Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “S” DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


“DIABETES MELLITUS” DI RUANG ASOKA
RSUD SYEKH YUSUF

OLEH : KELOMPOK III

ANDI SURI
ANITA SARI
IKA RAHASTI
DELVI NURLIANTI
JITRO KRISTIANTO
FEBRIANI M.HAMID
DELLA LOLA TANGYONG

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP MEDIS

1. Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum

dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam

pulau langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari

populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga

kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan

eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-

enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan

endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan

somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).

Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu:

a) Sel Alfa yaitu sebagai sekresi glukagon

b) Sel Beta sebagai sekresi insulin

c) Sel Delta sebagai sekresi somatostatin

d) Sel Pankreatik

Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans

menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon

yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara

konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan

tersebut berlawanan arah de ngan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula

darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon
insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi

keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).

1) Insulin

Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-

pulau Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2

rantai polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat

(glukosa/glikogen).

2) Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin

Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan

respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar

insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke

sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya

jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh tanpa

adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang

dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan

pengecualian di sel hati dan sel otak.

Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml,

kecepatan sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat

badan. Namun ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar

normal maka sekresi insulin akan meningkat yang berlangsung melalui 2

tahap
Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit

kadar insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin

yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans.

Namun, pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun

sampai kira-kira setengah dari nilai normalnya.

Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat

kembali untuk kedua kalinya yang disebabkan adanya tambahan pelepasan

insulinyang sudah lebih dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa

sistem enzim yang mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel beta.

Akibat kelainan sekresi insulin ini, maka ini yang akan meyebapkan

Diabetes Melitus.

2. Defenisi

Diabetes berasal dari istilah yunani yaitu artinya pancuran atau

curahan, sedangkan mellitus atau mellitus artinya gula atau madu.Dengan

demikian secara bahasa diabetes mellitus adalah curahan cairan dari tubuh

yang banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah air

kencing.Diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan

pada pancreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan

kebutuhan tubuh dan/atau ketidakmampuan dalam memecah insulin.

(Tholib, 2016)

Diabetes mellitus atau DM merupakan penyakit yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah di dalam urine akibat terganggunya


metabolisme karena produksi dan fungsi hormone insulin tidak berjalan

dengan seharusnya.(Medika, 2017)

3. Klasifikasi

Diabetes mellitus dibedakan menjadi dua kategori, yaitu diabetes

type I dan diabetes type II. Diabetes type I biasanya dialami sejak kanak-

kanak. Sementara itu, diabetes type II kebanyakan dialami orang

dewasa.Selain itu, diabetes mellitus juga sering dialami oleh ibu

hamil.Jenis diabetes ini disebut dengan diabetes gestasional.

a) Diabetes mellitus type I

Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)adalah peynyakit

hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap penyakit itu

harus mendapat insulin pengganti.IDDM disebabkan oleh destruksi

autoimun karena infeksi, biasanya virus dan atau respon autoimun

secara genetic pada orang yang terkena.(Tholib, 2016).Sistem

kekebalan tubuh merusak sel-sel beta pancreas sehingga insulin tidak

bisa lagi diproduksi.Inilah yang menyebabkan terganggunya

metabolisme tubuh sehingga gula darah meningkat (hiperglikemia).

(Medika, 2017)

b) Diabetes mellitus tipe II

DM tipe II atau biasa disebut Non-Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) disebabkan oleh kegagalan realtif sel beta dan

resistensi insulin.Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin

ini sepenuhnya.(Tholib, 2016).


Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang

sensitifnyajaringan tubuh terhadap insulin, pankreas tetap

menghasilkan insulin, kadangkadarnya lebih tinggi dari normal.Tetapi

tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi

kekurangan insulin relatif.DM tipe II biasanya terjadi pada usia >40

tahun.Penderita Dm tipe II lebih sering dijumpai daripada


DM tipe I,

proporsinya mencapai 90% dari seluruh kasus diabetes.(Muzakkir,

2016)

Diabetes mellitus type II paling sering kita temukan. Sekitar

90-95% dari keseluruhan pasien diabetes merupakan pengidap

diabetes type II.Berbeda dengan diabetes type I, diabetes type II

umumnya dialami orang dewasa, tetapi terkadang juga terjadi pada

remaja.Penyebab dari diabetes mellitus type II ini adalah insulin

tidak dapat direspon dengan baik oleh sel-sel tubuh.Sel-sel tubuh

tidak mau menerima glukosa yang diabawa insulin.Inilah yang

disebut resistensi insulin.Resistensi insulin ini yang akhirnya

menyebabkan kadar gula darah meningkat.

Lemak yang berlebihan pada orang obesitas alias kegemukan

ini yang biasanya mengakibatkan terganggunya kerja

insulin.Terbukti, sebagian besar pasien diabetes tipe II memiliki

berat badan diatas normal.Oleh karena itu, dalam pengobatannya

sangat mementingkan penerapan diet yang tepat untuk mengurangi


jumlah lemak yang menumpuk dalam tubuh dan juga mampu

membantu pasien terhindar dari komplikasi.

Efek dari diabetes type II sama dengan diabetes type I. Kadar

gula darah sama-sama meningkat dan sel-sel tubuh kekurangan

energy.Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi bisa merusak

pembuluh darah dan saraf, dan sering kali menyebabkan komplikasi

seperti jantung, stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan amputasi.

(Medika, 2017)

c) DM type lain

Diabetes tipe ini terjadi karena penyakit-penyakit

lain.Misalnya,penyakit radang pancreas, penderita hipertensi yang

mengonsumsi obat antihipertensi, penggunaan antikolestrol,

penggunaan hormon kortikosteroid, adanya infeksi, malnutrisi, dan

gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis.Keadaan-keadaan tersebut

dapat mengganggu terbentuknya atau fungsi dari insulin.(Tholib,

2016)

d) Diabetes mellitus gestasional

Diabetes mellitus gestasional adalah naiknya kadar gula

darah sementara waktu pada masa kehamilan, dan biasanya

terdeteksi ketika usia kehamilan sudah diatas 18 minggu.Kadar gula

darah pun akan kembali normal setelah melahirkan.Diabetes

gestasional disebabkan oleh terbentuknya hormone yang

menimbulkan resistensi insulin yang normal terjadi pada masa


kehamilan.keadaan ini akan meningkatkan gula darah dan lemak

dalam tubuh pun lebih banyak yang dipecah.Akibatnya, ibu hamil

akan lebih cepat merasa lapar.Ditambah lagi ibu hamil memiliki

kebutuhan kalori yang lebih banyak dibanding wanita yang tidak

hamil.(Medika, 2017)

4. Penyebab diabetes mellitus

Medika, (2017) faktor resiko terjadinya diabetes yaitu :

a) Turunan dari keluarga (Genetik)

Seseorang yang memiliki keluarga terkena diabetes beresiko dua

sampai enam kali lipat terkena diabetes juga.Terdapat pendapat lain

yang mengatakan jika kedua orang tuanya menderita diabetes maka

semua anaknya akan menderita diabetes.Namun, jika hanya salah satu

atau kakek/nenek yang merupakan penderita diabetes maka

kemungkinan 50% dari anak-anaknya akan menderita diabetes.(Medika,

2017).Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap penderita diabetes mellitus,yang disebabkan oleh kelainan

gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin

dengan baik.(Muzakkir, 2016)

b) Usia

Menurut Noer (1996),dalam buku Muzakkir (2016).Bertambahnya

usia mengakibatkan mundurnya fungsi pankreas dan kerja dari

insulin.Pada usia lanjut cenderung diabetes mellitus type II.Usia 40

tahun merupakan usia rentan terkena berbagai penyakit


degeneratif.Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh

penurunan kualitas jaringan dan organ tubuh.Selain itu aktivitas sel-sel

otot juga mulai menurun.Hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar

lemak di otot sehingga glukosa lebih sulit digunakan menjadi energy

untuk beraktivitas.(Medika, 2017)

c) Jenis Kelamin

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) dalam buku

Medika (2017).Populasi penderita diabetes lebih banyak terjadi pada

wanita.Mengapa diabetes lebih banyak pada wanita ? penyebabnya bis

akarena dampak dari diabetes yang dialami selama kehamilan, usia

harapan hidup wa nita yang lebih tinggi, serta angka obesitas dan

hipertensi yang lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.

d) Pola Makan yang tidak tepat

Pola makan ditentukan dari 3J, yaitu jumlah makanan, jenis

makanan, dan jam makan.Jumlah makanan berlebihan, terutama

karbohidrat dan lemak inilah yang memicu naiknya glukosa darah.Jika

setiap hari makan berlebihan, harus lebih berhati-hati karena banyak

sekali resiko penyakit yang siap mendatangi.Jenis makanan yang tidak

bervariasi juga bukan pola makan yang sehat.Jenis makanan yang perlu

diketahui adalah sumber karbohidrat,protein hewani, protein nabati,

sayur, buah, dan susu.Jenis makanan yang tinggi kadar indeks glikemik,

tinggi lemak, dan tinggi garamlah yang biasa meningkatkan resiko

diabetes.Jam makan yang tidak teratur seperti melewatkan saran dan


sering makan larut malam dapat mengganggu kesehatan.Jika keseringan

makan di malam hari kemudian tidak melakukan akitivitas

fisik.Akibatnya, lemak dari makanan tidak terbakar dan akan

menumpuk di dalam tubuh. Hal itulah yang memicu resistensi insulin.

e) Penyakit Degeneratif lainnya

Penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi juga dapat

meningkatkan resiko diabetes.Seseorang dikatakan menderita hipertensi

jika dalam jangka waktu lama tekanan darah sistoliknya lebih dari 140

mmHg, dan diastoliknya antara 85-90 mmHg.Keadaan ini jika tidak

segera diberi perawatan maka akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah sehingga pengangkutan glukosa menuju sel-sel tubuh

terganggu dan glukosa darah tetap dalam kadar yang tinggi.

f) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik seperti pergerakan badan atau olahraga dilakukan

secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari

kegemukan dan obesitas.Pada saat tubuh melakukan aktivitas atau

pergerakan maka kadar gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga,

sehingga kadar gula dalam tubuh akan berkurang.Demikian pula untuk

menghindari timbulnya penderita diabetes mellitus karena kadar gula

darahnya meningkat akibat konsumsi makanan yang berlebihan dapat

diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang, misalnya dengan

melakukan jogging, berenang dan bersepeda.


g) Obesitas

Kegemukan terjadi karena berlebihnya konsumsi karbohidrat,

lemak, dan protein, serta kurangnya aktivitas fisik.Akibat kegemukan

ini, banyak lemak yang tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak

mampu membawa glukosa masuk ke dalam sel-sel tersebut.Semakin

tinggi tingkat obesitas maka akan semakin beresiko tinggi terkena

diabetes.

h) Penyakit Mental

Orang yang mengalami stres umumnya akan sulit tidur, nafsu

makannya meningkat, depresi, lemas, dan tekanan darahnya turun.Saat

stres, hormon kortisol akan diproduksi.Hormon ini kemudian yang

mengakibatkan gejala-gejala tersebut.Sebenarnya stres bukanlah

penyebab lansung dari diabetes.Namun peningkatan nafsu makan yang

dialami ketika stres yang berkepanjangan yang menyebabkan

kegemukan.Kegemukan inilah yang yang merupakan factor penyebab

dari diabetes.

i) Riwayat Persalinan

Ibu yang sebelumnya pernsh mengalami diabetes gestasional

beresiko terkena diabetes lebih besar daripada ibu yang tidak memiliki

riwayat tersebut.Di samping itu, ibu yang pernah mengalami

keguguran, melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg juga lebih

beresiko terkena diabetes.

j) Virus dan Bakteri


Virus juga termasuk penyebab diabetes.Virus yang menyebabkan

diabetes diantaranya rubella, mumps, dan human coxsackievirus

B4.Virus ini akan merusak sel-sel pankreas sehingga produksi insulin

akan berkurang atau tidak dihasilkan sama sekali.Virus ini juga bisa

menyerang melalui reaksi autoimunitas sehingga autoimun dalam sel

beta hilang.Di samping itu, beberapa peneliti juga beranggapan diabetes

dapat disebabkan oleh bakteri.Namun, sampai sekarang belum bisa

dideteksi bakteri apa yang bisa menimbulkan diabetes.

Faktor resiko DM tipe II, dalam buku (Nuari, 2017) yaitu :

1) Usia : DM tipe II akan terjadi setelah usia 40 tahun.

2) Obesitas sangat tinggi pada DM tipe II.

3) Kurangnya latihan fisik

4) Perilaku diet

5) Stres berat

6) Obat-obatan dan hormone

7) Riwayat kehamilan

8) Merokok

9) Riwayat keluarga

10) Etnis

5. Gejala Diabetes Melitus

Gejala diabetes mellitus type II muncul secara perlahan sampai

menajdi gangguan yang jelas.Namun secara umum gejala diabetes

melitus dibedakan menjadi dua yaitu gejala akut dan gejala kronik.
a) Gejala Akut

Gejala akut merupakan gejala klinis yang muncul tiba-tiba dan

terjadi pada masa awal penyakit.Pada penderita diabetes mellitus,

gejala akut dijadikan sebagai patokan dalam mendeteksi terjadinya

diabetes.Gejala-gejalanya meliputi :

1) Poliuria (Banyak kencing)

Poliuria merupakan gejala berupa lebih seringnya buang air

kecil, terutama pada malam hari.Mengapa penderita diabetes

melitus menghasilkan urine lebih banyak daripada orang yang

sehat ? Kadar glukosa yang terlalu tinggi menyebabkan urine

menjadi sangat pekat.Hal ini memperberat kerja ginjal.Agar

urine tidak terlalu pekat, ginjal pun menarik banyak air dari sel-

sel tubuh.Oleh karena itu, volume urine menjadi lebih banyak.

2) Polidipsia

Polidipsia adalah meningkatnya jumlah air yang diminum

karena sering merasa haus.Pada orang sehat , dianjurkan untuk

minum 8 gelas dalam sehari.Akan tetapi, penderita diabetes

merasakan haus yang lebih sering sehingga akan minum dalam

jumlah lebih banyak.

3) Poliphagia

Akibat kurangnya jumlah insulin atau terganggunya fungsi

insulin maka glukosa yang dihasilkan dari metabolisme

makanan tidak dapat diserap oleh sel tubuh.Akibatnya,


penderita diabetes akan merasa lemas, lelah, dan

mengantuk.Saat itu, otak memberikan respon dengan

mengartikan adanya rasa lapar sehingga penderita diabetes

akan lebih banyak makan.

b) Gejala Kronik

Gejala kronik umumnya akan dirasakan setelah beberapa

bulan atau tahun mengidap diabetes.Pada fase ini gejala akut masih

ditunjukkan kecuali gejala poliphagia.Sebaliknya pada fase

ini,terjadi penurunan nafsu makan.(Medika, 2017)

6. Patofisiologi Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang

kronik dan bersifat sistesmik dengan karakteristik peningkatan gula

darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi

atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darahsangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan

jaringan.Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang

dikonsumsi.Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk

kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen

dihati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.Insulin hormon

yang di produksi oleh sel beta pulau langerhans pankreas yang

kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk.


Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas.Insulin merupakan hormon metabolik, hormon

yang dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati

dan sel lemak.Pada diabetes terjadi berkurangnya insulin atau tidak

adanya insulin berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu

menurunnya penggunaan glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan

meningkat penggunaan protein.

Pada DM type II masalah utama adalah berhubungan resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin.Resistensi insulin menunjukkan

penurunan sensifitas jaringan pada insulin.Normalnya insulin mengikat

reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi

meliputi metabolisme glukosa.Pada DM tipe II, reaksi intraseluler

dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dalam

menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan

pembebasan oleh hati.Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe II tidak

diketahui, meskipun faktor genetic berperan utama.(Nuari, 2017)

7. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus

Adapaun pemeriksaan penunjang pada kasus Diabetes Melitus

adalah:

a. Tes HbA1C. Tes hemoglobin terglikasi (HbA1C) adalah

pengukuran gula darah jangka panjang

b. Tes gula darah puasa.


c. Tes gula darah sewaktu

d. Tes toleransi gula darah oral.

8. Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut (Tandra, 2017) Pasien dengan DM beresiko terjadi

komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :

a) Komplikasi akut

1) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi

biasanya terjadi pada NIDDM.

2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemakdan protein terutama terjadi pada IDDM.

3) Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau

tidak terkontrol.

b) Komplikasi Kronis

1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada

organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti

pada :

 Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata

sehingga mengakibatkan kebutaan)

 Nefropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ tubuh.

 Neuropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)

dapat mengakibatkan gagal ginjal

 Makroangiopati
Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti

miokard infark maupun gangguan fungsi jantung karena

arteriskelosis.

 Penyakit vaskuler perifer

 Gangguan system pembuluh darah otak atau stroke

2) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang

tidak sembuh-sembuh

3) Disfungsi erektil diabetika

Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat

komplikasi seperti :

 Hiperglikemia atau hipoglikemia

 Meningkatnya resiko infeksi

 Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati,nefropati

 Komplikasi neufrotik

 Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner

(PJK) stroke.

9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang

ditimbulkan akibat DM.Caranya yaitu menjaga kadar glukosa darah

dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara

kualitas hidup dengan baik.Ada lima komponen dalam penatalaksanaan

diabetes tipe II yaitu :


a) Manajemen diet

Tujuan umum pelaksanaan diet pasien DM antara lain : mencapai

dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,

mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas – batas normal

atau ±10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan

kronik, serta meningkatkan kualitas hidup.Penurunan berat badan sehat

atau sedang (5-10% dari total berat badan ) telah menunjukkan

perbaikan dalam mengontrol DM tipe II.

Standar komposisi makanan untuk pasien DM yang dianjurkan oleh

konsesus perkeni (2006) adalah :

1) Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-56% dari total asupan

kalori.

2) Protein

Total asupan kalori dibutuhkan sebesar 10-20%

3) Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan

kalori.

4) Kolestrol

Yang dibutuhkan <300 mg/kalori

5) Serat

Asupan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000 kkal/hari

dianjurkan serat mencapai 25 g.


b) Latihan Fisik

Latihan fisik sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes

karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.Latihan fisik yang rutin

memelihara berat badan normal dengan indeks masa tubuh.

Manfaat latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan

tonus otot. Semua manfaat ini penting bagi penderita DM

mengingat adanya peningkatan rasio untuk terkena penyakit

kardiovaskuler pada diabetes.

c) Terapi Farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah

normal.Pada DM tipe II, insulin terkadang diperlukan sebagai

terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah

jika dengan diet, latihan fisik dan obat hipoglikemia oral (OHO)

tidak dapat menjaga gula darah dalam rentang normal.Berdasarkan

cara kerja OHO dibagi atas 3 golongan, yaitu :

1) Memicu produksi insulin

2) Meningkatkan kerja insulin (sensivitas terhadap insulin)

3) Penghambat enzim alfa glukosidase.(Damayanti, 2015)


A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut NANDA 2015, fase pengkajian merupakan sebuah komponen

utama untuk mengumpulkan informasi, data, mengorganisasikan data, dan

mendokumentasikan data, pengumpulkan data antara lain meliputi :

a. Identitas pasien

1) Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku, alamat, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnosa medis)

2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pekerjaan,

alamat, hubungan dengan pasien.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan / alasan masuk Rumah Sakit

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntaj, nyti abdomen, nafas

pasien mungkin berbau aseton, pernapasan kussmul, gangguan

pola tidur, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan,

dan sakit kepala.

2) Riwayat penyakit sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya

penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

mengatasunya.

3) Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit –

penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin

misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,

obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di

dapat maupun obat – obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang

penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan

anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stres (kehamilan,

pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).

5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta

tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pola aktivitas sehari – hari

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan

pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh

dan saling berhubungan satu sama lain

d. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit

kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi

(oliguri, disuri, dan lain – lain). Peggunaan kateter, frekuensi defekasi


dan maksi, karakteristik urin dan feses, pola iput cairan, infeksi saluran

kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih.

e. Pola makan

Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,

nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,

kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah zat gizi,

masalah / penyembuhan kulit, makanan kesukaan.

f. Personal hygiene

Mengambarkan kebersihan dalam merawat diri yang mencakup,

mandi, BAB, BAK, dan lain – lain.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tigkat

kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi

2) Tanda – tanda vital

Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan

reguler ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration

rute (RR) ormal 16 – 20 x/menit. Pernapasan dalam atau dangkal.

Denyut nadi reguler atau ireguler, adanya takkikardia, denyutan

kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.

3) Pemeriksaan kepala dan leher


a) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya

bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital

dibagian posterior.

b) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kerig, tidak

terlalu berminyak

c) Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahay, terhadap

gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati

diabetik.

d) Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun

e) Hidung : adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman

saraf hidung menuru.

f) Mulut : mukosa bibir kering

g) Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening

4) Pemeriksaan dada

a) Pernafasan : sesak nafas, batuk dengan sputum purulent dan

tergantung ada / tidaknya infeksi, panastesia / paralise otot

pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24

x/menit, nafas berbau aseton.

b) Kardiovaskuler : takkikardia / nadi menurun, perubahan TD

postural, hipertensi disritmia dan krekel.

5) Pemeriksaan abdomen

Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen, suara

bising usus yang menigkat.


6) Pemeriksaan repreduksi

Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada

pria dan sulit orgasme pada wanita.

7) Pemeriksaan integumen

Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama sembuh.

Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung

sembuh. Adanya akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik,

adanya pittig edema.

8) Pemeriksaan ekstremitas

Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada kaki

atau kaki diabetek

9) Pemeriksaan statul mental

Biasanya penderita akan mengalami stress, meolak kenyataan,

dan keputus asaan

h. Pemeriksaan penunjang

Menurut purwanto 2016, pemeriksaan penunjang diabetes mellitus

adalah

1) Gula darah meningkat > 200 m/dl

2) Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok

3) Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/lt

4) Gas darah arteri pH rendah dan penurun HCO3 (asidosis

metabolik)

5) Alkalosis respiratorik
6) Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stres atau infeksi

7) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat / ormal lochidrasi /

penurunan fungsi ginjal

8) Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.

9) Insulin darah : mungkin menurun / tidak ada (tipe I), normal

sampai meningkat (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin.

10) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid

dapat meningkat glukosa darah dan kebutuhan akan insulin

11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin

meningkat

12) Kaltur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi saluran

kemih dan infeksi luka.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit diabetes

mellitus antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan agen pencederaan fisik

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan insulin

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


3. Perencanaan keperawatan

Diagnosa
No Tujuan&Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan

1. Nyeri akut b.d NOC : NIC :

agen pencedera 1. Paint level 1. Kaji nyeri menggunakan

fisik 2. Pain control (PQRST) meliputi skala

3. Confort level frekuensi nyeri dan lain-

Setelah dilakukan tindakan lain

asuhan keperawatan selama 3 x 2. Pertahankan tirah baring

24 jam, masalah nyeri dan posisi nyaman

berkurang atau hilang dengan 3. Ajarkan teknik relaksasi

kriteria hasil : napas dalam

1. Skalanyeriberkurang (0-10) 4. monitor tanda-tanda viral

menjadi 4 5. kolaborasi untuk

2. PasienterlihatRileksdannya pemberian analgenetik

man

3. Pasienmampumengontrolny

eri

22 2 Gangguan NOC : NIC :

integritas kulit 1. tissue integrity skin and 1. Anjurkan pasien memakai

b.d agen mucous pakaian yang longgar

pencedera fisik 2. membraners 2. Hindari dari kerutan

3. hemodyalisakses tempat tidur


setelah dilakukan asuhan 3. Jaga kebersihan kulit agar

keperawatan selama 3 x 24 jam tetap bersih dan kering

diharpkan masalah gangguan 4. Mobilisasi pasian (ubah

integritas kulit dapat teratasi posisi) miring kanan,

dengan kriteria hasil : miring kiri setiap 2 jam

1. integritas kulit yang baik 5. Monitor perkembangan

dapat dipertahankan kulit pada luka post

2. luka sembuh sesuai kriteria debriment setiap hari

3. tidak ada luka atau lesi 6. Mengobservasi

4. perfusi jaringan baik luka :perkembangan tanda-

5. menunjukan proses tanda infeksi kemerahan,

penyembuhanluka perdarahan jaringan

nekorik, jaringan granulasi.

3 Perubahan NOC: NIC :

nutrisi kurang Status gizi : asupan makanan Monitor gizi

dari kebutuhan dan cairan Aktifitas yang dilakukan

tubuh b.d Klien diharapkan mampu : 1. amati kecenderungan

penurunan 1. mempertahankan berat pengurangan dan

insulin. badan penambahan BB

Data subjektif : 2. mempertahankan masa 2. monitoring jenis dan

- Klien sering tubuh dan berat badan jumlah latihan yang


merasa lapar dalam batas normal dilaksanakan

dan haus 3. memiliki nilai laboratorium 3. monitor tingkat respon

- Klien dalam batas normal emosional klien ketika

mengatakan 4. melaporkan tingkat energy ditempatkan pada suatu

berat yang adekuat keadaan yang ada makanan

badannya 4. monitoring lingkungan

menurun tempat makanan

selama 1 5. monitoring mual dan

bulan muntah

terakhir 6. monitoring tingkat energi

Data objektif : rasa tidak enak badan,

- Berat badan keletihan dan kelemahan

klien 7. monitoring masukan kalori

sebelum dari bahan makanan

sakit 76 kg Menjamin nutrisi

setelah sakit Aktivitas yang dilakukan :

68 kg 1. kaji apa klien ada alergi

- Mukosa makanan

bibir kering 2. kerja sama dengan ahli gisi

- Klien makan dalam menentukan jumlah

3x/hari kalori, protein dan lemak

mengahabisk secara tepat sesuai dengan

an ¾ porsi kebutuhan klien


makanan 3. ajari klien tentang diet

danmengko yang benar sesuai keutuhan

msumsi tubuh

buah-buahan 4. monitoring catatan

makanan yang masuk atas

kandungan gizi dan jumlah

kalori

5. timbang BB secara teratur

6. pastikan bahwa diet

mengandung makanan

yang berserat tinggi untuk

mencegah sembelit

7. pastikan kemampuan klien

untuk memenuhi

kebutuhan

Manajemen Hiperglikemi

Aktifitas yang dilakukan :

1. monitoring gula darah

sesuai indikasi

2. monitoring tanda gejala

poliuri, polidipsi, polifagia.

Keletihan pandangan kabur

atau sakit kepala


3. monitoring TTV sesuai

indikasi

4. batasi latihan ketika gula

darah besar dari 250mg/dl

khususnya adanya ketong

dalam urin

5. monitoring status cairan

intake output sesuai

kebutuhan.

4. 4 Intoleransi NOC: NIC

aktivitas b.d Toletansi aktivitas Terapiaktivitas

kelemahan Klien mampu untuk Aktifitas yang dilakukan :

Data subjektif : menyeimbangkan : 1. monitoring program

- klien 1. Denyut nadi saat aktivitas klien

mengakujara beraktifitas 2. bantu klien untuk

ng 2. Jumlah pernafasan saat melakukan aktivitas yang

berolahraga beraktivitas biasanya ialakukan

saat waktu 3. Tekanan darah sistolik saat 3. jadwalka nklien untuk

luang beraktivitas latiihan-latihan fisik secara

- klien 4. Tekanan darah diastolic rutin

mengatakan saat beraktivitas 4. bantu klien dengan

lemas 5. Warn akulit, kekuatan aktivitas - aktivitas fisik

Data objektif : tubuh bagian atas, kekuatan 5. monitoring respon fisik,


- aktifitas tubuh bagian bawah sisoal dan spiritual dari

klien dibantu Daya tahan tubuh klien terhadap aktivitasnya.

perawat dan Klien diharapkan mampu 6. Bentukleinmemonitorkema

keluarga untuk menyeimbangkan : juandaripencapaiantujuan.

- klien terlihat 1. Aktivitas Pengajaran : penetuan

lemah 2. Dayatahanotot aktivitas dan latihan

- TB/BB : 3. Hemoglobin Aktivitas yang dilakukan :

164cm/68kg 4. Hematocrit 1. Ajarkan klien tentang

- BMI : 25,28 5. Glukosadarah a. Tujuan dan kegunaan

overweight 6. Serum elektrolit aktivitas dan latihan

- Level 7. Rasa lelah b. Bagaimana cara

aktifitas : Perawatan diri aktivitas- melakukan toleransi

level 3 aktivitas sehari - hari aktivitas

(membutuhk Klien diharapkan mampu c. Bagaimana cara

an orang untuk menyeimbangkan : memonitor toleransi

lain) 1. Polamakan aktivitas

2. Berjalan d. Bagaimana menjaga

3. aktivitas latihan. Berikan

informasi kepada klien

bagaimana teknik-

teknik untuk

menyimpan energy

2. Brikan informasi seputar


kesehatan fisik klien

Mengontrol berat badan

Aktifitas yang dilakukan :

1. Diskusikan dengan klien

hubungan antara intake

makanan, latihan,

peningkatan berat badan

dan kehilangan berat badan

2. Diskusikan dengan klien

kondisi pengobatan yang

mempengaruhi berat badan

normal dantidak normal

3. Beri informasi kepada

klien tentang berat badan

yang ideal

4. Diskusikan bersama klien

metode tentang intake

makanan sehari-hari

5. Minta informasi dari klien

apakah ada dukungan luar

yang mempenngaruhi berat

badannya

6. Kaji penigkatan
keseimbangan makanan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencaa

asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menetap

perbandigan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang diamati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

a. Evaluasi sumatif SOAP

Hasil observasi dan analisaperawat terhadap respon pasien segera

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada

catatan, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.

b. Evaluasi sumatif SOAP

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan

perkembangan yang merupakan rekapan akhir secara paripurna,

catatan naratif, penderita pulang atau pindah.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “S”DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA MEDIS “DIABETES
MELLITUS”
A. Pengkajian

1. Data

a. Identitas pasien

1) Nama : Ny.s

2) Umur : 50 tahun

3) Alamat : Gowa

4) Jenis kelamin : Perempuan

5) Agama : Islam

6) Suku Bangsa : Bugis

7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

8) Pendidikan : SLTP

9) No RM : 245789

10) Dx Medis : Diabetes Mellitus

b. Identitas penanggung jawab:

1) Nama : Tn. B

2) Umur : 52 tahun

3) Alamat : Gowa

4) Jenis kelamin : laki-laki

5) Agama : Islam

6) Suku bangsa : Bugis

7) Pekerjaan : Swasta
8) Hubungan dengan pasien : Suami

2. Keluhan utama : nyeri pada luka di punggung kaki kanan

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien Ny. S di bawa ke IGD rumah sakit Syekh Yusuf pada hari

senin, 03 maret 2020 pukul 10.00 Wita. Pasien di bawa ke rumah

sakit dengan keluhan nyeri pada luka di punggung kaki kanan ( P:

ulkus diabetes melitues pada puggung kaki kanan, Q: nyeri hilang

timbul, tetapi lebih sering muncul di waktu malam hari dan jika

digunakan untuk menapak, R : Nyeri terjadi disekitar ulkus,

telapak kaki sampai kaki bagian atas, S : Derajat nyeri pasien

adalah kurang lebih 5-6, T : Sering terjadi pada waktu malam hari,

lamanya sekitar 15 menit. Kadang hilang timbul, nyeri berkurang

jika tidak digunakan untuk menapak dan setiap habis ganti balut)

dialami sejak 3 minggu sebelum masuk RS, pasien tampak

meringis kesakitan, pasien mengatakan tidak dapat melakukan

aktivitas seperti biasa, pasien mengatakan badan lemah, pasien

mengatakan hanya menghabiskan ¼ porsi makan yang di sajikan,

dan pasien mengatakan berat badan menurun 8 kg dalam sebulan

terakhir ini. Dilakukan pemeriksaan darah didapatkan hasil GDS :

425 mg/dl, dari hasil pemeriksaan dokter menganjurkan pasien

untuk ranap.
4. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sudah menderita DM sejak 4 tahun yang lalu

tapi pasien tidak rutin mengkonsumsi obat dan cek gula darah,

pasien ada riwayat penyakit reumatik sejak setahun yang lalu,

pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti TBC,

HIV/AIDS, hepatitis.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan ayahnya meninggal karena menderita DM,

sekarang pasien dan kedua saudara kandungnya juga menderita

DM.

6. Pola funsional

a. Pola nutrisi

a) Sebelum sakit : pasien mengatakan pasien makan 3-4 x/ hari

dengan nasi, sayur dan lauk, dan selalu minum minuman

manis seperti teh manis.

b) Saat sakit : pasien sudah mengurangi konsumsi gula, makan

3x sehari dengan hanya menghabiskan ¼ pori dari yang di

sajikan.

b. Pola eliminasi

a) Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x hari, konsistensi

padat, BAK 6-7 x hari.


b) Selama sakit : : pasien mengatakan BAB 1x hari,

konsistensi padat, BAK sering, saat malam hari bisa

hingga 9-10 x, warna kuning keruh, bau khas.

c. Pola aktivitas

a) Sebelum sakit : psien dapat beraktivitas mandiri tanpa

bantun orang lain.

b) Selama sakit : aktivitas pasien dibantu oleh perawat.

d. Pola istrahat dan tidur

a) Sebelum sakit : pasin dapat beristirahat 7-8 jam / hari.

Pasien jarang tidur siang

b) Selama sakit :pasien hanya tidur 4-5 jam pada malam hari

karena pasien terganggu dengan sering BAK, pasien tidur

siang hanya sebentar 15-30 menit.

e. Pola Persepsi dan Konsep

Diri Klien mengatakan saat ini pasien ingin cepat sembuh

dan lukanya cepat mengering serta tidak menjalar kemana-mana.

Dengan kondisi yang sekarang ini klien tidak putus asa, klien

selalu optimis akan hidupnya.

f. Pola Mekanisme Koping

Klien sangat dekat dengan anak-anaknya, Setiap klien

mempunyai masalah klien selalu mendiskusikan dengan anaknya.


g. Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien maupun keluarga klien beragama islam, mereka

selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu. klien percaya bahwa

segala sesuatu berasal dari Allah SWT dan kembali lagi

kepadaNYA. Akan tetapi setelah klien sakit, klien tidak pernah

menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Vital sign : TD : 140/90 mmHg

N : 103 x/mnt

RR : 22 x/mnt

S : 36,8 Oc

d. TB : 160 cm

BB : 59 kg.

8. Pemeriksaan Heat toe toe

a. Kepala :Bentuk mesosepal

b. Rambut : warna hitam, bersih, lembab

c. Kulit kepala : bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi

d. Mata : mengunakan kaca mata, penglihatan kurang baik,

kontungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik.

e. Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada pembesara polip,

fungsi penciuman normal


f. Mulut : lidah bersih, mukosa lembab, tidak ada karang gigi,

gusi baik tidak ada perdarahan

g. Telinga : bersih, simetris, tidak ada gangguan pendengaran

h. Dada : Paru – Paru :

I : Simetris, Perkembangan dada Kanan – kiri sama

P : Vocal Fremitus kanan dan kiri sama

P : Suara Sonor

A : Bunyi Vesikuler tidak ada hambatan

i. Jantung :

I : Ictus kordis Tampak

P : Ictus kordis teraba

P : Suara redup

A : Bunyi jantung s1 dan s2 reguler

j. Abdomen :

I : bentuk simetris, tidak ada asites

A : Peristaltic Usus 10 x / menit

P : Tympani kuadran 1,2,3,4

P : Tidak ada nyeri tekan,

k. Ekstermitas : Atas : tidak ada edema

Bawah : ada luka ulkus DM di punggung kaki

kanan.

l. Genetalia : tidak ada kelainan, tidak terpasang DC tidak ada luka.

m. Anus : tidak terdapat iritasi disekitar anus.


n. Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, Haus dan lapar

berlebihan, keringat berlebihan.

o. Psikiatri : kontak mata baik, kadang cemas akan keadaanya.

B. Pemeriksaan penunjang

GDS : : 425 mg/dl


KLASIFIKASI DATA
NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. 1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Klien tampak meringis dan
kaki kanannya gelisah
P : ulkus diabetes mellitus
Q : hilang timbul
R : telapak kaki kanan
S : 5-6
T : 15 menit
2. 1. Klien mengeluh ada luka di 1. Tampak adanya luka gangrene
telapak kaki kaki sebelah 2. Tampak pus dan sekitar luka
kanan tampak kehitaman
2. Klien tidak tahu cara merawat
luka
3. 1. Klien mengatakan tidak ada 1. Berat badan klien sebelum sakit
nafsu makan BB : 59 kg TB :165 IMT :21
2. Klien mengatakan berat setelah sakit
badannya menurun selama 1 BB: 45 kg TB: 165 cm IMT:16
bulan terakhir 2. Mukosa bibir kering
3. Klien makan 3x/hari,
menghabiskan porsi ¼ dari porsi
yang disajikan
4. 1. Klien mengaku jarang olahraga 1. Aktivitas klien di bantu perawat
saat waktu luang dan keluarga
2. Klien mengatakan lemas 2. Klien terlihat lemah
3. TB/ BB : 165cm/45kg
4. IMT : 16
5. Level aktivitas : level
(membutuhkan orang lain)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik

2. Gangguan integritas kulit b.d agen cedera fisik

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan insulin.

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut b.dNOC : NIC :
agen penceder 1. Paint level Manajemen Nyeri
fisik 2. Pain control 1. kaji nyeri
3. Confort level menggunakan
Setelah dilakukan tindakan asuhan (PQRST) meliputi
keperawatan selama 3 x 24 jam skala frekuensi
masalah nyeri berkurang atau nteru dan lain-lain
hilang dengan kriteria hasil : 2. pertahankan tirah
1. Skala nyeri berkurang (0-10) baring dan posisi
menjadi 4 nyaman
2. Pasien terlihat Rileks dan 3. ajarkan teknik
nyaman relaksasi napas
3. Pasien mampu mengontrol dalam
nyeri 4. monitor tanda-
tanda viral
5. kolaborasi untuk
pemberian
analgetik
2. Gangguan NOC : NIC :
integritas kulit 1. tissue integrity skin and 1. Anjurkan pasien
b.d agen mucous memakai pakaian
cedera fisik 2. membraners yang longgar
3. hemodyalis akses 2. Hindari dari kerutan
setelah dilakukan asuhan tempat tidur
keperawatan selama 3 x 24 jam 3. Jaga kebersihan
diharpkan masalah gangguan kulit agar tetap
integritas kulit dapat teratasi bersih dan kering
dengan kriteria hasil : 4. Mobilisasi pasian
1. integritas kulit yang baik (ubah posisi) miring
dapat dipertahankan kanan, miring kiri
2. luka sembuh sesuai kriteria setiap 2 jam
3. tidak ada luka atau lesi 5. Monitor
4. perfusi jaringan baik perkembangan kulit
5. menunjukan proses pada luka post
penyembuhan luka debriment setiap
hari
6. Mengobservasi
luka : perkembangan
tanda-tanda infeksi
kemerahan,
perdarahan jaringan
nekorik, jaringan
granulasi.

3. Peperubahan nutrisi NOC: NIC :


kurang dari
Status gizi : asupan makanan dan Monitor gizi
kebutuhan tubuh cairan Aktifitas yang dilakukan
b.d penurunanklien diharapkan mampu : 1. amati
insulin. 1. mempertahankan berat badan kecenderungan
Data subjektif : 2. mempertahankan masa tubuh pengurangan dan
- klien sering dan berat badan dalam batas penambahan BB
merasa lapar normal 2. monitoring jenis dan
dan haus 3. memiliki nilai laboratorium jumlah latihan yang
- klien dalam batas normal dilaksanakan
mengatakan 4. melaporkan tingkat energy 3. monitorting respon
berat yang adekuat emosional klien
badannya ketika ditempatkan
menurun pada suatu keadaan
selama 1 yang ada makanan
bulan terakhir 4. monitoring
Data objektif : lingkungan tempat
- berat bada makanan
klien sebelum 5. monitoring mual dan
sakit 76 kg muntah
setelah sakit 6. monitoring tingkat
68 kg energi rasa tidak
- mukosa bibir enak badan,
kering keletihan dan
- klien makan kelemahan
3x/hari 7. monitoring masukan
mengahbiska kalori dari bahan
n ¾ porsi makanan
makanan dan Menjamin nutrisi
mengkomsu Aktivitas yang dilakukan :
msi buah- 1. kaji apa klien ada
buahan alergi makanan
2. kerja sama dengan
ahli gisi dalam
menentukan jumlah
kalori, protein dan
lemak secara tepat
sesuai dengan
kebutuhan klien
3. ajari klien tentang
diet yang benar
sesuai keutuhan
tubuh
4. monitoring catatan
makanan yang
masuk atas
kandungan gizi dan
jumlah kalori
5. timbang BB secara
teratur
6. pastikan bahwa diet
mengandung
makanan yang
berserat tinggi untuk
mencegah sembelit
7. pastikan
kemampuan klien
untuk memenuhi
kebutuhan
Manajemen Hiperglikemi
Aktifitas yang dilakukan :
1. monitoring gula
darah sesuai indikasi
2. monitoring tanda
gejala poliuri,
polidipsi, polifagia.
Keletihan
pandangan kabur
atau sakit kepala
3. monitoring TTV
sesuai indikasi
4. batasi latihan ketika
gula darah nesar dari
250mg/dl khususnya
adanya ketong
dalam urin
5. monitoring status
cairan intake output
sesuai kebutuhan.
4. Intoleransi NOC: NIC
aktivitas b.d Toletansi aktivitas Terapi aktivitas
kelemahan Klien mampu untukAktifitas yang dilakukan :
Data subjektif : menyeimbangkan : 1. monitoring program
- klien 1. Denyut nadi saat beraktifitas aktivitas klien
mengaku 2. Jumlah pernafasan saat 2. bantu klien untuk
jarang beraktivitas melakukan aktivitas
berolahraga 3. Tekanan darah sistolik saat yang biasanya ia
saat waktu beraktivitas lakukan
luang 4. Tekanan dara diastolic saat 3. jadwalkan klien
- klien beraktivitas untuk latiihan-
mengatakn 5. Warna kulit, kekuatan tubuh latihan fisik secara
lemas bagian atas, kekuatan tubuh rutin
Data objektif : bagian bawah 4. bantu klien dengan
- aktifitas klien
Daya tahan tubuh dengan aktivitas
dibantu klien diharapkan mampu untuk aktivitas fisik
perawat dan menyeimbangkan : 5. monitoring respon
keluarga 1. Aktivitas fisik, sisoal dan
- klien terlihat 2. Daya tahan otot spiritual dari klien
lemah 3. Hemoglobin terhadap
- TB/BB : 4. Hematocrit aktivitasnya.
164cm/68kg 5. Glukosa darah 6. Bentu klein
- BMI : 25,28 6. Serum elektrolit memonitor
overweight 7. Rasa lelah kemajuan dari
- Level Perawatan diri aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan.
aktifitas : sehari-hari Pengajaran : penetuan
level Klien
3 diharapkan mampu untuk aktivitas dan latihan
(membutuhka menyeimbangkan : Aktivitas yang dilakukan :
n orang lain) 1. Pola makan 1. Ajarkan klien
2. Berjalan tentang
3. aktivitas a. Tujuan dan
kegunaan
aktivitas dan
latihan
b. Bagaimana cara
melakukan
toleransi
aktivitas
c. Bagaimana cara
memonito
toleransi
aktivitas
d. Bagaimana
menjaga latihan.
Berikan
informasi
kepada klien
bagaiman
teknik-teknik
unutk
menyimpan
energy
2. Brikan informasi
seputar kesehatan
fisik klien
Mengontrol berat badan
Aktifitas yang dilakukan :
1. Diskusikan dengan
klien hubungan
antara intake
makanan, latihan,
peningkatan berat
badan dan
kehilangan berat
badan
2. Diskusikan dengan
klien kondisi
pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan normal dan
tidak normal
3. Beri informasi
kepada klien tentang
berat badan yang
ideal
4. Diskusikan bersama
klien metode tentang
intake makanan
sehari-hari
5. Minta informasi dari
klien apakah ada
dukungan luar yang
mempenngaruhi
berat badannya
6. Kaji penigkatan
keseimbangan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, S. (2015). Diabetes mellitus dan penatalaksanaan keperawatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Medika. (2017). Berdamai dengan diabetes (Nursyamsiyah, ed.). Jakarta: Bumi

medika.

Muzakkir. (2016). Perilaku hidup kurang sehat memicu penyakit (Amier, ed.).

Makassar: PT.ISAM Cahaya Indonesia.

Nuari, A. N. (2017). Strategi manajemen edukasi pasien diabetes mellitus.

Yogyakarta: CV Budi utama.

Tandra, H. (2017). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes

panduan lengkap mengenal dan mengatasi diabetes dengan cepat dan

mudah. jakarta: PT Gramedia pustaka utama.

Tholib, M. A. (2016). Buku pintar perawatan luka diabetes mellitus. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai