Anda di halaman 1dari 20

Latihan 1

1. erikut ini adalah bagian-bagian telinga dan fungsinya dalam proses mendengar:

Telinga luar

Telinga bagian luar berfungsi seperti corong yang untuk mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya hingga ke gendang telinga. Telinga luar terdiri dari 2 bagian, yaitu daun telinga (pinna)
dan saluran telinga.

Telinga tengah

Telinga bagian tengah berfungsi untuk memindahkan getaran suara dari gendang telinga menuju telinga
bagian dalam. Ada 3 tulang pendengaran yang menyusun telinga tengah dan berfungsi untuk
menghantarkan getaran suara, yaitu malleus, incus, dan stapes.

Selain itu, di telinga tengah juga terdapat saluran eustachius yang berfungsi untuk menjaga tekanan
udara agar suara dapat dihantarkan dengan baik ke telinga dalam.

Telinga dalam

Telinga bagian dalam berfungsi untuk menyalurkan suara ke sistem saraf pusat (otak) sekaligus menjaga
keseimbangan. Terdapat beberapa bagian di telinga dalam, 2 di antaranya adalah koklea dan organa
korti. Bagian-bagian telinga ini saling terkait dan bekerja sama untuk memastikan proses mendengar
berlangsung dengan sempurna.

Memahami Proses Mendengar

Proses mendengar diawali dengan suara yang ada di sekitar, berupa getaran atau gelombang, ditangkap
oleh telinga bagian luar. Kemudian getaran diteruskan ke saluran telinga sehingga menggetarkan
gendang telinga (membran timpani). Ketika gendang telinga bergetar, getarannya akan diteruskan ke
tulang pendengaran.

Tulang pendengaran akan memperkuat getaran dan mengirimkannya ke telinga bagian dalam. Saat
mencapai telinga bagian dalam, getaran akan diubah menjadi impuls listrik dan dikirim ke saraf
pendengaran di otak. Otak lalu akan menerjemahkan impuls ini sebagai suara.
2. 6.Golongan pendengaran berat sekali : tingkat desibelnya 90dB keatas, pada gangguan dengar ini tak
mampu mendengarkan suara truk, gergaji listrik, bor beton dll. Golongan ini sangat dibutuhkan
penanganan khusus, bila tidak maka anak2 tunarungu akan sangat sulit untuk mendengar walaupun
sudah menggunakan ABD,

Penyebab adanya gangguan pendengaran secara umum banyak disebabkan karena :

Gangguan pendengaran genetik bawaan , dimanan jika orang tua menderita ketulian makan akan
berpengaruh pada anak

Gangguan pendengaran sebelum lahir nongenetik, terjadi pada masa kehamilan ibu. Adanya virus,
bakteri ataupun ibu hamil yang kekurangan gizi

Pada kasus kelahiran prematur yaitu umur kehamilan yang kurang dari 9 bulan

3. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)

1) Faktor keturunan Cacar air,

2) Campak (Rubella, Gueman measles)

3) Terjadi toxaemia (keracunan darah)

4) Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar

5) Kekurangan oksigen (anoxia)

6) Kelainan organ pendengaran sejak lahir


Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal)

c. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis

1) Anak lahir pre mature

2) Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)

3) Proses kelahiran yang terlalu lama

d. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)

1) Infeksi

2) Meningitis (peradangan selaput otak)

3) Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan

4) Otitismedia yang kronis

5) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan.

Peneliti menyimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya tuna rungu

wicara yaitu pre natal (keturunan), natal (bawaan dari pihak ibu), post natal (otitis

media).

3. Karakteristik Anak Tunarungu


Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfu

4. Baca juga: 3 Jenis Gangguan Telinga yang Perlu Diketahui

Bisakah Presbikusis Dicegah?

Sebenarnya tidak bisa, tapi kamu bisa melakukan beberapa hal untuk mencegah keadaan memburuk.
Jika kamu didiagnosa mengidap presbikusis, cobalah untuk:

1. Hindari Suara Bising

Batasi paparan suara bising dari sumber manapun, termasuk earphone, speaker, petasan, kendaraan,
dan lainnya. Waktu mendengarkan musik pakai earphone yang direkomendasikan tidak lebih dari
delapan jam dengan volume suara maksimal 60 persen.

2. Gunakan Pelindung

Misalnya pakai sumbat telinga saat berada di lingkungan bising. Situasi ini rentan dialami pekerja pabrik
atau industri berat, pekerja transportasi, pekerja konstruksi, penambang, dan pekerja lainnya. Jika tidak
memungkinkan, beri jarak atau jauhi sumber suara bising.

3. Rutin Periksa Telinga

Tujuannya untuk memastikan presbikusis tidak memburuk dan mengecek gangguan pendengaran lain
yang mungkin terjadi. Gunakan momen untuk membicarakan keluhan pada telinga dan tanya dokter
tentang cara merawat kesehatan telinga yang benar.

4. Atur Pola Makan Sehat

Caranya dengan konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kalori. Bagi pengidap diabetes, disarankan
untuk membatasi konsumsi gula dan rutin memantau kadar gula darah. Pasalnya kadar gula darah yang
tinggi bisa membuat presbikusis yang diidap memburuk. Sebaiknya tanyakan dokter Halodoc tentang
asupan yang baik dikonsumsi saat mengidap presbikusis atau gangguan pendengaran lain.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Menyebabkan Gendang Telinga Pecah

Itulah alasan lansia sering mengidap gangguan pendengaran. Selain karena faktor usia, penurunan
pendengaran pada lansia bisa terjadi karena peredaran darah terganggu, sering terkena suara bising,
mengidap diabetes, efek samping konsumsi obat, kebiasaan merokok, serta riwayat keluarga dengan
penurunan pendengaran.

5.. Selain itu ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
pendengaran, seperti dilansir Medicalnewstoday, yaitu:

Gunakanlah pelindung pendengaran, jika berada di lingkungan yang memiliki tingkat kebisingan tinggi
gunakanlah pelindung pendengaran seperti penutup telinga. Alat ini juga bisa digunakan saat melakukan
kegiatan sehari-hari seperti memotong rumput.

Waspadai kebisingan, kapan pun waktunya usahakan untuk mengecikan volume radio, televisi atau
speaker.

Berhati-hatilah menggunakan earphone. Jika menggunakan earphone maka aturlah volume agar tidak
terlalu keras, jika orang yang disebelah Anda bisa mendengar suara dari earphone maka volumenya
sudah terlalu keras.

Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat, semakin sering seseorang terpapar suara maka bisa
mempengaruhi gangguan pendengaran, bahkan suara dengan volume rendah sekalipun jika terpapar
dalam jangka waktu lama bisa jadi berbahaya. Untuk itu berilah waktu bagi telinga untuk beristirahat
dengan berada di dalam ruangan yang tenang.
Periksalah telinga secara teratur, tes pendengaran dan pemeriksaan telinga sebaiknya menjadi kegiatan
kesehatan yang rutin, karena semakin cepat gangguan diketahui maka penanganannya akan menjadi
lebih mudah dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Baca artikel detikHealth, "Cara Mencegah Gangguan Pendengaran" selengkapnya


https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-1613201/cara-mencegah-gangguan-pendengaran.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

6. 1. Gangguan bicara

Gangguan bicara atau speech disorder adalah masalah pada artikulasi, kelancaran, dan suara saat
berbicara. Dalam kategori ini, dibedakan lagi menjadi:

Gangguan artikulasi

Kondisi saat seseorang berbicara dengan tambahan, distorsi, penghilangan, atau penggantian yang
membuat kalimatnya bisa sulit dipahami

Gangguan kelancaran

Disebut juga fluency disorder, ini adalah interupsi cara berbicara yang ditandai dengan kecepatan, ritme,
dan repetisi pada suara, suku kata, kata, dan frasa. Kondisi ini biasanya disertai dengan masalah
perilaku.

Gangguan suara

Voice disorder ditandai dengan produksi abnormal dan atau hilangnya kualitas vokal, pitch, intonasi,
hingga durasi sehingga tidak sesuai dengan jenis kelamin atau usia orang yang mengalaminya.

2. Gangguan bahasa
Gangguan bahasa atau language disorder adalah masalah komprehensi pada simbol, verbal, dan juga
tulisan. Masalah ini bisa meliputi bentuk bahasa, konten bahasa, dan fungsi bahasa dalam komunikasi.
Jenisnya adalah:

Bentuk bahasa

Dalam bentuk bahasa atau form of language, masalahnya meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Fonologi adalah bunyi bahasa yang keluar dari alat ucap manusia. Kemudian morfologi adalah
pembentukan struktur kata, serta sintaksis sebagai hubungan antara kata-kata.

Konten bahasa

Dalam konten bahasa, masalahnya ada pada semantik yaitu pembelajaran tentang makna

Fungsi bahasa

Dalam fungsi bahasa, ini meliputi sistem yang memadukan komponen bahasa dalam komunikasi secara
fungsional dan sosial

3. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran juga merupakan jenis gangguan komunikasi yang membuat seseoarng tak bisa
memproduksi, memahami, dan menjaga pengetahuannya akan bahasa tertentu. Artinya, informasi
audio tidak bisa diproses dengan baik. Jenisnya adalah:

Tuli (deaf)

Gangguan pendengaran yang membatasi kemampuan komunikasi oral seseorang. Karena untuk
mengucapkan sesuatu, seseorang harus mendengarkan informasi dengan jelas.

Sulit mendengar

Disebut juga hard of hearing, kondisi ini bisa terjadi permanen atau fluktuatif dan berpengaruh terhadap
kemampuan berkomunikasi
4. Gangguan proses mendengar

Gangguan proses mendengar atau central auditory processing disorders adalah penurunan kemampuan
memproses informasi yang bersifat persepsi, kognitif, dan fungsi linguistik. Artinya, penderitanya
mengalami gangguan dalam memproses suara namun berbeda dengan kondisi tuli. Pasien CAPD bisa
mendengar suara, namun otaknya tidak bisa memproses dengan tepat.

Biaya Implan Gigi di Bandar Lampung Mungkin Mengejutkan Anda

Telusur Iklan

Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini

Oquprime

Bandar Lampung: Furnitur yang Belum Laku Hampir Dilepas. Lihat Daftar

Telusur Iklan

Baca Juga

Cara Mengobati Lidah Luka Karena Tergigit

Miley Cyrus Operasi Pita Suara, Kenali 5 Cara Menyayangi Pita Suara Anda

5 Cara Pulihkan Tenaga dan Hilangkan Lemas Setelah Tipes

Penyebab gangguan komunikasi

Pada banyak kasus, penyebab pasti terjadinya gangguan komunikasi tidak diketahui. Hal ini bisa
merupakan bawaan lahir atau terjadi seiring dengan pertumbuhan seseorang. Beberapa hal yang bisa
menyebabkan gangguan komunikasi adalah:
Perkembangan otak abnormal

Paparan zat beracun saat dalam kandungan

Bibir sumbing

Cedera otak akibat trauma

Stroke

Masalah saraf

Tumor di area yang digunakan untuk berkomunikasi

Gangguan komunikasi umum ditemukan pada anak-anak. Menurut National Institute of Deafness and
Other Communication Diseases atau NIDCD, 8-9% anak-anak mengalami gangguan komunikasi
berbicara.

Pada orang dewasa, gangguan komunikasi juga bisa terjadi. Risiko yang paling tinggi juga ada pada
pasien yang pernah mengalami cedera otak. Gejala awalnya adalah komunikasi disertai dengan
pengulangan suara, salah pemilihan kata, tak bisa memproses pesan dari orang lain, dan tidak bisa
berkomunikasi yang mudah dipahami.

Sebagian besar orang dengan gangguan komunikasi diobati dengan menjalani terapi speech-language.
Jenis perawatannya tentu disesuaikan dengan seberapa parah kondisinya. Apabila gangguan komunikasi
terjadi karena adanya infeksi, maka hal itu akan ditangani terlebih dahulu.

Latihan 2

1. Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya
ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada
anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan setelah masa meraban, proses peniruannya hanya
terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu
memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf
ketunarunguannya.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan
sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka akan
dapat saling bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkret maupun yang
abstrak. Tanpa mengenal bahasa yang digunakan suatu masyarakat , kita sukar mengambil bagian dalam
kehidupan sosial mereka, sebab hal tersebut terutama dilakukan dengan media bahasa. Dengan
demikian bila kita memiliki kemampuan berbahasa berarti kita memiliki media untuk berkomunikasi.

Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam fungsinya
dapat pula dibedakan berbagai peran lain dari bahasa seperti:

Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan.

Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan.

Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain.

Untuk pemberian informasi.

Untuk memperoleh pengatahuan (Depdikbud, 1987:27)

Dengan demikian bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa, mereka akan meiliki sarana untuk
mengembangkan segi social, emosional, maupun intelektualnya. Mereka akan memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesame, dapat memperoleh pengetahuan,
dan saling bertukar pikiran.

Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak tunarungu terutama yang tergolong
tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa melalui pendengarannya,
melainkan harus melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh sebab itu
komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya.

Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunakan sebagai berikut:

Bagi anak tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan bicara sebagai media dan membaca
ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak tunarungu.

Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya.

Menggunakan isyarat sebagai media.


2. Seseorang yang memiliki keterbatasan baik dari segi fisik maupun segi mental tentu akan mengalami
hambatan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk hambatan perkembangan
dalam aspek emosi dan aspek sosial, tidak terkecuali bagi anak-anak tunarungu. Tunarungu merupakan
istilah yang secara umum digunakan bagi seseorang yang mengalami hambatan dalam aspek
pendengaran yang secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap kemampuan mereka
berkomunikasi dan memahami bahasa, padahal sejatinya komunikasi merupakan hal yang penting
dalam kehidupan manusia, dengan berkomunikasi kita dapat berinteraksi dengan individu lain dan
mengekspresikan perasaan kita kepada individu lain secara mudah, akibatnya seseorang yang
mengalami ketunarunguan akan mengalami berbagai masalah terkait perkembangan emosi dan sosial
yaitu berkurangnya kepercayaan diri dan merasa asing dari masyarakat tempat mereka hidup, memiliki
sifat egosentris yang melebihi anak pada umumnya, memiliki perasaan takut akan lingkungan yang lebih
luas, ketergantungan terhadap orang lain, memiliki perhatian yang sukar dialihkan, bersifat polos,
sederhana tanpa banyak masalah, dan bersifat mudah marah dan cepat tersinggung.

Selain itu ketunarunguan juga dapat menyebabkan seorang anak dihinggapi kecemasan karena
menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, anak tunarungu juga sering mengalami
berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan. Mengapa anak-anak tunarungu mengalami masalah-
masalah perkembangan seperti yang telah disebutkan di atas? Karena dengan hambatan
pendengarannya tersebut akan terjadi ketidakmampuan dalam pemahaman lisan atau tulisan sehingga
anak tuarungu sering menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya, karena sering mengalami kekecewaan akibat kesulitannya dalam menyampaikan fikiran dan
perasaan kepada orang lain dia sering mengekspresikannya dengan kemarahan. Mereka kadang kala
berfikir bahwa setiap orang yang berbicara dihadapan mereka seakan-akan sedang membicarakan dia
atau mencemoohnya. Faktor dari lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi
dan sosial mereka, para masyarakat cenderung memandang individu yang memiliki kekurangan dari segi
fisik sebagai seseorang yang kurang berkarya atau yang lebih buruk lagi sebagai individu yang tidak
memiliki daya guna, sehingga dengan pola pikir tersebut sinyal-sinyal negatif yang telah terdifusi ke
masyarakat menjadikan anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga sebagai individu.
Kehilangan pendengaran berakibat langsung pada kemampuan penggunaan bahasa dan kemampuan
berkomunikasi. Oleh karena itu anak tunarungu memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk
mengadakan interaksi sosial dengan orang lain yang ada di lingkungannya.

3. interaksi sosial dengan orang lain yang ada di lingkungannya.


Untuk mengatasi berbagai gangguan perkembangan dalam aspek emosi maupun sosial seorang anak
tunarungu, ada berbagai hal yang dapat kita lakukan sebagai pendidik, orangtua maupun masyarakat
diantaranya adalah orang tua hendaknya memberikan kepuasan dalam pengalaman lahiriah maupun
batiniah. Sekalipun anak tunarungu belum dapat bicara, orang tua wajib mengkomunikasikannya
dengan cara menangkap maksud anak, gerak gerik badan, ekspresi wajah atau lewat suara yang
dikeluarkan sambil menunjuk sesuatu.Selainitupentingbagikitauntukmemberikan kesempatan pada anak
tunarungu bergabung dengan keluarganya, orang asing ataupun dengan teman sebayanya.Sedangkan
untuk mengatasi dan mencegah gangguan perkembangan emosi anak tunarungu hal-hal yang harus
ditumbuhkan dalam diri anak adalah sikap empati bagi orang terdekatnya. Empati bagi anak tunarungu
sangat berperan penting dalam sosialisasi, karena dengan proses berempati yang baik akan membantu
anak bergaul dengan lingkungannya secara lebih sehat dan bertanggung jawab, untuk mengatasi
ketakutan dan kecemasan berlebihannya anakharusterusdituntununtukdapatbergaul bersama orang
lain. Seperti apabila anak membeli suatu jajanan, ditemani oleh teman teman sebayanya agar anak
merasa terlindungi dan tidak merasakan cemas dan takut yang berlebihan dan yang terakhir adalah
menumbuhkan sikap menerima diri sendiri, biasanya bagi anak tunarungudapat dengan mudah
menerima dirinya sebagai anak tunarungu karena dia juga melihat teman yang disukainya juga memilki
ketunarunguan sama seperti dirinya.Hal ini biasanya membawa pengaruh penyesuain diri yang kurang
baik. Oleh karena itu guru, orang tua ataupun masyarakat pada umumnya harus memberikan
pengarahan dan motivasi agar anak dapat berinteraksi dengan orang sekitar dan lingkungan masyarakat
tanpa adanya rasa cemas, dengan mengadakan interaksi sosial yang terus-menerus, anak tunarungu
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara, agar anak dapat melatih
kemampuan bicaranya secara langsung serta dapat menerima norma-norma yang ada dalam
masyarakat dan bisa menyesuaikan diri apabila dilatih sejak kanak-kanak.

4. Prestasi akademik

Anak dengan kehilangan pendengaran memiliki kesulitan dengan semua prestasi akademik, khususnya
konsep matematika.

Anak dengan kehilangan pendengaran ringan, rata-ratanya mencapai satu sampai empat tahun lebih
rendah dari anak sebaya mereka yang mendengar, kecuali manajemen yang sesuai kebutuhannya
sesegera mungkin diberikan.
Anak dengan kehilangan pendengaran yang berat biasanya hanya dapat mencapai kelas yang lebih
rendah dari kelas tiga atau empat, kecuali pendidikan intervensi yang tepat terlaksana sejak dini.

Kesenjangan dalam prestasi akademik diantara anak pada umumnya dan anak dengan kehilangan
pendengaran biasanya melebar seiring dengan perkembangan sekolah mereka.

Level prestasi berkaitan dengan keterlibatan orang tua dan kuantitas, kualitas, dan tepatnya layanan
yang diterima oleh anak.

5. Perasaan anak tunarungu biasanya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa dan cepat
tersinggung karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak bisa dengan mudah mengekspresikan
perasaannya, anak tunarungu akan mengungkapkannya dengan kemarahan.

Mengapa anak tunarungu cenderung memiliki sifat egosentris yang melebihi anak normal?

Karena keterbatasannya dalam komunikasi, anak tuna rungu juga mempunyai lingkungan pergaulan
yang terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya sifat egosentris mereka dan mempunyai kepribadian yang
polos dan tidak banyak nuansa bahkan pada kondisi perasaan yang ekstrim.

Anak menjadi lekas marah (temperamental) dan mudah tersinggung karena mereka kurang menguasai
komunikasi dan kesepakatan bahasa sebagaimana anak dengan pendengaran normal pada umumnya.

Latihan 3

1. Cara Berkomunikasi dengan Penyandang Tunarungu


Berkomunikasi dengan seorang tunarungu sebenarnya tidak sulit, Anda hanya perlu mempelajari
caranya dan sedikit bersabar. Berikut ini adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk berkomunikasi
dengan penyandang tunarungu:

Cari perhatian

Penting untuk mendapatkan perhatiannya jika Anda berniat untuk berkomunikasi dengan seorang
tunarungu. Sentuh atau tepuk pundaknya untuk memberi isyarat.

Cari tempat yang tenang

Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang sunyi atau kecilkan sumber suara yang ada di dekat Anda.

Sejajarkan posisi wajah

Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan mata Anda dengan dirinya. Pastikan Anda tidak berada
terlalu dekat dengannya agar dia dapat melihat semua bahasa tubuh Anda. Pastikan juga agar lokasi
pembicaraan cukup terang.

Kontak mata

Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan lepaskan kontak mata dan fokus Anda dari
dirinya. Lepaskan media penghalang apa pun yang bisa mengganggu jalinan komunikasi, seperti masker
atau kacamata hitam.

Gunakan ekspresi wajah

Gunakan ekspresi wajah agar penyandang tunarungu dapat lebih mudah memahami arah pembicaraan.

Bicaralah dengan normal dan jelas

Hindari berbisik atau mengeraskan suara karena dapat menyulitkannya dalam membaca gerakan bibir.
Bicaralah dengan suara dan kecepatan normal. Hindari pula berbicara sambil mengunyah atau menutupi
mulut Anda.

Nyatakan topik pembicaraan

Beri tahu topik pembicaraan yang ingin dibahas dan beri tanda jika ingin mengubah topik.

Tanya apakah sudah mengerti

Mintalah umpan balik untuk memeriksa apakah dia sudah mengerti apa yang Anda katakan.

Ulangi

Ulangi apa yang Anda sampaikan, atau tulis apa yang ingin Anda sampaikan di kertas.
2. Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu

Terdapat tiga metode utama belajar bahasa individu tunarungu, yaitu dengan membaca ujaran, melalui
pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau dengan kombinasi ketiga cara tersebut.

1) Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)

Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan
menjembatani. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat di bibir (Berger, 1972).
Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di bibir belakang yang tertutup atau jauh di bagian belakang
mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga bibir
pembaca tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menantang bagi mereka yang
ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang baik
bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan
yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang “tersembunyi” itu. Jadi,

Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat
ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran
(speechreading).

Delapan bentuk tangan yang menggambarkan konsonan kelompok-kelompok diletakkan pada posisi
empat di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan
gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak
(Caldwell, 1997). Cued Speech dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di Universitas Gallaudet pada
tahun 1965 66. Isyarat ini dikembangkan sebagai tanggapan terhadap laporan penelitian pemerintah
federal AS yang tidak puas dengan tingkat melek huruf di kalangan tunarungu lulusan sekolah
menengah. Tujuan dari pengembangan isyarat komunikasi ini adalah untuk meningkatkan
perkembangan bahasa anak tunarungu dan memberi mereka fondasi untuk keterampilan membaca dan
menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Cued Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa dan
dialek. Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya dalam waktu 18 jam), dapat
diperluas untuk membedakan segala macam kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi
non-bahasa. Anak tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca dan
menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu (Wandel, 1989 dalam Caldwell,
1997).

2) Belajar Bahasa Melalui Pendengaran

Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan
dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti
efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah implan koklea.
Implan koklea adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
eksternal (mikropon dan prosesor ucapan) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal
(rangkaian elektroda yang melalui rehabilitasi dimasukkan ke dalam koklea (ujung organ pendengaran)
di telinga bagian dalam. Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara
elektrik.Prostesis cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan
langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran (Laughton, 1997).

Akan tetapi, meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran yang dapat dikenal cukup
baik oleh orang dengan klasifikasi ketunarunguan berat untuk memungkinkannya memperoleh
gambaran yang lengkap tentang sintaksis dan fonologi struktur bahasa itu terbatas. Tetapi ini tidak
berarti bahwa penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat memperoleh manfaat dari
bunyi yang diamplifikasi dengan alat bantu dengar. Yang menjadi masalah besar dalam hal ini adalah
bahwa individu tunarungu jarang dapat mendengarkan bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-
faktor tersebut mengakibatkan individu tunarungu tidak dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari
faktor alat bantu dengar yang dipergunakannya. Di samping itu,

3) Belajar Bahasa secara Manual

Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi manual atau isyarat
bahasa. Untuk tujuan universal, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang ditetapkan
secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa manual komunikasi dengan bahasa
isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka
perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para
penggunanya cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.

Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu


Pengajaran bahasa secara terprogram bagi anak tunarungu harus dimulai sedini mungkin bila kita
mengharapkan tingkat keberhasilan yang optimal. Terdapat dua pendekatan dalam pengajaran bahasa
kepada anak tunarungu secara dini, yaitu pendekatan auditori-verbal dan auditori-oral.

Pendekatan Auditori verbal

Pendekatan auditori

3. sehingga siswa merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam belajar, tanpa merasa takut dan
tertekan.

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Khusus Bagi Anak Tunarungu

Pembelajaran yang dilakukan bagia siswa mendengar berbeda dengan pembelajaran bagi anak
tunarungu, anak tunarungu lebih mengandalkan visualnya serta pembelajaran dapat mudah dipahami
jika guru melakukan prinsip-prinsip di bawah ini:

Prinsip keterarahwajahan

Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru harus berdiri di depan sehingga wajah guru khususnya
mulut guru dapat dilihat oleh anak tunarungu tanpa terhalang apapun, sehingga anak tunarungu dapat
memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.Hindari memberikan penjelasan sambil berjalan baik di
depan kelas maupun ke belakang kelas.Ketika berbicara dengan tunarungu harus berhadapan langsung
(face to face) sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dan pembelajaran dapat lebih
dimengerti.

Prinsip keterarahsuaraan

Bagi anak tunarungu suara tidak perlu keras dan kencang, namun guru harus berbicara jelas dengan
artikulasi yang tepat sehingga dapat dipahami oleh tunarungu. Dengan demikian pembelajaran yang
dilakukan tidak sia-sia.
Prinsip Intersubyektifitas

Dalam pembelajaran guru dan siswa tunarungu sebagai unsur yang penting harus dapat membangun
suatu kesamaan dalam proses pengamatan, apa yang akan diucapkan oleh anak dengan perantara
visualnya harus segera direspon dan dibahasakan kembali oleh guru.

Prinsip kekonkritan

Dalam memberikan pembelajaran kepada anak tunarungu harus konkrit hal ini dikarenakan anak
tunarungu daya abstraksinya rendah dibandingkan anak mendengar karena minimnya bahasa yang
dimiliki. Segala sesuatu yang diajarkan hendaknya disertai dengan contoh-contoh nyata dan yang mudah
dipahami.

Prinsip Visualisasi

Pendengaran anak tunarungu tidak dapat berfungsi maka melalui indera penglihatannya anak tunarungu
berusaha memperoleh informasi, untuk itu semua pembelajaran yang diberikan oleh guru hendaknya
dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar yang bercerita tentang materi yang diberikan atau lebih
dikenal dengan visualisasi yang berguna untuk memudahkan anak tunarungu mengerti akan maksud dan
isi pembelajaran.

Prinsip Keperagaan

Setiap kata yang keluar dari mulut guru hendaknya diulas lebih lanjut hingga anak tunarungu betul-betul
paham maksud dari kata tersebut, kemudian memperagaan atau mempraktekkannya akan lebih
memudahkan anak tunarungu untuk mengerti apa yang diajarkan serta upayakan semua pembelajaran
yang dilakukan dapat diperagakan secara pengalaman oleh anak sehingga anak mudah memahami dan
mengerti apa yang diajarkan guru.

Prinsip pengalaman yang menyatu

Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi yang diterima, Mengajak anak tunarungu untuk
“mengalami” secara nyata dapat memudahkan anak untuk mengerti akan hubungan-hubungan yang
ada.
Prinsip belajar sambil melakukan

Pembelajaran hendaknya dapat bermakna bagi semua siswa tidak terkecuali bagi anak tunarungu, untuk
itu segala sesuatu yang dipelajari harus dapat dipraktekkan dan dilakukan oleh anak tunarungu.
Penggunaan strategi pembelajaran yang langsung melibatkan anak lebih bermanfaat dibandingkan anak
hanya mendengarkan saja.

4. menemukenali anak berkebutuhan khusus

2. menelaah kebutuhan pendidikan masing-

masing anak (asesmen )

3. pengajaran dengan metode khusus yang

sesuai

4. program kompensatoris untuk

mengurangi hambatan anak

USIA DINI  intervensi dini

USIA AKADEMIK  pembelajaran adaptasi

USIA TRANSISI (dari sekolah ke dewasa)

pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kerja


5. Jenis asesmen dalam pendidikan khusus

a. Asesmen akademik

Asesmen akademik adalah suatu proses untuk mengetahui kondisi/kemampuan peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK) dalam bidang akademik. Bagi PDBK pada jenjang preeschool, kemampuan
akademik yang perlu digali terkait dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan
bagi PDBK pada jenjang pendidikan dasar dan selanjutnya, kemampuan akademik yang perlu digali
adalah terkait dengan semua bidang studi/mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah tersebut.

b. Asesmen non-akademik (kekhususan)Asesmen kekhususan dalam pendidikan khusus adalah suatu


proses untuk mengatahui kondisi PDBK yang berkaitan dengan jenis hambatan/kelainan yang
disandangnya secara mendalam komprehensif dan akurat.

c. Asesmen perkembangan

Asesmen non akademik/perkembangan ini adalah suatu proses untuk mengatahui kondisi
perkembangan PDBK yang terkait dengan kemampuan intelektual, emosi, perilaku, komunikasi yang
sangat bermanfaat dalam mempertimbangankan penggunaan metode, strategi maupun pemilihan alat
bantu yang tepat baik dalam penyusunan perencanaan pemebelajaran (akademik) maupun dalam
penyusunan program kebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai