Disusun oleh :
NIDA FAUZIYAH
NIM : 422J0046
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2015).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2017).
B. Klasifikasi
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
Ketidakstabilan
glukoneogenesis hiperglikemia kadar glukosa
darah
Deficit nutrisi
Asidosis Trombosis
Koma Aterosklerosis
Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
Resiko Jatuh
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak
terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi
akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan
timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang
biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat
banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak
lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) :
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Defisit Nutrisi
3. Hipovolemia
4. Gangguan integritas kulit
5. Resiko jatuh
J. Discharge planing
1. Biasakan hidup bersih dan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas dan
sesudah melakukan aktivitas.
2. Makan makanan yang bergizi seimbang.
3. Hindari penularan melalui penggunaan handuk atau pisau cukur secara
bersamaan.
4. Kenali dan kendalikan stress emosional yang dapat memicu terjadinya masalah
kulit.
5. Menghilangkan sumber pencemaran yaitu mengobati seluruh penderita.
K. Intervensi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pancreas.
Tujuan: kadar glukosa darah menjadi stabil
Kriteria Hasil:
Kesadaran meningkat
Mengantuk menurun
Pusing menurun
Keluhan lapar menurun
Gemetar menurun
Rasa haus menurun
Kesulitan bicara menurun
Kadar gula dalam darah membaik
Kadar glukosa dalam urin membaik
Palpitasi membaik
Intervensi:
Observasi:
Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Monitor intake dan out put cairan
Monitor keton urin, kadar analisa darah, elektrolit, dan frekuensi nadi
Terapeutik:
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap atau
memburuk
Edukasi:
Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250mg/Dl
Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian insulin
Kolaborasi pemberian cairan
Kolaborasi pemberian kalium
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual,
peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Porsi makan yang dihabiskan meningkat
Berat badan membaik
Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Intervensi:
Observasi:
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi:
Ajarkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlU
3. Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Kekuatan nadi meningkat
Turgor kulit meningkat
Output urin meningkat
Dyspnea menurun
Edema anasarka menurun
Edema perifer menurun
Suara nafas tambahan menurun
Frekuensin nadi membaik
Tekananan darah membaik
Kadar Hb membaik
Intervensi :
Observasi:
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, TD menurun, turgor kulit menurun,membrane mukosa
kering, volume urin menurun)
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik:
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modifien trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (mis. NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan iv hipotonis
Kolaborai pemberian cairan koloid
Kolaborasi pemberian produk darah
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Observasi:
Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
Monitor tanda –tanda infeksi
Terapeutik:
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai
kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf transkutaneous), jika perlu
Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi:
Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
No. RM : A420766
Nama : Tn. R
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit
hari SMRS, kepala pusing (+), lemas (+), pasien mempunyai riwayat
debridement 1 bulan yang lalu masih terasa nyeri, skala nyeri 4(0-10)..
† † † †
S †
+
S
: Pasien DM
† : Meninggal
: Meninggal dengan DM
†S
1) Citra Tubuh
tanpa cacat.
2) Fungsi Peran
Klien adalah seorang istri dengan 3 orang anak. Klien juga adalah
keluarganya.
3) Identitas Diri
4) Harga Diri
sekarang.
5) Ideal Diri
Klien berharap dirinya cepat sembuh dari sakit dan segera pulang
ke rumah.
e. Riwayat Sosial
f. Riwayat Spiritual
shalat lima waktu seperti biasanya, namun klien mengatakan ini bukan
SWT. Klien meyakini bahwa sakit adalah cobaan dari Allah SWT dan
klien juga yakin bahwa jika mau berikhtiar maka penyakitnya akan
sembuh.
1. Nutrisi
a. Makan Klien makan 3 kali Klien makan 3 kali
- Frekuensi sehari sehari dengan diit
DM 1700 kalori.
- Jenis Nasi, sayur mayur, Nasi, sayur mayur,
lauk,buah lauk,buah
- Jumlah 1 porsi habis ½ porsi
- Gangguan
dalam makan Tidak ada Mual
b. Minum
- Jenis Air putih Air putih
- Jumlah 8-10 gelas / hari 8-10 gelas / hari
ukuran 200 cc ukuran 200 cc
- Gangguan
dalam minum Tidak ada Tidak ada
2. Eliminasi
1. BAB
- Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna Kuning Kuning
- Gangguan
dalam BAB Tidak ada Tidak ada
2. BAK
- Frekuensi ± 7 kali sehari 5-6 kali sehari
3. Istirahat tidur
a. Tidur malam 6-7 jam mulai pukul 7-8 jam mulai pukul
22.00 – 05.00 WIB 22.00 – 05.00 WIB
b. Tidur siang Tidak teratur Tidak teratur
c. Ganggguan dalam
istirahat tidur Tidak ada Tidak ada
4. Personal hygiene
a. Mandi 2 kali sehari 1 kali sehari
b. Cuci rambut 2-3 kali seminggu Tidak
c. Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
d. Gunting kuku Seminggu sekali Tidak
5. Aktifitas dan Latihan Klien selalu Selama sakit
melakukan aktivitas aktivitas di bantu
tanpa bantuan orang keluarga dan tenaga
lain kesehatan
6. Ketergantungan
a. Alkohol Tidak Tidak
b. Obat – obatan Tidak Tidak
c. Rokok Tidak Tidak
d. Kopi Tidak Tidak
h. Pemeriksaan Fisik
1) Data Umum
Suhu : 36,2 0C
2) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, keadaan bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak ada nyeri tekan, bentuk dada
nafas reguler.
3) Sistem Kardiovaskuler
kulit dan bibir, tidak ada clubbing finger, capillary refill <3 detik,
4) Sistem Pencernaan
sianosis, ovula berwarna merah muda, tonsil normal, tidak ada bau
keton pada nafas, lidah tidak kotor dan berwarna merah muda, gusi
bengkak, gigi utuh, tidak ada karies, reflek menelan baik, tidak ada
5) Sistem Genitourinaria
Trendellen)
6) Sistem Persarafan
Tingkat kesadaran : Compos Menthis, GCS : 15 (E4 V5 M6), tidak
baik.
± 20 cm.
baik.
Klien dapat menggerakkan bola
kanan.
lemas.
merasakan pahit.
parese.
7) Sistem Pendengaran
Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, daun telinga bersih dan tidak
tidak ada nyeri tekan pada daun telinga dan mastoid, klien dapat
8) Sistem Penglihatan
Bentuk kedua mata simetris, tidak ada sekret dan lesi, tidak ada
strabismus, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata, reflek mengedip
mata.
9) Sistem Muskuloskeletal
simetris, tidak ada fraktur, tonus otot baik, tampak luka di telapak
Kekuatan otot 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
tidak kotor dan tidak lengket, tidak ada lecet dan benjolan, warna
kulit bersih, turgor kulit lembab, kuku pendek dan bersih. Capillary
1) Laboratorium
b. Therapy
- Infus RL 20 tetes/menit
Analisa Data
3. DS : Pembedahan Gangguan
Integritas kulit
Ny.S mengatakan terdapat
luka di telapak kaki kiri Terputusnya kontinuitas
bekas operasi debridement jaringan
1 bln yang lalu.
DO : luka post op
-Nampak sayatan pada
luka telapak kaki kiri
Ny.S Gangguan integritas kulit
-Warna dasar luka
kemerahan
-Bengkak (-)
-Pus minimal ±2cc
-Luas luka ± 10x7 cm
4. DS : Pembedahan Risiko infeksi
Pasien mengatakan rutin
mengganti verban luka di luka post operasi
rumah sehari 1x
DO : luka post OP basah
TD:110/70 mmHg
N : 92 kali/menit inflamasi mikro organisme
T : 36,2 OC
RR : 20 kali/menit Infeksi
-Warna dasar luka
kemerahan
-Bengkak (-)
-Pus minimal ±2cc warna
kuning kecoklatan
-Bau busuk (-)
-capilari refil ekstremitas
atas dan bawah <2
detik
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
Tgl Ditemukan
Nama & Ttd
No Diagnosa Keperawatan Diagnose
Perawat
Keperawatan
1 Ketidakstabilan kadar gula darah b.d disfungsi 13-10-2022 Nida
pankreas
Edukasi
Kolaborasi
Gangguan S: Pasien mengatakan terdapat luka S: Pasien mengatakan terdapat luka S: Pasien mengatakan terdapat
integritas ditelapak kaki kiri bekas operasi ditelapak kaki kiri bekas operasi luka ditelapak kaki kiri bekas
kulit/jaringan debridement 1 bulan yang lalu. debridement 1 bulan yang lalu. operasi debridement 1 bulan yang
O :Luka nampak baik, luka masih O :Luka nampak baik, luka masih lalu.
lembab, pus minimal ±2cc warna lembab, pus (-),warna dasar luka O :Luka nampak baik, luka masih
kecoklatan,warna dasar luka kemerahan, bau tidak ada, luas luka lembab, pus(-),warna dasar luka
kemerahan, bau tidak ada, luas luka ± 10x7cm. kemerahan, bau tidak ada, luas
± 10x7cm. A: Integritas kulit teratasi sebagian luka ± 10x7cm.
A: Integritas kulit belum teratasi. teratasi. Rencana acc pulang dari dokter
P: Dalam 2x24 jam diharapkan: P: Dalam 1x24 jam diharapkan: A: Integritas kulit teratasi.
Kondisi luka menunjukkan adanya Kondisi luka menunjukkan adanya P: intervensi dihentikan di rumah
perbaikan jaringan dan tidak perbaikan jaringan dan tidak
sakit
terinfeksi terinfeksi
Risiko infeksi S: - S: - S: -
O: Luka ditutup dengan verban, pus O: Luka ditutup dengan verban, pus O: Luka ditutup dengan verban,
2cc warna kecoklatan, bau tidak 2cc warna kecoklatan, bau tidak pus 2cc warna kecoklatan, bau
ada, bengkak dan kemerahan ada, bengkak dan kemerahan tidak ada, bengkak dan
disekitar luka tidak ada, warna disekitar luka tidak ada, warna kemerahan disekitar luka tidak
dasar luka merah, demam(-). dasar luka merah, demam(-). ada, warna dasar luka merah,
TTV pasien : TTV pasien : demam(-).
TD:130/70 mmHg TD:110/70 mmHg TTV pasien :
N : 92 kali/menit N : 88 kali/menit TD:120/70 mmHg
T : 36,2 C T : 36,5 C N : 82 kali/menit
RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit T : 36,5 C
A: Risiko infeksi belum teratasi. A: Risiko infeksi teratasi sebagian. RR : 20 kali/menit
P: Dalam 2x24 jam, diharapkan: P: Dalam 1x24 jam, diharapkan: Rencana acc pulang dari dokter
Tidak ada tanda infeksi (bengkak, Tidak ada tanda infeksi (bengkak, A: Risiko infeksi teratasi.
kemerahan, demam, bau, nyeri) kemerahan, demam, bau, nyeri)
P: intervensi dihentikan
(bengkak, kemerahan, demam,
bau, nyeri)