Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Rini Agustinah Widyawati

Anak d NIM : 857144054


KODE MK : PDGK 4407
DOSEN : Dr. Margiyanto MM, M.Pd

TUGAS 2
Mata Kuliah : A B K
Semester : II / 2 C
Hari/Tanggal : Minggu, 06/11/2022

Tanya : 2. Ada 10 strategy untuk melawan faktor2 gangguan yang


mengakibatkankan ketunanetraan 4.23:

Jawab 2 :
1. Prophylaxis penggunaan prosedur yang dan jika perlu penggunaan
medikasi untuk pencegahan primer terhadap suatu gangguan
2. Imunisasi Vaksinasi terhadap penyakit – penyakit infeksi seperti campak,
rubela dsb
3. Perawatan kehamilan yang tepat Bagi wanita hamil Strategy ini memerlukan
pelayanan kesehatan yang maju dan sumber-sumber ekonomi.
4. Perawatan Neonatal : pemberian perawatan yang tepat bagi bayi yang baru
lahir.
5. Perbaikan gizi : termasuk pemberian vitamin A secara teratur.
6. Pendidikan : pendidikan masyarakat melalui media massaatau lebih spesial
pendidikan kesehatan mengenai penyakit-penyakit endemik lokal seperti
campak
7. Penyuluhan Genetika belum dilaksanakan dalam skala besar untuk
mencegah perkawinan antar saudara dekat.
8. Perundang-undangan satu strategi primer untuk pencegahan terhadap
beberapa penyebab ketunanetraan anak.
9. Deteksi dan intervensi dini untuk meningkatkan interaksi dan perkembangan
serta perawatan bagi penyakit-penyakit berpotensi mengakibatkan
Ketunanetraan seperti katarak bawaan, glaucoma bawaan.
10. Meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan: terutama selama saat
infeksi dan sakit.

Tanya : 4. dalam proses pembelajaran ada 3 strategi yg dapat diterapkan dalam


pembelajaranAnak tunanetra. Sebut dan jelaskan!. 4.62

Jawab 4 :
a.Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran dengan mempergunakan
suatu program yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu, baik
karakteristik, kebutuhan, maupun kemampuannya secara perorangan Strategi Jini
dikenal dengan Individualized Educational Program (IEP), atau Program Pendidikan
Individualisasi (PPI).

b. Strategi kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong


Toyong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Strategi modifikasi perilaku adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui kondisioning atau
pembiasaan, serta membantunya untuk lebih produktif, sehingga menjadi individu
yang mandiri. Strategi ini dapat diterapkan dalam meningkatkan keterampilan sosial
anak tunanetra.

Tanya 6 : Sebut dan jelaskan, klasifikasi, Penyebab, dan cara-cara


pencegahan Tunarungu.

Jawab 6:
Klasifikasi Tunarunge

Kenmarungian dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu kehilangan


pendengaran, saat terjadinya ketunarunguan, letak gangguan pendengar
secara anatomis, serta etimologi
a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperolehi melalui tes
denga menggunakan audiometer, ketuniarunguan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut
1) Tunarungu Ringan (Mild Hearing Lon)
Siswa yang tergolong tunarungu ringan mengalami kehilanga
pendengaran antara 27-40 dll. Ia sulit mendengar suara yang jauh sehing
membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis, Apabila di kelas And
ada siswa yang mengalami tunarungu ringan, hendaknya ia ditempatkan d
depan sekali agar lebih mudah menangkap suara guru. Siswa yang j lahir
mengalami ketunarunguan ringan mengalami sedikit hambatan dalam
perkembangan bahasanya sehingga memerlukan terapi bicara.
2) Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss)
Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami kehilang
pendengaran antara 41-55 dB. Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-
5 feet secara berhadapan (face to face), tetapi tidak dapat mengikuti
diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
3) Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss)
Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan
pendengaran antara 56-70 dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak
dekat, sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada siswa
tersebut perlu diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
4) Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan
pendengaran antara 71-90 dB sehingga ia hanya dapat mendengar suara-
suara yang keras dari jarak dekat. Siswa tersebut membutuhkan
pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
5) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan
pendengaran lebih dari 90 dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang
keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya (vibratios) dan
pada melalui pola suara. Ia juga lebih mengandalkan penglihatannya dari
pada pendengarannya dalam berkomunikasi, yaitu melalui penggunaan
bahasa isyarat dan membaca ujaran.

Penyebab terjadinya tuna runggu

1. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Konduktif


a. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat
disebabkan, antara lain oleh :
1) Tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus
akustikus externus) yang dibawa sejak lahir (pembawaan),
2) Terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otis externa)
b. Kerusakan gangguan yang terjali pada telinga tengah, yang dapat
disebabkan, antara lain oleh :
1) Rula Paksa, yaitu adanya tekanan benturan yang keras pads
telinga seperti karena jatuh, tabrakan, tertusuk, dan sebagainya
yang mengakibatkan perforasi membran timpani (pecahnya selaput
gendang dengar) dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
2) Terjadinya peradangan infeksi pada telinga tengah (ofitis media)
3) Onclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang
stapes, yang mengakibatkan tulang tersebut tidak dapat bergetar
pada oval window (selaput yang membatasi telinga tengah dan
telinga dalam) sehingga getaran tidak dapat diteruskan ke telinga
dalam sebagaimana mestinya.
4) Tmpmisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada
gendang dengar (membran timpani) dan tulang pendengaran,
sehingga organ tersebut tidak dapat menghantarkan getaran ke
telinga dalam dengan baik untuk diubah menjadi kesan suara
Gangguan ini biasanya terjadi pada orang yang sudah lanjut usia.
Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak
terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir tetapi
gangguan pendengarannya tidak bersifat progresif.
5) Disfungsi tuba eustachil (saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada
nasopharynx.

2. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural

Tunarungu tipe sensorineural, dapat disebabkan oleh faktor genetik


(keturunan) dan nongenetik. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan),
maksudnya adalah bahwa ketunarunguan tersebut disebabkan oleh
gen ketunarunguan yang menurun dari orang tua kepada anaknya.

b. Penyebab ketunarunguan faktor nongenetik, antara lain sebagai


berikut.

1) Rubella Campak Jerman, yaitu penyakit yang disebabkan oleh


virus yang sering berbahaya dan sulit didiagnosa secara klinis.
Penyakit ini lebih berbahaya jika terjadi pada ibu hamil terutama
pada usia kandungan trisemester pertama (3 bulan pertama)
karena dapat menimbulkan kelainan pada janin. Virus tersebut
dapat membunuh pertumbuhan sel-sel dan menyerang jaringan-
jaringan pada mata, telinga, dan atau organ lainnya.
2) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila seorang
ibu yang mempunyai darah dengan Rh- mengandung janin
dengan Rh maka sistem pembuangan anti bodi pada seorang
ibu sampai pada sirkulasi janin dan merusak sel-sel darah Rh+
pada janin yang mengakibatkan bayi mengalami kelainan (yang
salah satunya adalah tunarungu).
3) Meningitis, yaitu radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri yang menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui sistem
sel-sel udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab
yang tetap untuk ketunarunguan yang bersifat acquaired
(ketunarunguan yang didapat setelah lahir).
4) Trauma akustik, yang disebabkan oleh adanya suara bising
dalam waktu yang lama (misalnya suara mesin di pabrik).

CARA PENCEGAHAN TERJADINYA TUNARUNGU


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya
tunarungu. Upaya tersebut dapat dilakukan pada saat sebelum nikah (pranikah),
hamil (rental), persalinan (natal), dan setelah kelahiran (post natal), yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Upaya yang dapat dilakukan pada saat sebelum nikah (pranikah).
a. Menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan saudara dekat,
terutama pada keluarga yang mempunyai sejarah tunarungu
b. Melakukan pemeriksaan darah.
c. Melakukan konseling genetika

2. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil, antara lain berikut ini.
a. Menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur kepada
dokter kandungan/bidan.
b. Mengonsumsi gizi yang baik/seimbang.
c. Tidak meminum obat sembarangan, karena dapat menyebabkan
keracunan pada janin.
d. Melakukan imunisasi anti tetanus.

3. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan, antara lain sebagai
berikut.
a. Pada saat melahirkan diupayakan tidak menggunakan alat penyedot.
b. Apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah
vaginanya, maka kelahiran harus melalui operasi caesar.

4. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir (post natal), antara lain
berikut ini.
a. Melakukan imunisasi dasar serta imunisasi rubela yang sangat penting
terutama bagi wanita.
b. Apabila anak mengalami sakit influenza, harus dijaga/diobati jangan
sampai terlalu lama, karena virusnya dapat masuk ke rongga telinga
tengah melalui saluran eustaschius, dan dapat menyebabkan peradangan
(otitis media). Perlu Anda ketahui bahwa föstur saluran eustaschius pada
anak berbeda dengan orang dewasa. Saluran eustaschius pada anak
posisinya mendekati horizontal, sedangkan pada orang dewasa mendekati
vertikal. Dengan posisi saluran eustachius yang mendekati horizontal
pada anak akan memudahkan virus dari rongga hidung masuk ke ruang
telinga tengah.
c. Menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakan pelindung telinga
bagi para pekerja di pabrik.

Tanya 8 : Dalam layanan Latiham BPBI (bina persepsi bunyi dan


irama) ada 4, sebut dan terangkan!. 5.46 8.
Jawab 8:
1) Abjad Jari (Finger Spelling)

Abjad jari adalah jenis isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan untuk
menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf dan angka. Abjad jari dapat
digunakan antara lain untuk: mengisyaratkan nama diri, nama kota, singkatan atau
akronim, atau mengisyaratkan kata yang belum mempunyai isyarat. Abjad jari
pertama kali dikembangkan di Prancis oleh Abbe de L' Eppee. Oleh karena itu
metode ini disebut juga metode Prancis. Bentuk dari abjad jari dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

2) Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh

Ungkapan badaniah atau bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh seperti
sikap tubuh, ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gerti atau gerakan yang
dilakukan seseorang secara wajar dan alami. Bahasa tubuh ini sudah lazim
digunakan oleh anak tunarungu maupun orang-orang mendengar pada umumnya
termasuk Anda tentunya. Apakah Anda pernah memanggil seseorang dari jarak
yang agak jauh tanpa bersuara? Apakah Anda pernah mengganggukkan kepala
sebagai tanda setuju? Apabila pernah, berarti Anda telah menggunakan bahasa
tubuh dalam berkomunikasi. Bahasa tubuh, tidak dapat digolongkan sebagai suatu
bahasa dalam arti sesungguhnya walaupun gerak/isyaratnya dapat berfungsi
sebagai suatu media komunikasi.

3) Bahasa Isyarat Asli

Bahasa isyarat asli yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional
yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati bersama oleh kelompok
atau daerah tertentu. Secara garis besar, bahasa isyarat asli dikelompokkan menjadi
2, yaitu bahasa isyarat alamiah dan konseptual. Bahasa Isyarat Alamiah
a) Bahasa isyarat alamiah yaitu bahasa isyarat yang berkembang secara
alamiah di antara kaum tunarungu (berbeda dari bahasa tubuh) yang
merupakan suatu ungkapan manual (dengan tangan) sebagai pengganti kata
yang pengenalan dan penggunaannya terbatas pada kelompok/lingkungan
tertentu. Bahasa isyarat seperti ini disebut juga isyarat lokal, sehingga
mungkin saja terjadi perbedaan antara bahasa isyarat lokal yang digunakan
oleh anak tunarungu di daerah yang satu dengan daerah lainnya. Misalnya
ada kelompok anak tunarungu yang mengisyarat-kan kata ibu dengan
menempelkan telunjuk pada telinga yang menunjukkan bahwa ibu suka
memakai giwang, dan ada pula yang mengisyaratkannya dengan
menempelkan kepalan tangan di belakang kepala, yang menunjukkan bahwa
ibu suka memakai sanggul (Sunda). Bahasa Isyarat Konseptual

b) Bahasa isyarat konseptual merupakan bahasa isyarat yang resmi digunakan


sebagai bahasa pengantar di sekolah yang menggunakan metode manual
atau isyarat. Bahasa isyarat yang terkenal dan banyak diteliti serta menjadi
model untuk negara lain (termasuk Indonesia) adalah American Sign
Language (ASL) dari Amerika Serikat, British Sign Language (BSL) dari
Inggris, serta Auslan dari Australia. Struktur bahasa isyarat ini berbeda
dengan bahasa lisan yang digunakan dalam masyarakat. Perbedaan itu
terletak dalam perbendaharaan kosakata maupun aturannya (bahasa isyarat
ini tidak mengenal imbuhan). Di samping itu, dalam sistem ini satu isyarat
dapat mewakili bukan hanya satu kata tetapi satu ide atau konsep. Sebagai
contoh, terdapat isyarat yang menggambarkan satu kata seperti "tahun",
namun dengan sedikit perubahan, isyarat itu dapat menggambarkan satu ide
atau konsep, seperti "dua tahun yang lalu", atau "tiga tahun mendatang".

4) Bahasa Isyarat Formal

Bahasa isyarat formal yaitu bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosakata isyarat dengan struktur bahasa yang sama persis dengan
bahasa lisan. Di Indonesia perwujudan isyarat formal atau isyarat baku yang bisa
digunakan di seluruh tanah air, dilatarbelakangi oleh adanya perintisan penerapan
komunikasi total pada Tahun 1978 oleh SLB-B Zinnia di Jakarta, Tahun 1980 oleh
SLB-B Karya Mulya di Surabaya, dan Tahun 1989 oleh Kelompok Kerja Pendidikan
Luar Biasa (KKPLB) yang berkedudukan di IKIP Jakarta (sekarang Universitas
Negeri Jakarta). Dalam Tahun 1993, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
dalam hal ini Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, mengambil kebijaksanaan berupa pembakuan sistem isyarat nasional,
maka pada Tanggal 2 Mei 1994, pemerintah Indonesia menerbitkan Kamus Isyarat
Bahasa Indonesia yang memuat kata-kata yang dianggap sebagai kosakata yang
paling dasar dan seyogianya diketahui oleh pemakai bahasa Indonesia yang
berpendidikan dasar, ditambah dengan isyarat imbuhan dan bilangan. Sejak tanggal
itulah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) ditetapkan.

Tanya 10 : sebutkan dan jelaskan klasifikasi, penyebab, dan


pencegahan anak Tuna Grahita. 6.3
Jawab 10:
KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA

Pengklasifikasian ini pun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun


perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita. Klasifikasi anak
tunagrahita telah lama dikenal adalah debil, imbesil, dan idiot, sedangkan klasifikasi
yang dilakukan oleh kaum pendidik di Amerika adalah educable mentally retarded
(mampu yang didik), trainable mentally retarded (mampu latih) dan totally/custodial
dependent (mampu rawat). Pengelompokan yang telah disebutkan itu telah jarang
digunakan karena terlampau mempertimbangkan kemampuan akademik seseorang

Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah yang dikemukakan oleh


American Asociation on Mental Deficiency (Hallahan, 1982: 43), sebagai berikut:

1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) 1Q-nya 70-55


2. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) 1Q-nya 55-40
3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) 1Q-nya 40-25
4. mental retardation (sangat berat) 1Q-nya 25 ke bawah

PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN

1. Pemahaman penyebab ketunagrahitaan diharapkan dapat berguna dan dapat


Penyebab Ketunagrahitaan membants para pendidik dalam memberikan
layanan pendidikan bagi anak-anak tersebut Berikut ini dikemukakan
penyebab terjadinya ketunagrahitaan yang dikemukakan oleh Smith (1998)
alih bahasa Denis, dkk. (2006:113-115), yaitu:
a. Penyebab Genetik dom Kromosom Ketunagrahitaan yang disebabkan
oleh faktor genetik yang dikenal dengan Phenylketomia Hal ini merupakan
suatu kondisi yang disebabkan dari tua yang mengalami kurangnya
produksi enzim yang memproses protein dan terjadi gen orang
penumpukan asam yang disebut asam phenylpyruvic. Penumpukan ini
menyebabkan kerusakan otak. Selain itu mengakibatkan timbulnya
penyakit Tay-Sachs adanya gen yang terpendam yang diwariskan oleh
orang tua yang membawa gen ini.
Selanjutnya faktor kromosom adalah Down's Syndrome yang
disebabkan oleh adanya kromosom ekstra karena kerusakan atau adanya
perpindahan. Hal ini terjadi pada kromosom No. 21 sehingga terjadi 3
ekor yang disebut Trysomi.

b. Penyebab Pada Prakelahiran

Penyebab prakelahiran terjadi setelah pembuahan. Hal yang paling


berbahaya adalah adanya penyakit Rubbela (campak Jerman) pada janin.
Selain itu, adanya infeksi penyakit Syphilis. Hal lain yang juga dapat
menyebabkan kerusakan otak adalah racun dari alkohol dan obat-obatan
ilegal yang digunakan oleh wanita hamil, dapat mengganggu perkembangan
janin sehingga menimbulkan masalah ketunagrahitaan.

c. Penyebab Pada Saat Kelahiran

Penyebab ketunagrahitaan pada saat kelahiran adalah kelahiran prematur,


adanya masalah dalam proses kelahiran seperti kekurangan oksigen,
kelahiran yang dibantu dengan alat-alat kedokteran berisiko terjadinya trauma
kepala. Terjadinya kelahiran prematur yang tidak atau kurang mendapatkan
perawatan yang baik.

d. Penyebab-Penyebab Selama Masa Perkembangan Anak-Anak dan Remaja


Ketunagrahitaan yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja adalah
adanya penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak
(encephalitis) yang tidak tertangani dengan baik sehingga mengakibatkan
kerusakan otak.

Usaha Pencegahan Ketunagrahltaan

Dengan ditemukannya berbagai penyebab ketunagrahitaan sebagai hasil


penyelidikan oleh para ahli,seyogianya diikuti dengan berbagai upaya
pencegahannya.
Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarankan, antara lain berikut ini.
a. Penyuluhan genetik, yaitu suatu usaha mengomunikasikan berbagai
informasi mengenai masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan
melalui media cetak dan elektronik atau secara langsung melalui
posyandu dan klinik.
b. Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat
diketahui lebih dini apakah janin mengalami kelainan.
c. Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan
imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan
bayilanak.
d. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk
menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan
e. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat
mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik
dan psikis.
f. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan apabila ada kelahiran dengan risiko
tinggi. misalnya kekurangan oksigen dan adanya trauma pada masa
perinatal (proses kelahiran).
g. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang
baik sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.
h. Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil yang menyangkut
pemeriksaan kesehatan selama hamil, penyediaan vitamin, menghindari
radiasi, makanan dan minuman yang beralkohol, dan sebagainya.
i. Intervensi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar dapat membantu
perkembangan anaknya secara dini.
j. Diet sesuai dengan petunjuk ahli kesehatan.

Selamat Bekerja

Anda mungkin juga menyukai