Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS NY.

U DENGAN DIAGNOSA MEDIS


KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD) DI RUANGAN ICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH IBNU SINA GRESIK

Nama: Maria yesafilda Ndau


Nim: 2018.01.018

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA NY.U DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT KETOASIDOSIS


DIABETIK

DI RUANG ICU RUMAH SAKIT IBNU SINA GERSIK

Disusun untuk memenuhi syarat sidang skripsi pada Prodi S1


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth
Surabaya.

OLEH:
MARIA YESAFILDA NDAU
2018.01.018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Pertama – pertama penulis ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan


Yang Maha Esa atas kasih karunia, rahmat dan bimbingan_Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Pada Ny. U Dengan Diagnosa Medis Ketoasidosis Diabetik (KAD)”
dengan baik.
Asuhan keperawatan ini dibuat demi pemenuhan dari tugas Lab. Klinik di
ruang perawatan intensif. Selain itu, asuhan keperawatan ini juga digunakan
sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa dan pembaca dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan KAD.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis mendapatkan banyak
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucaapkan banyak terima kasih kepada:
1. Hendro Djoko Tj., M. Kes.,Ns.Sp.Kep.M.B selaku pembimbing akademik
yang banyak memberikan arahan bagi penulis
2. Nurud Diyanah, S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik yang membantu
penulis dalam menyelesaikan askep ini
3. Teman – teman SI Keperawatan STIKES William Booth Surabaya
angkatan 5, dan
4. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan asuhan
keperawatan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusun asuhan keperawatan ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tugas yang
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan informasi ke semua pihak. Terima kasih.

Surabaya, Januari 24

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian
yang masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada
mereka dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada
diabetes melitus tipe 1. (Savitri. 2003). Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh
penurunan kadar insulin efektif disirkulasi yang terkait dengan peningkatan
sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth
hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak dengna Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM).
Mortalitas terutama berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar
57% - 87% dari seluruh kematian akibat KAD. (Savitri. 2013).
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko
meningkat dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah
mengalami episode KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi
pada beberapa keadaan yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat,
infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang
tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah. (Savitri. 2013).
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan
ketosis. Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi.
Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh,
pada sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap.
Mengingat masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan
prosedur atau konsensus yang terus berkembang dalam penatalaksanaan
ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana
metode tatalaksana terkini dalam menangani ketoasidosis diabetik. (Savitri.
2013).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui dan
membahas tentang Keto Asidosis Diabetikum (KAD)
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang Keto Asidosis Diabetikum (KAD)
b. Tujuan khusus
Mengetahui pengertian, penyebab, manisfestasi klinis, Penatalaksanaan
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Keto Asidosis Diabetikum
(KAD)
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetic (KAD) Merupakan koplikasi akut diabetes melitus
yang di tandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis.
Ketoasidosis diabetic merupakan akibat dari definisi berat insulin, dan di
sertai gangguan metabolism protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin KAD dan hipoglikemia merupakan koplokasi akut
diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.
Akibat di uresis osmotic, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan
bahkan dapat sampai menyebabkan syok (Kitabichi Dkk,2010).
2.2 TANDA DAN GEJALA KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari
24 jam. Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya
terjadi beberapa hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah
dan nyeri perut. Nyeri perut sering disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'.
Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen,
gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus),
dehidrasi dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan
turgor, hipotensi dan takikardi). Tanda lain adalah :
a. Sekitar 80% pasien DM ( komplikasi akut )
b. Pernafasan cepat dan dalam ( Kussmaul )
c. Dehidrasi ( tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering )
d. Kadang-kadang hipovolemi dan syok
e. Bau aseton dan hawa napas tidak terlalu tercium
f. Didahului oleh poliuria, polidipsi.
g. Riwayat berhenti menyuntik insulin
h. Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut
2.3 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80%
dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini
penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati

Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:

1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui


bahwa jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang
mendasari infeksi.
2. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
3. Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
4. Kardiovaskuler : infark miokardium
5. Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik. (Samijean Nordmark,2011)\
2.4 Phatway

Asupan insulin tidak cukup atau infeksi

Sel beta pancreas rusak atau terganggu

Produksi insulin

Glucagon
Lipolisisis
Glukposa
hiperglikemi intrasel
Hiperosmalalitas menurun As. Lemak bebas

glukosa
Proses As. Lemak teroksidasi
Koma
pembentukan
Diuresis osmotik energi tergangu
ketonemia

glukosuri Kalori keluar Kelelahan atau


ketonuri
kelitihan

poliuri Rasa lapar ketoasiadosis

polifagi
Dehidrasi Asidosis metabolisme
Rasa haus

Deficit Nutrisi CO2 meningkat


Kurangnya volume cairan elektrolit
folidipsi
PCO2 Meningkat

Napas cepat dan dalam

Pola nafas tidak efektif


2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari
24 jam. Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya
terjadi beberapa hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah
dan nyeri perut. Nyeri perut sering disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'.
Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen,
gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus),
dehidrasi dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan
turgor, hipotensi dan takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam
(Kussmaul) yang merupakan kompensasi hiperventilasi akibat asidosis
metabolik, disertai bau aseton pada napasnya.
1. Sekitar 80% pasien DM ( komplikasi akut )
2. Pernafasan cepat dan dalam ( Kussmaul )
3. Dehidrasi ( tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering )
4. Kadang-kadang hipovolemi dan syok
5. Bau aseton dan hawa napas tidak terlalu tercium
6. Didahului oleh poliuria, polidipsi.
7. Riwayat berhenti menyuntik insulin
8. Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG KETOASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD)
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah
dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000
mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami
asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200
mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai
400-500 mg/dl.
b. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler.
Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat
natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa
turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem
di tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH
yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam
darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan
kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau
ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (AGD).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada
tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah
dari pH 0,03 pada AGD.
g. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
h. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti
respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol /
L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan
kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
i. Urinalisis
(UA) Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk
mendeteksi infeksi saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada
dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg
H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka
pasien jatuh pada kondisi koma.
k. Fosfor Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat. Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN)
dan Hb juga dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi
dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus
berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi
renal.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
f. Aseton plasma: Positif secara mencolok
g. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
h. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun
i. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
j. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik
k. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis,
hemokonsentrasi
l. Ureum/creatinin: meningkat/normal
m. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS KETOASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD)
Tujuan penatalaksanaan :
a. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi)
b. Menghentikan ketogenesis (insulin)
c. Koreksi gangguan elektrolit,
d. Mencegah komplikasi
e. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
2.8 KOMPLIKASI KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila
penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya
terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai
naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus
melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan
gagal jantung kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa
mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa
stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat
dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai
komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot
jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini
merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi
dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala
yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-
kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk
menambah tekanan darah.
2.9 Asuhan Keperawatan KAD
1. Data Fokus Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan:
a. Chin lift / jaw trust
b. Suction / hisap
c. Guedel airway
d. Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah
a. Awake :A
b. Respon bicara :V
c. Respon nyeri :P
d. Tidak ada respon :U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan
b. Pengkajian Sekunder
1) Anamnesis :
a. Riwayat DM
b. Poliuria, Polidipsi
c. Berhenti menyuntik insulin
d. Demam dan infeksi
e. Nyeri perut, mual, mutah
f. Penglihatan kabur
g. Lemah dan sakit kepala
2) Pemeriksan Fisik :
a) Data subyektif
a. Riwayat penyakit sekarang Datang dengan atau tanpa keluhan
Poliuria, Poliphagi,lemas, luka sukar sembuh atau adanya koma
atau penurunan kesadaran dengan sebab tidak diketahui. Pada
lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau retinophati serta
penyakit pembuluh darah.
b. Riwayat penyakit sebelumnya mungkin klien telah menderita
penyakit sejak beberapa lama dengan atau tanpa menjalani
program pengobatan. Penyakit paru, gangguan kardiovaskuler serta
penyakit neurologis serta infeksi atau adanya luka dapat
memperberat kondisi klinis.
c. Riwayat penyakit keluarga penyakit diabetik dikenal sebagai
penyakit yang diturunkan (herediter) walaupun gejala tidak selalu
muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak kecil (kongenital).
Genogram mungkin diperlukan untuk menguatkan diagnosis.
d. Status metabolic Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,
infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan
dengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi
lain yang mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau
obat anti hiperglikemik oral.
b) Data Obyektif : 1)
1. Aktivitas / Istirahat
 Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur
 Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi /disorientasi, koma
2. Sirkulasi
 Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
 Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas/ Ego
 Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
 Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
 Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.
 Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
 Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)
 Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis,
bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
 Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
 Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks
tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
7. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
 Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati
8. Pernapasan
 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
 Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
 Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk
otototot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
10. Seksualitas
 Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
 Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan
kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
respirasi ditandai dengan pernafasan kusmaul.
b) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
c) Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
pola nafas tidak efektif Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor pola nafas
( frekuensi, kedalam,usaha
nafas)
2. Monitor adanya produksi
sputum
3. Monitor sputum
( jumlah,warna, aroma)
4. Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
5. Auskultasi bunyi nafas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
8. Informasikan hasil
pemantauan

Perubahan nutrisi
Manajemen Nutrisi (I. 03119)

Observasi      

1. Identifikasi status nutrisi  


2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan  
3. Identifikasi makanan yang
disukai  
4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient  
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik  
6. Monitor asupan makanan  
7. Monitor berat badan  
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu    
10. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)  
11. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makan tinggi serat
untuk  mencegah konstipasi  
13. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein  
14. Berikan suplemen makanan,
jika perlu  
15. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi

Kolaborasi

16. Kolaborasi pemberian


medikasi sebelum makan 
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi
17. dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah  kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu      
BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Nama Mahasiswa : Maria yesafilda Ndau NIM : 2018.01.012
Pengkajian Tanggal : 18 Januari 2022 Alo/auto :
Tanggal MRS : 11 Januari 2022 Jam :11.19 WIB
Ruangan/No. Bed : ICU No.RM : 805104
Dx Masuk/Medis : KAD No.Reg : xxxxxx
Peritonitis + perforasi gaster

A. Identitas
Nama : Ny.U
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gresik
Golongan Darah :O
Genogram:

Ny.u

Ny.u

B. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama : Sesak Nafas
2. Riwayat penyakit saat ini : Pasien datang ke IGD dengan keluhah
sesak nafas dan kelihangan kesadaran. Perawat membawa pasien ke ICU
pada saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan sesak nafas sejak
kemarin, pasien mengatakan nyeri di kaki dan terdapat luka dikaki kanan
pasien. Saat di lakukan pemeriksaan terdapat luka ulkus dan luka terbuka
di kaki sebelah kanan px, luas luka 4 cm, kaki px terlihat bengkak, dan
warna di sekitar luka px sedikit menghitam,ntercium bau khas namum
tidak menyengat.
3. Riwayat penyakit dahulu :
a. Pernah dirawat : Tidak Diagnosa: Tuberkulosis
b. Penyakit kronik dan menular : Iya, Jenis: DM
Berobat/kontrol : tahun 2011 terapi obat selama 6
bulan
c. Alergi : Tidak
d. Operasi : Tidak
4. Penyakit yang pernah di derita keluarga : DM
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tanda vital : TD: 150/84 mmHg Nadi: 143 x/menit Suhu: 36 C
RR: 29X/menit SpO: 100%
c. Kesadaran : Compos Mentis, GCS: 456
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
a. Pernapasan/Breath (B1)
1) Bentuk dada : Normochest
Keluhan : sesak
Batuk : tidak produktif
Secret/jumlah : tidak ada
Warna : tidak ada
2) Ekspansi paru : Simetris
3) Irama nafas : Tidak Teratur
4) Jenis : kusmaul
5) Suara nafas : serak/parau
6) Alat bantu nafas : ya jenis:non rebreathing, Flow 10 lpm
7) Deviasi trakea : tidak ada
8) Pernafasan cuping hidung : ya
9) Retraksi supraclavikula : ya
10) Retraksi otot intercostalis/otot bantu nafas : ya
11) Perkusi dada : sonor/resona
12) Sianosis : tidak ada
13) Peningkatan tekanan vena jugularis : tidak ada
14) Clubbing fingers : tidak ada
Masalah Keperawatan: Pola Nafas tidak efektif
b. Kardiovaskular/Blood (B2)
1) Keluhan nyeri dada : tidak ada
2) Lokasi nyeri: - intensitas/frekuensi: -
3) Kualitas nyeri: - waktu: -
4) Irama jantung: regular
5) Edema: tidak ada
6) Syncope: tidak ada
7) Hipotensi orthostatic/orthopnoe: tidak ada
8) CRT: > 3 detik
9) Akral: hangat
10) JVP: normal
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Persyarafan/Brain (B3)
GCS: Eye: 3 Verbal: 2 Motorik; 5 Total: 10
1) Keluhan pusing/vertigo: tidak ada
2) Pupil : isokor
3) Konjungtiva: anemis
4) Gangguan pandangan : tidak ada
5) Gangguan pendengaran : tidak ada
6) Gangguan tidur : ya
7) Gangguan syaraf cranials: tidak ada
8) Gangguan memori/ingatan: tidak ada
9) Afasia motoric/sensorik: tidak ada
10) Gangguan penciuman/pengecapan: tidak ada
11) Neuropati: tidak ada
12) Kejang: tidak ada
13) Battle sign : tidak ada
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
d. Perkemihan/Bladder (B4)
1) Kebersihan : -
2) Produksi urin: jumlah: 600cc ml/hari/jam warna: kuning, bau:
khas
3) Alat bantu kateter: iya dipasang tanggal: 11-1-2022 ukuran: 16
4) Kandung kencing: membesar: tidak, nyeri tekan: tidak
5) Intake cairan: oral: 2.200 cc/hari parenteral: 2050 cc/hari
Infus pz 1000 ng +maintenanze infus 1000mg =2000
Inj santalgesik = 3 x1 mg =15
Inj Insulin = 5ml =5
Inj tomit =3x 1 =15
Inj Clareksi = 3x1 =15
Pmp Insulin 20 unit/jam =20 x 24 jam =480
1 jam 100unit =480/100
= 4,8
Jumlah = 2.050
RMS : 15 x BB/24
Input = Output
Oral + Paratenral = Urin + IWL
2.200+2050 = 600 +75
4.250 = 675
3.575
Masalah Keperawatan: Hipervolemi
e. Pencernaan/Bowel (B5)
1) Mulut: kotor
2) Mukosa: Lembab
3) Gigi: lengkap
4) Tenggorokan: -
5) Abdomen: -
Nyeri tekan: -
Luka operasi: -
Jenis operasi: - lokasi: -
Keadaan:- drain: -
6) Peristaltik: 2x/menit
7) BAB: 1x sehari terakhir tanggal: 1-1-2022 (melena)
8) Diet : padat jenis: nasi
9) Nafsu makan: menurun
10) Porsi makan: tidak habis keterangan: -
11) NGT: -
12) Mual/muntah: -
13) Strie: tidak ada
14) Psoas sign: tidak ada
15) Obsturator sign: tidak ada
16) Lainnya:
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
f. Muskuloskeletal/Bone (B6)
1) Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
2) Kekuatan otot:
5 5
3 5

3) Kelainan ekstremitas: tidak ada


4) Kelainan tulang belakang: tidak ada
5) Fraktur: tidak ada
6) Traksi/spalk/gips: tidak ada
7) Kompartemen syndrome: tidak ada
8) Turgor : menurun warna kulit: kemerahan
9) Luka: jenis: DM Ulkus Pedis luas: ± 4cm
10) Edema: iya lokasi: kaki Kanan
11) Lain-lain: terdapat Luka kaki kanan pasien berwarna hitam
kemerahan, luas luka ± 4cm dan aktifitas perlu bantuan
Masalah Keperawatan: Resiko infeksi
g. Endokrin
1) Tyroid membesar: tidak ada
2) Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
3) Hiperglikemi: ya
4) Hipoglikemi: ya
5) Luka gangrene: ya
Masalah Keperawatan: ketidak stabilan kadar Glukosa
darah/Ketidakstabilan Gula Darah
h. Personal hygiene
1) Mandi: 1x sehari
2) Sikat gigi: -
3) Keramas: -
4) Memotong kuku: -
5) Ganti pakaian: -
6) Merokok: tidak
7) Alcohol: tidak
8) Lainnya: -
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan
D. Pemenuhan Psiko-sosio-spiritual
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya: gelisah
3. Reaksi saat interaksi: Tidak kooperatif
4. Orang yang paling dekat: keluarga
5. Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: -
6. Kegiatan ibadah:
Sebelum sakit: sering
Selama sakit: tidak pernah
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
E. Data Penunjang
Pemeriksaan Lab :
Pemeriksaan Khusus Hasil Normal
Analisa tas darah - -
Suhu badan 37 -
FO2 0,4 -
PH 7,13 7,3-7,45
PCo2 43 35,0 – 45,0
HCO3 13,8 21,0-25,0
PO2 38,0 71-104
Base Excess 14,6 (-2) - 3
SO2 99 94,0-96,0
 Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 14 11,0-16,5
Leukosit H 34,28 4-10
Hematokrit 44,1 35 - 45
Trombosit H 520 150- 450
Eritrosit H 5,69 4-5
F. Terapi/Tindakan Lain
1. maintenanze infus 1000mg
2. Inj santalgesik = 3 x1 mg
3. Inj Insulin = 5ml
4. Inj tomit =3x 1
5. Inj Clareksi = 3x1
G. Daftar Masalah
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan integritas kulit
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
H. Diagnose Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d peningkatan respirasi di tandai dengan
pernafasan kusmaul
2. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan dan lapisan kulit di
tandai dengan kemerahan, nyeri, pendarahan
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d diabetes melitus di tandai dengan
rasa haus, kesulitan berbicara, mulut kering, pusing, kesadaran menurun,
kadar glukosa darah memburuk, kadar glukosa urin menurun
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: (pasien lemah) Asupan insulin tidak cukup
DO:
- Pernafasan Sel beta pancreas rusak/terganggu
kusmaul
- Pasien sesak Penurunan produksi insulin
Pola nafas tidak
nafas
- RR : 30 Glucagon meningka efektif
- Lekosit 34,28
Lypolisis meningkat

Asam lemak bebas meningkat

Asam lemak teroksidasi

Ketonemia

Ketonaturi

Ketosidosis

Asidosis metabolisme

CO2 meningkat

Pola nafas tidak efektif


DS: (Pasien dalam Makroagi opatinpembulh darah
keadaan lemah)
DO: Penyumbatan pembuluh darah
- Terdapat luka besar/asteroski erosis
ulkus da luka
Sirkulasi jaringan menurun Resiko Infeksi
terbuka di kaki
sebelah kanan
- Luas luka iskemik

kurang lebih 4
Nekrosis jaringan
cm
- Warna sekitar
Ulkus Diabetik
luka sedikit
menghitam
Resiko Infeksi
- Tercium bau
khas namun
tidak menyengat
- Lekosit 34,28
DS: - Factor resiko ( genetic, sering makan, Ketidak stabilan
DO: tidak pernah olahraga) kadar glukosa
1. Hiperglikemia darah
- Lelah atau lesu Sel pancreas terganggu
- Kadar glukosa \
dalam darah Produksi insulin menurun
tinggi
- Haus meningkat Glikogen meningkat

- Jumlah urin
meningkat Hiperglikemi

- Mulut kering
Tubuh gagal meregulasi hiperglikemi
- Kesulitan
berbicara
Ketidakstabilan kadar glukosa
- RR 30
- TD : 150/84
- N : 143
- Lekosit 34,28

3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa, tujuan, kriteria Intervensi
hasil
Pola nafas tidak efektif Pemantauan respirasi
Tujuan: Observasi
Setelah dilakukan 9. Monitor pola nafas ( frekuensi,
Tindakan keperawatan 2x kedalam,usaha nafas)
24 jam pola nafas pasien 10. Monitor adanya produksi sputum
membaik 11. Monitor sputum ( jumlah,warna, aroma)
Kriteria Hasil ( L01004): 12. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Penggunaan otot 13. Auskultasi bunyi nafas
bantu nafas 14. Monitor saturasi oksigen
menurun 15. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
- Frekuensi nafas kondisi pasien
membaik 16. Informasikan hasil pemantauan
- Dipsnea/sesak
nafas menurun
- Kedalaman nafas
membaik
- Kesulitan bernafas
menurun
- Pernapasan cuping
hidung membaik
Resiko Infeksi Perawatan luka ( 114564)
Setelah di lakukan
1. Observasi
tindakan perawatan luka
 Monitor karakteristik luka (mis:
3x24 jam di harapkan drainase,warna,ukuran,bau
 Monitor tanda –tanda inveksi
resiko infeksi pasien
membaik dengan kriteria 1. Terapiutik
 lepaskan balutan dan plester secara
Hasil (D.0129)
perlahan
- Kemerahan  Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
perlu
menurun
 Bersihkan dengan cairan NACL atau
- Bengkak menurun pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
- Pendarahan
 Berika salep yang sesuai di kulit /lesi,
menurun jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
- Nyeri menurun
 Pertahan kan teknik seteril saaat
- Hematoma perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
menurun
drainase
- Kerusan jaringan  Berikan suplemen vitamin dan mineral
(mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
menurun
amino),sesuai indikasi
- Kerusakan lapisan 2. Edukasi
 Jelaskan tandan dan gejala infeksi
kulit menrun
 Anjurkan mengonsumsi makan tinggi
kalium dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
3. Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement(mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu

Ketidak stabilan kadar MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA (I.03115)


glukosa darah
1. Observasi
Setelah di lakukan  Identifkasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
tindakan perawatan luka
 Identifikasi situasi yang menyebabkan
3x24 jam di harapkan kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
kestabilan Glukosa Darah
 Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
meningkat  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
(mis. poliuri, polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urine, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
dan frekuensi nadi
2. Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
3. Edukasi
 Anjurkan olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional kesehatan)
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
 Kolaborasipemberian kalium, jika perlu

3.4 Implementasi Keperawatan


Hari/Tanggal, waktu, Implementasi Paraf
masalah
Kamis, 18 Januari 2022 1. Mengidentifikasi keluhan klien
15.00 WIB R: Pasien mengatakan masih
Pola nafas tidak efektif merasa sesak
2. Monitor adanya sputum
R :Tidak ada sputum
3. Memonitor frekuensi, kedalamn
dan usaha napas pasien
R : Pasien mengatakan masih
sulit bernapas/masih merasa
sesak
4. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
R : Perawat selalu memantau
kondisi jalan nafas pasien
5. Memberika terapi injeksi yaitu :
- Methypredni solone 3x8
mg
- Cefotaxime 3 x 800 mg
Kamis, 18 Januari 2022 1. Memonitor karakteristik luka
15.00 WIB seperti bau,warna, ukuran luka
Resiko Infeksi R : Terdapat bekas luka tertutup
kassa dengan lebar 4 cm, adanya
kemerahan di sekitar luka
2. Melihat apakah ada tanda tanda
infeksi (terdapat tanda tanda
infeksi) di daerah luka
R : adanya kemerahan di sekitar luka
3. Memasang Pasang balutan
sesuai jenis luka
R : Memasang kassa atau
balutan yang sesuai sama ukuran
dan jenis luka
4. Melepaskan balutan dan plaster
secara berlahan saat di bersikan
Dan tetap steril
R : Melepaskan balutan dan
plaster secara berkahan dan tetap
steril
5. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi pada px dan keluarga
R: Keluarga dan pasien mengerti
jika ada tanda tanda infeksi
6. Memakan makann yang nutrisi
R: keluarga mengerti dan
menarapkan juga memantau
makanan dan minuman yang di
konsumsi pasien

3.5 Evaluasi Keperawatan


Hari/Tanggal, Masalah Evaluasi
Kamis, 18 Januari 2022 S: (pasien dalam keadaan lemah)
Diagnosa 1 O:
- Pasien merasa sesak nafas
(terpasang masker non
rebreathing)
- Penapasan kususmal
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1-9
Kamis, 18 Januari 2022 S: (pasien dalam keadaan lemah)
Diagnose 2 O:
- Nyeri akibat luka ulkus
yyang ada di kaki sebelah
kanan
- Luas luka 4 cm
- Warna kulit di sekitar/tepi
luka berwarna hitam
- Saat di lakukan perawatan
luka pasien tampak meringis
dan mengeluh nyeri
A : masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1-12

3.6 Catatan Perkembangan


Hari/Tanggal, Waktu, Masalah Evaluasi
Jumat, 18Januari 2022 S: (pasien dalam keadaan lemah)
13.00 WIB O:
- Pasien merasa sesak nafas
(terpasang masker non
rebreathing)
- Penapasan kususmal
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
masalah teratasi Sebagian
P: intervensi dilanjutkan
I:1-9
E: Pasien masih merasa sesak
Jumat, 18 Januari 2022 S: (pasien dalam keadaan lemah)
13.00 WIB O:
- Nyeri akibat luka ulkus
yyang ada di kaki sebelah
kanan
- Luas luka 4 cm
- Warna kulit di sekitar/tepi
luka berwarna hitam
- Saat di lakukan perawatan
luka pasien tampak meringis
dan mengeluh nyeri
A : masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1-12
I : 1-12
E : nyeri belum berkurang
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik

Pada pembahasan ini akan dibahas tentang masalah yang terjadi pada
pasien dengan ketoasidosis diabetik. Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. U adalah
B1 (Breathing) yaitu pasien mengalami sesak nafas, batuk tidak produktif, tidak
ada sianosis, tidak ada tanda hematom, ekspansi dada simetris, suara nafas tidak
teratur, dan pasien menggunakan alat bantu nafas non rebreathing, Flow 10. Pada
B2 (Blood) didapatkan data yaitu tidak ada tanda-tanda terjadi perdarahan, akral
teraba hangat 36°C, N: 100 x/menit, TD: 150/84 mmHg, CRT ˃ 3 detik, suara
jantung normal. Pada B3 (Brain) data yang didapatkan adalah pasien tidak
mengeluh nyeri, kesadaran pasien composmentis, GCS 3,2,5,reflek pupil positif,
konjungtiva berwarna merah muda, pasien susah tidur. Pada B4 (Bladder) data
yang didapatkan adalah produksi urin 600 cc/24 jam, pasien menggunakan
kateter, intake oral 2.200 cc/24 jam, dan parenteral 2.050 cc/24 jam. Pada B5
(Bowel) didapatkan data mulut bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada nyeri di
abdomen, dan nafsu makan meningkat. Pada B6 (Bone) didapatkan data
kemampuan pergerakan sendi bebas, kemampuan otot 3, tidak ada fraktur,
elastisitas kulit kulit berkurang, pasien bedrest total, dan terpasang infus
diekstremitas,kulit berwarna kehitaman di sekitar luka, terdapat luka DM + Ulkus,
Edema di kaki kanan. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik menurut teori adalah
keluhan utama sesak, batuk, pada pola aktivitas pasien selalu lapar, , gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur, dan hygiene personal dibantu oleh orang lain dan
terdapat luka DM. Dari penjabaran diatas dapat dilihat keluhan utama pada kasus
nyata dan teori sama yaitu pasien mengalami sesak dan batuk.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. U adalah Pola nafas
tidak efektif b/d peningkatan respirasi di tandai dengan pernafasan kusmaul,
resiko Infeksi b/d kerusakan jaringan dan lapisan kulit di tandai dengan
kemerahan, nyeri, pendarahan, Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d diabetes
melitus di tandai dengan rasa haus, kesulitan berbicara, mulut kering, pusing,
kesadaran menurun, kadar glukosa darah memburuk, kadar glukosa urin menurun
Sedangkan diagnosa keperawatan secara teori yaitu pola nafas tidak efektif b/d
penurunan kemampuan bernafas, Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme. Dari
penjabaran diatas dapat dilihat terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata
yaitu diagnosa deficit nutrisi dan nyeri akut tidak muncul pada kasus nyata karena
tidak sesuai dengan data yang ada pada kasus nyata atau tidak ada pada data kasus
nyata.

4.3. Intervensi Keperawatan

Pada kasus nyata Intervensi yang di berikan papda Ny. U dengan diagnose
Pola nafas tidak efektif yaitu Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalam,usaha
nafas), Monitor adanya produksi sputum, Monitor sputum ( jumlah,warna,
aroma), Monitor adanya sumbatan jalan nafas, Auskultasi bunyi nafas, Monitor
saturasi oksigen, Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien,Informasikan hasil pemantauan. Sedangkan intervensi keperawatan secara
teoriuntuk masalah Pola nafas tidak efektif yaitu Monitor pola nafas ( frekuensi,
kedalam,usaha nafas), Monitor adanya produksi sputum, Monitor sputum
( jumlah,warna, aroma), Monitor adanya sumbatan jalan nafas, Auskultasi bunyi
nafas, Monitor saturasi oksigen, Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien,Informasikan hasil pemantauan. Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan
bahwa intervensi untuk diagnose Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
secara teori dan kasus nyata sama.

Intervensi Keperawatan pada diagnose resiko infeksi secara kasus nyata


yaitu Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau, Monitor tanda –
tanda inveksi, lepaskan balutan dan plester secara perlahan, Cukur rambut di
sekitar daerah luka, jika perlu, Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih
non toksik,sesuai kebutuhan, Bersihkan jaringan nekrotik, Berika salep yang
sesuai di kulit /lesi, jika perlu, Pasang balutan sesuai jenis luka, Pertahan kan
teknik seteril saaat perawatan luka, Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase, Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi, Jelaskan tandan dan gejala infeksi, Anjurkan
mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein, Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri, Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu, Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
Sedangkan intervensi keperawatan secara teori yaitu Defisit nutrisis b/d
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme. Dari
penjabaran di atas dapat di simpulkan terdapat kesejangan antara kasus nyata dan
secara teori karena pada pada teori tidak menjelaskan tentang Gangguan
intergritas kulit/jaringan .

4.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus nyata sudah
disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun yaitu Mengidentifikasi
keluhan klien, Monitor adanya sputum, Memonitor adanya sumbatan pada
jalan nafas, Memonitor frekuensi, kedalamn dan usaha napas pasien,
Mempertahankan kepatenan jalan nafas, Memberika terapi injeksi yaitu :
Methypredni solone 3x8 mg dan Cefotaxime 3 x 800 mg, dan implementasi
untuk resiko infeksi yaitu Memonitor karakteristik luka seperti bau,warna,
ukuran luka, Melihat apakah ada tanda tanda infeksi (terdapat tanda tanda
infeksi) di daerah luka, Memasang Pasang balutan sesuai jenis
luka,Melepaskan balutan dan plaster secara berlahan saat di bersikan Dan tetap
steri, Menjelaskan tanda dan gejala infeksi pada px dan keluarga, Memakan
makann yang nutrisi

4.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah melakukan proses


keperawatan adalah : (pasien dalam keadaan lemah), Pasien merasa sesak nafas
(terpasang masker non rebreathing), Penapasan kususmal. Evaluasi keperawatan
secara teori merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
dan implementasi keperawatan sudah berhasil dicapai. Dari penjabaran evaluasi
ini dapat dilihat bahwa masalah keperawatan yang dialami pasien belum teratasi.
BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

5.1.1. Karakteristik pasien yang menderita KAD adalah pasien mengalami sesak
nafas, batuk tidak produktif,suara nafas tidak teratur, pasien menggunakan alat
bantu nafas non rebreathing, akral teraba hangat 36°C, N: 100 x/menit, TD:
150/84 mmHg, produksi urin 600 cc/24 jam, pasien menggunakan kateter, intake
oral 2.200 cc/24 jam, dan parenteral 2.050 cc/24 jam, didapatkan data kemampuan
pergerakan sendi bebas, kemampuan otot 3, pasien bedrest total, dan terpasang
infus diekstremitas,kulit berwarna kehitaman di sekitar luka, terdapat luka DM +
Ulkus, Edema di kaki kanan

5.1.2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. U adalah Pola nafas
tidak efektif b/d peningkatan respirasi di tandai dengan pernafasan kusmaul,
resiko infeksi b/d kerusakan jaringan dan lapisan kulit di tandai dengan
kemerahan, nyeri, pendarahan, Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d diabetes
melitus di tandai dengan rasa haus, kesulitan berbicara, mulut kering, pusing,
kesadaran menurun, kadar glukosa darah memburuk, kadar glukosa urin menurun

5.1.3. Pada kasus nyata Intervensi yang di berikan papda Ny. U dengan diagnose
Pola nafas tidak efektif yaitu Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalam,usaha
nafas), Monitor adanya produksi sputum, Monitor sputum ( jumlah,warna,
aroma), Monitor adanya sumbatan jalan nafas, Auskultasi bunyi nafas, Monitor
saturasi oksigen, Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien,Informasikan hasil pemantauan

5.1.4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus nyata sudah


disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun yaitu Mengidentifikasi keluhan
klien, Monitor adanya sputum, Memonitor adanya sumbatan pada jalan nafas,
Memonitor frekuensi, kedalamn dan usaha napas pasien, Mempertahankan
kepatenan jalan nafas, Memberika terapi injeksi yaitu : Methypredni solone 3x8
mg dan Cefotaxime 3 x 800 mg
5.1.5. Evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah melakukan proses
keperawatan adalah : (pasien dalam keadaan lemah), Pasien merasa sesak nafas
(terpasang masker non rebreathing), Penapasan kususmal. Evaluasi keperawatan
secara teori merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
dan implementasi keperawatan sudah berhasil dicapai. Dari penjabaran evaluasi
ini dapat dilihat bahwa masalah keperawatan yang dialami pasien belum teratasi.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Pasien

Pasien diharapkan mampu untuk mempertahankan kondisi kesehatannya


yang mulai stabil dan mampu mengatasi masalah sesak secara mandiri yaitu
dengan posisi setengah duduk. Selain itu, pasien juga harus menjaga pola makan,
mengonsumsi obat secara teratur, dan menghindarkan diri dari faktor pemicu
sesak misalnya rokok dan debu.

5.2.1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu memberikan health education bagi pasien


dan menentukan discharge planning yang sesuai dengan kebutuhan pasien dalam
mengatasi masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American Diabetes


Association. Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.

Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada


tanggal
20 Mei 2018.
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Muhammad Faizi,
Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana ketoasidosis
diabetic. http://www.pediatric.com.
Gotera W, Budiyasa GDGA. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD). J.
Peny Dalam. 2011; 11(2): 126-138
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Samijean
Nordmark. Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id.

Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA.


http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au.

Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis


and the hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes
Mellitus . 13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994,
p.738–770

Anda mungkin juga menyukai