Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG GARDENA RSD


dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :

Ahmad Baihaqi 1440120002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah serta karunianya sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Diabetes Mellitus.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar kami,
dan pembimbing kami yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan kami yang masih terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak kami harapkan.

Patrang, 22 Januari 2023

Penyusun
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Diabetes militus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum
terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan
dan edukasi perawatan mandiri kepada pasien. Namun, bergantung pada
tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien dapat
sangat berbeda. (Priscilla LeMone, Karen M, dan Gerene B. 2017)
Diabetes militus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),
disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin.
(Tarwoto, 2012)

2. Etiologi
a. DM tipe 1
Diabetes tipe 1 banyak diderita oleh anak-anak dapat disebabkan
oleh faktor genetik. Faktor lingkungan seperti virus juga bisa memicu
proses autoimun yang merusak sel beta pankreas. Diabetes melitus ini
ditandai dengan destruksi sel beta pankreas, mengakibatkan defisiensi
insulin absolut. (Tarwoto, 2012)
b. DM tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe DM yang paling banyak terjadi. Tipe ini
disebabkan karena faktor genetik maupun faktor lingkungan. Obesitas
adalah faktor utama 85% dari seluruh orang dengan DM tipe 2. Pada
umumnya DM tipe 2 biasanya terdiagnosis setelah berusia 40 tahun
dan lebih sering dialami oleh golongan dewasa tua, dewasa obesitas,
dan beberapa populasi etnik dan ras tertentu. (James A, Fain. 2012)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi :
a. Poliuria, polyphagia dan podipsia yang disebabkan oleh osmolaritas
serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang tinggi
b. Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang terjadi)
c. Penurunan berat badan
d. Patirasa (baal) dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf
e. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen
f. Mual, diare, atau konstipasi
g. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal pada
kulit
h. Infeksi kandida yang rekuren pada vagina atau anus. (Tarwoto, 2012)
4. Patofisiologi
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan insulin tidak diproduksi lagi. DM tipe 1 biasanya
disebabkan oleh genetik, virus, autoimun dan idiopatik (tidak diketahui
penyebabnya). 90% kasus DM tipe 1 diperantara imun. Penyakit ini dimulai
dengan insulitis, suatu proses inflamatrik kronik yang terjadi sebagai respon
terhadap kerusakan autoimun sel islet. Destruksi sel beta yang diakibatkan
menyebabkan penurunan sekresi insulin dan akhirnya kekurangan hormon
insulin. Kekurangan insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme protein. Proses
ini terjadi ketika 90% fungsi sel beta rusak (James A, Fain. 2012).
Pada Diabetes mellitus tipe 2, pankreas biasanya menghasilkan insulin
tetapi tubuh resisten terhadap insulin atau terdapat ketidakadekuatan respon
sekresi insulin (tubuh menghasilkan insulin tetapi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh). Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan,
tidak beraktivitas, penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia. Pada
kegemukan insulin mengalami penurunan kemampuan karena pankreas
bekerja setiap waktu untuk menghasilkan insulin untuk memengaruhi
absorbsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan
adiposa. Hiperglikemia meningkat secara perlahan dan dapat berlangsung
lama sebelum DM didiagnosis. Diabetes gestasional disebabkan oleh
hormon yang dihasilkan selama kehamilan. Hormon itulah yang mencegah
insulin bermetabolisme menjadi energi. Hal ini menyebabkan tingkat gula
darah meningkat, dan risiko diabetes pun ikut meningkat.
DM tipe 1 maupun tipe 2 ditandai dengan hiperglikemia yaitu
kenaikan kadar glukosa dalam darah. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruang intraselular ke dalam
sirkulasi umum. Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah
ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik
osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa—
biasanya sekitar 180 mg/dL–- glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu
kondisi yang disebut glukosuria. Penurunan volume intraselular dan
peningkatan haluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering
dan sensor haus diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum
jumlah air yang banyak (polidipsia). Karena glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel tanpa insulin, produksi energi menurun. Penurunan energi ini
menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih banyak (polifagia). Meski
asupan makanan meningkat, berat badan orang tersebut turun saat tubuh
kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan
sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi.
Penglihatan yang buram juga umum terjadi, akibat pengaruh osmotik yang
menyebabkan pembengkakan lensa mata. (Tarwoto,2012)
PATHWAY
Kerusakan sel dan pankreas

Gagal produksi insulin Produksi glukagon


&/ resistansi insulin berlebihan
Keton

Peningkatan osmolaritas
Gula Darah Produksi glukagon dari
akibat glukosa
simpanan protein dan lemak
Asidosis

Polidipsia Poliuria Polifagia Napas keton


Ketidakseimbangan
gula darah Pemakaian berlebih
BB turun massa lemak tubuh Kelelahan

Penumpukkan BB turun
glikoprotein dinding sel

Fungsi imun
Neuropati diabetik Penyakit terganggu
Retinopati Percepatan
perdarahan kecil Kadar ldl naik
diabetik aterosklerosis
Resiko Infeksi
Neuropati Nefropati diabetik
Ulkus kaki Kebutaan Hipertensi
autonom
diabetik
Penyembuhan luka lambat
Gagal ginjal tahap akhir
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar Glukosa Darah
Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai pedoman
b. Kadar Glukosa Sewaktu (mg/dL)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM Normal
Darah
Sewaktu
Plasma vena >200 100-200 <100
Darah kapiler >200 80-100 <80
Kadar Glukosa Darah Puasa
Kadar glukosa DM Belum pasti DM Normal
Darah Puasa
Plasma vena >120 110-120 <110
Darah kapiler >110 90-110 <90
Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
a) Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa berkisar >140/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200
mg/dl)
c. Tes Laboratorium DM
a) Tes saring
Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah
1) GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu)
2) Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu
(1)Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)
(2)Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase)
b) Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes
Mellitus adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam Post
Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
c) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah
1) Mikroalbuminaria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam postprandial dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
1) <140 mg/dL : normal
2) 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3) ≥200 mg/dL : diabetes (James A, Fain. 2012).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis bagi penderita DM dengan cara
mengembalikan dan memulihkan kadar glukosa darah senormal mungkin
dengan cara penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO), diet yang tepat dan
juga olahraga. Intervensi harus bersifat individual terhadap tujuan kilen,
kebutuhan nutrisi, usia, gaya hidup, aktivitas, maturasi, pekerjaan, tipe DM,
dan kemampuan melakukan keterampilan sesuai rencana penatalaksanaan.
1) Mempertimbangkan nutrisi yang tepat
2) Latihan fisik yang teratur
3) Obat-obatan penurun gula darah
4) Pendidikan kesehatan
5) Monitoring kadar gula darah
Selain itu, untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan pada
pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J (Jumlah, jenis
dan jadwal) diantaranya :
a. J1 (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan
karena sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM
dengan mempertimbangkan kondisi fisik, kondisi kesehatan, usia dan
diabetes secara umum.
b. J2 (waktu) adalah jadwal diet yang diberikan dalam jangka waktu setiap
3 jam. Misalnya dengan cara mengkonsumsi tiga kali makanan utama
dan tiga kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam.
c. J3 (Jenis) adalah jenis makanan juga akan mempengaruhi kadar glukosa
darah pada klien DM. Penderita DM harus memilih dengan tepat jenis
makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini dengan cara menghindari
makanan yang indeksi glikemiknya tinggi seperti gula, cokelat, buah
yang indeks glikemiknya tinggi (Priscilla LeMone, Karen M, dan
Gerene B. 2017).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas
Diabetes tipe 1 terjadi pada seseorang yang anggota keluarganya
memiliki riwayat diabetes. DM tipe 1 biasanya mulai terdeteksi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM yang paling umum yang
sering terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih khas pada dewasa tua,
dan biasanya disertai obesitas. Sedangkan diabetes gestasional
merupakan tipe DM yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.
(Tarwoto, 2012)
2) Status kesehatan saat ini
a) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri dan
luka.
b) Alasan masuk rumah sakit
Penderita dengan diabetes mellitus biasanya akan ke rumah sakit
dengan berbagai komplikasi yang dideritanya seperti gangren,
hipoglikemia, hipertensi, stroke, penyakit jantung.
c) Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang dilakukan penderita untuk mengobatinya (James A, Fain.
2012).
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a) Riwayat penyakit sebelumnya
Terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit – penyakit
lain yang mendukung terjadinya defisiensi insulin seperti penyakit
pancreas. Terdapat riwayat penyakit penunjang seperti jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
diterapkan maupun obat – obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
b) Riwayat penyakit keluarga
Dilihat dari data genogram atau silsilah keluarga, umumnya ada salah
satu anggota keluarga yang juga menderita Diabetes Mellitus atau
penyakit keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin.
Contohnya adalah hipertensi, jantung.
c) Riwayat pengobatan
Penderita diabetes mellitus biasanya bergantung pada pemberian
insulin eksogen harian atau obat antidiabetes oral untuk
mengendalikan kadar gula darahnya (Priscilla LeMone, Karen M, dan
Gerene B. 2017).
4) Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum
a) Kesadaran
Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis
(kesadaran penuh) dan terjadi hipoglikemia akut karena
ketidaktepatan dalam pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya
juga mengalami tremor, pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi
(Takikardia) (Tarwoto, 2012).
b) Tanda-tanda vital
Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi.
2) Body system
a) System pernafasan
Terdapat sputum, batuk, nyeri pada dada, sesak nafas dan adanya
suara tambahan. Pada klien dengan Diabetes Mellitus rentan
mengalami infeksi yang menganggu system pernafasannya
b) System kardiovaskular
Keefektifan perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi atau brakikardi, hipertensi atau hipotensi,
aritmia dan kardiomegalis(pembesaran jantung.
c) System persarafan
Adanya penurunan pada sensoris, terasa paresthesia (kesemutan),
karena gula darah yang tinggi dapat merusak saraf yang mengirim
sinyal dari tangan dan kaki, letargi, mengantuk, respon reflek
melambat dan disorientasi karena kerusakan syaraf di cerebral.
d) System perkemihan
Adanya Poliuri(urin berlebihan) disebabkan kadar gula darah yang
berlebihan sehingga merangsang tubuh untuk mengeluarkannya
melalui urine, retensi urine yang disebabkan karena gangguan syaraf
yang mengatur keluaran urine akibat kadar gula darah yang tinggi,
rasa panas disertai sakit saat berkemih jika terdapat infeksi saluran
kemih.
e) System pencernaan
Adanya polifagi (makan berlebihan) yang disebabkan berkurangnya
energi dalam tubuh karena tubuh yang tidak bisa mengolah glukosa,
peningkatan rasa haus (polidipsi) akibat tubuh berusaha menghindari
kekurangan cairan, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, berat
badan menurun, dan terjadi peningkatan angka lingkar abdomen,
obesitas.
f) System integument
Turgor pada kulit menurun akibat dehidrasi, terdapat ulkus atau
menimbulkan kehitaman bekas luka akibat infeksi yang lambat
disembuhkan, kelembaban dan suhu kulit di area sekitar ulkus dan
gangrene teraba hangat, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
g) System muskuloskletal
Terdapat penyebaran lemak yang berkurang akibat metabolisme
lemak, penyebaran massa otot, cepat lemah, lelah akibat penurunan
energi, nyeri adanya gangrene di ekstremitas.
h) System endokrin
Pada DM terjadi defisiensi insulin diakibatkan oleh destruksi sel beta
pancreas dan juga terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin (resistensi insulin). (Tarwoto, 2012)
2. Diagnosa keperawatan
Menurut PPNI (2016) diagnosa keperawatan diabetes mellitus antara lain :
1) Ketidakseimbangan kadar gula darah
2) Deficit nutrisi
3) Resiko infeksi
4) Gangguan integritas kulit
5) Hipertensi
A. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Definisi:variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
Penyebab: Hiperglikemia (disfungsi pankreas. Resistensi insulin,
gangguan toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa).
Hiperglikemia (Penggunaan insulin atau obat oral glikemik oral,
hiperinsulinemia (mis. Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan
adrenal atau pituitari), disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen
farmakologis, tindakan pembedahan neoplasma, gangguan metabolik
bawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan
penyimpanan glikogen))
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : Hipolgikemia : mengantuk, pusing. Hiperglikemia : lelah dan
lesu
Objektif :Hipoglikemia : gangguan koordinasi, kadar glukosa dalam
darah/urin rendah. Hiperglikemia : kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
Gejala dan tanda minor :
Subjektif : Hipoglikemia :palpitasi, mengeluh lapar. Hiperglikemia :
mulut kering, haus meningkat.
Obejektif :Hipoglikemia:gemetar, kesadaran menurun, perilaku aneh,
sulit bicara, berkeringat. Hiperglikemia : Jumlah urin meningkat.
Kondisi klinis terkait : Diabetes Melitus, ketoasidosis diabetik,
hipoglikemia, hiperglikemia, diabetes gestasional, penggunaan
kortikosteroid, nutrisi parenteral total (TPN)
B. Defisit nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolism
Penyebab : Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan
mencerna makanan, Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, Peningkatan
kebutuhan metabolism, Faktor ekononi dan Faktor psikologis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram atau nyeri abdomen,
Nafsu makan menurun
Objektif : Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menalan
lemah, Membrane mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin menurun,
Rambut rontok berlebihan, Diare
Kondisi Klinis Terkait : Stroke, Parkinson, Mobius syndrome, Cerebral
palsy, Cleft lip, Clef palate, Amyotropic lateral sclerosis, Kerusakan
neurovascular, Luka bakar, Infeksi, Kanker, AIDS, Penyakit crohn’s
(PPNI, 2017).
C. Resiko Infeksi
Definisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor risiko
1) Penyakit kronis (misal. Diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja
siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
merokok, statis cairan tubuh.
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak
adekuat.
Kondisi klinis terkait : AIDS, luka bakar, penyakit paru obstruktif kronis,
diabetes melitus, tindakan invasif, kondisi penggunaan terapi steroid,
penyalahgunaan obat, ketuban pecaah sebelum waktunya (KPSW),
Kanker, Gagal ginjal, Imunosupresi, Lymphedema, Leukositopenia,
gangguan fungsi hati.
D. Gangguan Integritas Kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan atau ligament)
Penyebab : Perubahan sirkulasi, Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau
kekurangan), Kekurangan atau kelebihan volume cairan, Penurunan
mobilitas, Bahan kimia iritatif, Suhu lingkungan yang eksteme, Faktor
mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor
elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi), Efek samping
terapi radiasi, Kelembaban, Proses penuaan, Neuropati perifer, Perubahan
pigmentasi, Perubahan humoral, Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan atau melindungi integritas jaringan.
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subyektif : -
2) Obyektif : Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, Hematoma
Kondisi Klinis terkait : Imobilisasi, Gagal jantung kogestif, Gagal ginjal,
Diabetes mellitus, Imunodefisiensi (contoh AIDS). (PPNI, 2017).
3. Intervensi
1) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Mengantuk,Pusing,lelah, Keluhan lapar, gemetar, kesadaran, berkeringat,
mulut kering, rasa haus, perilaku aneh, kadar glukosa dalam darah, kadar
glukosa dalam urine membaik.
Intervensi
Observasi
a. Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
b. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
(mis. penyakit kambuhan)
c. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
d. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia,
polivagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
e. Monitor intake dan output cairan
f. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan
darah ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
d. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
c. Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
2) Devisit Nutrisi
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Porsi makanan yang dihabiskan, kekuatan otot pengunyah, kekuatan otot
menelan, perasaan cepat kenyang, nyeri abdomen, sariawan, rambut
rontok, diare, BB, IMT, frekuensi makan, nafsu makan, bising usus, dan
membrane mukosa membaik.
Intervensi
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu. (PPNI, 2016)

3) Resiko Infeksi
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Nafsu makan, demam, nyeri, kebersihan badan, cairan berbau busuk,
kultur darah, kulter area luka membaik
Intervensi
Observasi:
Monitor tanda gejala infeksi lokal dansistemik
Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontakdengan pasien dan
lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasienberisiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara memeriksa luka
c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian kolaborasi
4) Gangguan Integritas Kulit
Tujuan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kadar
glukosa dalam darah membaik. Dengan kriteria hasil:
Intervensi
Observasi:
a. Monitor karakteristik luka
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
c. Bersihkan jaringan nekrotik
d. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
e. Pasang balutan sesuai jenis luka
f. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

James A, Fain. (2012). Master Plan Kegawat Daruratan Medik. Tanggerang:


Binarupa Aksara.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Priscilla LeMone, K. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.


Jakarta: EGC.

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai