Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN

TENTANG PERAN KELUARGA PADA PENDERITA

GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN

RS. ERNALDI BAHAR PROV. SUMSEL

DI SUSUN OLEH:

1. Echa Kania Diva


2. Ilun Chairunisyah Napitu
3. Putri Agesti
4. Rissa Melinda
5. Yuni Andriani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
D-IV KEPERAWATAN
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAN KELUARGA PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA
DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

Bidang Studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Peran Keluarga Pada Penderita Gangguan Jiwa Dengan Masalah Perilaku
Kekerasan
Sasaran : Keluarga
Tempat :Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Hari/Tanggal : Senin, 13 Mei 2019
Waktu : 09.00-10.00

I. TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga mengetahui tindakan yang
dilakukan dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan diharapkan keluarga dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan
2. Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan
3. Meneybutkan kembali tentang rrentang respon marah
4. Menyebutkan kembali tentang tanda dan gejala perilaku kekerasan
5. Menyebutkan kembali peran keluarga pada penderita gangguan jiwa
masalah perilaku kekerasan

II. MATERI
Materi penyuluhan terlampir :
1. Definisi perilaku kekerasan
2. Penyebab perilaku kekerasan
3. Rentang respon marah perilaku kekerasan
4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
5. Peran keluarga pada penderita gangguan jiwa dengan masalah perilaku
kekerasan

III. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab

IV. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet mengenai perilaku kekerasan
3. Flipchart mengenai perilaku kekerasan

V. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Ilun Chairunisyah Napitu
2. Penyaji : Echa Kania Diva
3. Fasilitator : Putri Agesti
4. Dokumenter : Rissa Melinda
5. Observer : Yuni Andriyani

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan :
1. Memberi salam dan 1. Menyambut salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskana tujuan dari 2. dan mendengarkan
penyuluhan
3. Melakukan kontrak waktu 3. Mendengarkan
4. Membagi leaflet 4. Menerima
5. Menyebutkan materi penyu- 5. Mendengarkan
luh-an yang akan diberikan
2. 10 Menit Pelaksanaan :
1. Menggali informasi yang 1. Menyampaikan
telah diketahui peserta informasi yang telah
diketahui
2. Memberikan penjelasan ten- 2. Mendengarkan dan
tang : memperhatikan
a. Definisi perilaku kekerasan
b. Penyebab perilaku kekerasan
c. Rentang respon marah peri-
laku kekerasan
d. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan
e. Peran keluarga pada penderita
gangguan jiwa dengan masa-
lah perilaku kekerasan

3. 10 Menit Tanya Jawab :


1. Memberi kesempatan bertanya 1. Membeirkan perta-
pada peserta nyaan
2. Menjawab pertanyaan dari peser- 2. Mendengarkan dan
ta memperhatikan
4. 5 Menit Penutup :
1. Feedback materi 1. Menerima
2. Menyimpulkan materi yang 2. Mendengarkan
telah diberikan
3. Mengucapkan terima kasih 3. Menjawba salam
dan salam penutup

VII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat yang telah ditentukan untuk penyuluhan kesehatan
minimal 10 orang
b. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di ruang tungggu ruang rawat jalan RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
c. Sarana dan prasarana memadai
2. Evaluasi Proses
a. Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri
b. Meoderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan
c. Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelasakan mekanisme
penyuluhan
d. Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan
e. Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui peserta
tentang perilaku kekerasan
f. Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk penanganan
perilaku kekerasan di rumah
g. Peserta mengajukan pertanyaan dna menjawab pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami tentang cara membantu sosialisasi (interaksi sosial)
pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit
b. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai dengan yang
diharapkan
c. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Aziz,R,dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Goonohutomo.
Dadang, Hawari. 2001. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Szhizofrenia.
Jakarta : FK UI.
Keliat, Budi Anna, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
WF Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN MATERI

PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak kondusif (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun
orang lain (Toesend,1982). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis
(Keliat, 2009).

B. Tanda dan Gejala


1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar mandir
6. Bicara kasar suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar atau memukul benda/orang lain
9. Merussak barang atau benda
10. Tidak memliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan

C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan yaitu persaan ditolak, dihina atau sanksi
penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah sakit atau diluar rumah,
semua aspek menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima
(permissive).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbic, bolus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan, atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilau kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan , kehilangan
orang yang dicintai / pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.

D. Rentang Respon
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif-mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:
 Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atas
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kekerasan.
 Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melikau
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
 Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perilaku yang
sama dari orang lain.
 Mengantuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.
 Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.

E. Peran Keluarga Dalam Penanganan Perilaku Kekerasan


a. Mencegah terjadinya perilaku untuk:
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antara anggota
keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga
yang berada dalam kesehatan
3) Saling menghargai pendapat pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakuan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaik-baiknya keluarga memberi kesempatan
pada anggota keluarga untuk mengungkapkan perasaanya untuk
membantu klien dalam menyelesaikan maslah yang konstruktif
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat
dalam mempercepat penyembuhan
9) Keluarga dapat mengevalusi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang
telah dilatih di rumah sakit
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien mengendalikan
marah
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobtan anggota
keluarga resiko perilaku kekerasan
12) Keluarga menyiapkan lingkungan dirumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan

b. Mengontrol perilaku kekerasan dengan mengajarkan klien:


1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengungkapkan
apa yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu dan shalat
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur

c. Bila klien dalam PK


Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membentu membawa
klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan utamakan
keselamatan diri klien dan penolong.
DAFTAR HADIR PESERTA

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERAN KELUARGA PADA

PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN

RS ERNALDI BAHAR PROV. SUMSEL

(SENIN, 13 MEI 2019)

NO. NAMA ALAMAT PARAF


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Anda mungkin juga menyukai