maintain neurobehavioral neonate for both safe transfer and safe KMC(25,26).
organization and physiologic stability (oxygenation, Additionally, practice KMC, allowing
heart rate, thermoregulation) during transfers and mothers and neonates to remain in skin-to-skin contact

704
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

24 hours a day, 7 days a week until discharge and give and temperature and assess pain score before and 15
neonates at least 1 hour of KMC per session, if not minutes after transfer(25,26,27).
continuous KMC, encourage KMC for all warming The neonatal nurse document premature
and comforting needs of neonates, give adequate infants' vital signs, oxygen saturation, and temperature
thermal insulation (head cap, warm blankets, before, during, and after KMC. Also, the premature
insulating cover as needed) to the neonate throughout state as sleep, awake, or crying before, during, and
KMC, lastly, foster the establishment of KMC support after KMC session. Indicate KMC session start and
for mothers through posters, patient scrap books, stop times on nursing flow sheet. Write brief note
patient record of KMC, and support groups that may indicating how the premature infant tolerated KMC
assist even after discharge(26). including mothers comments and positive reflections.
Assessment of the mothers begins with Include amount of time spent in KMC and teaching
determining their willingness to hold their premature given(27).
infants skin-to-skin. criteria need to be met to Significance of the Problem:
establish mother willingness for KMC. The mothers Premature infants have significantly more
need to have been given adequate information about developmental impairment than their term
KMC. So, that an informed decision is being made. If counterparts. The brain of premature infants is still
the mothers then agree, KMC is allowed. However, immature and rapidly developing in the neonatal
mothers' emotional readiness should be considered period. However, the premature infants in the
too. If the mother seems emotionally inappropriate intensive care environment are exposed to an
(unavailable to neonate, withdrawn, uninterested, abnormal environment, repeated invasive procedures
weepy/crying, not touching the neonate, not and prolonged illness. This intense sensory impact
questioning about the neonate, not holding the adversely affects maturation and organization of
neonate, not bonding or attaching well, uninvolved, vision, hearing, sleeping pattern, growth and
uncommunicative, having only short/infrequent visits) consequently neuro-development and long-term
and/or expresses helplessness, hopelessness, or outcomes of the premature infants(27).
guilt(24-26). Developmental care provides a framework in
So, it is important to encourage the mothers which the neonatal environment and care processes
to do KMC because it helps maternal overcome are modified and structured to support the individual
feelings of guilt, empowers maternal, facilitates medical, psychosocial and developmental needs of the
maternal emotional resolution of preterm birth, and premature infant and family. Developmentally
promotes bonding, involvement, and better maternal_ supportive care has been proposed as a means of
neonate interaction(25,26). optimizing the premature infants' development and
Assessing mothers' feeding intentions is wise diminishing the deleterious effects of prematurity(13).
for securing maternal agreement to do KMC. If the It relates to a broad category of interventions which
mother intends to provide breast milk, encourage include clustering of nursery care activities as well as
KMC as soon as possible and as often as possible. At integration of parents and specific supportive
least 20 minutes of KMC each day promotes behavioral techniques such as non-nutritive sucking
breastfeeding, and suckling at the breast during KMC and kangaroo care(13,16,27).
facilitates the hormonal stimulation that supports Aim of the Study
breast milk production. If the mother is receptive to The aim of this study was to evaluate the
having the infant go to the breast, encourage KMC effect of Kangaroo Mother Care (KMC) on
because most neonates, including premature, can physiological, behavioral and psychosocial outcomes
spontaneously move toward a nipple and try to suckle of premature infants.
during KMC. Having the neonate in KMC often Research Hypothesis:
enhances maternal commitment to breast feeding There is a positive relation between
(22,25,26)
. application of Kangaroo Mother Care and premature
The neonatal nurse educate the mothers about infants' physiological, behavioral and psychosocial
KMC by giving an information verbally about benefits outcomes.
and needs to provide. Determine the mothers'
readiness for KMC and obtain their agreement to 2.Subjects and Methods:
provide KMC to their neonate. Secure all tubes and A. Research Design:
lines. Perform any needed procedures that may later The study design was a quasi-experimental study.
interrupt premature infant holding, if possible. Set up B. Research Setting:
rocker/recliner and privacy screen beside incubator. This study was conducted in the Neonatal Intensive
Check heart rate, respiratory rate, oxygen saturation, Care Unit (NICU) at Ain Shams Maternity and

705
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Gynecological Hospital,where the setting being of Questions were in the form of open and closed ended
highest capacity of premature infants. questions.
C. Research Subjects: - The time consumed with each mother for
Sample Size and Characteristics: application of kangaroo care and to fill the Flow
A purposive subjects composed of fifty Sheet by the researchers for each mother with her
premature infants and their mothers were chosen from premature infant in study and control groups was 2-3
the previously mentioned setting and recruited into hours. Each KMCAFS was filled by the researchers'
two identical groups: group one was the study group observation on spot individually and the average
(25) received kangaroo mother care (KMC) and group number of premature infants and their mothers who
two was the control group (25) received conventional interviewed and observed per weekwas2-4for both
care (routine incubator care by hospital staff nurses). study and control.
The subjects were selected according to the following - Each premature infant was assessed pre & post
criteria inclusive and exclusive criteria: KMC, for physiological, behavioral and psychosocial
-Inclusive criteria: outcomes and the mothers' perceptions regarding
- All Stable premature infants as medically KMC.
classified and both gender. 2. Pre/Post Mother's Bonding Behavioral Scale :
-Exclusive criteria: It was adopted from (28), it aimed to assess the
High risk premature infants with; infections, mother's emotional, psychosocial, attachment and
severe respiratory distress, ventilated premature behavioral interactions for their premature infants
infants or on oxygen therapy, and premature with during breast feeding through observation of each
congenital anomalies. mother and premature infant by the researchers.
Tools of data collection: Some modifications were done to suit the nature
Data were collected through the following tools of the current study. It consists of six statements,
1. Kangaroo Mother Care Assessment Flow Sheet mother's responses were classified into two categories
(KMCAFS): (positive attachment and negative attachment). All
It was adopted from (15), it was used to evaluate the statements were scored on a scale from (0-1), whereas
effect of Kangaroo mother Care (KMC)on positive attachment (scored 1) and negative
physiological, behavioral and psychosocial of attachment (scored 0).
premature infants outcomes. The necessary Regarding the total score was 6 divided into two
modifications were done by the researcher to suit the categories as the following:
nature of the current study. It covered the following: Score from (3-6) referred to positive attachment.
a. Characteristics of premature infants, as regards Score from (0 - <3) referred to negative attachment.
their birth weight, gestational age, chronological Validity and Reliability
age, diagnosis, length of hospital stay and weight The researchers reviewed the past, current
gain at discharge. These data were obtained from the regional and international related literature covering
premature infants' medical record during all aspects of the study using textbooks,articles in
hospitalization. journal and scientific magazines. This helped the
b. Characteristics of mothers, it includes: Age, researchers to be acquainted with the research
level of education and employment, obstetrical problem and guided them inpreparation and
history such as; type of delivery, number of developing the study tools. To measure content
gravida, and parity. validity of the study tools, the researchers assure that
c. Effect of Kangaroo Mother Care on items of the instruments were adequately represent
premature infants' physiological, behavioral what are supposed to measure by presented it to
and psychosocial outcomes; it includes experts for review and validation.
observation of: To measure the stability of the responses
- Premature infants' heart rate, respiratory rate, body from the same premature infant and mother and is
temperature, occurrence of apneic episode, and form of test retest reliability. The researchers
weight gain at discharge (physiological performed two separate assessments at two different
outcomes). times; these two data sets from the same researchers
- Premature infants' feeding type, crying and and then compared with each other.
sleeping condition (behavioral outcomes). Pilot study
- Maternal- premature infants' attachment A pilot study was carried out on 10 % of the
(Psychosocial outcomes). study sampling (5 premature infants and their mothers
d. Mothers' satisfaction, perception and ) at the previously mentioned setting to test the study
suggestions regarding Kangaroo Mother Care. tools for its clarity; validity and time require to fill it.
The necessary modifications were done through

706
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

adding or omission of unneeded or repeated criteria - Mother was encouraged to rest during KMC, and
prior to data collection according to the pilot study breast feed the premature neonate.
results. The premature infants and their mothers in the - Assessing the premature infants' feeding during
pilot study were excluded from the study sample. KMC for type of feeding.
B. Field work: - Assessing the mother-premature infants'
The actual filed work was carried out from interaction.
15-6-2012 to22-8-2012 for data collection. The - Mother and premature infant had 60 minutes of
researchers were available three days per week in undisturbed KMC.
Saturday, Monday and Wednesday, five hours per day - Returning the premature infant to the incubator.
from 10am to 3pm at the allowed time of mothers' - Assessing the premature infant's vital signs
visit for their premature infants. The number of cases (Temp., H.R., and R.R.,).
that taking per week were ranged from2 to 4premature - Assessing the premature infant's crying and
infants and their mothers in both study and control sleeping condition.
groups. - At the end, assessing the mothers' perceptions and
suggestions regarding KMC.
Procedures : C. Procedures for Conventional or routine
A. Procedures for both groups (study and incubator Care (control group):
control groups): - Helping the mother to sit on a chair in the
- Assessing the premature infants' vital signs feeding room.
(Temp., H.R.,and R.R.,) occurrence of apneic - Wrapping the premature infant in a blanket and
episodes, feeding, crying and sleeping condition of giving for the mother.
premature infants'. - Helping the mother to feed the premature infant.
- Assessing the mother- premature infants - Assessing the premature infants' type of feeding.
attachment. - Assessing the mother-premature infants'
- Assessing the mothers' satisfaction with their interaction.
premature infants. - Returning the premature infant to the incubator.
B. Procedures for KMC (Study group): - Assessing the premature infant's vital signs
- Kangaroo Mother Care was performed only (Temp., H.R., and R.R.).
after the mothers were fully informed about the nature - Assessing the premature infant's crying and
and purpose of KMC and when the mothers' verbal sleeping condition.
agreement was obtained. - At the end, the researchers thanked the mother and
- The nature, aim, benefits and effect of the gave the KMC booklet as a reward from the
study were explained by the researchers to all mothers researchers for the mother's sharing and
included in the study. encouraged them to practice KMC.
- Giving the mother KMC booklet that was Administrative design :
prepared by the researchers. An official approval to conduct the study
- The researchers then prepared both the was obtained from the Ain Shams Maternity and
mother and the premature infant through: Gynecological Hospital manager to collect the study
- Wrapping the premature infant in a blanket sample.
and giving for the mother. Statistical design:
- The premature infant was transferred from The collected data were organized, revised,
the incubator into KMC after routine incubator care tabulated and analyzed by using the SPSS Version
was completed. (15). Descriptive statistics was calculate percentages,
- KMC was carried out with the mother and frequencies for the study and control groups.
through holding the premature infant prone, clothed Appropriate statistical tests as Chi- square (X2) were
only in a diaper, skin-to-skin, between the mother's used to estimate the statistical significant differences
breast. between the groups. Statistical significance consider
- All premature infants were held upright at a 30 at p0.05, mean while statistical insignificance
40 degree angle. The premature infant's back was consider at p >0.05.
covered with a receiving blanket folded in fourths Ethical Considerations :
and placed beneath the mother's cover gown to Needed permission was obtained through the
insure premature infants' temperatures were appropriate channels.
sustained within a neutral thermal zone. The aim of the study was explained to all mothers.
- Mother and the premature infant were sited on a Mother's participation was voluntary.
chair in the feeding room.

707
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Code number for each mother and premature value 0.05) concerning heart rate, respiratory rate,
infant was applied to protect their confidentiality temperature and occurrence of apneic episodes
right of their personal data. respectively.
As regards the premature infants' behavioral
3.Results: outcomes,table (4) clarifies that there is statistical
Table (1) shows that approximately half (52% significant differences between per and post KMC
and 48%) of premature infants' gestational age is 34 - application (X2 = 21.16, 9.0 and 1.96 at P-value
36 weeks and < 32 weeks in both study and control 0.05) concerning crying, sleeping pattern and type of
groups respectively. Meanwhile, the birth weight in 76 feeding respectively. Whereas, the majority (84%) of
% of study group is 2000 - < 2500 grams compared premature infants are breast feed post KMC.
with 36% for control group. As regards the length of As regards the premature infants' psychosocial
premature infants' hospital stay is 3- < 6 days in 40 % outcomes, table (5) shows that there is statistical
of study group and 20% in control group. Regarding significant differences between per and post KMC
the premature infants' weight gain at discharge, application (X2 = 12.4 and 1.0 at P-value 0.00)
approximately half of them (56% and 44%) are regarding mother infant attachment and mothers'
increasing more than 100 grams in both study and satisfaction respectively.
control groups respectively. Regarding mothers' perceptions for KMC, table
Figure (1) shows that 60% of the premature (6) shows that most of mothers (88%) doesn't have
infants' gender in both groups are males and the rest information about KMC and 8 % feel distance from
of them (40 %) are females. their premature infants pre KMC application,
Figure (2) shows that more than half (60%) of compared with 92% of mothers having adequate
premature infants' diagnosis are prematurity compared knowledge about KMC and nearly half of them
with 44% of them are low birth weight and few of (52%) request to apply KMC and they are confident
them (8% & 14%) their diagnosis are neonatal when caring and touching their premature infants post
jaundice and infant of diabetic mothers respectively. KMC application.
Table (2) clarifies that more than three fourths As regards the mothers' suggestions regarding
(76%) of mothers' age in study group is 20- <30 years the application of KMC.Table (7) illustrates that
compared with 84% in control group. Concerning approximately half of mothers(48%) are suggesting
mother's level of education, more than half (52%) of that it is important for educating and training the
them are moderately and highly educated in study mothers to apply KMC, and only 16 % states that
group compared with 76% of them in control group. mothers should continue to apply KMC in their
Also, this table demonstrates that nearly two thirds( homes.
68% &60 %) of mothers not work in study and Table (8) clarifies that there are statistical
control groups respectively. significant differences (X2 = 2.43 and 2.49, at P-value
Figure (3) founds that 62% of mothers in both 0.05) regarding mothers' age and the type of
study and control groups their delivery is normal delivery in maternal-neonate attachment respectively.
vaginal delivery and the rest of them (38%) are Table (9) clarifies that there are statistical
delivered through cesarean section. significant differences (X2 = 3.72 and 3.70,at P-value
As regards the premature infants' physiological 0.05) regarding mothers' age and the type of
outcomes, table (3) clarifies that there is statistical delivery in relation to their satisfaction with their
significant differences between pre and post KMC premature neonates respectively.
application (X2 = 17.64, 17.64, 7.76 and 0.36 at P-

Table (1): Percentage Distribution of Premature Infants in Both Groups According to their Characteristics.
Study Group No.= 25 (100%) Control Group No. = 25(100%)
Premature Neonates' Characteristics
No. % No. %
1.Gestational Age (Weeks):
<32 2 8 12 48
32-<34 10 40 6 24
34-36 13 52 7 28
2. Birth Weight (Grams):
<1500 3 12 5 20
1500-<2000 3 12 11 44
2000 - <2500 19 76 9 36
3. Chronological Age (Days):

708
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

1-<10 10 40 6 24
10-<20 8 32 12 48
20-<30 5 20 6 24
30 2 8 1 4
4.Length of Hospital Stay (Days):
<3 4 16 4 16
3-<6 10 40 5 20
6-<9 7 28 6 24
10 4 16 10 40
5.Weight Gain (Grams) :
<50 1 4 4 16
50-<100 10 40 9 36
100 14 56 11 44

40

Male
Female 60

Figure (1): Percentage Distribution of the Premature Infants' in Both Groups According to their Gender

Figure (2): Percentage Distribution of Premature Infants in Both Groups According to their Diagnosis
*Total number is not mutual exclusive.

Table (2): Percentage Distribution of Mothers in Both Study and Control Groups According to their
Characteristics
Study group
(Kangaroo Care) Control group (Conventional Care)
Mothers' Characteristics
No.=25(100%) No.=25(100%)
No. % No. %
1. Age in Years:
<20 2 8 0 00

709
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

20-<30 19 76 21 84
30- 40 4 16 4 16
2. Level of Education:
Illiterate 8 32 6 24
Read and Write 4 16 0 00
Moderately educated 8 32 10 40
Highly Educated 5 20 9 36
3.Employment
Worked 8 32 10 40
Not worked 17 68 15 60
4. Parity:
<3 16 64 22 88
3-<4 9 36 2 8
4 0 0 1 4
5.Type of delivery:
Normal Vaginal Delivery (NVD) 17 68 14 56
Cesarean section(CS) 8 32 11 44

Figure (3): Percentage Distribution of Mothers in Both Study and Control Groups According to their Type of
Delivery

Table (3): Distribution of Premature Infants' Physiological Outcomes in Both Study and Control Groups.
Physiological Study Group (Kangaroo Care) No. Control Group (Conventional Care)
Outcomes =25(100%) No.25=(100%)
Pre Post Pre Post
No. % No. % No. % No. %
1. Heart Rate (b/min):
Bradycardia (<120) 0 00 2 8 0 00 0 00
Normal (120 - 150) 23 92 23 92 22 88 22 88
Tachycardia(> 150) 2 8 0 00 3 12 3 12
X2 17.64
- (not applicable)
(P- value ) 0.00
2. Respiratory Rate (b/min):
Bradypnea (< 35) 1 4 2 8 1 4 1 4
Normal (35 - 50) 24 96 23 92 22 88 22 88
Tachypnea( > 50) 0 00 0 00 2 8 2 8
X2 17.64
-(not applicable)
(P- value ) 0.00
o
3. Temperature( C):
Hypothermia (<36.5) 10 40 1 4 2 8 2 8
Normal (36.5 - 37.2) 13 52 24 96 23 92 23 92

710
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Hyperthermia (> 37.2) 2 8 0 00 0 00 0 00


X2 7.76
- (not applicable)
(P- value ) 0.02
4. Apnea:
Yes 14 56 1 4 0 00 0 0
No 11 44 24 96 25 100 25 100
X2 0.36
- (not applicable)
(P- value ) 0.00
* Statistical Significant differences(P-value 0.05).

Table (4): Distribution of Premature Neonates' Behavioral Outcomes in Both Study and Control Groups
Study Group(Kangaroo Care) No. = 25(100%) Control Group (Conventional Care)No. = 25 (100% )
Behavioral Outcomes Pre Care Post Care Pre Care Post Care
No. % No. % No. % No. %
1. Crying:
Yes 24 96 1 4 6 24 8 32
No 1 4 24 96 19 76 17 68
X2 21.16
-(not applicable)
(P- value ) 0.00
2. Sleep pattern:
Quite Sleep 5 20 16 64 1 4 3 12
Interrupted Sleep 20 80 9 36 24 96 22 88
X2 9.00
-(not applicable)
(P- value ) 0.00
3- Feeding: Type of feeding:
Breast Feeding 16 64 21 84 2 8 2 8
Bottle Feeding 9 36 4 16 23 92 23 92
X2 1.96
-(not applicable)
(P- value ) 0.05
*Statistical Significant differences(P-value 0.05)

Table (5): Distribution of Premature Infants' Psychosocial Outcomes Regarding their Mothers' Attachment and
Satisfaction in Both Groups
Control Group (Conventional
Study Group (Kangaroo Care) No.=25(100%)
Care) No.=25(100%)
Psychosocial Outcomes Pre Care Post Care Pre Care Post Care
No. % No. % No. % No. %
1. Mother-Infant Attachment (bonding):
Positive Attachment 13 52 24 96 7 28 7 28
Negative Attachment 12 48 1 4 18 72 18 72
X2 12.4 -(not applicable)
(P- value ) 0.00
2. Mothers' Satisfaction
Satisfied 15 60 25 100 6 24 6 24
Dissatisfied 10 40 0 0 19 76 19 76
X2 1.0 -(not applicable)
(P - value ) 0.00
* Statistical Significant differences(P -value 0.05)

Table (6) : Mothers' Perceptions Regarding Kangaroo Mother Care Pre and Post KMC Application in Study
Group
Items Study Group (Kangaroo Care No. =25(100%)
No. %

711
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Mothers' Perceptions Pre. KMC:


My baby cries too much. 5 20
My baby irritate me & feel anxious. 20 80
Feel distance from my baby. 2 8
KMC is important and I need help to apply. 2 8
Dont have information. 22 88
Afraid expected harm to baby. 10 40
Mothers' Perceptions Post KMC:
Having adequate knowledge about KMC. 23 92
Requesting to apply KMC. 13 52
I feel close to my baby. 20 80
Enjoying and happing to playing with baby. 4 16
Confident when caring and touching baby. 13 52
My baby is easily comforted. 10 40
*Total number is not mutual exclusive.

Table (7) : Mothers' Suggestions in The Study Group Regarding the Application of Kangaroo Mother Care.
Mothers' suggestions No. %
The nurse should encourage the mothers to apply KMC. 10 40
Educating the mothers to apply KMC. 12 48
Training the mothers to apply KMC. 12 48
Applying KMC immediately after delivery. 8 32
Mothers should continue to apply KMC at home. 4 16
*Total number is not mutual exclusive.

Table (8): Correlation between Mothers' Characteristics and their premature Infants' Attachment in the Study
Group.
Mothers' demographic Maternal-Infant Attachment X2
Characteristics Positive Attachment Negative Attachment (P - value )
No. % No. %
1. Age by Years:
<20 0 00 2 8
20-<30 11 44 8 32 2.43
30- 40 2 8 2 8 0.29
2. Level of Education:
Illiterate 4 16 4 16
Read and Write 2 8 2 8
Moderately Educated 5 20 3 12 2.29
Highly Educated 2 8 3 12 0.68
3.Employment
Worked 4 16 4 16 0.19
Not worked 9 36 8 32 0.89
4. Parity:
<3 9 36 7 28
3-<4 4 16 5 20 0.32
4 0 00 0 00 0.57
5.Type of delivery:
Normal Vaginal Delivery(NVD) 7 28 10 40 2.49
Caesarian section (CS) 6 24 2 8 0.11
* Statistical Significant differences(P -value 0.05). * No statistical significant Differences(P -value >
0.05).

712
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Table (9) : Correlation Between Mothers' Characteristics and their Satisfaction in the Study Group.
Maternal satisfaction
Mothers' Characteristics Satisfied Dissatisfied X2
No. % No. % (P - value )
1. Age by Years:
<20 0 00 2 4
20-<30 13 52 6 24 3.72
30+ 2 8 2 8 0.15
2. Level of Education:
Illiterate 4 16 4 16
Read and Write 2 8 2 8
Moderately Educated 6 24 2 8 1.38
Highly Educated 3 12 2 8 0.84
3.Employment
Worked 5 20 3 12 0.31
Not worked 10 40 7 28 0.84
Maternal obstetric data
4. Parity:
<3 10 40 6 24
3-<4 5 20 4 16 0.11
4 0 00 0 00 0.73
5.Type of delivery:
Normal Vaginal Delivery(NVD) 8 32 9 36 3.70
Caesarian section (CS) 7 28 1 4 0.05
* statistical significant Differences(P -value 0.05)
*No Statistical Significant differences(P -value > 0.05).

4. Discussion 36 weeks in study group and < 32 weeks in control


Premature infants are highly vulnerable group. Meanwhile, the birth weight in three fourths of
group of the population. Premature births accounts for study group was 2000 - < 2500 grams compared with
the highest mortality rate among infants in the first nearly one third in control group. These results
year of life (18,20,24). This is probably the reason for supported by (24,26), who pointed out that the birth
increasing numbers of prematurity related researches weight is an indicator of the neonate's health status.
(19,27)
done during the last twenty five years. The birth of a stated that the relation between the neonate's
premature infant is an unexpected and stressful event gestational age and birth weight reflects the adequacy
for which families are emotionally unprepared. of his intrauterine growth, whereas the organ systems
Although, the health of premature infant is first and maturity depends largely on gestational age. Thus the
foremost the parental responsibility, mothers are greater gestational age neonate's the more full
considered the most plentiful primary health care developed the organ systems. Additionally, premature
workers around the world (25,26 ). deliveries are associated with higher rates of low birth
Kangaroo mother care is becoming an integral weight (50.5%) compared to full term deliveries, and
part of the care of premature and low birth weight the risk increased 13 times with premature delivery(
24)
infants worldwide. It provides economic savings to .
families and health care facilities and many However, the evidence backs the effectiveness and
physiologic and psycho behavioral benefits to safety of KMC in stable preterm neonates. In low birth
mothers and infants, whereas the most important of weight infants weighing 2000 grams or less, who are
which is the promotion of successful breastfeeding unable to regulate their temperature, KMC is at least
(20,21,24)
. Therefore, the main concern of this study was as safe and effective as traditional care with
to evaluate the effect of Kangaroo mother Care incubators(4,12,23).
(KMC) on physiological, behavioral and psychosocial Regarding the length of premature infants' hospital
outcomes of premature infants. stay, it was 3- < 6 days in more than one third of
According to the characteristics of premature study group and less than one quarter in control
infants, the present study revealed that approximately group. Regarding the premature infants' weight gain at
half of premature infants' gestational age was 34 - discharge, approximately half of them increasing more

713
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

than 100 grams in both study and control groups. This them their parity was < 3 in KMC group compared
may be attributed to the specific selection criteria for with the majority of mothers in conventional care
study subjects that they were uncomplicated and free group, additionally,there was no statistical significant
from severe degree of respiratory distress. However, differences between per and post KMC application(X2
they didn't need for respiratory ventilator or prolonged =0.32 at 0.11, P-Value 0.57 and 0.73) between
hospitalization in addition to the effect of KMC mothers' parity and their attachment and satisfaction
application that promoting calming and decreasing the with the premature infants after KMC respectively.
premature infants' crying and energy loss so, maintain This result was supported by Goldenberg et al.( 20),
weight gain. who reported that prematurity was more common in
According to the mothers' characteristics, the first births than among later births. Also(21,26), stated
result of the present study revealed that more than that abnormally high rates of premature births have
three fourths of mothers' age in study group was 20- been found in primigravida (12.4%), and lower rates
<30 years compared with the majority of them in were observed for the other parity categories. This
control group and few of them in study group were contradicted with Nathalie et al.(22); Alberman(23), who
under twenty years of age(16,18). stated that a longer stated that admission of a newborn infant to a NICU
proportion of premature births have been found commonly implies separation of the new mother from
among infants born to younger than to older mothers. her infant. KMC is a model of neonatal care which
They added that the lowest incidence of premature is supports the parental role as primary care-giver and
in the age period 26-35 years. Premature and low birth contributes for minimizing the separation between the
weight cases were most frequent among young premature infant and parents.
mothers who were under twenty (20,25,27). Also, if the On studying the effect of KMC on the
mother is less than 18 years of age or over 35 there is premature neonates' physiological outcomes, the
a higher risk of delivering prematurely(27). results of the present study revealed that there was
As regards mother's level of education, it statistical significant differences between per and post
was found that nearly half of mothers in study group application of KMC (X2=17.64,17.64, 7.76 at 0.36, P-
were illiterate and only able to read and write Value 0.00,0.00, 0.02, and 0.00) between premature
compared to one fourth of them in control group, and neonates' heart rate, respiratory rate, temperature and
more than half of mothers were moderately and occurrence of apnea in pre and post KMC respectively
highly educated in the study group compared to compared with control group. However, direct skin-to-
approximately, three fourths of them in control skin contact between the infant and mother may
group. This result was in agreement with ( 6,8,26), who stabilize the infants temperature in the thermal
found that the incidence of premature infants was neutral range,stabilize the infants vital signs,
16% among mothers of no or low education and respiratory pattern, and oxygenation, resulting in
10.4% among highly educated mothers. However, decreased apneic events, encourage more homogenous
many studies revealed that decrease health awareness sleep patterns and potentially result in better weight
of the mother was one of the predisposing factors gain ( 7,13,20,23 ).A number of studies have investigated
which lead to premature birth and that education and the physiological effects of KMC when used with
cultural level have an effect on infant's condition premature infants and reported that with KMC, the
both before and after birth (8,10,14). premature infants typically snuggles into the breast
The results of the present study showed that and is deeply sleep within just a few minutes. Thus,
nearly two thirds of mothers were not work in study these premature infants gain weight faster than their
and control groups. This result was contradict non-kangarooed counterparts, and it is interesting to
to(8,19,11), who reported that prematurity is higher in note that they usually do not lose any of their birth
infants delivered for women employed outside home, weight(21,22). Maternal breast milk supply becomes
particularly when employment has been continued streamlined, making it easier for the mother to
longer during their pregnancy. Also it was reported breastfeed the offspring for a longer duration that
by(19,20 ). that mothers working for cash had a higher increased breast milk supply(19,21).
rate of premature birth 12.4% compared to 9.6% for On investigating the effect of KMC on the
housewives. Maternal work, however, could have an premature infants' psychosocial outcomes. The results
effect on pregnancy independently of its nutritional of the present study revealed that there was statistical
effect. In particular physical exertion or upright significant differences between per and post KMC
posture might diminish uterine blood flow and thus application (X2 =12.4 and 1.0 at,P-Value 0.00) as
hinder the supply of oxygen and nutrients to the regards mother-infant attachment (bonding) and their
fetus. satisfaction pre and post KMC group respectively
Regarding the mothers' parity, the result of compared with mothers in conventional care group.
the current study reported that nearly two thirds of This result was in agreement with Alberman(23);

714
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

Bracht et al(24 ), who stated that KMC appears to have kangaroo care practical guide and support groups
physiologic as well as psychosocial benefits. KMC that may assist them even after delivery.
has been shown to improve the mothers 3. Hospital support for the mothers is needed to
psychological state, strengthen mother-infant bonding facilitate and continues early initiation of KMC
and stimulate maternal lactation(4,7,14). through allowing the mother to visit her premature
On investigating the mothers' perceptions infants' all of the time without restrictions.
regarding KMC. The result of the present study found 4. Help the mothers who are delivered through
that the majority of mothers didn't had information cesarean section neonates and premature or sick
about KMC and few of them felled distance from the neonates initiate KMC as soon as possible (able to
baby pre KMC, compared with post KMC, most of tolerate transfer and skin contact without
them had adequate knowledge about KMC and nearly physiologic or behavioral compromise).
half of them requested to apply KMC and they are 5. Prepare a well-equipped room with warming and
confident when caring and touching their babies. This comforting needs for premature neonates and their
findings was supported by many authors (21,22,25,27 ) mothers.
who reported that the mothers of moderately preterm 6. Application of KMC as the standard of care in all
and ill newborn infants showed good acceptance of NICUs.
the idea of providing their infants with continuous
KMC during their stay at the NICU. The mothers' For further research
evaluations of this method were predominantly Further studies should be conducted to assess
positive. Negative comments concerned lack of the neonatal nurses' knowledge, attitudes and practices
information about practical application of the method, regarding KMC.
and some mothers perceived their infants' care KMC
is also beneficial for parents of premature infants. Corresponding author:
One of the biggest obstacles to adopting Nahed Saied Mohamed El- Nagger
KMC is the mistaken belief that KMC is second-rate Pediatric Nursing Department, Faculty of Nursing,
care that is more time-consuming than regular care for Ain Shams University, Cairo, Egypt.
small babies(29). These misconceptions must be nahidalngar@yahoo.com
dispelled through advocacy, training, education and
behavior change communication to support KMC References
implementation. This type of strategy would target 1. Bettegowda, V. (2008): The Relationship
providers and pregnant mothers/families, sensitizing Between Cesarean Delivery and Gestational Age
them to the benefits of KMC. Among U.S. S.Clinics in Perinatology, volume
Also, it was reported that skin-to-skin 35, p :309.
holding provided mothers with a greater sense of 2. Bridget, C. (2012): Causes of Premature Birth.
wellbeing, personal fulfillment and confidence in Perinatology April, 24,p:23.
taking care of their infant during the night as 3. Bailey, S. (2012): Kangaroo Mother Care,
exhausting. No mother would have preferred not to British Journal of Hospital Medicine, New
perform continuous KMC or to terminate KMC earlier Series,Vol.73, No.5, pp:278-283.
than they did. This could be due to lack of application 4. Raouth, K., Xiaomei, C, Abouelfettoh, A.,
and researches about KMC application(29). Carly B., Allison S., and Mohammed, S.
(2009): Effect of Kangaroo Care (skin contact)
Conclusion: on Crying Response to Pain in Preterm
The current study concluded that Kangaroo Neonates, Manag Nurs. February 24,PP55-65.
Mother Care (KMC) was effectively and positively 5. Pauline, C.(2006): The Attitude and Practices of
promoted premature infants' physiological stability, Neonatal Nurse in the Use of Kangaroo Mother
behavioral organization and enhanced psychosocial Australian Journal of Advanced Nursing,
outcomes than those cared by the conventional care. Volume 23 Number 4,pp:20-28.
6. Carlo, W. (2011): Apnea. In: Kliegman RM,
Recommendations: Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds.
Based on the findings of the present study, the Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed.
following recommendations are suggested: Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; chap 95.2.
1. Educational training program for all neonatal 7. Pauline, C.(2009): Effect of Kangaroo Care on
nurses in skills necessary to implement the KMC. Premature Infants' Physiological, Behavioral and
2. Inform all pregnant women about the benefits and Psychological Outcomes, Early Hum Dev.
management of KMC through booklets, posters, September; 85(9): 561567.

715
Life Science Journal 20113;10(1) http://www.lifesciencesite.com

8. Edward, T. (2012): Causes of Premature Labor. Care: 25 years after. Acta Paediatric, 94 (5), 514-
Available: Pediatrics, Dec. 14, pp:354-357. 522.
9. Fanarhoff A, Wald M, Gruber H, and Kalaus 20. Goldenberg, L., Culhane, J., Iams J,, and
M. (2010): Insensible Water Loss in Low Birth Romero R. (2008): Epidemiology and Causes of
Weight Infants. Pediatrics; 50: 236245. Preterm Birth. Lancet, 371(9606): 75-84.
10. Himanshu, A. (2012): Benefits of Kangaroo 21. Bailey, S.(2012): Kangaroo Mother Care, British
Mother Care. Available: Journal of Hospital Medicine New- Series, Vol..
http://babycare.onlymyhealth.com/benefits- 73; NUMB 5, pp: 278-283 Publisher.
kangaroo-mother-care,18 Dec. 22. Nathalie C, Luis G, and Juan G.(2004):
11. Bergman. J. (2012): Kangaroo-Mother-Care. Kangaroo Mother Care, an example to follow
Available: from developing countries BMJ. November 13;
http://www.kangaroomothercare.com,14/Dec. 329(7475): 1179.
12. Hamilton, K., Ruth Moore,R.,and Heather N. 23. Alberman E.(2008): Low Birth Weight and
(2008): Kangaroo Care Prematurity, A Report from the National Institute
http://www.neonatalnurse.co.uk/pdf/inf_024_cps of Child Health and Human Development,
.pdf. Neonatal Research Network. The Journal of
13. My Child Without Limits Advisory Pediatrics 130: 72-76.
Committee. (2009): Prematurity, 24. Bracht M.; Kandankery A.; Nodwwell S. and
http://www.mychildwithoutlimits.org/understand Stade B. (2002): Cultural Differences and
/prematurity/. Parental Responses to the Preterm Infant at Risk:
14. Tarus, T. (2008): Mothers' Experiences and Strategies for Supporting Families, Neonatal
Perceptions of Kangaroo Mother Care during Network. 21(6): 31-38.
Hospitalization of their Preterm Babies in an 25. El-Kassas M.(2005): Low Birth Weight an
Academic Hospital in Johannesburg. Available: Premature Babies, Qalyoubia Governorate,
http://wiredspace.wits.ac.za/handle/10539/5721. Summary Report Child Survival Project, Egypt,
15. World Health Organization, Dept. of 113.
Reproductive Health and Research(2003): 26. El-Naggar N.(2004): Discharge guide program
Kangaroo Mother Care: a practical guide. for mothers of premature Infant, Pediatric
Geneva: Department of Reproductive Health and Nursing, Faculty of Nursing, Ain Shams
Research World Health Organization. P1-54. University, p. 100.
16. Agudelo, A., Rossello, J., andBelizan, J. 27. Ibrahim E.; Wassif O.; Tantawy, M. and
(2011): Kangaroo Mother Care to Reduce GamalEldeein M.(2006): Maternal and Child
Morbidity and Mortality in Low Birth Weight Health Survey, Cairo, Child Survival Project in
Infant, Cochrane review; The Cochrane Collaboration with USAID, pp. 18-20.
Library,P.3. 28. Grant P. (1978): Psychosocial Needs of
17. Agudelo, A., Rossello, J., and Belizan,J.(2003): Families of High Risk Infants, Family and
Kangaroo Mother Care to Reduce Morbidity and Community Health, 11, 93 Coded in may K. and
Mortality in Low Birth Weight Infants. Mahlemeister L., (1996): Maternal and Neonatal
Perinatology and Human Development. Nursing, Family Centered Care, Lippincott,
Cochrane Database Syst Rev.;(2):CD002771. Philadelphia, p. 1130-1133.
18. Moore E, and Anderson G. (2007): 29. Jhpiego. D. (2012): Kangaroo Mother Care
Randomized Controlled Trial of Very Early Implementation Guide. Available:
Mother-infant Skin-to-Skin Contact and http://www.cmamforum.org/Pool/Resources/Kan
Breastfeeding Status. J Midwifery Women's garoo-Mother-Care-MCHIP-.pdf. Last accessed
Health; 52(2):116-125. 23Dec.
19. Charpak, N., Ruiz, J., Zupan, J., Cattaneo, A.,
and Figueroa, Z.(2005): Kangaroo Mother

1/22/2013

716
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, et al. (2009). KDPK Kebidanan, Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Anik Maryunani. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.


Jakarta : Trans Info Medika.

Aziz Alimun Hidayat. (2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, M, Gloria, et.all. (2015). Nursing Interventions Classification (NIC).


Elsevier Mosby : St. Louis Missouri.

Cendikia. A.R. (2012). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Berat Badan Lahir
Rendah Di Kepolisisan Pusat R.S. Sukanto Kramat Jati, Jakarta Timur
tahun 2010. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional Veteran.

Effendi.S.H. (2006). Pendekatan Diagnosis Kelainan Bawaan Menurut


Klasifikasi. European Registration Of Conge Nital Ano Malies
(EUROCAT). Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Herdman, T, Heather and Kamitsuru Shigemi. (2015). Nursing Diagnoses:


Definition & Classification 2015 - 2017. Willey Black Well.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kosim, SM, dan Ari Yunanto, Rizalya Dewi, Gatot IS, Ali Usman. (2008). Buku
Ajar Neonatologi. Jakarta : IDAI.

Kusumaningrum, Radita. (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jenis


Kontrasepsi Yang Digunakan Pasangan Usia Subur. Semarang :
Universitas Dipenogoro.
Manuaba, C. (2008). Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Maryanti D, Septikasari M. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Terapi Dan


Praktikum dalam Ari Setiawan. Yogyakarta : Nuha Maedika.

Maryunani, et al. (2009). Buku Ssaku Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan
Neonatal). Jakarta : Trans Info Media.

Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Moorhed, Sue et.all. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier


Mosby : St. Louis Missouri.

Pantiawati Ika. (2010). Bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. (2007). Ilmu kandungan. Edisi


2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono.

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir
Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Saifudin. A. B. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Sukarni I, Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus


Resiko Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sumarah. (2008). Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.
Syaifuddin. (2013). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Timby, B.K. (2009). Fundamental Nursing Skill dan Concepts (9th ed).
Philadelphia : Lippincott Willian and Witkins.

Yohana, Yovita. (2011). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gard Media.

Anda mungkin juga menyukai