DI PUSKESMAS SIKUMANA
DISUSUN OLEH:
KUPANG
2022
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
. ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsin tanpa / disertai
radang parenkim paru. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) paling sering
menyerang anak usia 2 tahun sampai 5 tahun dan mempunyai resiko menderita
ISPA lebih tinggi.
2. Etiologi
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan mikovirus, adenovirus. Korona virus, pikomavirus,
mikoplasma, herpesvirus Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA, diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang
di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
3. Patofisiologi
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
1. Hidung
Hidung atau nasal berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir dan
dari paru-paru, sebagai penyaring kotoran dan melem serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Nasal terdiri atas bagian eksternal
dan internal Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago, dilindungi otot otot dan kulit, serta dilapisi oleh
membrane mukosa. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-
lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah 3 buah:
(a) konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah), (b) konka nasalis
media (karang hidung bagian tengah), (c) konka nasalis superior (karang
hidung bagian atas).
2. Faring
3. Laring
4. Trakea
6. Paru-paru
Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu;
1. ISPA Ringan
a. Batuk
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2. ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA
ringan dengan disertai gejala sebagai berikut:
a. Pernapasan lebih dari 50 kali menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
3. ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan
atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
Defisit
nutrisi Resiko
Intoleransi
ketidakseimbangan
cairan Aktivitas
7. Manifestasi klinis
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA pada anak adalah sebagai berikut:
1) Batuk
2) Pilek
3) demam
4) Bersin
5) Gatal atau sakit tenggorokan
6) Hidung tersumbat
ISPA pada anak jika semakin lama semakin parah disertai gejala berikut:
a) Sesak napas
b) Nyeri pada bagian dada atau perut
c) Kejang
d) Penurunan kesadaran
e) Bibir dan kuku tampak kebiruan
f) Kulit menjadi pucat dan terasa dingin
g) Gangguan pencernaan separti, mual, muntah dan diare.
8. Komplikasi
a. Penemonia
b. Bronchitis.
c. Sinusitis
d. Laryngitis.
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan
dalam menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
1) Kultur
2) Biopsi
3) Pemeriksaan pencitraan.
10. Penatalaksanan
b) Imunisasi
d) bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersihi Bila badan seseorang demnam gunakan pakaian yang
cukup tipis tidak terlalu ketat
e) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda vital:
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah
e. Mata
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab. lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Leher
i. Thoraks
a. Inspeksi
b. Palpasi
1. Adanya demam
c. Perkusi
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
j. Abdomen
1. Inspeksi
Lihat bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak.
2. Palpasi
Apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen atau tidak.
3. Perkusi
Apakah perut terasa kembung atau tidak.
4. Auskultasi
Lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan
bising usus/tidak.
s
k. Genitalia
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m. Ekstremitas atass
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan sputum berlebihan
C. Intervensi keperawatan
Terapeutik:
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
Terapeutik:
1. catat intake
output dan hitung
balans cairan 24
jam
2. berikan asupan
cauran, sesuai
kebutuhan
3. berikan cairan
intrvena, jika
perlu
Kolaborasi:
1. kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu
Terapeutik:
1. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
2. Berikan, makanan
tinggi serat untuk
mencengah
konstipasi
3. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
4. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberia
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
Terapeutik:
1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Lakukan
pendinginan (mis.
Selimut
hipotermia atau
kompres dingin
pada dihi, leher,
dada, abdomen,
dan aksila)
Edukasi:
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu.
Terapeutik:
1. Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
2. shdkadbaj
Terapeutik:
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien.
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan.
D. Implementai
E. Evaluasi
S (subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan di berikan
Wijayaningsi, K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans info media.
Hartono, 2016. Teori Portofolio dan analisis Infestasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Data Dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan
Indonesia 2016.
Riskedas 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. 2018.
S