Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku dan adat yang menimbulkan
perbedaan bahasa. Namun dalam perbedaan yang ada masyarakat Indonesia memiliki
bahasa yang dapat menyatukan mereka menjadi kesatuan masyarak Indonesia yakni
Bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu masyarakat
Indonesia dari suku apapun dapat saling berkomunikasi.
Komunikasi yang terjadi akan secara otomatis mempertimbangkan apa, siapa,
dan di mana, untuk apa interaksi berlangsung. Hal tersebut terjadi demi keefektifan
komunikasi, agar tujuan tercapai. Komunikasi yang digunakan dalam masyarakat
dipelajari dalam cabang ilmu linguistik yakni dalam sosiolingistik.
Bahasa tidak baku seringkali digunakan dalam situasi yang tidak resmi, bahasa
tidak baku bersifat dinamis dan santai maka akan memberikan efek lebih akrab. Oleh
karena itu bahasa tidak resmi serinng juga diunakan dalam acara hiburan. Salahsatu
hiburan yang diminati adalah film. Maka marak film yang kini menggunakan bahasa
tidak resmi. Bahasa yang digunakan seringkali mengalami campur kode dan interferensi
dari bahasa lain.
Kalau sudah seperti itu, bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa
pemersatu kadang juga susah dimengerti oleh orang yang sudah berbeda suku, karena
adanya campur kode, interferensi, slang dan masalah lain dalam bidang kebahasaan.
Rumusan Masalah
Pembahasan
Kajian teori
Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat dipungkiri adamya. Karena
setiap manusia memerlukan interaksi satu sama lain, dan interaksi dapat
berlangsung apabila ada bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi.
Dalam masyarakat penggunaan bahasa sangat sangat beragam bergantung pada
konteks, tujuan, apa, siapa dan di mana komunikasi tersebut berlangsung.
Beragamnya penggunaan bahasa dalam masyarakat menimbulkan keingintahuan
manusia mengenai bagaimana bahasa itu digunakan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, muncullah suatu ilmu dalam bidang linguistic yang mempelajari
tentang penggunaan bahasa di lingkunngan sosial yang dissebut sosiolinguistik.
Sosiolinguistik menurut Chaer adalah ilmu antar disiplin yang memepelajari
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat
(Saddhono, 2013).
Penggunaan bahasa Indonesia tidak baku seringkali memuat campur kode
dan interferensi dari bahasa lain. Penggunaan bahasa juga tidak lepas dari dialek
penutur (Saddhono,2013).
Campur kode dapat diartikan masuknya kata atau unsur bahasa ke dalam bahasa
lain, di mana salah satu bahasa lebih dominan dibandingkan bahasa yang lain.
Contohnya adalah ketika berbicara dengan bahasa Indonesia masuk juga bahasa
daerah , Bahasa Jawa misalnya. Seperti yang Kachru bahwa campur kode adalah
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa
yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain secara konsisten (Rohmani, 2013).
Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain
untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya
pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dsb (Kridalaksana, 2011). Chaklander
berpendapat bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat dalam peristiwa campur
kode itu terbatas pada unsur klausa, apabila di dalam tuturan terjadi
Mila: Seriuss? Makasih, (tertawa). Tapi aneh deh, maksudnya gini: gue
sama lu kan baru kenal, dan elu mau bantuin gue. Sedangkan kemaren
gue minta tolong sama Dimas, dia tu boro-boro mau bantuin gue.
Bimo: Yaah, dia lagi sibuk kali.
Mila : Sibuk apaan?
-Bimo: Lu udah tinggal di sini, nontonnya kayak beginian terus. Gak bosen
Lu?
Dimas: (Lama tidak merespon, Bimo batuk) Eh sob, kenapa lu? Eh pasti
lu sama kayak gue ya, teragum-kagum melihat penarinya?
--
Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam film
tersebut adalah bahasa Indonesia yang tidak baku. Dalam dialok tersebut
mengandung kata , deh, gini, gue, lu, kemaren, kata-kata tersebut merupakan kata
tidak baku, sehinngga membuat bahasa yang digunakan menjadi bahasa yang
tidak baku.
Bukti lain bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang tidak baku
adalah adanya campur kode ang terjadi dalam beberapa percakapan dalam
beberapa adegan, yakni:
Saat Niluh berpamitan kepada Ibu untuk menemui murid-murid tarinya.
Niluh: Waduh ibu, saya telat. Kasihan anak-anak pada nungguin saya. Saya
duluan yaa Bu. Hom suastiastu.
Ibu
: hom suastiastu.
Dari percakapan di atas terjadi campur kode penggunaan Bahasa Bali dalam
percakapan menggunakan Bahasa Indonesia. Di mana Bahasa Indonesia
sebearnya lebih dominan dan kemudian Niluh mengucapkan salam dengan bahasa
Bali.
Adegan berikutnya yang mengindikasikan adanya campur kode dalam film ini
adalah saat Bimo menanyakan alamat pada seeorang pria,
Bimo: Beli mau tanya, apa betul ini rumahnya Hastari? Saya temannya
dari Jakarta.
Pria: Oh Anda dari Jakarta? Jakartanya mana? Saya juga pernah tinggal di
Jakarta. Baru enam bulan balik ke Bali.
Bimo: Hhmm, dia malah nostalgia. Beli, apa bener ini alamatnya Hastari?
Alamatnya ini kan?
Percakapan di atas juga mengalami fenomena campur kode, di mana sapaan
bahasa Bali beli digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia. Di mana Bimo
adalah orang Jakarta dan berbicaara dengan orang asli Bali.
Selain adanya campur kode, yang membuktikan bahwa bahasa yang digunakan
adalah adanya penggunaan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh oleh dialek
bahasa Bali, ketika seorang warga Bali asli berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. dialek yang mempengaruhi adalah dialek regional yakni divariasi
bahasa berdasarkan perbedaan lokal (tempat) dalam suatu wilayah bahasa. Di
mana diketahui bahwa masyarakat asli Bali tidak dapat melafalkan konsonan /t/
dengan tipis, mereka melafalkan /t/ dengan konsonan tebal /th/.
Dapat diketahui dalam dialog berikut ini:
Wanita: bethul ithu, saya denger bahwa hasil usaha kerajinan kecil belum
thenthu bisa masuk outhleth besar.
Niluh: iya sih, .
Referensi
Ayu, Triana.2013. Pengaruh Media Terhadap Perilaku Sosial.
https://www.academia.edu/5405882/Pengaruh_Media_Terhadap_Perilaku_
Sosial. diakses pada tanggal 7 November 2014.
Film
Menjemput
Putri
Impian.
https://www.youtube.com/watch?
v=hBnm_SYjm-c. diakses tanggal 7 November 2014.
Kridalaksana, Harimurti, 2011, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: Kompas Gramedia
Muharam, Rijal. 2011. ALIH KODE, campur kode, dan interferensi yang
terjadi di dalam pembicaraan bahasa Indonesia dan bahasa melayu ternate.
Google.com diakses 9 November 2014.
Rohmani, Siti. 2011. ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA
NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI. BASASTRA
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2
Nomor 1, April 2013, ISSN I2302-6405. Google.com diakses pada tanggal
7 November 2014.
Saddhono, Khundaru. 2013. Pengantar Sosiolinguistik teori dan konsep dasar.
Surakarta: UNS Press
Suwito. (1985). Sosiolinguistik. Surakarta: UNS Press.