Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah serta karunianya sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Diabetes Mellitus.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar kami,
dan pembimbing kami yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan kami yang masih terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak kami harapkan.
Penyusun
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Diabetes militus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum
terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan
dan edukasi perawatan mandiri kepada pasien. Namun, bergantung pada
tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien dapat
sangat berbeda. (Priscilla LeMone, Karen M, dan Gerene B. 2017)
Diabetes militus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),
disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin.
(Tarwoto, 2012)
2. Etiologi
a. DM tipe 1
Diabetes tipe 1 banyak diderita oleh anak-anak dapat disebabkan
oleh faktor genetik. Faktor lingkungan seperti virus juga bisa memicu
proses autoimun yang merusak sel beta pankreas. Diabetes melitus ini
ditandai dengan destruksi sel beta pankreas, mengakibatkan defisiensi
insulin absolut. (Tarwoto, 2012)
b. DM tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe DM yang paling banyak terjadi. Tipe ini
disebabkan karena faktor genetik maupun faktor lingkungan. Obesitas
adalah faktor utama 85% dari seluruh orang dengan DM tipe 2. Pada
umumnya DM tipe 2 biasanya terdiagnosis setelah berusia 40 tahun
dan lebih sering dialami oleh golongan dewasa tua, dewasa obesitas,
dan beberapa populasi etnik dan ras tertentu. (James A, Fain. 2012)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi :
a. Poliuria, polyphagia dan podipsia yang disebabkan oleh osmolaritas
serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang tinggi
b. Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang terjadi)
c. Penurunan berat badan
d. Patirasa (baal) dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf
e. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen
f. Mual, diare, atau konstipasi
g. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal pada
kulit
h. Infeksi kandida yang rekuren pada vagina atau anus. (Tarwoto, 2012)
4. Patofisiologi
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan insulin tidak diproduksi lagi. DM tipe 1 biasanya
disebabkan oleh genetik, virus, autoimun dan idiopatik (tidak diketahui
penyebabnya). 90% kasus DM tipe 1 diperantara imun. Penyakit ini dimulai
dengan insulitis, suatu proses inflamatrik kronik yang terjadi sebagai respon
terhadap kerusakan autoimun sel islet. Destruksi sel beta yang diakibatkan
menyebabkan penurunan sekresi insulin dan akhirnya kekurangan hormon
insulin. Kekurangan insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme protein. Proses
ini terjadi ketika 90% fungsi sel beta rusak (James A, Fain. 2012).
Pada Diabetes mellitus tipe 2, pankreas biasanya menghasilkan insulin
tetapi tubuh resisten terhadap insulin atau terdapat ketidakadekuatan respon
sekresi insulin (tubuh menghasilkan insulin tetapi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh). Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan,
tidak beraktivitas, penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia. Pada
kegemukan insulin mengalami penurunan kemampuan karena pankreas
bekerja setiap waktu untuk menghasilkan insulin untuk memengaruhi
absorbsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan
adiposa. Hiperglikemia meningkat secara perlahan dan dapat berlangsung
lama sebelum DM didiagnosis. Diabetes gestasional disebabkan oleh
hormon yang dihasilkan selama kehamilan. Hormon itulah yang mencegah
insulin bermetabolisme menjadi energi. Hal ini menyebabkan tingkat gula
darah meningkat, dan risiko diabetes pun ikut meningkat.
DM tipe 1 maupun tipe 2 ditandai dengan hiperglikemia yaitu
kenaikan kadar glukosa dalam darah. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruang intraselular ke dalam
sirkulasi umum. Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah
ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik
osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa—
biasanya sekitar 180 mg/dL–- glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu
kondisi yang disebut glukosuria. Penurunan volume intraselular dan
peningkatan haluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering
dan sensor haus diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum
jumlah air yang banyak (polidipsia). Karena glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel tanpa insulin, produksi energi menurun. Penurunan energi ini
menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih banyak (polifagia). Meski
asupan makanan meningkat, berat badan orang tersebut turun saat tubuh
kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan
sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi.
Penglihatan yang buram juga umum terjadi, akibat pengaruh osmotik yang
menyebabkan pembengkakan lensa mata. (Tarwoto,2012)
PATHWAY
Kerusakan sel dan pankreas
Peningkatan osmolaritas
Gula Darah Produksi glukagon dari
akibat glukosa
simpanan protein dan lemak
Asidosis
Penumpukkan BB turun
glikoprotein dinding sel
Fungsi imun
Neuropati diabetik Penyakit terganggu
Retinopati Percepatan
perdarahan kecil Kadar ldl naik
diabetik aterosklerosis
Resiko Infeksi
Neuropati Nefropati diabetik
Ulkus kaki Kebutaan Hipertensi
autonom
diabetik
Penyembuhan luka lambat
Gagal ginjal tahap akhir
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar Glukosa Darah
Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai pedoman
b. Kadar Glukosa Sewaktu (mg/dL)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM Normal
Darah
Sewaktu
Plasma vena >200 100-200 <100
Darah kapiler >200 80-100 <80
Kadar Glukosa Darah Puasa
Kadar glukosa DM Belum pasti DM Normal
Darah Puasa
Plasma vena >120 110-120 <110
Darah kapiler >110 90-110 <90
Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
a) Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa berkisar >140/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200
mg/dl)
c. Tes Laboratorium DM
a) Tes saring
Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah
1) GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu)
2) Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu
(1)Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)
(2)Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase)
b) Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes
Mellitus adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam Post
Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
c) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah
1) Mikroalbuminaria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam postprandial dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
1) <140 mg/dL : normal
2) 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3) ≥200 mg/dL : diabetes (James A, Fain. 2012).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis bagi penderita DM dengan cara
mengembalikan dan memulihkan kadar glukosa darah senormal mungkin
dengan cara penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO), diet yang tepat dan
juga olahraga. Intervensi harus bersifat individual terhadap tujuan kilen,
kebutuhan nutrisi, usia, gaya hidup, aktivitas, maturasi, pekerjaan, tipe DM,
dan kemampuan melakukan keterampilan sesuai rencana penatalaksanaan.
1) Mempertimbangkan nutrisi yang tepat
2) Latihan fisik yang teratur
3) Obat-obatan penurun gula darah
4) Pendidikan kesehatan
5) Monitoring kadar gula darah
Selain itu, untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan pada
pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J (Jumlah, jenis
dan jadwal) diantaranya :
a. J1 (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan
karena sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM
dengan mempertimbangkan kondisi fisik, kondisi kesehatan, usia dan
diabetes secara umum.
b. J2 (waktu) adalah jadwal diet yang diberikan dalam jangka waktu setiap
3 jam. Misalnya dengan cara mengkonsumsi tiga kali makanan utama
dan tiga kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam.
c. J3 (Jenis) adalah jenis makanan juga akan mempengaruhi kadar glukosa
darah pada klien DM. Penderita DM harus memilih dengan tepat jenis
makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini dengan cara menghindari
makanan yang indeksi glikemiknya tinggi seperti gula, cokelat, buah
yang indeks glikemiknya tinggi (Priscilla LeMone, Karen M, dan
Gerene B. 2017).
3) Resiko Infeksi
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Nafsu makan, demam, nyeri, kebersihan badan, cairan berbau busuk,
kultur darah, kulter area luka membaik
Intervensi
Observasi:
Monitor tanda gejala infeksi lokal dansistemik
Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontakdengan pasien dan
lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasienberisiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara memeriksa luka
c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian kolaborasi
4) Gangguan Integritas Kulit
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Intervensi
Observasi:
a. Monitor karakteristik luka
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
c. Bersihkan jaringan nekrotik
d. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
e. Pasang balutan sesuai jenis luka
f. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA