Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH

KELOMPOK 20 :

Nuryanti Soamole (20144010029 )

Sri Wahyuni ( 20144010040 )

Vira Anjani (20144010045)

Kelas / Semester : A/3

MK: Keperawatan Medikal Bedah I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH “ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata

kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. kami menyadari, makalah

yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah inI.

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang.............................................................................................4

1.2 tujuan..........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 pengertian batu saluran kemih...................................................................5

2.2 klasifikasi..................................................................................................5

2.3 etiologi......................................................................................................6

2.4 patofisiolgi................................................................................................6

2.5 manifestasi klinis......................................................................................7

2.6 penataklaksanaan......................................................................................8

2.7 asuhan keperawatan..................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah terbentuknya batu yang disebabkan

olehpengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau

karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. Batu saluran kemih sudah diderita

manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan dengan adanya batu saluran kemih pada mummi

Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Hippocrates yang merupakan bapak ilmu

kedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi tentang penyakit batu ginjal disertai abses ginjal dan

penyakit Gout (Menon et al., 2002). Meskipun penyakit batu saluran kemih ini telah lama

dikenal sejak zaman Babilonia dan pada zaman Mesir kuno, namun hingga saat ini masih

banyak aspek yang dipersoalkan karena pembahasan tentang diagnosis, etiologi, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan hingga pada aspek pencegahan masih belum tuntas (Purnomo,

2011).

1.2. Tujuan

Maksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih bnyak lagi tentang

penyakit Batu Saluran Kemih dan mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit tersebut

serta pembuatan Asuhan Keperawatan mengenai klien dengan Batu Saluran Kemih.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Batu Saluran Kemih

1. Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan

substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain

yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008).

2. Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti batu

yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan

saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih

dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk dari

pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein (Chang, 2009 dalam Wardani,

2014)

2.2. Klasifikasi

 Klasifikasi batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran

 Lokasi

 karakteristik pencitraan sinar X

 etiologi terbentuknya batu

 komposisi batu

 risiko kekambuhan.

 Ukuran batu biasanya diklasifikasikan dalam 1 atau 2 dimensi, yang dibagi menjadi

beberapa ukuran, yaitu 5, 5-10, 10-20, dan >20 mm.


 Berdasarkan letak batu dibagi menjadi lokasi, yaitu kaliks ginjal superior, medial, atau

inferior, pelvis renal, ureter proksimal atau distal.

2.3. Etiologi

Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu saluran kemih

diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor intrinsic

Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar dari pada

perempuan.

2. Faktor ekstrinsik

Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan kalsium

mempermudah terjadinya batu).

2.4. Patofisiologi

Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang

mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada

umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi

menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui

saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli

merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan dari 19 beberapa tipe. Sekitar 80% batu

salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009 menyatakan bahwa

sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik.

Teori terbentuknya batu antara lain :

1. Teori Inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti. Substansi

organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah

kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu.

2. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam

urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang

bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin yang

bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

4. Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,

magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

2.5.Menifestasi Klinis

Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih sangat

ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini
mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat

juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Batu

pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umumnya gejala

batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang

ditemui antara lain :

 Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam

 bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya

pionefrosis.

 Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin

terabany ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.

 Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal

yang terkena.

 Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.

 Gangguan fungsi ginjal

 Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.

2.6. Penatalaksanaan

tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi, mengobati

infeksi, menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi

kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

 Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
 Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri, obstruksi

disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal.

 Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.

 Mencari latar belakang terjadinya batu.

 Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi

Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah diantaranya

sebagai berikut :

 Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa sistostomy yang

ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui insisi supra pubis.

 Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada di uretra.

2.7. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status

perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Status kesehatan saat ini

 Keluhan Utama :

Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih sedikit,

hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana kuning keruh, sulit

untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,

dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik

uretra, nyeri waktu kencing dan demam.

 Riwayat Kesehatan Dahulu :

Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder tanpa

batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.

 Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.

 Riwayat Kesehatan Lingkungan :

Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu dikaji

juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.

3. Pengkajian Kebutuhan Dasar

 Kebutuhan Oksigenasi :

Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan ekspirasi

dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

 kebutuhan Nutrisi dan Cairan :

Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau

fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum, terjadi distensi

abdomen, penurunan bising usus.


4.Kebutuhan Eliminasi

Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran

urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan dorongan ingin

berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan

5.pola berkemih

 Kebutuhan Aktivitas dan Latihan :

Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar suhu

tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera

pada medulla spinalis.

 Kebutuhan Istirahat dan Tidur :

Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.

 Kebutuhan Persepsi dan Sensori :

Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.

 Kebutuhan Kenyamanan :

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu misalnya

pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen dan

turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis

atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau

tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.

 Kebutuhan Personal Hygiene :

Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
 Kebutuhan Informasi :

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses penyakit

dan penatalakasanaan.

6. Pengkajian Fisik

 Status kesehatan umum :

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-

tanda vital.

 Pemeriksaan Kepala ;

Bentuk kepala mesochepal.

 Pemeriksaan Mata :

Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.

 Pemeriksaan Hidung :

Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.

 Pemeriksaan Telinga :

Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran

 Pemeriksaan Gigi dan Mulut :

Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya

kering, pucat.

 Pemeriksaan Leher :

Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja

jantung.

 Pemeriksaan Jantung :

Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.


 Pemeriksaan Paru :

pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal

 Pemeriksaan Abdomen :

Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi ginjal

dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada

sisi sakit akibat hidronefrosis.

 Pemeriksaan Genitalia :

Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan

sering miksi

 Pemeriksaan Ekstremitas :

Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi

duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan permebilitas membran, peradangan saluran kemih

ditandai dengan nyeri

3.Intervensi Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol.

Kriteria hasil : Tidak nyeri pada saat berkemih

1. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran.


2. Perhatikan tanda non-verbal, contohnya peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih,

dan menggelepar.

3. Pantau haluaran urin terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih

4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur.

4. Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi

yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi, dapat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang

telah diberikan dan menetapkan apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung

proses evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta : EGC

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan PT EGC, Jakarta.

Doenges, et, al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, PT EGC, jakarta.\

Soeparman, ( 1990 ), Ilmu Penyakit Dalam Jillid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai