Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

Oleh:
ASPILLA YULI

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(…………………….…….……….) (………….……………...........)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Defenisi
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolic yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk 2016). Diabetes melitus
merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal,
namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes
melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan
tersebut terjadi akibat hormone insulin jumlah nya kurang atau cacat fungsi. Hormon
insulin merupakan hormone yang membantu masuknya gula darah (WHO,2016).
2. Klasifikasi
1) Tipe I
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI). Lima persen sampai sepuluh
persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2) Tipe II
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh persen
sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3) Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes yang terjadi
pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes (Nurarif &
Kusuma, 2015).
3. Etiologi
Menurut Nurarif & Hardhi (2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1) Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I.
b) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
2) Diabetes Melitus tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti
penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2: usia, obesitas, riwayat
keluarga.
4. Potofisiologi
Diabetes ada kaitannya dengan hormon insulin yang disekresikan oleh sel-sel
beta pankreas. Pada orang sehat, insulin diproduksi sebagai respons terhadap
peningkatan kadar glukosa dalam aliran darah dan peran utamanya adalah untuk
mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa tinggi, maka hormon
insulin bertugas untuk menetralkan kembali. Hormon insulin juga berfungsi untuk
meningkatkan metabolisme glukosa pada jaringan dan sel-sel dalam tubuh. Ketika
tubuh membutuhkan energi, maka insulin akan bertugas untuk memecahkan molekul
glukosa dan mengubahnya menjadi energi sehingga tubuh bisa mendapatkan energi.
Selain itu, hormon insulin juga bertanggung jawab melakukan konversi glukosa
menjadi glikogen untuk disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan membuat
kadar gula dalam darah berada pada jumlah yang stabil.
Pada penderita diabetes melitus, hormon insulin yang ada di dalam tubuh
mengalami abnormalitas. Beberapa penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan
jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari darah sehingga menghasilkan peningkatan
glukosa dalam darah. Kondisi tersebut diperburuk oleh peningkatan produksi glukosa
oleh hati yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi secara terus menerus
karena tidak adanya hormon insulin. Selama periode waktu tertentu, kadar glukosa
yang tinggi dalam aliran darah dapat menyebabkan komplikasi parah, seperti
gangguan mata, penyakit kardiovaskular, kerusakan ginjal dan masalah pada saraf.
5. Pathway
Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan

Mual6.muntah ↓ pH Hemokonsentrasi
7.
8.
Resti Ggn Nutrisi
Asidosis Trombosis
9.
Kurang dari kebutuhan
 Koma Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
7. Manifestasi Klinis
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolaritas dan akibat nya akan terjadi diuresisosmotic (poliuria).
3) Polydipsia
Akibat meningkatnya disfungsi cairan dari intra sel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intra sel sehingga efeknya adalah dehidrasi
sel .Akibat dari dehidrasi mulut menjadi kering dan sensor hausteraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
4) Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produk sienergi menurun, penurunan energy akan menstimulasi
rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
5) Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka
sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu
maka selakan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi
dan penurunan secara otomatis.
6) Malaise atau kelemahan
7) Kesemutan, Lemasdan Matakabur. (Brunner & Suddart,2018).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1) Post prandial: Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130 mg/dl mengindikasikan diabetes.
2) Hemoglobin glikosilat: Hb 1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar
gula darah selama 140 harit erakhir. Angka Hb 1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.
3) Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi
air dengan 7 5gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah
yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4) Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesing luco meter, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa yang dapat dilakukan dirumah (Nuarif & Kusuma, 2015).
9. Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2018) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama
terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat : a. Memperbaiki kesehatan umum penderita b.
Mengarahkan pada berat badan normal c. Menekan dan menunda timbulnya
penyakit angiopati diabetik d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan
keadaan penderita e. Menarik dan mudah diberikan.
Prinsip diet DM, adalah jumlah sesuai kebutuhan, jadwal diet ketat dan jenis
boleh dimakan / tidak
2) Latihan/ Olahraga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi
otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam
sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan
adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan
keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati
normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi
glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat
hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa
darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan
camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang
akan memuncak pada saat latihan
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat-Obatan
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 1. Mekanisme
kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi
insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien
yang berat badannya sedikit lebih.
5) Insulin
a) Suntikan insulin subkutan
b) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
faktor antara lain
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu di
data biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa. Data-data tersebut
harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di gunakan dalam tahap berikutnya. Misalnya
meliputi nama pasien, umur, keluhan utama dan masih banyak lainnya.
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
2) Riwayat kesehatan lalu
3) Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infart miokard
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
2) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
4) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
5) Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
6) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
7) Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
c. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
8) Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit
diabetes militus:
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
2) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang
manajemen diabetes
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses
penyakit (DM).
4) Resiko kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik.
5) Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar gula darah
tinggi.
6) Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gengrene).
7) Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
8) Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus).
9) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
b.d kurangnya informasi
10) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
3. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Domain 2. (00179) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari Manajemen Nutrisi (1100)
Nutrisi kebutuhan tubuh Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang
Kelas 1. Makan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nutrisi seimbang
Ketidakseimbang pasien terpenuhi. Aktivitas :
an nutrisi, kurang (1622) Perilaku patuh : diet yang disarankan 1. Instruksikan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi
dari kebutuhan 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
1. Memilih makanan yang sesuai dengan diet yang
tubuh (00002) oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
ditentukan dari skala 2 (jarang menunjukkan)
3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
makanan
2. Memilih minuman yang sesuai dengan diet yang
4. Monitor kalori dan asupan makanan pasien
ditentukan dari skala 2 (jarang menunjukkan)
5. Monitor kecenderungan terjadinya kenaikan atau penurunan
ditingkatka menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
berat badan pada pasien
2 Domain 2. Nutrisi (00002) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah Manajemen Hiperglikemi (2120)
Kelas 4. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Monitor kadar gula daraah, sesuai indikasi
Metabolisme ketidakstabilan kadar glukosa darah normal. 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
Resiko (2300) Kadar glukosa darah polifagi, kelemahan, latergi, malaise, pandangan kabur atau
ketidakstabilan sakit kepala.
1. Glukosa darah dari skala 2 (deviasi yang cukup besar
kadar glukosa 3. Monitor ketourin, sesuai indikasi.
dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi
darah (00179)
ringan sedang dari kisaran normal) 4. Brikan insulin sesuai resep
5. Dorong asupan cairan oral
(2111) Keparahan Hiperglikemia
6. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari
1. Peningkatan glukosa darah dari skala 2 (berat) 250mg/dl, khusus jika ketourin terjadi
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan) 7. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
8. Intruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen
diabetes
9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
3 Domain 4. (00204) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Pengecekan Kulit (3590)
Aktivitas dan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang
istirahat. Kelas 4. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pasien dapat berkurang. berisiko mengalami kerusakan kulit.
Respon (0401) Status sirkulasi 2. Monitor warna dan suhu kulit
Kardiovaskuler/ 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
1. Parestesia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan
pulmonal 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan
menjadi skala 4 (ringan)
Ketidakefektifan warna, memar, dan pecah.
2. Asites dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi
perfusi jaringan 5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan mengenai tanda-
skala 4 (ringan)
perifer (00204) tanda kerusakan kulit, dengan tepat.
(0407) Perfusi jaringan : perifer Manajemen Sensasi Perifer (2660)

1. Parestsia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 1. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan dingin
menjadi skala 4 (ringan) (yang dirasakan pasien)
2. Monitor adanya Parasthesia dengan tepat
3. Intruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa kulit setiap
(0409) Koagulasi darah harinya
4. Letakkan bantalan pada bagian tubuh yang terganggu
1. Pembentukan bekuan dari skala 2 (deviasi cukup besar
untuk melindungi area tersebut
dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi
Perawatan Kaki (1660)
ringan dari kisaran normal)
1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai perawatan
(0802) Tanda-tanda vital kaki rutin

1. Suhu tubuh dari skala 2 (deviasi cukup besar dari 2. Anjurkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya

kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi perawatan kaki

ringan dari kisaran normal) 3. Periksa kulit untuk mengetahui adanya iritasi, retak, lesi, dll
4. Keringkan pada sela-sela jari dengan seksama
4 Domain 4. (00093) Keletihan Manajemen Energi (0180)
Aktifitas/ Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
Istirahat Kelas 3. keletihan pada pasien dapat dikurangi. 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secaraverbal
Keseimbangan (0002) Konservasi energi mengenai keterbatasan yang dialami
Energi. Keletihan 3. Tentukan persepsi pasien/orang terdekat dengan pasien
1. Mempertahankan intake nutrisi yang cukup dari skala 2
(00093) mengenai penyebab kelelahan
(jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4
4. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
(sering menunjukkan)
farmakologis maupun nonfarmakologis
(0005) Toleransi terhadap aktivitas Manajemen Nutrisi (1100)

1. Kekuatan tubuh bagian atas dari skala 2 (banyak 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk

terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit memenuhi kebutuhan gizi


terganggu) 2. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Atur diet yang diperlukan
2. Kekuatan tubuh bagian bawah dari skala 2 (banyak
4. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit
5. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi
terganggu)
sakit.
(0007) Tingkat kelelahan

1. Kelelahan dari skala 2 (cukup besar) ditingkatkan


menjadi skala 4 (ringan)

2. Kehilangan selera makan dari skala 2 (cukup besar)


ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)

(0008) Keletihan : efek yang menganggu

1. Penurunan energi dari skala 2 (cukup besar)


ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
2. Perubahan status nutrisi dari skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
5 Domain 11. (00044) Kerusakan integritas jaringan Pengecekan kulit (3590)
Keamanan/ Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang
Perlindungan kerusakan integritas jaringan dapat berkurang. berisiko mengalami kerusakan kulit.
Kelas 2. Cidera (0401) Status sirkulasi 2. Monitor warna dan suhu kulit
Fisik (lanjutan) 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
1. Kekuatan nadi dorsal pedis kanan dari skala 2 (deviasi
Kerusakan cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan
integritas jaringan skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) warna, memar, dan pecah.
(000444) 5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan mengenai tanda-
2. Kekuatan nadi dorsal pedis kiri dari skala 2 (deviasi
tanda kerusakan kulit, dengan tepat.
cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

6. Domain 12. (00132) Nyeri akut Manajemen Nyeri (1400)


Kenyamanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat
Kelas 1. akut pada pasien berkurang. kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Kenyamanan (1605) Kontrol nyeri Aktivitas :
Fisik 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif terhadap
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 2 (jarang
Nyeri Akut pasien
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
(00132) 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
menunjukkan)
ketidakanyamanan
2. Menggambarkan faktor penyebab dari skala 2 (jarang 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa lalu yang meliputi
menunjukkan) riwayat nyeri kronik pasien ataupun keluarga

(3016) Kepuasan klien : Manajemen nyeri 5. Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien
1. Nyeri terkontrol dari skala 2 (agak puas ) ditingkatkan
6. Kurangi faktor yang dapat meningkatkan nyeri pada pasien
menjadi skala 4 (sangat puas )
7. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri pada
2. Tingkat nyeri dipantau secara reguler dari skala 2 (agak pasien bertambah berat
puas ) ditingkatkan menjadi skala 4 (sangat puas ) 8. Dukung pasien untuk istirahat atau tidur untuk menurunkan
rasa nyeri
7 Domain 11. (00004) Resiko infeksi Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/ Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan tidak Definisi: Meminimalkan Infeksi
Perlindungan terjadi infeksi pada pasien. 1. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol institusi
Kelas 1. Infeksi (1908) Deteksi risiko 2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan
Resiko infeksi tepat
1. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan
(00004) 3. Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
risiki dari skala 2 (jarang mnunjukkan) ditingkatkan
Perlindungan Infeksi (6550)
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien
2. Memonitor perubahan status kesehatan skala 2 (jarang beresiko
mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering 1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
menunjukkan) 2. Berikan perawatan klit yang tepat Periksa kulit dan selaput

(1902) Kontrol risiko lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ektrim, atau
drainase
1. Mengidentifikasi faktor risiko dari skala 2 (jarang
3. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari
mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
infeksi
menunjukkan)

2. Mengenali faktor risiki skala 2 (jarang mnunjukkan)


ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
8 Domain 5. (00126) Defisiensi pengetahuan Fasilitasi Pembelajaran (5520)
Persepsi/ 1. Tekankan pentingnya mengikuti evaluasi medik, dan kaji
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan
Kognisi ulang gejala yang memerlukan pelaporan segera ke dokter
pengetahuan pasien mengenai diabetes mellitus tipe 2
Kelas 4. 2. Diskusikam tanda/gejala DM, contoh polidipsia, poliuria,
bertambah.
Defisiensi kelemahan, penurunan berat badan
(1820) Pengetahuan : manajemen diabetes
pengetahuan 3. Gunakan bahasa yang umum digunakan
(00124) 1. Pencegahan hiperglikemia dari skala 2 (pengetahuan 4. Berikan informasi yang sesuai dengan lokus kontrol pasien
terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan 5. Berikan informasi sesuai tingkat perkembangan pasien
banyak) Modifikasi Perilaku (4360)

2. Prosedur yang harus diikuti dalam mengobati 1. Tentukan motivasi pasien untuk perubahan perilaku

hoperglikemia dari skala 2 (pengetahuan terbatas) 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan

ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan
dengan kebiasaan yang diinginkan
(1621) Perilaku patuh : diet yang sehat
4. Tawarkan penguatan yang positif dalam pembuatan
1. Mencari informasi tenyang panduan nutrisi baku dari keputusan mandiri pasien
skala 2 (jarang dilakukan) ditingkatkan menjadi skala 4
(sering dilakukan)

(1632) Perilaku patuh : aktivitas yang disarankan

1. Membahas aktivitas rekomendasi dengan profesional


kesehatan dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
9 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan (5820)
Koping/ Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan Definisi: Mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun
Toleransi Stress ansietas pasien berkurang. ketidaknyamanan terkait dengan sumber-sumber bahaya yang
Kelas 2. Respon (1211) Tingkat kecemasan tidak teridentifikasi
Koping Akivitas:
1. Tidak dapat beristirahat dari skala 2 (cukup berat)
Ansietas (00146) 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
2. Perasaan gelisah dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 3. Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
menjadi skala 4 (ringan) 4. Berikan informasi faktual tekait diagnosa, perawatan dan

3. Gangguan tidur dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan prognosis

menjadi skala 4 (ringan) 5. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
(0907) Memproses informasi
6. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang
1. Menunjukkan proses pikir yang terorganisir dari skala 2 tepat
(banyak terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit 7. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
terganggu) 8. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
9. Identifikasi saat terjadinya perubahan tingkat kecemasan
(3009) Kepuasan klien : perawatan psikologis
10. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
1. Informasi di berikan tentang perjalanan penyakit dari 11. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
skala 2 (agak puas) ditingkatkan menjadi skala 4 (sangat 12. Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengambil
puas) keputusan
2. Informasi di berikan mengenai respon emosional yang 13. Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
biasa terhadap penyakit dari skala 2 (agak puas) 14. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
ditingkatkan menjadi skala 4 (sangat puas) Peningkatan koping (5230)
Definisi : Fasilitasi usaha kognitif untuk meneglola stressor yang
dirasakan, perubahan, atu ancaman yang mengganggu dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan peran
Aktivitas:
1. Bantu pasien dalam memecah tujuan kompleks menjadi lebih
kecil, dan langkah yang dapat dikelola
2. Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang realistis
sebagai upaya untuk mengatasi perasaan ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk memahami prespektif pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, Dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaction Jogja
Brunner, & Suddarth. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Kowalak. (2016). Buku Ajar Patofisiologi. EGC
Mansjoer, A dkk. 2018. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Who. (2016). World Health Organization Global Report On Diabetes. Geneva: World
Health Organization 2016

Anda mungkin juga menyukai