OLEH:
Nim : 21606034
Kelas : Reguler B
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan
makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel
syaraf yang di mulai pada usia pertengahan (Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees
and Deekert, 1990, Vander Cammen, 1991).
Presbiskusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi,
1999).
Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan.
(Lueckenotte, 1997).
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat,
dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari
selain proses menua secara umum.
B. Etiologi
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis antara lain:
1. Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi ini dimulai dengan terjadinya
atrofi dibagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun secara progresif terjadi
degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga kedaerah apeks yang pada
akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan
pemahaman bicara karena penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik yang
mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering
terganggu akibat lanjutnya usia. (Schuknecht).
2. Penelitian tentang penyebab presbiakusis sebagian besar menitik beratkan pada
abnormalitas genetik yang mendasarinya (Dilaporkan bahwa salah satu strain yang
berperan terhadap terjadinya prebikusis , yaitu C57BL/6J sebagai penyandi saraf ganglion
spiral dan sel stria vaskularis pada koklea), dan salah satu penemuan yang paling terkenal
sebagai penyebab potensial presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA mitokondrial.
Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis antara
lain: (Boedhi & Hadi, 1999)
a. Usia dan jenis kelamin
b. Hipertensi
c. Diabetes Melitus
d. Merokok
e. Hiperkolesterol
f. Riwayat Bising
C. Klasifikasi
Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4, antara lain : (Boedhi & Hadi, 1999)
1. Presbiakusis Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai dengan hilangnya sel rambut dan sel penyokong
organ corti di membrana basalis koklea dan karena itu khas berupa hilangnya pendengaran
nada tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Ciri khas dari tipe presbikusis sensori
ini adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi.
2. Presbiakusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat. Tidak didapati
adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata dan dapat dijumpai sebelum terjadinya
gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab
gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Bila neuron ini berkurang
dibawah yang dibutuhkan untuk transmisi getaran , maka terjadilah resbikusis neural.
Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Dan atrofi
yang luas pada ganglion spiral.
3. Presbikusi Strial (metabolik)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang pendengaran yang mulai
timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan
terjadinya abnormalitas strial vaskularis berupa atropi daerah apikal dan tengah dari
koklea. Strial vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik, kimiawi,
dan metabolik koklea, proses ini berlangsung pada usia 30-60 tahun.
4. Presbikusis Kondusif Koklea
Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanisme pada
membran basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram ditandai dengan
penurunan progresi dari sensitifitas di seluruh daerah tes. Terjadi perubahan gerakan
mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiral.
D. Patofisiologi
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel
epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan (60 tahun keatas). juga dilaporkan bahwa
keadaan yang sama terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea.
Terjadi pula perubahan pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat
penurunan elastisitas membran basalais di koklea dan membrana timpani.
Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran, pasokan darah dari
reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan, sehingga baik jalur auditorik dan lobus
temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab, di samping
kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu sendiri yang bisa berbagai jenis.
E. Manifestasi Klinis
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran:
1. Kesulitan mengerti pembicaraan
2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.
3. Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam
4. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang
bising
5. Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
6. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
7. Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan
lengkap. (Luekenotte, 1997)
F. Derajat Presbikusis
Menetukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran
udaranya (AC/Air Conduction) saja.
Derajat menurut Jerger :
1. 0 – 20 dB (desibel) : Normal
2. >20 – 40 Db : Tuli ringan
3. >40 – 55 dB : Tuli sedang
4. >55 – 70 Db : Tuli sedang berat
5. >70 – 90 Db : Tuli berat
6. >90 dB : Tuli sangat berat
G. Penatalaksanaan
Melihat dampak dari gangguan atau menurunnya pendengaran pada lansia, maka penggunaan
alat bantu dengar perlu dianjurkan pada mereka yang membutuhkannya.
Terdapat berbagai jenis alat bantu dengar yang disesuaikan dengan keperluan dari
penggunanya. Apabila kedua telinga terganggu lebih baik menggunakan dua buah alat bantu
dengar ( masing-masing satu untuk setiap telinga yang akan memberikan hasil yang lebih baik
dibanding hanya satu buah saja ).
ASKEP KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA NY.S
DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN (PRESBIAKUSIS)
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Identitas klien
Nama : Ny.S
Umur : 70 th
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku : bugis
Status Perkawinan : janda
Pendidikan Terakhir : SR
Pekerjaan :-
Alamat : Jl.Wahidin Sudirohusodo II
Tanggal Masuk : 9 Oktober 2017
Golongan darah :O
2. Penanggung Jawab/Pengantar
Nama : Tn.A
Umur : 28 th
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pertanian
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Wahidin Sudirohusodo II
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Klien
Susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b. Riwayat penyakit sekarang
Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan/rangsangan
berupa suara. Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap
pembicaraan. Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi
pembicaraan. Yang paling suka dilakukan klien adalah duduk menyendiri.
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Menurut keluarga klien, klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun
kronis, kecuali sakit ringan seperti demam, flu, batuk ringan. Gangguan
pendengaran mulai dirasakan klien pada umur 50 th tapi hal tersebut belum terlalu
menganggu bagi klien.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit pada system pendengaran.
e. Riwayat Psikososial dan Spritiual
Pola koping : klien mengekspresikan persaan sedih, murung
Aktivitas sosial : klien tidak mau mengikuti kegiatan sehari-hari di masyarakat
dan lebih senang tinggal di rumah.
Kegiatan keagamaan : keluarga klien mengatakan bahwa klien taat beribadah
Hubungan dengan keluarga : kurang baik karena klien mudah tersinggung dan
curiga.
f. Kebutuhan Dasar
Pola makan
Keluarga kllien mengatakan bahwa klien makan 3 x sehari dengan komposisi 4
sehat tapi dalam porsi yang sedang. Makanan pantang sesuai dengan kaidah
agama klien.
Pola minum : klien paling suka minum the serta klien minum kira-kira 6-7 gelas
sehari.
Pola eliminasi :
- Eliminasi BAK
Tidak ada hambatan dalam buang air kecil. Klien BAK sekitar 4-5 x sehari
serta keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengeluh BAK.
- Eliminasi BAB
Keluarga klien mengatakan bahwa BAB klien lancer 1 x sehari serta tidak
dijumpai adanya kelainan.
Pola tidur : klien mengatakan bahwa tidur dan istirahat tidak terganggu bahkan
sebagian besar waktu klien digunakan untuk tidur atau istirahat.
Aktivitas sehari-hari : keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak bekerja dan
hanya melakukan aktivitas sehari-hari di rumah. Klien sulit mengikuti perintah
untuk melakukan aktivitas di rumah seperti berolahraga ringan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
TD : 140/80 mmHg
Suhu Badan : 37○C
Pernafasan : 20 x / m
BB : 50kg
TB : 152 cm
b. Pengkajian Sistem Pendengaran
1) daun telinga
inspeksi:
- Daun telinga simetris kiri dan kanan
- Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak penempatan pada
lipatan luar mata
- Auditorius tidak bengkak
palpasi:
- Tidak terdapat nyeri raba
- Tidak terdapat pembengkakan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan
membrane timpani dengan cara inspeksi :
Hasil:
- serumen berwarna kuning, konsistensi kental
- dinding liang telinga berwarna merah muda
b. Tes Ketajaman Pendengaran
1) Tes penyaringan sederhana
Hasil :
- klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
- klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
2) Uji ritme
Hasil : klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lynda, J, Carpenito. Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta. 2001
2. Ida Samidah. Pengkajian Keperawatan. Makasar. 2003
3. Sri Rukmini, dkk. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta. 2000
4. Budi Anna Keliat, dkk. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC. Jakarta
5. Boles. Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. 1997
6. Mickey Stanley, dkk. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
7. Noor Kastani, S. Tamher. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendidikan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2009
8. Sisi Maryam, S dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.
2008