Anda di halaman 1dari 11

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA

DALAM FILM TULLAH

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:
SUCI ELVIRA
NIM F1012131061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA
DALAM FILM TULLAH

Suci Elvira, Amriani Amir, Agus Syahrani


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: sucielvira19@gmail.com

Abstract
The purpose of this research to describe violations of the principle of linguistic politeness,
implicatures appear, and the principle of irony in the Tullah’s movie. This study uses
qualitative research in descriptive form. Data collection techniques using documentary, notes,
and translations. The data in this study is a dialogue or monologue in the Tullah’s movie,
while the source of the data is the Tullah’s movie. Based on the results of data analysis the
violation of the most widely performed by the cast in the Tullah’s movie is a violation of the
agreement maxims totaling 57. Implicatures appear in the Tullah’s movie were 17,
implicatures that often arises is implicatures request amounting to 11, followed by other
implicatures. The principle of irony in Tullah’s movie numbered 4. The suggestion of this
study is expected to be a reference for further research, become a reference and guide readers
in speaking in public to be a virtuous person and manners, and can be input for the teaching
of Indonesian so that the public school environment can figure out how to talk polite with
other.
Keywords: Politeness Violation, Implicature, Irony, Tullah’s Movie, Sambas Malay

Manusia merupakan makhluk sosial yang menghargai adalah memberi, menentukan,


tidak bisa lepas dari berinteraksi dengan menghormati, dan memuliakan orang tua atau
manusia yang lainnya. Interaksi sangat penting orang lain. Suatu acara atau film yang
bagi setiap manusia dengan saling ditayangkan di televisi sering terjadi
ketergantungan. Oleh karena itu, dalam penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa.
kegiatan berinteraksi dengan berbagai pihak Para pemeran film tersebut tidak mengindahkan
sangat membutuhkan alat, sarana, atau media, adanya prinsip kesantunan dalam melakukan
yaitu bahasa. Bahasa menurut Budiman (1987: komunikasi atau percakapan. Pelanggaran
1) adalah ucapan, pikiran, dan perasaan prinsip kesantunan berbahasa maksudnya
seseorang yang teratur dan digunakan sebagai adalah peristiwa tindak tutur yang melanggar
alat komunikasi antaranggota masyarakat. atau tidak mengandung prinsip kesantunan yang
Tanpa bahasa manusia tidak dapat bersosialisasi disampaikan oleh Leech. Teori tersebut
dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dinamakan teori kesantunan Leech. Dikatakan
karena manusia tidak dapat hidup sendiri. melanggar prinsip kesantunan apabila seorang
Kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, penutur dan lawan tutur sedang berkomunikasi
dibina, dan dikembangkan serta dapat dan tuturannya tersebut tidak mengandung
diturunkan kepada generasi-generasi melalui maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,
bahasa. Melalui bahasa segala sesuatunya dapat maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,
dipahami dan dimengerti oleh seseorang dalam maksim permufakatan, atau maksim
melakukan komunikasi kepada orang lain. kesimpatisan. Walaupun, ada beberapa tuturan
Santun berbahasa menunjukkan seperti apa yang akan terjadi dikarenakan hasil dari situasi
perangai atau tingkah laku seseorang. Sejalan yang terjadi saat mereka bertutur.
dengan pendapat tersebut, Moeliono, dkk., Adapun alasan penulis tertarik meneliti
(2007: 389) mengungkapkan bahwa kesantunan berbahasa yaitu, a) bahasa
merupakan sebuah alat komunikasi yang dapat ditonton dan banyak diperbincangkan di
mencerminkan sebuah bangsa; b) melalui kalangan masyarakat Sambas pada tahun 2015
bahasa kita dapat menilai bagaimana sifat, hingga sekarang; b) film Tullah merupakan ide
karakter, watak, dan kepribadian seseorang; c) dari Adri Addayuni mengisahkan kehidupan
dalam berbicara, baik itu bertatapan (lisan) atau sehari-sehari tokoh-tokohnya yang sesuai
pun melalui perantara (tulisan) antara dengan keadaan sosial, keadaan ekonomi, dan
pembicara dan lawan bicara mempunyai keadaan alam masyarakat Sambas sehingga
kaidah-kaidah yang mengatur tindakan dan memudahkan penulis untuk menelitinya; serta
penggunaan bahasanya; dan d) dalam berbicara c) film Tullah ini banyak ditemukan
haruslah bersikap santun dan jangan pelanggaran kesantunan berbahasa pada
menyinggung perasaan lawan bicara sehingga adegan-adegan tertentu sehingga komunikasi
pesan yang diinginkan tersampaikan. antara penutur dan lawan tutur tidak akan
Tullah merupakan singkatan dari tukang berjalan lancar dan tuturan-tuturan yang
molah ulah yang dalam bahasa Indonesia disampaikan oleh penutur tidak dapat diterima
berarti orang yang membuat kekacauan. Film secara efektif oleh lawan tutur.
Tullah berdurasi hampir dua jam ini diproduksi Skripsi ini dapat digunakan oleh guru
oleh tim Equaly Production Selakau dengan sebagai bahan tambahan dalam mengajarkan
produsernya Yatimansyah. Acara pameran seni pelajaran bahasa Indonesia yang jika dikaitkan
se-Kalimantan Barat yang diadakan di dengan aspek pengajaran, penelitian mengenai
Singkawang kemarin, mengadakan sebuah pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa
acara pementasan hasil seni. Semua kabupaten dalam film Tullah dapat dijadikan bahan ajar
yang ada di Kalimantan Barat menyiapkan seperti terdapat di dalam Kurikulum Tingkat
tempat untuk memamerkan hasil-hasil seni dari Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SMP kelas
masing-masing kabupaten. Di tempat (tenda) VII semester 1. Standar Kompetensi (SK)
Kabupaten Sambas menghadirkan tokoh-tokoh berbicara 2 yaitu mengungkapkan pengalaman
film Tullah yaitu Mat Rongos dan Om Jin. Hal dan informasi melalui kegiatan bercerita dan
inilah yang menjadi daya tarik pengunjung di menyampaikan pengumuman. Kompetensi
tenda Kabupaten Sambas dan merupakan tenda Dasar (KD) 2.1 yaitu menceritakan pengalaman
paling banyak dikunjungi dibandingkan dengan yang paling mengesankan dengan
tempat dari kabupaten lainnya. Alasan penulis menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
memilih film Tullah yaitu, a) film Tullah yang Masalah umum yang dibahas dalam
menggunakan bahasa Melayu Sambas ini penelitian ini adalah bagaimanakah pelanggaran
adalah film yang banyak ditonton dan banyak prinsip kesantunan berbahasa dalam film
diperbincangkan di kalangan masyarakat Tullah? Selanjutnya untuk mempermudah
Sambas pada tahun 2015 hingga sekarang; b) penelitian ini, masalah tersebut dibagi menjadi
film Tullah merupakan ide dari Adri Addayuni submasalah pelanggaran prinsip kesantunan
mengisahkan kehidupan sehari-sehari tokoh- berbahasa, implikatur yang muncul, dan prinsip
tokohnya yang sesuai dengan keadaan sosial, ironi yang terdapat dalam film Tullah.
keadaan ekonomi, dan keadaan alam Penelitian ini mengenai tindak tutur para
masyarakat Sambas sehingga memudahkan tokoh dalam film Tullah mengenai pelanggaran
penulis untuk menelitinya; serta c) film Tullah prinsip kesantunan berbahasa. Pelanggaran
ini banyak ditemukan pelanggaran kesantunan prinsip kesantunan berbahasa maksudnya
berbahasa pada adegan-adegan tertentu adalah peristiwa tindak tutur yang melanggar
sehingga komunikasi antara penutur dan lawan atau tidak mengandung prinsip kesantunan.
tutur tidak akan berjalan lancar dan tuturan- Pelanggaran dalam film ini adalah tuturan yang
tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak terdapat dalam monolog atau dialog, bukan
dapat diterima secara efektif oleh lawan tutur. berupa sikap yang mengarah ke sikap tidak
Alasan penulis memilih film Tullah yaitu, sopan. Pelanggaran prinsip kesantunan
a) film Tullah yang menggunakan bahasa berbahasa bukan hanya ketika penutur
Melayu Sambas ini adalah film yang banyak menghina, mengolok, mengejek, berbicara
kasar, berbicara tidak sopan, dan merendahkan dimensi, yaitu gerak laku, penggunaan bahasa,
lawan tutur, tetapi ketika penutur tersebut tidak dan keadaan mental.
mematuhi atau melanggar prinsip kesantunan Peristiwa tutur adalah terjadinya atau
berbahasa yang terdiri dari enam maksim yang berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu
dirumuskan oleh Leech yang masing-masing bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua
terdiri dari dua submaksim. Penelitian ini pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan
dibatasi pada ruang lingkup yang meliputi satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan
tuturan yang melanggar prinsip kesantunan situasi tertentu (Chaer, 2010: 47). Jenis tuturan
berbahasa, tuturan yang mengandung ada yang disebut dengan implikatur dan prinsip
implikatur, dan tuturan yang mengandung ironi. Implikatur menurut Mulyana (2005: 11)
prinsip ironi yang terdapat dalam film Tullah. diartikan sebagai sesuatu yang terlibat atau
Teori yang digunakan penulis adalah teori menjadi bahan pembicaraan. Menurut Rani
pragmatik dan sosiopragmatik, kesantunan, (2006: 170) implikatur digunakan untuk
tindak tutur, implikatur, prinsip ironi, serta memperhitungkan saran atau apa yang
prinsip kesantunan Leech. Pragmatik adalah dimaksud oleh penutur. Selain itu, implikatur
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan
bahasa secara eksternal, yakni bagaimana antara apa yang dimaksud dengan apa yang
satuan kebahasaan itu digunakan di dalam diucapkan. Dengan adanya implikatur makna
komunikasi (Wijana, 1996: 1). Pendapat ini yang tersirat dalam tuturan dapat dipahami oleh
dipertegas oleh Tarigan (dalam Sudiati dan seseorang (Purwo, 1990: 20). Prinsip ironi
Widyamartaya, 1996: 16), pragmatik adalah memungkinkan seseorang bertindak tidak
menelaah hubungan tanda dengan santun, tetapi dengan tuturan yang seolah-olah
penafsirannya atau orang yang menggunakan santun. Dengan menerapkan prinsip ironi
bahasa untuk berkomunikasi. Sosiopragmatik berarti penutur bersikap santun, tetapi tidak
adalah telaah mengenai kondisi-kondisi tulus. Hal tersebut dilakukan sebagai pengganti
„setempat‟ atau kondisi-kondisi „lokal‟ yang sikap tidak santun dan melalui perilaku ini
lebih khusus mengenai penggunaan bahasa penutur mempunyai tujuan untuk merugikan
(Tarigan, 1986: 26). Pragmatik dan dan menyudutkan orang lain (Leech, 1993: 224-
sosiolinguistik adalah dua cabang ilmu bahasa 225). Dapat dikatakan bahwa dengan
yang muncul akibat adanya ketidakpuasan menerapakan prinsip ironi, penutur
terhadap penanganan bahasa yang terlalu mengungkapkan daya ilokusi yang tidak santun
bersifat formal yang dilakukan oleh kaum secara santun.
strukturalisme. Tarigan (1990) menerjemahkan maksim-
Kesantunan menurut Asmah (2007: 9) maksim dalam prinsip kesantunan yang
apabila kita menggunakan bahasa, baik bahasa disampaikan Leech (1983) yaitu maksim
lisan maupun bahasa tulisan, kita harus kebijaksanaan (tact maxim), maksim
mematuhi beberapa peraturan tertentu supaya kedermawanan (generosity maxim), maksim
tidak membuat siapa saja merasa tersinggung penghargaan (approbation maxim), maksim
atau lebih-lebih menjatuhkan air mukanya. kesederhanaan (modesty maxim), maksim
Oleh sebab itu, mereka menggunakan strategi permufakatan (agreement maxim), dan maksim
dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan kesimpatisan (sympathy maxim). Masing-
agar kalimat yang dituturkan santun tanpa masing dari maksim tersebut terdiri dari dua
menyinggung pendengar. Kesantunan submaksim.
mempunyai makna yang berkaitan dengan
perilaku atau gerak-gerik, tutur kata, dan sikap
seseorang. Hal ini senada dengan apa yang
dipaparkan oleh Asmah (2007: 2) budi bahasa
itu tidak lain adalah peraturan adab tertib dalam
hubungan antara manusia yang mempunyai tiga
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai
metode deskriptif. Moleong (2005: 6), instrumen kunci yang dibantu dengan alat
menyatakan bahwa dalam metode deskriptif, pengumpul data laptop (komputer), buku
data-data yang dikumpulkan berupa fakta-fakta pencatat data, dan alat tulis.
gambaran dan bukan angka-angka sehingga Teknik analisis data merupakan cara yang
dengan demikian laporan penelitian berisi digunakan penulis untuk menganalisis data
kutipan-kutipan data untuk memberikan setelah data terkumpul secara keseluruhan.
gambaran penyajian laporan tersebut. Hal ini Menurut Afifudin dan Saebani (2009: 145)
berarti penelitian yang dilakukan berguna untuk kegiatan analisis data ialah mengatur,
memberikan gambaran objektif tentang mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa kode, dan mengategorikannya. Langkah-
dalam film Tullah. langkah analisis data dalam penelitian ini yaitu
Bentuk penelitian yang digunakan penulis mentranskripsikan data hasil melihat tayangan
yaitu penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor film Tullah ke dalam bentuk tulisan,
(dalam Moleong, 2005) mendefinisikan bahwa mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data,
pada penelitian kualitatif sebagai prosedur menerjemahkan bahasa Melayu dialek Sambas
penelitian yang menghasilkan data deskriptif ke dalam bahasa Indonesia, menyalin ke dalam
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- kartu pencatat data, serta menganalisis kartu
orang dan perilaku yang dapat diamati. pencatat data.
Data dalam penelitian ini berupa dialog Teknik analisis data yang digunakan dalam
maupun monolog (hanya tuturan, bukan sikap) menganalisis data yaitu mentranskripsikan data
yang mengandung pelanggaran prinsip hasil melihat tayangan film Tullah ke dalam
kesantunan berbahasa dalam film Tullah yang teks tulisan pada kartu pencatat data;
sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Data mengidentifikasi data menurut permasalahan
adalah semua informasi dari lingkungan sekitar dalam penelitian; mengelompokkan dan
yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih menganalisis data sesuai dengan masalah
oleh penulis. (wujud pelanggaran prinsip kesantunan
Sumber data yang digunakan dalam berbahasa dalam film Tullah, wujud implikatur
penelitian ini adalah film Tullah. Menurut yang muncul dalam film Tullah, dan wujud
Arikunto (2013: 107) yang dimaksud dengan prinsip ironi dalam film Tullah); menganalisis,
sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mendeskripsikan, dan menuliskan kembali
mana data tersebut diperoleh. kutipan kata, kalimat, dan paragraf dari
Pelaksanaan kegiatan penelitian diperlukan tayangan film Tullah berdasarkan relevansinya
teknik pengumpulan data yang efektif, yang dengan tiap-tiap fokus masalah penelitian; serta
dimaksud dengan teknik pengumpulan data di menyimpulkan hasil penelitian.
sini adalah cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan, yaitu dengan HASIL ANALISIS DATA
teknik dokumenter (teknik studi pustaka) adalah Pelanggaran pada maksim kebijaksanaan:
teknik pengumpulan data dan informasi melalui Mat Rongos: I?
pencarian dan penemuan bukti-bukti; teknik Preman: SBos. (Mat Rongos: Hanya ini
catat adalah teknik yang digunakan penulis
saja pendapatan kalian? Preman: Sepi, Bos).
dengan cara menuliskan hal-hal penting dalam
Pembahasannya adalah tuturan tersebut
kartu data untuk dijadikan data penelitian; dan
dituturkan oleh Mat Rongos kepada anak
teknik penerjemahan adalah teknik atau cara
buahnya yang memberikan uang setoran di
yang digunakan untuk mengalihkan pesan atau
sebuah markas preman. Tuturan tersebut
informasi dari BSu (bahasa sumber) ke Bsa
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan
(bahasa asli), yang diterapkan pada tataran kata,
berbahasa pada maksim kebijaksanaan karena
frasa, klausa, maupun kalimat. Alat
telah menambah kerugian orang lain dan
pengumpulan data yang digunakan dalam
mengurangi keuntungan orang lain. Penutur
ingin mendapatkan apa yang ia inginkan mengantar Melani pulang. Penutur merasa tidak
dengan cara menambah kerugian orang lain. senang dan merasa repot karena harus tidur
Penutur merasa tidak puas dan kesal dengan berdua dan berhimpitan bersama Melani.
uang yang dihasilkan oleh lawan tuturnya yang Penutur tidak mau berkorban untuk Melani.
terlalu sedikit. Penutur menginginkan lawan Penutur mengurangi pengorbanan dirinya
tuturnya untuk memberikan uang kepadanya sendiri dengan menolak untuk tidur berdua
dalam jumlah yang banyak. Lawan tutur tentu bersama Melani. Tuturan ini melanggar prinsip
saja dirugikan oleh tuturan penutur. Oleh kesantunan berbahasa pada maksim
karena itu, tuturan ini melanggar prinsip kedermawanan.
kesantunan berbahasa pada maksim Sarinah: Syukorlah sian ag Mlani.
kebijaksanaan. Daanlah aku tido berimpik ag daan di.
Mat Rongos: Man satoranmu? Ito k (Sarinah: Syukurlah tidak ada lagi Melani. Saya
naa? Nda kita batol k daan kraj to? tidak lagi tidur berhimpitan dengan dia).
(Mat Rongos: Mana setoranmu? Hanya ini Pembahasannya adalah tuturan tersebut
saja? Kalian benar atau tidak bekerja?). dituturkan oleh Sarinah yang merasa senang
pembahasannya adalah tuturan tersebut karena Melani sudah tidak tidur bersamanya
dituturkan oleh Mat Rongos ketika ia meminta lagi. Tuturan tersebut mengandung pelanggaran
uang setoran kepada anak-anak buahnya dan prinsip kesantunan berbahasa pada maksim
merasa tidak puas dengan hasil setoran tersebut. kedermawanan karena telah menambah
Tuturan tersebut mengandung pelanggaran keuntungan diri sendiri dan mengurangi
prinsip kesantunan berbahasa pada maksim pengorbanan diri sendiri. Penutur merasa
kebijaksanaan karena telah menambah kerugian senang karena tidak ada lagi orang yang tidur
orang lain dan mengurangi keuntungan orang bersamanya dan ia tidak lagi tidur berhimpitan
lain. Penutur ingin mendapatkan apa yang ia bersamanya. Dalam hal ini, penutur berarti
inginkan dengan cara menambah kerugian menambah keuntungan diri sendiri dengan
orang lain. Penutur merasa tidak puas dan kesal merasa senang ketika tidak ada lagi orang yang
dengan uang yang dihasilkan oleh lawan tidur bersamanya dan mengganggu tidurnya.
tuturnya yang terlalu sedikit. Penutur Tuturan ini melanggar prinsip kesantunan
menginginkan lawan tuturnya untuk berbahasa pada maksim kedermawanan.
memberikan uang kepadanya dalam jumlah Pelanggaran pada maksim penghargaan:
yang banyak. Lawan tutur tentu saja dirugikan Mat Rongos: Percum badan basar, parut
oleh penutur. Tuturan ini melanggar prinsip basar. Untokan ap duwit sgito ? Preman:
kesantunan berbahasa pada maksim
kebijaksanaan. Untokan mali klaponlah, Bos. (Mat Rongos:
Pelanggaran pada maksim kedermawanan: Percuma badan besar, perut besar. Untuk apa
duit sebanyak ini? Preman: Untuk membeli kue
Sarinah: Kau juwa, Li! Cob antarkan balik
keleponlah, Bos). Pembahasannya adalah
y! usah naa. Dahlah tido berimpik. tuturan tersebut dituturkan oleh Mat Rongos
(Sarinah: Kamu juga, Li! Coba antar saja dia kepada preman-premannya karena merasa tidak
pulang, „kan jadi susah ditambah lagi harus puas dengan hasil setoran yang sedikit dan
tidur berdua berhimpitan bersama dia). preman-premannya menjawab uang itu untuk
Pembahasannya adalah tuturan tersebut membeli kue kelepon. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Sarinah yang merasa keberatan mengandung pelanggaran prinsip kesantunan
karena harus tidur bersama Melani yang sedang berbahasa pada maksim penghargaan karena
disekap oleh ayahnya. Tuturan tersebut menambah cacian pada orang lain dan
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan mengurangi pujian pada orang lain. Pada
berbahasa pada maksim kedermawanan karena tuturan ini, penutur mencaci lawan tuturnya
telah menambah keuntungan diri sendiri dan karena uang yang dihasilkan lawan tuturnya
mengurangi pengorbanan diri sendiri. Pada hanya cukup untuk membeli kue. Penutur
tuturan ini, penutur menyuruh Ali untuk mencaci dengan menyebutkan fisik lawan
tuturnya dengan menunjuk bagian-bagian tubuh Preman takut kepadanya. Penutur memuji
yang disebutnya. Dalam hal ini, penutur dirinya dengan mengaku dirinyalah yang paling
menambah cacian pada orang lain dengan kuat di kampung itu. Dalam hal ini, penutur
menyebutkan kekurangan fisik lawan tuturnya. telah menambah pujian pada dirinya sendiri.
Penutur mencaci lawan tuturnya karena merasa Tuturan ini melanggar prinsip kesantunan
tidak puas dengan uang yang didapatkan oleh berbahasa pada maksim kesederhanaan.
lawan tuturnya. Tuturan ini melanggar prinsip Preman: Hahaha, raskanlah tinjuwan
kesantunan berbahasa pada maksim gastar dari Kampo Bulu Parak. (Preman:
penghargaan.
Hahaha, rasakanlah tinjuan gangstar dari
Suna: O Mlani, baal k ap kau? Kampung Bulu Parrak). Pembahasannya adalah
Melani: Dah sora ag! Na ap, Ba? tuturan tersebut dituturkan oleh preman ketika
(Suna: O Melani, kamu tuli ya? Melani: Kamu ia meninju pipi Bolak. Tuturan tersebut
lagi! Ada apa, Bang?). Pembahasannya adalah mengandung pelanggaran prinsip kesantunan
tuturan tersebut dituturkan oleh Suna yang berbahasa pada maksim kesederhanaan karena
bertemu dengan Melani di jalan. Pada saat itu menambah pujian pada diri sendiri dan
Melani memakai headset dan Suna berkali-kali mengurangi cacian pada diri sendiri. Dalam
memanggilnya, tetapi baru dijawab Melani tuturan ini, penutur menambah pujian pada
ketika ia memanggilnya sudah tiga kali. dirinya. Penutur menyakiti lawan tutur dengan
Tuturan tersebut mengandung pelanggaran meninju pipi dari lawan tutur, setelah itu
prinsip kesantunan berbahasa pada maksim penutur memuji dirinya sendiri dengan
penghargaan karena menambah cacian pada menyatakan bahwa dirinyalah gangstar, orang
orang lain dan mengurangi pujian pada orang yang paling kuat dari Kampung Bulu Parak.
lain. Pada tuturan ini, penutur telah mencaci Penutur merasa puas karena telah meninju
lawan tutur dengan mengatakan “tuli”. Penutur lawan tuturnya dan memuji dirinya sendiri
merasa kesal dan mengatakan “tuli” karena sambil tertawa senang. Tuturan ini melanggar
lawan tutur tidak menjawab sapaan penutur prinsip kesantunan berbahasa pada maksim
yang sudah tiga kali. Dalam tuturan ini, terlihat kesederhanaan.
bahwa penutur telah menambah cacian pada Pelanggaran pada maksim permufakatan:
orang lain. Tuturan ini melanggar prinsip Mat Rongos: Kau sarahkan nda klaponmu
kesantunan berbahasa pada maksim to! Mak Klepon: Inda, Pa! (Mat Rongos:
penghargaan.
Kamu serahkan kue keleponmu ini! Mak
Pelanggaran pada maksim kesederhanaan:
Klepon: Tidak, Pak!). pembahasannya adalah
Preman: Sap b kau na ikut campor? Bolak: tuturan tersebut dituturkan oleh Mat Rongos
Oh, oh, oh, oh... aku Bolak, jagowan Kampo kepada Mak Klepon yang saat itu sedang
Kuwali Aus. Kita udah masok wilayahku! berjualan di depan markasnya. Tuturan tersebut
(Preman: Siapakah kamu yang ingin ikut mengandung pelanggaran prinsip kesantunan
campur? Bolak: Aku ini Bolak, jagoan berbahasa pada maksim permufakatan karena
Kampung Kuali Angus. Kalian sudah masuk menambah ketidaksesuaian antara diri sendiri
wilayahku!). Pembahasannya adalah tuturan dengan orang lain dan mengurangi persesuaian
tersebut dituturkan oleh preman kepada Bolak antara diri sendiri dengan orang lain. Dari
ketika Bolak menyelamatkan Mak Klepon dari tuturan ini, terlihat penutur (Mak Klepon)
kejaran para preman. Tuturan tersebut menambah ketidaksesuaian antara dirinya
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan sendiri dengan orang lain. Penutur mengatakan
berbahasa pada maksim kesederhanaan karena tidak kepada Mat Rongos karena ia tidak mau
menambah pujian pada diri sendiri dan menyerahkan kue yang dibawanya. Mat Rongos
mengurangi cacian pada diri sendiri. Pada menginginkan kue itu, tetapi Mak Klepon tidak
tuturan ini, terlihat penutur (Bolak) memuji mau. Dalam tuturan ini tidak terjalin
dirinya sendiri di depan Preman anak buahnya permufakatan karena penutur (Mak Klepon)
Mat Rongos. Penutur memuji dirinya agar menambah ketidaksesuaian antara dirinya
sendiri dengan orang lain. Tuturan ini setoran jualan kuenya. Hal ini berarti penutur
melanggar prinsip kesantunan berbahasa pada mengurangi rasa simpatinya terhadap Mak
maksim permufakatan. Klepon karena ia mau ketika disuruh meminta
Mat Rongos: Baak cerit ag kau to! uang kepada Mak Klepon walaupun ia terpaksa.
To, kau sarahkan nda! Mak Klepon: Inda, Meminta uang di sini maksudnya adalah
“memalak” atau “meminta uang jatah preman”.
inda, Pa! (Mat Rongos: Banyak alasan kamu Penutur tidak merasa kasihan ketika ia meminta
ini! Cepat serahkan! Mak Klepon: Tidak, tidak, uang tersebut kepada Mak Klepon. Tuturan ini
Pak!). Pembahasannya adalah tuturan tersebut melanggar prinsip kesantunan berbahasa pada
dituturkan oleh Mat Rongos yang memaksa maksim kesimpatisan.
Mak Klepon untuk menyerahkan kue
Cik Kodin: Ras takut aku meliyat jin iy
keleponnya dan Mak Klepon tetap tidak mau
menyerahkannya. Tuturan tersebut b. Giman pun kit usr di? (Cik Kodin:
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan Saya jadi rasa takut melihat jin itu. Bagaimana
berbahasa pada maksim permufakatan karena kalau kita usir dia?). Pembahasannya adalah
menambah ketidaksesuaian antara diri sendiri tuturan tersebut dituturkan oleh Cik Kodin
dengan orang lain dan mengurangi persesuaian kepada Mak Me ketika ia merasa takut dengan
antara diri sendiri dengan orang lain. Dari Jinunggal dan ingin mengusirnya dari rumah.
tuturan ini, terlihat penutur (Mak Klepon) Tuturan tersebut mengandung pelanggaran
menambah ketidaksesuaian antara dirinya prinsip kesantunan berbahasa pada maksim
sendiri dengan orang lain. Penutur mengatakan kesimpatisan karena memperbesar antipati
tidak kepada Mat Rongos karena ia tidak mau antara diri sendiri dengan orang lain dan
menyerahkan kue yang dibawanya. Mat Rongos mengurangi simpati antara diri sendiri dengan
tetap memaksa Mak Klepon untuk orang lain. Dari tuturan ini, tampak bahwa
menyerahkan kuenya. Mat Rongos penutur kurang mempunyai rasa simpati
menginginkan kue itu, tetapi Mak Klepon tidak terhadap orang lain. Penutur mempunyai tujuan
mau. Dalam tuturan ini tidak terjalin untuk mengusir Jinunggal dari rumahnya
permufakatan karena penutur (Mak Klepon) karena ia tidak merasa nyaman atas kehadiran
menambah ketidaksesuaian antara dirinya Jinunggal di rumahnya. Penutur tidak merasa
sendiri dengan orang lain. Tuturan ini iba jika ia mengusir orang lain di rumahnya.
melanggar prinsip kesantunan berbahasa pada Tuturan ini melanggar prinsip kesantunan
maksim permufakatan. berbahasa pada maksim kesimpatisan.
Pelanggaran pada maksim kesimpatisan: Implikatur dalam film ini adalah Mat
Ali: Adoh nah , giman to? Motor ninja dah Rongos: Bagaiman satoran ari ito? (Mat
diamb bos. Balom ag uruskan prumpan Rongos: Bagaimana setoran hari ini?).
Pembahasannya adalah tuturan tersebut
sora ag nun ! (Ali: Waduh, bagaimana ya? dituturkan oleh Mat Rongos yang bertanya
Motor ninja sudah diambil oleh bos. kepada anak buahnya tentang setoran yang
Menguruskan perempuan yang satu itu lagi!). didapatkan hari itu. Tuturan yang berupa
Pembahasannya adalah tuturan tersebut pertanyaan itu mengandung implikatur.
dituturkan oleh Ali yang sedang kebingungan Artinya, di sebalik pertanyaan yang dituturkan
karena motor yang biasa digunakannya sudah oleh penutur kepada lawan tuturnya
diambil oleh bos dan ia harus menguruskan mengandung implikatur meminta. Penutur (Cik
Mak Klepon. Tuturan tersebut mengandung Kodin) selain bertanya, ia juga ingin meminta
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa pada uang setoran yang didapatkan oleh lawan
maksim kesimpatisan karena memperbesar tuturnya (anak buahnya) pada hari tersebut.
antipati antara diri sendiri dengan orang lain Dengan pertanyaan seperti itu, lawan tutur
dan mengurangi simpati antara diri sendiri langsung memberikan uang setoran yang
dengan orang lain. Pelanggaran. Pada tuturan didapatkannya kepada penutur.
ini, terlihat penutur mau mengurus dan
menunggu Mak Klepon untuk meminta uang
Implikatur yang muncul: Pacar Kakak ini, penutur mengatakan lawan tutur kuat, tetapi
Bolak: Assalamualaikum, Darli! Bolak: Ao, ia bisa dikalahkan. Penutur sebenarnya ingin
ao tugu bantar. Matkan lampu dolo. mengatakan bahwa lawan tutur itu lemah
sehingga bisa dikalahkan. Dalam hal ini,
(Pacar Kakak Bolak: Assalamualaikum,
penutur telah meremehkan lawan tutur dalam
Darling! Bolak: Iya, iya, tunggu sebentar.
tuturan yang santun atau meremehkan secara
Menyalakan lampu dulu). Pembahasannya
halus.
adalah tuturan yang berupa berita itu
mengandung implikatur. Artinya, di sebalik Prinsip ironi: Mak Me: Hem... ja padan
berita yang dituturkan oleh penutur kepada juwa daan ayah. Luka di kani, k man
lawan tuturnya mengandung implikatur juwa llhng oy...oy... (Mak Me: Hm... sama
melakukan sesuatu. Pada tuturan ini, penutur seperti ayahnya. Luka di kening, ke mana juga
(Bolak) mengatakan bahwa ia akan darahnya mengalir). Pembahasannya adalah
menghidupkan lampu ketika lawan tutur tuturan tersebut dituturkan oleh Mak Me yang
mengetuk pintu rumahnya. Maksud penutur menyinggung Cik Kodin bahwa sifat orang tua
yang sebenarnya adalah penutur akan pasti menurun ke anak. Tuturan yang berupa
membukakan pintu untuk lawan tutur. Penutur peribahasa itu adalah prinsip ironi. Artinya, di
tidak mengatakan bahwa ia akan membuka sebalik peribahasa yang dituturkan penutur
pintu, tetapi penutur mengatakan bahwa ia akan kepada lawan tuturnya mengandung maksud
menghidupkan lampu. Maksud penutur yang yang tidak santun seperti mengejek,
sebenarnya adalah ia akan membukakan pintu meremehkan, menyudutkan, menyindir, dan
untuk lawan tutur setelah ia menghidupkan menghina orang lain, tetapi dituturkan secara
lampu. santun. Tuturan ini dikatakan prinsip ironi
Prinsip ironi dalam film ini adalah Preman karena tuturan penutur (Mak Me) menyindir
1: Tulo aku! Preman 2: Man kjagowan lawan tutur (Cik Kodin) secara halus, tetapi
gila. Lawan iy pun kalah. Preman 1: Tolong maksudnya menyindir lawan tutur. Dalam
aku! Preman 2: Kamu terlalu kuat. Lawan itu tuturan ini, penutur menggunakan peribahasa
saja kalah. Pembahasannya adalah tuturan untuk menyindir lawan tutur. Peribahasa
tersebut dituturkan oleh Preman 1 yang tersebut adalah “Luka di kening, ke mana juga
meminta tolong dengan temannya ketika ia darahnya mengalir”. Penutur menggunakan
diserang oleh Bolak dan temannya peribahasa tersebut adalah untuk menyindir
meremehkannya. Tuturan yang berupa berita itu lawan tutur bahwa sifat yang ada pada anaknya
adalah prinsip ironi. Artinya, di sebalik berita itu adalah sifat yang diturunkan dari lawan tutur
yang dituturkan penutur kepada lawan tuturnya (Cik Kodin). Sifat anaknya (Melani) itu adalah
mengandung maksud yang tidak santun seperti sifat yang keras kepala, suka membantah, dan
mengejek, meremehkan, menyudutkan, tidak peduli dengan nasihat orang tuanya.
menyindir, dan menghina orang lain, tetapi Maksud penutur menggunakan peribahasa
dituturkan secara santun. Tuturan ini dikatakan tersebut adalah untuk menyindir lawan tutur
prinsip ironi karena tuturan penutur (Preman 2) bahwa sifat lawan tutur juga bersifat keras
meremehkan lawan tutur secara halus, tetapi kepala yang diturunkan kepada anaknya.
maksudnya meremehkan lawan tutur. Penutur Dengan menggunakan peribahasa tersebut,
mengatakan “terlalu kuat” sehingga lawan tutur sindiran penutur pun terdengar halus dan santun
menjadi kalah kepada lawan tutur. Penutur karena peribahasa tersebut mengandung makna
meremehkan lawan tutur secara halus dengan sindiran yang tidak langsung.
mengatakan terlalu kuat. Hal itu kelihatan
seperti memuji lawan tutur, tetapi setelah SIMPULAN DAN SARAN
mendengar tuturan selanjutnya penutur bukan Simpulan
memuji lawan tutur, tetapi mengatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah
ia sudah kalah. Orang yang kuat tidak mungkin dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kalah, seperti itu yang kita ketahui. Pada tuturan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa
dalam film Tullah yang paling banyak
ditemukan adalah pelanggaran pada maksim oleh masyarakatnya, bukan lagi mengenai film
permufakatan. Penutur dalam film ini banyak seperti yang dibuat oleh penulis.
menambah ketidaksesuaian antara diri sendiri
dengan orang lain dan mengurangi persesuaian KETERANGAN LAMBANG
antara diri sendiri dengan orang lain sehingga Adapun lambang yang digunakan di dalam
tidak terjadi sebuah permufakatan. Selain skripsi ini beserta keterangannya adalah :
pelanggaran, implikatur yang muncul paling lambang fonetis (e) dalam bahasa Melayu
banyak dalam film ini adalah implikatur
dialek Sambas, : lambang glottal dalam bahasa
meminta. Penutur dalam film ini menggunakan
implikatur sehingga maksud tuturan tidak dapat Melayu dialek Sambas, : lambang fonetis (ng)
diartikan secara langsung. Munculnya dalam bahasa Melayu dialek Sambas, :
implikatur ini juga berhubungan dengan adanya lambang fonetis (ny) dalam bahasa Melayu
prinsip ironi. Prinsip ironi merupakan tuturan dialek Sambas, dan : lambang penanda panjang
yang berimplikatur atau bermakna tidak santun, dalam bahasa Melayu dialek Sambas.
tetapi dituturkan dengan santun dan halus
sehingga maknanya tersembunyi. Adapun DAFTAR RUJUKAN
prinsip ironi yang terdapat dalam film ini Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009.
adalah yang bermaksud meremehkan, Metodologi Penelitian Kualitatif.
menyindir, mengejek, dan menghina. Prinsip Bandung: Pustaka Setia.
ironi dalam film ini ada yang dituturkan dalam
kalimat biasa dan ada juga yang dituturkan Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian
melalui peribahasa serta istilah-istilah tertentu. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Saran Budiman, Umiati. 1987. Sari Tata Bahasa
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan Indonesia. Klaten: PT Intan Pariwara.
skripsi ini, saran penulis adalah penelitian Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa.
mengenai pelanggaran prinsip kesantunan Jakarta: Rineka Cipta.
berbahasa masih jarang dilakukan, penelitian
ini perlu mendapat perhatian para ahli bahasa Haji Omar, Asmah. 2007. Kesantunan Bahasa
sehingga penelitian ini bisa dijadikan referensi dalam Pengurusan Pentadbiran dan
untuk penelitian selanjutnya; penelitian ini Media. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dapat menjadi acuan dan pedoman pembaca dan Pustaka.
dalam bertutur di dalam masyarakat agar Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip
menjadi pribadi yang berbudi dan memiliki Pragmatik. Terjemahan Oka. 1993.
sopan santun; penelitian ini bisa menjadi bahan Jakarta: Universitas Indonesia Press.
masukan bagi pengajaran bahasa Indonesia agar
masyarakat di lingkungan sekolah dapat Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip
mengetahui cara berbicara yang sopan dengan Pragmatik (terjemahan, M.D.D. Oka)
orang lain; serta secara teoretis, penelitian ini Jakarta: UI-Press.
dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
Moeliono, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa
mengenai prinsip kesantunan berbahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
masyarakat Melayu Sambas yang masalah
penelitiannya berbeda dengan skripsi yang Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian
dibuat oleh penulis. Penulis meneliti film yang Kualitatif. Bandung: Remaja
menggunakan bahasa Melayu dialek Sambas Rosdakarya.
dan untuk penelitian yang berikutnya, penulis-
penulis lain bisa menggunakan skripsi ini Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode,
sebagai pedoman untuk meneliti bahasa Melayu dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
dialek Sambas yang secara langsung dituturkan Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik
dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta:
Kanisius.
Rani, Abdul. dkk. 2006. Analisis Wacana:
Sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian. Malang: Bayumedia
Publishing.
Sudiati dan Widyamartaya. 1996. Kreatif
Berbahasa Menuju Keterampilan
Pragmatik. Yogyakarta: Kanisius.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran
Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran
Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar
Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai