PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nafas kecil (bronkiolus). Pada anak < 2 tahun ditandai oleh sindrom klinik yaitu,
sering terjadi pada usia 2-24 bulan dan puncaknya pada usia 2-8 bulan. Sekitar 95%
kasus terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun dan 75% diantaranya dibawah usia 1
tahun. Bronkiolitis lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan.
Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2 tahun di
semua perawatan rumah sakit pada bayi. Frekuensi bronkiolitis di negara berkembang
hampir sama dengan di Amerika Serikat. Rerata insiden perawatan setahun pada anak
berusia dibawah 1 tahun adalah 21,7 per 1000 dan semakin menurun seiring dengan
pertambahan usia, yaitu 6,8 per 1000 pada usia 1-2 tahun.Sekitar 95% dari kasus
Cara transmisi yaitu melalu udara dan melalui kontak dengan permukaan yang
1
terkontaminasi. Faktor resiko terjadinya bronkiolitis yaitu kadar antibodi yang rendah
pada darah tali pusar, usia, bulan kelahiran, pemberian Air susu ibu yang kurang
ataupun tidak ada, kondisi tempat tinggal yang padat, kembar, dan sosioekonomi
yang rendah.1,2
masih tingginya angka kejadian pada anak anak balita . Di negara berkembang
bronkiolitis mencapai 25% - 50%. Angka kejadian ini lebih tinggi lagi pada musim
dingin (Yuswianto, 2010). Setiap tahun di perkirakan 4 juta anak balita meninggal
jantung bawaan, adanya paparan asap rokok pasca natal, sianosis, saturasi oksigen <
90%, laju pernafasan > 70x/menit, adanya ronki, riwayat bronkopulmoner displasia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Defenisi
karakteristik klinis berupa batuk, takipnea, wheezing, dan / atau rhonki. Bronkiolitis
adalah sebuah kelainan saluran penafasan bagian bawah yang biasanya menyerang
anak-anak kecil dan disebabkan oleh infeksi virus-virus musiman seperti RSV.
Walaupun kata bronkiolitis berarti inflamasi bronkioles, hal ini jarang ditemukan
secara langsung, tapi diduga pada anak kecil dengan distres pernafasan yang memiliki
tanda-tanda infeksi virus.3 Di United Kingdom, kata ini digunakan secara lebih
discharge, dan batuk kering dan berbunyi menciut. Pada pemeriksaan ada crackles
inspirasi halus dan / atau wheezing ekspirasi nyaring.3 Di Amerika Utara, bronkiolitis
biasanya digunakan secara lebih luas, tapi berhubungan dengan penemuan spesifik
berupa wheezing.3,4
virus pernafasan atas, diikuti peningkatan wheezing dan usaha bernafas dari anak-
anak kurang dari 2 tahun”. Perbedaan ini penting, karena wheezing berulang pada
3
anak-anak yang lebih besar sering dicetuskan oleh virus-virus yang khas untuk
C. Anatomi
Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi penciuman
dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di udara. Impuls saraf
Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Hal ini
dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mucus sekresi sel goblet dan
didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan bagian bawah menuju
saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung.
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
Pada proses pernafasan rongga hidung berfungsi secara khusus antara lain :
Sebagai system pertahan tubuh oleh kuman yang masuk melalui udara.
4
Faring
Faring adalah pipa (saluran) berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Bila ter
belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian atasnya. Dari sini
partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar. Udara yang telah sampai ke faring
telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu
a. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara
c. Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
5
e. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
antibody dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba. Tonsil berukuran lebih
besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi pada orang dewasa.
a. Nasofaring
Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum molle. Pada
dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran mengarah ke masing-
masing bagian tengah telinga. Pada dinding posterior, terdapat tonsil faringeal
b. Orofaring
Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari bagian bawah
palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. Dinding lateral bersatu dengan
palatum molle untuk membentuk lipatan di tiap sisi. Antara tiap pasang lipatan,
terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatin. Saat menelan, bagian
nasal dan oral dipisahkan oleh palaturn molle dan uvula. Uvula (anggur kecil) adalah
prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur kebawah dari bagian tengah tepi
bawah palatum lunak. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring
posterior.
6
c. Laringofaring
Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke bawah
esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6. Mengelilingi mulut esophagus
Suplay darah pada faring kebutuhan darah pada faring disuplai oleh beberapa
cabang dari arteri wajah. Aliran balik vena menuju vena fasialis dan jugularis
interna. Faring dipersarafi oleh pleksus faringeal yang dibentuk oleh saraf vagus dan
Faringdilapisi oleh tiga jaringan yaitu membran mukosa, jaringan fibrosa, dan otot
polos.
Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai pelindung.
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap
masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing
(gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri) dan tumor. Pada waktu menelan,
gerakan laring keatas, penutupan glotis (pemisah saluran pernapasan bagian atas dan
bagian bawah) seperti pintu epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing
masuk melampaui glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan sekret
Fungsi laring :
7
a. Produksi suara, suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara
bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita suara
pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin rendah. Volume
suara bergantung padabesarnya tekanan pada pita suara yang digetarkan. Semakin
besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar getaran pita suara dan semakin keras
b. Berbicara, bebicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh pita
c. Pelindung saluran nafas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas, menyumbat
saluran faring sehingga engsel epiglottis menutup faring. Hal ini menyebabkan
d. Jalan masuk udara, bahwa laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas antar
e. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat udara
Trakea
cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial. Tempat trakea
8
bercabang menjadi bronkus di sebut karina. Di karina menjadi bronkus primer kiri
dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan kanan),Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika
dirangsang.
Fungsi trakea :
menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat kepala
internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir ekspirasi dengan
upaya.
gerakan silia membran mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan ditelan atau
dibatukkan.
c. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan pita
9
udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus dan/atau benda
Percabangan Bronkus
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang
semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang
bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebar serta hampir vertikal dengan
trakea. Sedangkan bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika satu pipa ET
yang menjamin jalan udara menuju ke bawah, ke bronkus utama kanan, jika tidak
tertahan baik pada mulut atau hidung, maka udara tidak dapat memasuki paru kiri
dan menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun demikian arah bronkus utama
kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya kateter menghisap benda asing. Cabang
Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan segmentalis.
Percabngan ini terus menjadi kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis
10
oleh cincin tulang rawan. Hanya otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
pertukaran gas. Asinus (lobulus primer), terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
dipisahkan oleh septum dari alveolus di dekatnya. Dalam setiap paru terdapat 300 juta
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar: Pneumosit tipe I, merupakan lapisan
yang menyebar dan menutupi daerah permukan, Pneumosit tipe II, yang bertanggung
jawab pada sekresi surfaktan. Pada hakekatnya alveolus adalah suatu gelembung gas
yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas
inspirasi dan kolaps saat ekspirasi, tetapi dengan adanya lapisan yang terdiri
dari zat lipoprotein (di sebut surfaktan) yang dapat mengurangi tegangan permukaan
dan resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps
alveolus pada waktu ekspirasi. Defisiensi surfaktan merupakan faktor penting pada
patogenesis sejumlah penyakit paru. termasuk sindrom gawat nafas akut (ARDS).
a. Bronkus kanan, bronkus ini lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada
bronkus kiri sehingga cenderung sering mengalami obstruksi oleh benda asing.
Panjangnya sekitar 2,5 cm. Setelah rnemasuki hilum, bronkus kanan terbagi
11
menjadi tiga cabang, satu untuk tiap lobus. Tiap cabang kemudian terbagi menjadi
b. Bronkus kiri, panjangnya sekitar 5 cm dan lebih sempit daripada bronkus kanan.
Setelah sampai di hilum paru, bronkus terbagi menjadi dua cabang, satu untuk
tiap lobus. Tiap cabang kemudian terbagi menjadi saluran-saluran kecil dalam
akhirnya, alveoli.
Paru- Paru
tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok
padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan
vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara
a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
b. Paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
12
150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
Dalam tiap lobus, jaringan paru lebih lanjut terbagi menjadi selubung halus
jaringan ikat, yaitu lobulus. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang berasal dari
duktus alveolus, dan banyak alveoli (kantong-kantong udara). Terdapat 150 juta
alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
13
Saat jalan napas bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih kecil, dinding jalan
napas menjadi semakin tipis hingga otot dan jaringan ikat lenyap, menyisakan lapisan
tunggal sel epitelium skuamosa sederhana di duktus alveolus dan alveoli. Saluran
napas distal ditunjang oleh jaringan ikat elastik yang longgar di mana terdapar
makrofag, fibroblas, saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Alveoli dikelilingi
oleh jaringan kapiler padat. Pertukaran gas di paru (respirasi eksternal) berlangsung
di membran yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang bergabung
bersama. Membran ini disebut membran respiratorik. Di antara sel skuamosa terdapat
sel septal yang menyekresi surfaktan, suatu cairan fosfolipid yang mencegah alveoli
dari kekeringan. Selain itu, surfaktan berfungsi mengurangi tekanan dan mencegah
dinding aiveolus mengalarni kolaps saat ekspirasi. Sekresi surfaktan ke saluran napas
14
D. Etiologi
oleh invasif RSV. Oreinstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti
RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350 nm),
bagian penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein )
yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel virus
dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi
neutralisasi protektif pada host. Terdapat dua macam strain antigen RSV yaitu A dan
B. RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih berat dan
E. Epidemiologi
sering terjadi pada usia 2-24 bulan, pucaknya pada usia 2-8 bulan. 95% kasus terjadi
pada anak usia dibawah 2 tahun dan 75% diantarannya terjadi pada anak usia
dibawah 1 tahun. Oreinstein menyatakan bahwa bronkiolitis lebih sering terjadi pada
bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup di
15
Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2 tahun
merupakan 17% dari semua kasus perawatan di RS pada bayi. Frekuensi bronkiolitis
pada musim dingin atau pada musim hujan di Negara-negara tropis. 1,8,5
daripada di Negara-negara maju. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan
adalah 1-3%.1,8,5
F. Patogenesis
16
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon inflamasi
akut, ditandai dengan adanya obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mukus,
timbunan debris seluler / sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan
infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa. Karena tahanan aliran udara
bebanding terbalik dengan diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja
penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama
pada bayi yang memiliki penampang saluran respiratori kecil. Resistensi pada
bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran
respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan menyebabkan air trapping dan
hiperinflasi. Atelektasis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total dan udara yang
terjebak diabsorbsi.1,7
mukus tertimbun di dalam bronkiolus. Kerusakan sel epitel saluran napas juga
kontraksi otot polos saluran napas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran napas juga
sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi, bronkiolus menjadi
sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel-
sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran napas.1,7
17
meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan kerja
Anak yang lebih besar dan orang dewasa jarang mengalami bronkiolitis bila
terserang infeksi virus. Perbedaan anatomi antara paru-paru bayi muda dan anak yang
lebih besar mungkin merupakan kontribusi terhadap hal ini. Respon proteksi
imunologi terhadap RSV bersifat transien dan tidak lengkap. Infeksi yang berulang
pada saluran napas bawah akan meningkatkan resistensi terhadap penyakit. Akibat
infeksi yang berulang-ulang, terjadi cumulatif immunity sehingga pada anak yang
lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih tahan terhadap infeksi bronkiolitis dan
18
Penurunan ventilasi dari bagian paru-paru menyebabkan ventilasi / perfusi
lanjut penyempitan saluran udara menghasilkan penurunan aliran udara yang tidak
paru. Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam
3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung setelah 2 minggu. Jaringan mati
G. Manifestasi Klinis
pernapasan bagian bawah dengan didapatkannya demam dan coryza setelah 2-3 hari,
memburuknya batuk dan sesak nafas / apnea adalah komplikasi yang sering terjadi
dan mungkin terjadi sampai 20% kasus, terutama pada bayi premature. Pada
pemeriksaan klinis juga ditemukan adanya, usaha dalam bernafas, retraksi dinding
dada, wheezing atau dan ronkhi, auskultasi ditemukan adanya crackles halus dan
H. Diagnosis
19
Anamnesis, pada anamnesis gejala awal berupa infeksi respiratory atas akibat
virus, seperti pilek ringan, batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul
batuk, yang disertai dengan sesak nafas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing,
sianosis, merintih (grunting), muntah setelah batuk, rewel dan penurunan nafsu
makan.
adanya takipneu, takikardi, dan peningkatan suhu diatas 38,5 derajat. Selain itu, dapt
akibat respon inflmasi akut akan menimbulkan gejala ekspirasi memanjang hingga
wheezing. Usaha –usaha pernafasan yang dilakukan anak untuk mengatasi obstruksi
akan menimbulkan napas cupping hidung dan retraksi interkostal. Selain itu, dapat
juga ditemukan ronkhi dari pemeriksaan auskultasi paru. Sianosis dapat terjadi, dan
bila gejala menghebat, dapat terjadi apneu, terutama pada bayi berusia ≤ 6 minggu.
SKOR Skor
0 1 2 3 4 maksimal
Wheezing :
2 dr 4 lap
20
-Lokasi (-) paru 3 dr 4 lap paru 2
Retraksi :
TOTAL 17
karena jumlah leukosit biasanya normal, demikian pula dengan elektrolit. Analisis
gas darah (AGD) diperlukan untuk anak dengan sakit berat, khususnya yang
(patchy infiltrates), tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada
asma, pneumonia viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula ditemukan gambaran
atelektasis, terutama pada saat konvalenses akibat secret pekat bercampur sel-sel mati
yang menyumbat, air trapping, diafragma datar, dan peningkatan diameter antero-
posterior.
21
Untuk menemukan adanya RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen
assa, ELISA ) atau PCR (Polimerase Chain Reaction) dan pengukuran titer antibody
22
Foto Ct- scan Thoraks Broncholitis
( Popcorn Lung )
I. Penatalaksanaan
pemberian oksigen, minimal handling pada bayi, cairan intravena dan kecukupan
respirasi bila perlu, dan nutrisi. Setelah itu barulah digunakan bronkodilator, anti-
23
inflamasi seperti kortikosteroid, antiviral seperti ribavirin, dan pencegahan dengan
antibody (Palivizumab).
Oksigen
Beberapa memilih untuk menjaga saturasi oksigen Diatas 95%. Tidak ada ulasan
Bronkodilator
perbaikan skor klinis jangka pendek, tetapi tidak terdapat perbaikan pada
efek bronkodilator ini tidak jelas, terutama sebagai kajian dalam tinjauan
sistematis yang digunakan bersama agen yang berbeda dan ukuran hasil yang
24
Wohl dan Chernick menyatakan bahawa penyebab obstruksi saluran
respiratori adalah inflamasi dan penyempitan akibat udema mukosa dan sumbatan
mukosa, serta kolapsnya saluran respiratory kecil pada bayi dengan bronkiolitis,
adrenergik.
Epinefrin
selektif adalah1 :
Kortikosteroid
25
dirumah sakit yang bermakna secara statistik.1 Sangat mungkin keuntungan
Ribavirin
26
menyimpulkan pemberian ribavirin dini kurang dari 5 hari dapat mengurangi
insidens dan beratnya penyakit saluran respiratori reaktif maupun perawatan
dirumah sakit. Data invitro menunjukan pemberian ribavirin 1 kali saja sedini
mungkin pada kultur sel trakea yang diinfeksi RSV akan menurunkan konsentrasi
kemokin dan menurunkan resiko inflamasi.
Heliox
Heliox merupakan campuran helium dan oksigen. Heliox digunakan oleh
Barach sejak tahun 1935 untuk asma berat dan sumbatan saluran respiratory atas.
Karena hasilnya kontroersial maka heliox tidak digunakan secara luas. Efek
positifnya dikarenakan densitas heliox lebih rendah daripada campuran udara dan
oksigen, sehingga menurangi tekanan dorong yang dibutuhkan pada aliran
turbulen dan mempertahankan aliran laminar. Hal ini akan mengurangi kerja
respirasi dengan mengurangi tahanan dan aliran udara.
Pada bayi dengan bronkiolitis RSV derajat sedang-berat, heliox akan
memperbaiki status respirasi secara klinis, yang ditujukan pada perbaikan skor
klinis serta berkurangnya takikardi dan takipneu.1
J. Pencegahan
Immunoglobulin
yang menetralisir prtotein F dan G dengan cara pemberian dari luar imunisasi ibu.
Bila pada bayi premature atau bayi dengan penyakit paru kronis diberikan RSV
dengan Palvizumab setiap bulan, diberikan secara intramuscular tiap hari, lama
27
perawatan RSV akan berkurang secara bermakna. Akan tetapi, resiko efek
samping mungkin meningkat pada bayi dengan penyakit jantung sianotik. AAP
bayi dengan resiko tinggi yang tidak menderita penyakit jantung sianotik.
Palivizumab
teknologi DNA rekombinan dan memiliki aktivitas serupa terhadap kedua strain
(A dan B) RSV, tidak ada bukti bahwa palivizumab efektif dalam pengobatan
K. Prognosis
Beberapa studi kohort menghubungkan infeksi akut berat pada bayi dengan
23% bayi dengan bronkiolitis berkembang menjadi asma pada usia 3 tahun. Hal
ini terlihat dari studi kohort bahwa jika tidak ada keluarga riwayat atopi,
Sekitar 40-45% bayi dengan bronkiolitis karena RSV akan menderita mengi
di kemudian hari.1
28
BAB III
KESIMPULAN
Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernapasan bayi yang lazim, akibat dari
obstruksi radang saluran pernapasan kecil. Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun
pertama, dengan insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan. Bronkiolitis terutama
disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV) dan sisanya disebabkan oleh virus
Parainfluenzae tipe 1,2, dan 3, Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau
29
DAFTAR PUSTAKA
30