Anda di halaman 1dari 8

Modul 3

Judul Modul Pendidikan Anak dengan Hambatan Pendengaran


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Hambatan Pendengaran
2. Pembelajaran untuk Peserta Didik Hambatan
Pendengaran
3. Program Khusus PKBI untuk Peserta Didik
Hambatan Pendengaran
4. Program Khusus Bina Wicara dan Bina Isyarat
untuk Peserta didik Hambatan Pendengaran
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Hambatan
yang dipelajari Pendengaran
 Pengertian anak dengan Hambatan
Pendengaran: tunarungu adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan kesulitan mendengar
dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke
dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah
yang kehilangan kemampuan mendengar
sehingga menghambat proses informasi bahasa
melalui pendengaran, baik memakai ataupun
tidak memakai alat bantu dengar di mana batas
pendengaran yang dimilikinya cukup
memungkinkan keberhasilan proses informasi
bahasa melalui pendengaran.
 Karakteristik tunarungu ciri-ciri yang sering
ditemukan pada peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran sering
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Sifat ego-sentris yang lebih besar daripada
anak mendengar
2) Memiliki sifat impulsif, dll
 Klasifikasi Tunarungu
1) Saat terjadinya ketunarunguan, yaitu:
- Ketunarunguan/hambatan pendengaran
bawaan, artinya ketika lahir anak sudah
mengalami/menyandang hambatan
pedengaran/tunarungu dan indera
pendengarannya sudah tidak berfungsi
lagi.
- Ketunarunguan/hambatan pendengaran
setelah lahir, artinya terjadinya
hambatan pendengaran/tunarungu
setelah anak lahir dan diakibatkan oleh
kecelakaan atau suatu penyakit.
2) Taraf Penguasaan Bahasa
- Tunarungu/Hambatan Pendengaran Pra
Bahasa
- Tunarungu/Hambatan Pendengaran
Purna Bahasa
3) Tempat Kerusakan
- Tunarungu/hambatan pendengaran
konduktif yaitu kerusakan terjadi pada
bagian telinga luar dan tengah, sehingga
menghambat bunyi-bunyian yang akan
masuk ke dalam telinga.
- Tunarungu/hambatan pendengaran
sensoris yaitu: kerusakan terjadi pada
telinga bagian dalam sehingga tidak
dapat mendengar bunyi/suara.
- Tunarungu/hambatan pendengaran
campuran yaitu: kerusakan terjadi pada
telinga luar, telinga tengah dan telinga
bagian dalam,dan merupakan
kerusakan gabungan pada bagian
konduktif dan sensoris.
 Penyebab Ketunarunguan: Faktor Internal Diri
Anak, dan Faktor Eksternal
 Permasalahan yang terjadi akibat
ketunarunguan
1) Masalah dalam persepsi auditif
2) Masalah dalam bahasa dan komunikasi
3) Masalah dalam kognisi dan intelektual
4) Masalah dalam pendidikan
5) Masalah dalam vokasional
6) Masalah dalam keluarga dan masyarakat
7) Masalah sosial
8) Masalah emosi
 Dampak ketunarunguan/hambatan
pendengaran terhadap perkembangan bahasa
dan komunikasi, kognisi, psikologis, serta sosial
emosi Ketunarunguan/hambatan pendengaran
yang berarti tidak memiliki kemampuan
mendengar, tentunya akan membawa dampak
juga pada kemampuan untuk memperoleh
pendidikan bagi penyandang tersebut.
Sementara pendidikan memiliki peran penting
dalam kemampuan berpikir seseorang. Dalam
hal ini, masa kanak-kanak merupakan masa
yang penting dalam proses pendidikan.

Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran untuk Peserta


Didik Hambatan Pendengaran
 Konsep dasar pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan Metode Maternal Reflektif: metode
maternal reflektif merupakan metode
pembelajaran bahasa bagi anak Tunarungu
yang menirukan cara seorang ibu mengajarkan
bahasa kepada anaknya yang belum berbahasa
sampai anak mampu berbahasa dengan
merefleksikan bahasa yang dimiliki melalui
kegiatan percakapan.
 Ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan
metode maternal reflektif adalah sebagai
berikut:
1) Melaksanakan percakapan yang sewajarnya
2) Metode tangkap, tanggap, peran ganda
3) Ungkapan anak seritmis mungkin
4) Mengikuti cara-cara anak mendengar
menguasai bahasa ibu
5) Bertitik tolak pada minat & kebutuhan
komunikasi anak
6) Menyajikan bahasa sewajar mungkin baik
reseptif maupun Ekspresif
 Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan
menggunakan PendekatanMMR
1) Percakapan harus terjadi sedini mungkin,
sebelum anak berbahasa sepatah katapun.
2) Lingkungan yang mengajak bercakap (kapan
saja, dimana saja, tentang apa saja).
3) Percakapan bertolak dari pengalaman
bersama (ibu/orangtua. guru, teman).
4) Percakapan dengan Motto “apa yang ingin
kau katakan, katakalah begini…”
5) Percakapan berlangsung dengan Metode
Tangkap dan Peran Ganda.
 Langkah-langkah Pembelajaran Tunarungu
dengan Menggunakan Pendekatan MMR
1) Percakapan dari hati ke hati (Perdati): Makna
dari percakapan dari hati ke hati ini adalah
percakapan yang berlangsung secara
spontan, dalam suasana santai, rileks dan
terjad intersubyektifitas (dua hati
memikirkan obyek yang sama).
2) Perdati Melanjutkan Informasi: Percakapan
yang terjadi di kelas-kelas tinggi (D-4 sampa
dengan SMLB), biasanya percakapan lebih
kepada penyampaian informasi tentang
suatu kejadian yang aktual yang bersifat
pengetahuan umum (conversation in order to
transmit some information),
3) Percakapan linguitik (Percali): Percakapan
linguitik adalah percakapan tentang tata
bahasa yang bertitik tolak dari bacaan.
Tujuan dari percakapan ini adalah agar
Tunarungu mampu merefleksikan topik-
topik tata bahasa
 Teknik Evaluasi dalam Sistem Pembelajaran
Peserta Didik Hambatan Pendengaran dengan
Pendekatan MMR
Penilaian proses pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik (authentic
assesment) yang menilai kesiapan peserta
didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen
tersebut akan menggambarkan kapasitas,
gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang
mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan
dan dampak pengiring (nurturant effect) pada
aspek sikap.

Kegiatan Belajar 3: Program Khusus PKBI untuk


Peserta Didik Hambatan Pendengaran
 PKPBI merupakan pembinaan dalam
penghayatan bunyi yang dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa
pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki
peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran-peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran tunarungu
dapat dipergunakan sebaikbaiknya untuk
berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang
penuh bunyi (Subarto: 1993:66)
 Tujuan khusus dari pelaksanaan PKPBI yaitu
untuk:
1) membantu perkembangan kemampuan
bicara
2) membantu dalam pengembangan
kemampuan baca ujaran
3) membantu dalam beradaptasi dengan
lingkungan
4) membantu untuk berinteraksi dengan orang
lain
5) membantu dalam pengembangan emosi
6) membantu dalam pengembangan
kemampuan motorik
 Manfaat PKBI jika diberikan sedini mungkin
maka akan mengembangkan dan
meningkatkan:
1) Kemampuan berbicara peserta didik
tunarungu melalui pelaksanaan PKPBI
secara terprogram dan berkesinambungan
akan membantu sikap terhadap berbicara
peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran yang lebih baik dan lebih jelas.
2) Kemampuan dalam membaca ujaran peserta
didik tunarungu/hambatan pendengaran
akan lebih jelas dan lebih mudah setelah
mengikuti program PKPBI.
3) Pelaksanaan PKPBI yang terprogram dan
berkesinambungan akan memperlancar
proses perkembangan bahasa.
4) Melalui pelaksanaan PKPBI dapat
mengembangkan interaksi dan komunikasi,
kepercayaan diri, motorik serta perasaan
peka kepada peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran.
 Materi dalam Pelaksanaan PKPBI meliputi:
1) Bunyi primitif / latar belakang, misalnya
bunyi dari alam: hujan, ombak, angin, petir,
guntur. Bunyi dari suara binatang: anjing
mengonggong, kucing mengeong. Bunyi
yang dibuat oleh manusia sebagai karya
seni, misalnya: lagu, musik,dan bunyi yang
dihasilkan oleh suara manusia seperti :
tertawa, menangis, teriakan.
2) Bunyi sebagai tanda : bedug, sirene,
lonceng, klakson
3) Bunyi bahasa merupakan bunyi tertinggi
yang merupakan hasil interaksi antar
manusia.
 Sarana dan Prasarana PKPBI
Ruang khusus dengan ukuran minimal 6X7
meter persegi atau sama dengan dua kali kelas
biasa, diperlukan pula perlengkapan elektronik
berupa: organ, tape recorder, microfon, monitor
LCD. Selain alat elektronik juga perlu dilengkapi
dengan alat non elektronik seperti: drum,
rebana, pianika, gendang, dan alat-alat musik
tradisional lainnya

 Metode Pelaksanaan PKPBI


1) Metode bermain
2) Metode pemberian tugas adalah suatu
kegiatan melakukan tugas berdasarkan
arahan/petunjuk dari guru, dimana peserta
didik tunarungu/hambatan pendengaran
dalam pelaksanaan PKPBI diberi
rangsangan yang perlu direspon dengan
perbuatan tertentu
3) Metode demonstrasi
4) Metode observasi

 Tahapan Pelaksanaan PKPBI


1) Tahapan Deteksi Bunyi Musik/ Irama :
Tujuan dari deteksi bunyi, yaitu peserta
didik tunarungu/hambatan pendengaran
menyadari adanya bunyi-bunyian latar
belakang, bunyi suara manusia, dan bunyi
suara binatang secara terprogram
2) Tahapan Diskriminasi Bunyi Musik/Irama:
Program ini mencakup latihan untuk
membedakan bunyi, baik itu bunyi alat
musik maupun bunyi bahasa.
3) Tahapan Identifikasi Bunyi Musik/Irama:
Tujuan dari identifikasi bunyi yaitu peserta
didik tunarungu/hambatan pendengaran
dapat menyebutkan ciri-ciri dari bunyi-
bunyi tertentu dan mampu mengenali
bunyi-bunyi yang diperdengarkan baik
melalui alat musik atau melalui suara
manusia secara terprogram.
4) Tahapan Komprehensi Bunyi Musik/Irama:
Tujuan dari komprehensi bunyi yaitu
peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran dapat memahami dan
melakukan perintah sesuai bunyi yang
diperdengarkan. Komprehensi merupakan
kumulatif tahapan pelatihan yang telah
dikuasai peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran,
sehingga mampu melaukan perintah bunyi
yang didengar baik sengaja maupun tidak.

Kegiatan Belajar 4: Program Khusus Bina Wicara


dan Bina Isyarat untuk Peserta didik Hambatan
Pendengaran
 Pembelajaran wicara adalah suatu upaya
sistematis untuk melakukan tindakan belajar
mengajar bicara, yang dalam prakteknya
merupakan serangkaian usaha untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran terhadap
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimilikinya dengan mengekspresikan pikiran,
gagasan, dan perasaannya dengan cara
berbicara. (Nugroho, 2004).
 Secara umum tujuan bina wicara adalah agar
para peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dasar dalam berbicara
yang baik untuk berkomunikasi di masyarakat,
bekerja dan berintegrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, dan berkembang sesuai dengan
karakteristiknya.
 Materi dalam Pelaksanaan bina wicara meliputi
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
1) Kelompok fonologi terdiri dari fonem
segmental yaitu fonem yang berwujud bunyi
bahasa (vokal, konsonan, diftong), fonem
suprasegmental yaitu fonem yang tidak
berwujud bunyi, tetapi merupakan
tambahan terhadap bunyi (aksen bicara,
intonasi, irama, tempo).
2) Kelompok morfologi terdiri dari kata dasar,
kata jadian atau kata berimbuhan, kata
ulang, kata majemuk.
3) Kelompok sintaksis terdiri dari kalimat
berita, kalimat ajakan, kalimat perintah,
kalimat larangan, kalimat tanya.
4) Kelompok semantik terdiri dari bagian tata
bahasa yang mempelajari makna/arti
 Metode yang digunakan dalam pelaksanaan
bina wicara adalah sebagai berikut:
1) Metode Global Diferensiasi: dalam mengajar
atau melatih anak untuk berbicara,
sebaiknya dimulai dengan ujaran secara
utuh (global), yang materinya diangkat dari
pengalaman kebahasaan anak. Setelah itu
baru diarahkan ke pembentukan fonem-
fonem sebagai satuan bahasa yang terkecil.
2) Metode Analisis sintesis: metode ini
merupakan kebalikan dari metode global
diferensiasi. Penyajiannya dimulai dari
satuan bahasa yang terkecil yaitu fonem,
menuju kata, kelompok kata, dan kalimat.
3) Metode Multisensori: menggunakan seluruh
sensori untuk memperoleh kesan-kesan
bicara, misalnya : penglihatan,
pendengaran, taktil (perabaan), kinestetis.
4) Metode Suara: Pelaksanaannya dengan
memanfaatkan visual-auditif (sisa
pendengaran) dan penggunaan alat bantu
dengar.
5) Metode Fonetika: Metode yang bertitik tolak
dari fonetik ini, urutan latihannya
didasarkan pada mudah sukarnya bunyi-
bunyi dan dianggap sama bagi semua anak.
Bunyi yang pertama diajarkan ialah p, b, w,
l, m, r, setelah itu t, d, n, atau meloncat
pada k, g, dan ng, dan yang terakhir e, j,
dan ny
6) Metode Tangkap dan Peran Ganda: metode
ini berdasarkan pada asas individualitas
anak. Guru mengajar, melatih anak untuk
berbicara, bukan mendasarkan pada urut-
urutan fonem, tetapi mendasarkan pada
fonem yang paling mudah bagi tiap-tiap
anak.
 SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) SIBI
merupakan media komunikasi dengan dan
diantara kaum tunarungu berupa gerakan
tangan yang disusun secara sistematis untuk
melambangkan bahasa Indonesia. Penggunaan
isyarat tentunya berbeda dengan bahasa lisan,
sehingga isyarat memiliki kelemahan-kelemahan
diantaranya tidak dapat mewadahi/mewakili
seluruh keunggulan yang dimiliki oleh bahasa
lisan.
 Isyarat pada dasarnya terbagi menjadi 2:
1) Isyarat konseptual yaitu: satu isyarat
melambangkan satu konsep, dalam isyarat
konseptual tidak terdapat imbuhan dan
bentukan, urutan kata tidak sama dengan
bahasa lisan. Isyarat konsepual ini dikenal
dengan Bahasa Isyarat.
2) Isyarat struktural yaitu satu isyarat
melambangkan satu kata, dalam isyarat
struktural terdapat isyarat imbuhan dan
bentukan, sistem isyarat harus sama
dengan bahasa lisan. Isyarat structural ini
dikenal juga dengan Isyarat Bahasa.
 Lingkup dari SIBI, yaitu:
1) Isyarat pokok ialah isyarat yang
melambangkan kata atau konsep dan
bilangan
2) Isyarat tambahan terdiri dari: Isyarat
awalan { me-, ber-, di-, ter-, ke-, se-} Isyarat
akhiran dan partike { -an, -kan,lah, kah}
3) Isyarat bentukan yaitu gabungan isyarat
pokok dan isyarat tambahan, mengulang
isyarat pokok, atau menggabungkan dua
isyarat pokok atau lebih.
2 Daftar materi yang 1. Penggunaan alat bantu dengar pada PKBI
sulit dipahami di 2. SIBI dan perkembangan bahasa dengan BISINDO
modul ini
3 Daftar materi yang 1. Isyarat Bahasa dan Bahasa Isyarat
sering mengalami 2. PKBI dan Bina Wicara
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai