Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL ILMIAH

IMPOLITENESS PRINCIPLE DALAM SINETRON ANAK LANGIT


EPISODE 10-12: KAJIAN PRAGMATIK

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pragmatik

Dosen Pengampu: Riris Tiani, S. S., M. Hum.

Oleh:

SISKA AMALIA

NIM 13010114120005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

2017
1

IMPOLITENESS PRINCIPLE DALAM SINETRON ANAK LANGIT


EPISODE 10-12: KAJIAN PRAGMATIK

Siska Amalia

Program Studi Sastra Indonesiaa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

E-mail: amaliasiska1@gmail.com

ABSTRAKSI

Sinetron Anak Langit pasti tidak asing terdengar oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Sinetron ini banyak menarik minat pemirsa, terutama kaum
remaja hingga anak-anak. Sejauh pemahaman peneliti, sinetron ini kerap
melibatkan kekerasan di setiap sekuelnya. Selain itu, tutur kata yang kurang
santun dan tidak santun sering dijumpai pula. Hal ini mungkin bertujuan untuk
menarik perhatian pemirsa agar sinetron ini tetap diikuti sampai berakhirnya cerita.
Apabila dikaitkan dengan prinsip kesantunan dalam ranah pragmatik, tuturan
semacam itu dinilai melanggar prinsip-prinsip kesantunan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan impoliteness principle dalam
sinetron Anak Langit mulai dari episode 10 hingga 12. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan
pragmatik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip kesantunan
milik Geoffrey Leech. Hasil analisis impoliteness principle terhadap sinetron
Anak Langit episode 10-12 ditemukan lima pelanggaran prinsip kesantunan.
Pelanggaran prinsip kesantunan paling banyak terdapat pada maksim simpati
sebanyak empat pelanggaran kesantunan, disusul oleh maksim kearifan yang
terdiri dari tiga pelanggaran kesantunan, maksim pujian serta maksim kesepakatan
(masing-masing dua pelanggaran kesantunan), dan maksim kerendahan hati yang
berjumlah satu pelanggaran prinsip kesantunan. Pelanggaran kesantunan dari
sinetron di atas sebagian besar dilakukan dengan cara kekerasan yang diawali
dengan adu mulut antartokohnya.
Kata kunci: impoliteness principle, tuturan, Anak Langit.

PENDAHULUAN
Sebuah peristiwa tutur pasti melibatkan antara si penutur dan mitra tutur yang
saling bertukar informasi. Interaksi di antara keduanya tentu tidak lepas dari
prinsip kesantunan. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat-
syarat tertentu terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan
santun. Bentuk sopan santun dapat diungkapkan dengan berbagai hal. Salah satu
penanda sopan santun adalah penggunaan bentuk pronomina dalam percakapan
2

(Kushartanti, 2005: 105). Sopan santun berbahasa dibentuk dan disepakati oleh
masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan relasi yang saling menghargai dan
saling menghormati. Agar kita dapat mengerti dan memahami tuturan orang lain,
kita harus mengetahui siapakah mitra tutur kita, bagaimana status sosial di antara
mereka, dan apa yang dibicarakan di antara mereka. Selain itu, penutur juga harus
menuturkan perkataannya dengan jelas agar mitra tutur dapat menangkap maksud
dari si penutur.
Saat ini, hampir semua pertelevisian Indonesia menghadirkan sinetron untuk
melengkapi program acara mereka. Sinetron berasal dari kata sinema dan
elektronik. Sinetron adalah film sandiwara atau drama yang ditayangkan di
televisi dengan jumlah episode yang cukup banyak. Sinetron-sinetron di Indonesia
tidak jarang menuai kontroversi karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor penggunaan kata-kata atau ujaran yang melanggar prinsip
kesantunan. Dialog pada sinetron yang melanggar prinsip kesantunan itu memiliki
dampak yang besar di kehidupan masyarakat. Banyak remaja yang melakukan
imitasi terhadap apa yang dilakukan para tokoh dalam sinetron itu, bahkan di
antara mereka dapat melukai temannya karena ingin meniru adegan perkelahian
atau adu mulut. Salah satu sinetron yang saat ini masih populer di sebagian
masyarakat Indonesia adalah sinetron Anak Langit. Sinetron ini ditayangkan oleh
Surya Citra Televisi (SCTV) yang menceritakan kehidupan dua genk racing yang
dibubuhi dengan kisah romansa. Di setiap episode dalam sinetron ini sering
ditemukan kekerasan verbal yang berawal dari adu mulut dari dua tokoh yang
bertentangan. Selain itu, pemilihan kosakata di dalamnya terdengar kasar bila
dikaitkan dengan prinsip pragmatik.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelanggaran politeness principle


dalam sinetron Anak Langit episode 10-12 dengan menggunakan teori prinsip
kesantunan milik Geoffrey Leech. Latar belakang penulis mengambil objek
sinetron Anak Langit karena hampir setiap episode banyak ditemukan
impoliteness principle, baik secara tuturan maupun tindakan. Pemeran dalam
sinetron ini cukup banyak, di antaranya:
3

1) Muhammad Amar Alruvi sebagai Al/ Ali Topan


2) Ranty Maria sebagai Vika
3) Immanuel Caesar Hito sebagai Andra
4) Nasya Marcella sebagai Milka
5) Cemal Faruk Urhan sebagai Kei
6) Raya Kitty Aditya sebagai Emon/ Eva Monita
7) Bryan Dimani sebagai Enjoy/ Endro Jorgy
8) Marcella Daryanani sebagai Tary
9) Dylan Carr sebagai Rimba
10) Hana Saraswati sebagai Sasha
11) Mario Maulana sebagai Pak Robert
12) Gerald Yohanes Putra sebagai Garry
13) Ochi Rosdiana sebagai Deedee
14) Angga Putra sebagai Jaelani
15) Al Fathir Muchtar sebagai babe Rozaq
16) Mega Aulia sebagai Nyak Ida
17) Umar Lubis sebagai Pak Junaedi
18) Adipura sebagai Pak Hariman
19) Yoelitta Palar sebagai Ibu Yulita
20) Sasha Alexa sebagai Merrie
21) Mezty Mez sebagai tokoh sampingan
22) Devi Permatasari sebagai tokoh sampingan
Sumber:
http://seo-mo.blogspot.com/2017/03/anak-langit-sctv.html diakses pada tanggal
30 Mei 2017 pukul 20.38 WIB.

Penelitian serupa dilakukan oleh Rosada (2016) dalam jurnalnya yang


berjudul “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Film Ayat-Ayat Cinta Karya
Hanung Bramantyo sebagai Suatu Kajian Pragmatik”. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif. Pada film Ayat-Ayat Cinta terdapat beberapa
tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan Leech. Pematuhan dan
pelanggaran prinsip kesantunan terdapat pada beberapa maksim, di antaranya:
4

maksim kebijaksanaan, pujian, kesepakatan, kesederhanaan, simpati, dan


kedermawanan.

Penelitian lain yang relevan dengan topik ini dilakukan oleh Nurjamily (2015)
dengan judul “Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga
(Kajian Sosiopragmatik)”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik cakap. Hasil
penelitian ini adalah kesantunan berbahasa Indonesia di lingkungan keluarga
terdapat strategi kesantunan negatif yang dikembangkan oleh Brown dan
Levinson dengan menggunakan ukuran solidaritas kesantunan berbahasa dan
prinsip kesantunan yang dikembangkan oleh Leech, serta dilengkapi dengan
prinsip kerja sama yang dikembangkan oleh Grice.

Teori-teori yang digunakan sebagai dasar analisis data dari penelitian ini
antara lain:
1. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, diterjemahkan oleh
Wahyuni, 2004: 3). Terdapat lima batasan pragmatik menurut Yule, antara
lain: (1) pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) pragmatik adalah
studi tentang makna kontekstual, (3) pragmatik adalah studi tentang
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, (4)
pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan, (5) pragmatik
adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai
bentuk-bentuk (penutur).
2. Teori Prinsip Kesantunan Geofrey Leech
Prinsip kesantunan Leech dibagi menjadi enam maksim, yaitu:
a. maksim kearifan
1. membuat kerugian orang lain sekecil mungkin;
2. memaksimalkan keuntungan orang lain kepada mitra tuturnya.
b. maksim kedermawanan
5

1) membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin;


2) memaksimalkan kerugian pada diri sendiri
c. maksim pujian
1. kecamlah orang lain seminimal mungkin;
2. pujilah orang lain sebanyak mungkin.
d. maksim kerendahan hati
1. pujilah diri sendiri sesedikit mungkin;
2. kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
e. maksim kesepakatan
1. usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi
sesedikit mungkin;
2. usahakan kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak
mungkin.
f. maksim simpati
1. kurangi rasa antipati antara diri dan orang lain sekecil mungkin;
2. tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan orang
lain (catatan perkuliahan pragmatik program studi Sastra Indonesia
pada tanggal 22 Maret 2017).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan teknik simak. Data yang dikumpulkan dari teknik simak berupa
video sinetron Anak Langit yang diunduh dari video.com kemudian ditranskrip
dalam ragam tulis. Jenis dan sumber data pada penelitian ini menggunakan data
sekunder yang berasal dari e-journal, dan beberapa buku yang relevan dengan
penelitian ini. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teori
politeness principle milik Geofrey Leech.

ANALISIS DATA

Maksim Kearifan
1. membuat kerugian orang lain sekecil mungkin;
6

2. memaksimalkan keuntungan orang lain kepada mitra tuturnya.


Tokoh yang bernama Al sedang kebingungan mencari handphone-nya yang
hilang dan berniat untuk kembali ke tempat semula. Ketika dia tergesa-gesa ingin
beranjak, secara tidak sengaja ia menabrak Rimba sehingga terjadi dialog di
bawah ini.
(1) …
Rimba : “Mau ribut loe?”
Al : “Belum puas?”
Rimba : “Gue tidak ada puasnya buat loe”
Al : “Eh Rimba, ini kampus, ye? tempat buat nyari ilmu bukan
buat ribut. Dan gue nggak mau ribut lagi sama loe di kampus. Oke?”
Rimba : “Gue nggak peduli”

Pada kutipan percakapan di atas terdapat pelanggaran terhadap maksim
kearifan, khususnya tuturan yang diucapkan oleh tokoh Rimba karena membuat
kerugian terhadap Al. Tuturan Rimba yang seolah-olah menantang Al untuk
melakukan perkelahian sangat terlihat. Ia tidak dapat melihat situasi bahwa
mereka sedang berada di kampus, seperti pada tuturan mau ribut loe? Al justru
tidak ingin meladeni tantangan Rimba karena dia dapat melihat situasi dan kondisi
(mereka berada di kampus) yang dibuktikan dengan tuturan Eh Rimba, ini
kampus, ye? tempat buat nyari ilmu bukan buat ribut. Dan gue nggak mau ribut
lagi sama loe di kampus. Oke? Tuturan Rimba yang terus menantang Al, dengan
tuturan gue nggak peduli memperkuat kesan bahwa tokoh Rimba melanggar
maksim kearifan.

(2) …
Sasha : “Siapa nih? Oh, hp si cogan ini. Angkat ah”
Vika : “Kok nggak ada suara halonya ya? Jangan-jangan ini mas
Reno” (berbicara dalam hati) “Halo mas Reno!”
Sasha : (berbicara dalam hati) “Reno? Oh, jadi cogan itu
namanya Reno. Jangan-jangan ini pacarnya si cogan”
“Iya! Halo!”
Vika : “Kok suara cewek?” (berbicara dalam hati)
Sasha : “Siapa ya?”
7

Vika : “Lho, ini siapa ya? Kok pegang handphone-nya mas


Reno?”
Sasha : “Gue, pacarnya Reno. Masalah buat loe? Ini siapa
sih?”
Vika : “Ya Allah, ternyata bener. Maaf, ini ini tunangannya mas
Reno. Saya mau ngomong sama mas Reno. Tolong kamu bilangin
sama mas Reno, kalau memang mas Reno mau batalin
pertunangannya nggak apa-apa. Tapi tolong gentle. Kalau jadi laki-
laki tu tolong temui saya, ngomong langsung sama saya. Jangan
kayak gini caranya, jangan menghindari saya”
Sasha : “Rupanya si Reno juga lagi ngejauhin cewek”
(berbicara dalam hati) “Aduh, sorry ya. Kayaknya Reno udah
nggak mau deh ketemu sama loe lagi. Jadi gue saranin sama loe
mending loe lupain aja Reno sekarang, ya? Bye!”
Konteks pada kutipan dialog di atas adalah Vika yang ingin menelepon
tunangannya yang bernama Reno. Namun yang mengangkat telepon darinya
bukanlah Reno melainkan perempuan lain yang bernama Sasha. Vika yang mulai
curiga langsung mengklarifikasi bahwa Vika adalah tunangannya. Perempuan lain
yang mengangkat teleponnya mulai memanas-manasi Vika bahwa Reno tidak lagi
mencintainya dan telah beralih kepadanya. Hal itu membuat Vika merasa kecewa
dan sedih. Berdasarkan konteksnya, tokoh Sasha telah melanggar maksim
kearifan karena dia telah merugikan mitra tuturnya, yakni Vika dengan cara
mengaku seolah dia adalah pacar Reno yang dibuktikan pada dialog gue,
pacarnya Reno. Masalah buat loe? Ini siapa sih?
Kerugian yang diderita oleh tokoh Vika dibuktikan pada dialog Ya Allah,
ternyata bener. Maaf, ini ini tunangannya mas Reno. Saya mau ngomong sama
mas Reno. Tolong kamu bilangin sama mas Reno, kalau memang mas Reno
mau batalin pertunangannya nggak apa-apa. Lalu, tokoh Sasha menambah
kerugian untuk tokoh Vika dengan menuturkan Aduh, sorry ya. Kayaknya Reno
udah nggak mau deh ketemu sama loe lagi. Jadi gue saranin sama loe mending
loe lupain aja Reno sekarang, ya?
(3) …
Pak Robert : “Ehem. Ini dia motornya Andra. Gua harus
nglakuin sesuatu nih. Biar dia ngelakuin kesalahan yang fatal,
musti dipecat. Walaupun loe dibelain sama anaknya owner, jangan
panggil gue Robert Chicago kalau gua nggak bisa nendang loe dari
sini. Lagian pake ngedeketin Tary, kelar idup loe. Hm...
8

(bersenandung sambal melihat ke sekitar agar tidak ada orang yang


mencurigainya) Hihi, gue bikin bocor alus nih bensin motor biar
motornya mati terus dia telat nganter makanan. Ahihihi…
(setelah ia berhasil membocorkan secara halus bensin motor Andra)
Yes, kan. Hah, dia belum tahu urusan sama siapa (tertawa jahat)”
Pak Robert menuturkan monolog ini ketika dia merasa cemburu karena Andra
mendekati Tary. Dia berniat untuk mencelakai Andra dengan cara menyayat halus
kabel bensin pada motornya. Hal ini dilakukan Pak Robert dengan tujuan Andra
dipecat dari pekerjaannya dan dia dapat mendekati Tari tanpa halangan. Bila
dikaitkan dengan teori kesantunan milik Leech, tuturan pak Robert menunjukkan
bahwa dia telah melanggar maksim kearifan karena dia bermaksud untuk
mencelakai orang lain (membuat kerugian orang lain sebesar mungkin) yang
ditunjukkan pada tuturan biar dia ngelakuin kesalahan yang fatal, musti dipecat
dan gue bikin bocor alus nih bensin motor biar motornya mati terus dia telat
nganter makanan.
Maksim Pujian
1) kecamlah orang lain seminimal mungkin;
2) pujilah orang lain sebanyak mungkin.
(4) …
Rimba : “Woy, anak pungut! Ngapain sih buru-buru? Takut?”
Al : “Nanti aje. Kan ntar kita ketemu lagi”
Rimba : “Kebanyakan gaya loe. Kalau berani, sini maju!”
Al : “Gue cabut, bray!”

Pada kutipan (4) terdapat pelanggaran maksim pujian, khususnya pada


tuturan Rimba yang menuturkan woy, anak pungut! kepada mitra tuturnya, yaitu
Al. Dialog ini terjadi ketika Al tidak meladeni Rimba yang menantangnya
berkelahi di kampus. Al mencoba untuk mengalihkan pembicaraan agar mereka
tidak berkelahi. Rimba tidak mau kalah, sehingga dia menyebut Al dengan
panggilan tersebut. Panggilan anak pungut terdengar seperti mengejek dan
merendahkan orang lain, sehingga tuturan Rimba pada submaksim pertama dapat
dikategorikan pelanggaran maksim pujian.
9

(5) …
Andra : “Permisi, pesanan ayam nih! Yang pesen banyak
kenapa nggak ada orangnya sih? Fix nih, gue dikerjain. Mending gue
balik dah”
Para anggota geng Antrax mulai bermunculan.
Anggota geng 2 : “Wah, ada ayam lepas nih!”
Ibes : “Kita tangkep terus kita goreng. Enak nih
dimakan!”
Pada kutipan (5) pelanggaran maksim pujian terletak pada submaksim kedua,
yakni tuturan yang berbunyi wah, ada ayam lepas nih! yang diucapkan oleh
salah satu anggota geng 2 kepada Andra. Penutur memaksimalkan kecaman
kepada mitra tuturnya walau Andra tidak melawan. Saat itu, Andra masih
mengenakan helm ayam karena dia bekerja di Kentary Fried Chicken di mana
para deliverman diwajibkan untuk memakai helm ayam ketika mengantar pesanan.
Andra masuk dalam jebakan geng Antrax. Dia menjalankan tugasnya untuk
mengantarkan pesanan ayam di jalan Penjaga nomor 15. Sesampainya di lokasi,
tidak ada seorang pun yang menemuinya. Andra sudah memiliki firasat bahwa ia
dijebak. Tak lama kemudian, para anggota geng Antrax mulai berdatangan. Andra
terlibat adu mulut dengan mereka yang menyebabkan terjadinya dialog di atas.

Maksim Kerendahan Hati


1) pujilah diri sendiri sesedikit mungkin;
2) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
(6) …
Pak Robert : “Ehem. Ini dia motornya Andra. Gua harus
nglakuin sesuatu nih. Biar dia ngelakuin kesalahan yang fatal, musti
dipecat. Walaupun loe dibelain sama anaknya owner, jangan panggil
gue Robert Chicago kalau gua nggak bisa nendang loe dari sini.
Lagian pake ngedeketin Tary, kelar idup loe. Hm... (bersenandung
sambal melihat ke sekitar agar tidak ada orang yang mencurigainya)

Pak Robert cemburu ketika Andra berusaha mendekati Tary. Dia berniat
untuk mencelakai Andra dengan cara menyayat halus kabel bensin pada motornya.
Hal ini dilakukan Pak Robert dengan tujuan Andra dipecat dari pekerjaannya dan
dia dapat mendekati Tari tanpa halangan. Saat ia ingin membocorkan bensin
motor Andra, Pak Robert menyombongkan dirinya sendiri dengan tuturan jangan
10

panggil gue Robert Chicago kalau gua nggak bisa nendang loe dari sini.
Monolog Pak Robert dinilai melanggar maksim kerendahan hati karena dia
memuji dirinya sebanyak mungkin.

Maksim Kesepakatan
1) usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit
mungkin;
2) usahakan kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin.


Ketua geng : “Guys, gue masih belum bisa tenang nih. Gua
masih dendam sama si Andra karena dia udah hancurin motor gua.
Kita harus bisa balas dendam ama dia. Tapi sayangnya gua nggak tahu,
gimana cara nemuin tuh anak”
Anggota geng 1 : “Kita samperin aja ke rumahnya”
Anggota geng 2 : “Eits! nanti kita berurusan sama warga. Nah,
bagaimana kalau kita cegat di jalan, bagaimana?”
Para anggota lain : “Ya! Setuju! Bener banget!”

Konteks dialog di atas adalah geng Antrax ingin melakukan balas dendam
kepada Andra karena Andra telah merusak motor si ketua geng tersebut. Dalam
dialog ini mereka mengatur siasat agar dapat “menangkap” Andra. Pelanggaran
maksim kesepakatan terdapat pada submaksim ketiga di mana anggota geng 2
menuturkan eits! nanti kita berurusan sama warga memiliki indikasi bahwa ia
menolak tuturan anggota geng 1 pada submaksim kedua dengan tuturan kita
samperin aja ke rumahnya secara tidak langsung sehingga tidak terjadi
kesepakatan di antara keduanya.

Anggota Antrax : “Kenapa lu? Kok pada bonyok?”
Ketua geng : “Kenape lu?”
Riko : “Barusan gua digebukin sama anak-anak Rainbow.
Lu semua lihat kan? Mereka berani bikin gue kayak gini”
Anggota Antrax : “Wah, ngajak ribut tuh anak Rainbow. Nggak bisa
dibiarin nih bro!”
(Ibes kembali ke markas)
Ketua geng : “Ibes, gimana? Lu udah tahu tempatnya si Andra?”
Ibes : “Tenang dulu, gue udah dapet nomor telepon
tempat kerjanya”
11

Ketua geng : “Lu yang paling cerdas di sini sekalian lu lihat nih,
Riko. Dia juga digebukin sama anak Rainbow. Emang mereka bener-
bener cari masalah sama kita. Kita hajar dulu si Andra, baru kita
habisin satu-satu”
Anggota geng 2 : “Mendingan kita jebak aja si Andra. Kita
suruh kirim ayam kemana kek. Nah, baru di sana kita hajar dia
yo. Kan Ibes udah punya nomernya. Gimana yo?”
Riko yang sebelumnya terlibat perkelahian dengan ketiga teman Andra
kembali ke markas gengnya. Wajahnya menjadi lebam karena bekas pukulan dari
mereka. Saat itu juga, Ibes kembali ke markas dengan kabar gembira; Ia berhasil
mendapatkan nomor telepon tempat Andra bekerja. Akhirnya mereka sudah
bertekad bulat untuk melakukan penyerangan kepada geng Rainbow. Pelanggaran
maksim kesepakatan terdapat pada submaksim kedelapan, yakni pada tuturan
anggota geng 2 dengan tuturan mendingan kita jebak aja si Andra. Kita suruh
kirim ayam kemana kek. Nah, baru di sana kita hajar dia yo. Si penutur
(anggota geng 2) menolak pendapat ketua geng yang ingin menghajar Andra
terlebih dahulu lalu disusul dengan anggota geng Rainbow yang lain. Kata
mendingan yang dituturkan oleh anggota geng 2 menunjukkan penolakan dengan
pendapat sebelumnya sehingga tidak terjadi kesepakatan antara ketua geng dan
anggota geng 2.
Maksim Simpati
1) kurangi rasa antipasti antara diri dan orang lain sekecil mungkin;
2) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan orang lain.

Rimba : “Mau ribut loe?
Al : “Belum puas?”
Rimba : “Gue tidak ada puasnya buat loe”
Al : “Eh Rimba, ini kampus, ye? tempat buat nyari ilmu
bukan buat ribut. Dan gue nggak mau ribut lagi sama loe di
kampus. Oke?”
Rimba : “Gue nggak peduli”

Tokoh yang bernama Al sedang kebingungan mencari handphone-nya yang
hilang dan berniat untuk kembali ke tempat semula. Ketika dia tergesa-gesa ingin
beranjak, secara tidak sengaja ia menabrak Rimba. Al sudah meminta maaf tetapi
Rimba mengindahkannya malah mengajak berkelahi. Al yang sedang terburu-
12

buru berusaha menolak tantangan Rimba karena mereka sedang berada di kampus
dan tidaklah baik bila berkelahi di kampus mereka. Tuturan Rimba yang
mengatakan gue nggak peduli termasuk dalam pelanggaran maksim simpati.
Seharusnya, ia harus menyadari bahwa ia sedang berada di kampus, sebuah
instansi, bukan lapangan untuk perkelahian.
Vika yang ingin menelepon tunangannya yang bernama Reno. Namun yang
mengangkat telepon darinya bukanlah Reno melainkan perempuan lain yang
bernama Sasha. Vika yang mulai curiga langsung mengklarifikasi bahwa Sasha
adalah tunangannya. Perempuan lain yang mengangkat teleponnya mulai
memanas-manasi Vika bahwa Reno tidak lagi mencintainya dan telah beralih
kepadanya. Hal itu membuat Vika merasa kecewa dan sedih.

Sasha : “Siapa nih? Oh, hp si cogan ini. Angkat ah”
Vika : “Kok nggak ada suara halonya ya? Jangan-jangan ini mas
Reno” (berbicara dalam hati) “Halo mas Reno!”
Sasha : (berbicara dalam hati) “Reno? Oh, jadi cogan itu
namanya Reno. Jangan-jangan ini pacarnya si cogan”
“Iya! Halo!”
Vika : “Kok suara cewek?” (berbicara dalam hati)
Sasha : “Siapa ya?”
Vika : “Lho, ini siapa ya? Kok pegang handphone-nya mas
Reno?”
Sasha : “Gue, pacarnya Reno. Masalah buat loe? Ini siapa
sih?”
Vika : “Ya Allah, ternyata bener. Maaf, ini ini tunangannya mas
Reno. Saya mau ngomong sama mas Reno. Tolong kamu bilangin
sama mas Reno, kalau memang mas Reno mau batalin
pertunangannya nggak apa-apa. Tapi tolong gentle. Kalau jadi laki-
laki tu tolong temui saya, ngomong langsung sama saya. Jangan kayak
gini caranya, jangan menghindari saya”
Sasha : “Rupanya si Reno juga lagi ngejauhin cewek”
(berbicara dalam hati) “Aduh, sorry ya. Kayaknya Reno udah
nggak mau deh ketemu sama loe lagi. Jadi gue saranin sama loe
mending loe lupain aja Reno sekarang, ya? Bye!”
Tuturan Sasha pada submaksim ketujuh dan kesembilan termasuk dalam
pelanggaran maksim simpati karena dia bersikap antipati kepada Vika selaku
tunangan Reno dan mengaku-ngaku bahwa dia adalah pacar Reno dapat
dibuktikan pada tuturan gue, pacarnya Reno. Masalah buat loe? Ini siapa sih?
Tuturan Sasha yang melanggar maksim simpati diperkuat dengan tuturan Aduh,
13

sorry ya. Kayaknya Reno udah nggak mau deh ketemu sama loe lagi. Jadi gue
saranin sama loe mending loe lupain aja Reno sekarang, ya? Bye! Tuturan ini
membuat mitra tuturnya, Vika merasa sedih.

Teman Reno 1 : “Mau lari kemana lagi loe?”
Riko : “Mau apa loe semua? Lu belum puas …?
(menunjuk diri sendiri)”
Teman Reno 2 : “Mau ngapain kata dia. Lu tenang aje, kita nggak
bakal ngapa-ngapain loe kok. Kita kesini cuma mau … (langsung
memukul member Antrax itu dan mereka bertiga mengeroyoknya)
Teman Reno 3 : “Bangun loe!”
Teman Reno 1 : “Heh! Kalau loe macem-macem sama Reno lagi,
gue akan bales …. Ngerti loe?! (sambil menggenggam erat krah
jaket salah satu member Antrax itu dengan penuh kemarahan)

Ketiga teman Reno yang tergabung dalam geng Rainbow masih tidak terima
karena perlakuan geng Antrax yang tiba-tiba menyerang mereka di warung makan.
Mereka berniat untuk membalas dendam dan menyerang geng itu. Tanpa sengaja,
mereka melihat salah satu member geng Antrax yang bernama Riko sedang
melewati motor mereka. Akhirnya, ketiga teman Reno mengejarnya hingga
melakukan perkelahian. Pada kutipan dialog di atas, terdapat pelanggaran maksim
simpati, yakni pada submaksim keempat dan kelima. Teman-teman Reno tidak
memiliki simpati kepada Riko dengan mengeroyoknya tanpa ampun. Riko yang
tidak berdaya diminta bangun oleh teman Reno 3 dengan tuturan bangun loe!
Selain itu, teman Reno 1 mengancam Riko dengan tuturan heh! Kalau loe
macem-macem sama Reno lagi, gue akan bales …. Ngerti loe?!

Andra : “Permisi, pesanan ayam nih! Yang pesen banyak
kenapa nggak ada orangnya sih? Fix nih, gue dikerjain. Mending gue
balik dah”
Para anggota geng Antrax mulai bermunculan.
Anggota geng 2 : “Wah, ada ayam lepas nih!”
Ibes : “Kita tangkep terus kita goreng. Enak nih
dimakan!”
Anggota lain : “Bener banget!”
Andra : “Makasih lo buat sambutannya nih. Gue cuma
bingung sama loe semua ya. Sebegitu kangennya sama gua sampai
harus nyambut gua kayak gini ya? Ha?”
Anggota lain : “Banget!”
14

Andra : “Gue bingung sebenernya yang ayam siapa? Gua


atau lu semua ha? Ayam!”
Ketua geng : “Heh, loe kira gue peduli? Ha? Antrax,
BANTAI!”

Andra masuk dalam jebakan geng Antrax. Dia menjalankan tugasnya untuk
mengantarkan pesanan ayam di jalan Penjaga nomor 15. Sesampainya di lokasi,
tidak ada seorang pun yang menemuinya. Andra sudah memiliki firasat bahwa ia
dijebak. Tak lama kemudian, para anggota geng Antrax mulai berdatangan.
Awalnya Andra terlibat adu mulut dengan mereka yang berujung pada
pengeroyokan sampai Andra tak berdaya, namun dia dapat terselamatkan karena
Milka memergoki mereka yang melakukan penyerangan kepada Andra. Kutipan
dialog di atas pada tuturan ketua geng yang berbunyi, Heh, loe kira gue peduli?
Ha? Antrax, BANTAI! menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran maksim simpati.
Ketua geng Antrax tidak memberikan simpati kepada Andra yang jelas-jelas
seorang diri dan dia akan dikeroyok habis-habisan oleh para anggota geng
tersebut. Ujaran BANTAI di sini menyatakan ketidaksimpatian kepada orang
yang sedang terancam nyawanya (Andra).
SIMPULAN
Berdasarkan analisis impoliteness principle terhadap sinetron Anak Langit
episode 10-12 ditemukan lima pelanggaran prinsip kesantunan. Impoliteness
principle dalam beberapa kutipan dialog yang ditemukan oleh penulis sering ada
penegasan pelanggaran masing-masing maksim sehingga memperkuat kesan
bahwa tokoh tertentu melanggar prinsip kesantunan menurut teori Geoffrey Leech.
Pelanggaran prinsip kesantunan paling banyak terdapat pada maksim simpati
sebanyak empat pelanggaran kesantunan, disusul oleh maksim kearifan yang
terdiri dari tiga pelanggaran kesantunan, maksim pujian serta maksim kesepakatan
(masing-masing dua pelanggaran kesantunan), dan maksim kerendahan hati yang
berjumlah satu pelanggaran prinsip kesantunan. Pelanggaran kesantunan dari
sinetron di atas sebagian besar dilakukan dengan cara kekerasan yang diawali
dengan adu mulut antartokohnya.
SARAN
15

Penelitian mengenai prinsip kesantunan dalam sinetron Anak Langit mulai


dari episode 10-12 ini hanya menggunakan satu teori prinsip kesantunan, yakni
teori kesantunan Leech. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya dibahas lebih
mendalam dengan menggunakan teori kesantunan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Perkuliahan Mata Kuliah Pragmatik Program Studi Sastra Indonesia pada
tanggal 22 Maret 2017.

http://seo-mo.blogspot.com/2017/03/anak-langit-sctv.html diakses pada tanggal


30 Mei 2017 pukul 20.38 WIB.

http://vidio.com diakses pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 13.37 WIB.

Nurjamily, Wa Ode. 2015. “Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan


Keluarga (Kajian Sosiopragmatik)”. Jurnal Humanika, 15 (3).

Rosada, Amrina. 2016. “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Film Ayat-Ayat


Cinta Karya Hanung Bramantyo sebagai Suatu Kajian Pragmatik”. Jurnal
Universitas Mataram,
http://fkipunram.rf.gd/uploads/2016_v01_n01/E1C012007.pdf?i=1 diakses
pada tanggal 13 April 2017.

Yule, George. Pragmatics atau Pragmatik, terj. oleh Indah Fajar Wahyuni,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Anda mungkin juga menyukai