TUGAS 2
Mata Kuliah : A B K
Semester : II / 2 C
Hari/Tanggal : Minggu, 06/11/2022
Jawab 2 :
1. Prophylaxis penggunaan prosedur yang dan jika perlu penggunaan
medikasi untuk pencegahan primer terhadap suatu gangguan
2. Imunisasi Vaksinasi terhadap penyakit – penyakit infeksi seperti campak,
rubela dsb
3. Perawatan kehamilan yang tepat Bagi wanita hamil Strategy ini memerlukan
pelayanan kesehatan yang maju dan sumber-sumber ekonomi.
4. Perawatan Neonatal : pemberian perawatan yang tepat bagi bayi yang baru
lahir.
5. Perbaikan gizi : termasuk pemberian vitamin A secara teratur.
6. Pendidikan : pendidikan masyarakat melalui media massaatau lebih spesial
pendidikan kesehatan mengenai penyakit-penyakit endemik lokal seperti
campak
7. Penyuluhan Genetika belum dilaksanakan dalam skala besar untuk
mencegah perkawinan antar saudara dekat.
8. Perundang-undangan satu strategi primer untuk pencegahan terhadap
beberapa penyebab ketunanetraan anak.
9. Deteksi dan intervensi dini untuk meningkatkan interaksi dan perkembangan
serta perawatan bagi penyakit-penyakit berpotensi mengakibatkan
Ketunanetraan seperti katarak bawaan, glaucoma bawaan.
10. Meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan: terutama selama saat
infeksi dan sakit.
Jawab 4 :
a.Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran dengan mempergunakan
suatu program yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu, baik
karakteristik, kebutuhan, maupun kemampuannya secara perorangan Strategi Jini
dikenal dengan Individualized Educational Program (IEP), atau Program Pendidikan
Individualisasi (PPI).
Jawab 6:
Klasifikasi Tunarunge
2. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil, antara lain berikut ini.
a. Menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur kepada
dokter kandungan/bidan.
b. Mengonsumsi gizi yang baik/seimbang.
c. Tidak meminum obat sembarangan, karena dapat menyebabkan
keracunan pada janin.
d. Melakukan imunisasi anti tetanus.
3. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan, antara lain sebagai
berikut.
a. Pada saat melahirkan diupayakan tidak menggunakan alat penyedot.
b. Apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah
vaginanya, maka kelahiran harus melalui operasi caesar.
4. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir (post natal), antara lain
berikut ini.
a. Melakukan imunisasi dasar serta imunisasi rubela yang sangat penting
terutama bagi wanita.
b. Apabila anak mengalami sakit influenza, harus dijaga/diobati jangan
sampai terlalu lama, karena virusnya dapat masuk ke rongga telinga
tengah melalui saluran eustaschius, dan dapat menyebabkan peradangan
(otitis media). Perlu Anda ketahui bahwa föstur saluran eustaschius pada
anak berbeda dengan orang dewasa. Saluran eustaschius pada anak
posisinya mendekati horizontal, sedangkan pada orang dewasa mendekati
vertikal. Dengan posisi saluran eustachius yang mendekati horizontal
pada anak akan memudahkan virus dari rongga hidung masuk ke ruang
telinga tengah.
c. Menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakan pelindung telinga
bagi para pekerja di pabrik.
Abjad jari adalah jenis isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan untuk
menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf dan angka. Abjad jari dapat
digunakan antara lain untuk: mengisyaratkan nama diri, nama kota, singkatan atau
akronim, atau mengisyaratkan kata yang belum mempunyai isyarat. Abjad jari
pertama kali dikembangkan di Prancis oleh Abbe de L' Eppee. Oleh karena itu
metode ini disebut juga metode Prancis. Bentuk dari abjad jari dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Ungkapan badaniah atau bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh seperti
sikap tubuh, ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gerti atau gerakan yang
dilakukan seseorang secara wajar dan alami. Bahasa tubuh ini sudah lazim
digunakan oleh anak tunarungu maupun orang-orang mendengar pada umumnya
termasuk Anda tentunya. Apakah Anda pernah memanggil seseorang dari jarak
yang agak jauh tanpa bersuara? Apakah Anda pernah mengganggukkan kepala
sebagai tanda setuju? Apabila pernah, berarti Anda telah menggunakan bahasa
tubuh dalam berkomunikasi. Bahasa tubuh, tidak dapat digolongkan sebagai suatu
bahasa dalam arti sesungguhnya walaupun gerak/isyaratnya dapat berfungsi
sebagai suatu media komunikasi.
Bahasa isyarat asli yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional
yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati bersama oleh kelompok
atau daerah tertentu. Secara garis besar, bahasa isyarat asli dikelompokkan menjadi
2, yaitu bahasa isyarat alamiah dan konseptual. Bahasa Isyarat Alamiah
a) Bahasa isyarat alamiah yaitu bahasa isyarat yang berkembang secara
alamiah di antara kaum tunarungu (berbeda dari bahasa tubuh) yang
merupakan suatu ungkapan manual (dengan tangan) sebagai pengganti kata
yang pengenalan dan penggunaannya terbatas pada kelompok/lingkungan
tertentu. Bahasa isyarat seperti ini disebut juga isyarat lokal, sehingga
mungkin saja terjadi perbedaan antara bahasa isyarat lokal yang digunakan
oleh anak tunarungu di daerah yang satu dengan daerah lainnya. Misalnya
ada kelompok anak tunarungu yang mengisyarat-kan kata ibu dengan
menempelkan telunjuk pada telinga yang menunjukkan bahwa ibu suka
memakai giwang, dan ada pula yang mengisyaratkannya dengan
menempelkan kepalan tangan di belakang kepala, yang menunjukkan bahwa
ibu suka memakai sanggul (Sunda). Bahasa Isyarat Konseptual
Bahasa isyarat formal yaitu bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosakata isyarat dengan struktur bahasa yang sama persis dengan
bahasa lisan. Di Indonesia perwujudan isyarat formal atau isyarat baku yang bisa
digunakan di seluruh tanah air, dilatarbelakangi oleh adanya perintisan penerapan
komunikasi total pada Tahun 1978 oleh SLB-B Zinnia di Jakarta, Tahun 1980 oleh
SLB-B Karya Mulya di Surabaya, dan Tahun 1989 oleh Kelompok Kerja Pendidikan
Luar Biasa (KKPLB) yang berkedudukan di IKIP Jakarta (sekarang Universitas
Negeri Jakarta). Dalam Tahun 1993, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
dalam hal ini Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, mengambil kebijaksanaan berupa pembakuan sistem isyarat nasional,
maka pada Tanggal 2 Mei 1994, pemerintah Indonesia menerbitkan Kamus Isyarat
Bahasa Indonesia yang memuat kata-kata yang dianggap sebagai kosakata yang
paling dasar dan seyogianya diketahui oleh pemakai bahasa Indonesia yang
berpendidikan dasar, ditambah dengan isyarat imbuhan dan bilangan. Sejak tanggal
itulah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) ditetapkan.
Selamat Bekerja