Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Ragam Tidak Baku Bahasa Indonesia

dalam FTV Menjemput Putri Impian


Kajian Sosiolinguistik
Elisa
Lisa.el94@yahoo.com
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP UNS
Abstrak
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia, dalam
bahasa Indonesia ada beberapa ragam bahasa yakni ragam bahasa
baku, dan ragam bahasa tidak baku. Ragam baku digunakan dalam
konteks formal sedanggkan bahasa tidak baku digunakan dalam konteks
yang tidak formal atau santai. Bahasa tidak baku sering digunakan
dalam acara hiburan di masyarakat, salah satunya adalah film. Film
merupakan salah satu hiburan yang banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia. karena banyak peminat film, maka dibuatlah film-film yang
ditayangkan di tv yang seringkali disebut FTV (Film TV). Konflik yang
ringan dan bahasa yang santai serta dinamis merupakan salah satu poin
yang membuat FTV banyak diminati. Bahasa dalam film-film tersebut
menggambarkan bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakat
Indonesia di Ibu kota. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak
baku. Seringkali bahasa yang digunakan mengalami campur kode
dengan bahasa daerah. Dalam acara FTV film-film yang dimainkan
memiliki ciri khas, cirri tersebut akan dianalisis dalam kajian
sosiolinguistik. Kajian ini dilakukan berdasarkan pengamatan pada data
berupa film.
Kata kunci:bahasa Indonesia, bahasa tidak baku, FTV, sosiolinguistik.
Pendahuluan
Latar belakang masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sediri. Oleh karena itu
manusia memerlukan alat untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup. Untuk dapat berkomunikasi manusia memerlukan suatu alat
yang dapat digunakan untuk menyalurkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan. Atas
dasar kebutuhan tersebut terciplah bahasa.

Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku dan adat yang menimbulkan
perbedaan bahasa. Namun dalam perbedaan yang ada masyarakat Indonesia memiliki
bahasa yang dapat menyatukan mereka menjadi kesatuan masyarak Indonesia yakni
Bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu masyarakat
Indonesia dari suku apapun dapat saling berkomunikasi.
Komunikasi yang terjadi akan secara otomatis mempertimbangkan apa, siapa,
dan di mana, untuk apa interaksi berlangsung. Hal tersebut terjadi demi keefektifan
komunikasi, agar tujuan tercapai. Komunikasi yang digunakan dalam masyarakat
dipelajari dalam cabang ilmu linguistik yakni dalam sosiolingistik.
Bahasa tidak baku seringkali digunakan dalam situasi yang tidak resmi, bahasa
tidak baku bersifat dinamis dan santai maka akan memberikan efek lebih akrab. Oleh
karena itu bahasa tidak resmi serinng juga diunakan dalam acara hiburan. Salahsatu
hiburan yang diminati adalah film. Maka marak film yang kini menggunakan bahasa
tidak resmi. Bahasa yang digunakan seringkali mengalami campur kode dan interferensi
dari bahasa lain.
Kalau sudah seperti itu, bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa
pemersatu kadang juga susah dimengerti oleh orang yang sudah berbeda suku, karena
adanya campur kode, interferensi, slang dan masalah lain dalam bidang kebahasaan.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia dalam FTV Menjemput Putri


Impian?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan bahasa Indonesia dalam film
kepada penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat?

Pembahasan
Kajian teori
Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat dipungkiri adamya. Karena
setiap manusia memerlukan interaksi satu sama lain, dan interaksi dapat
berlangsung apabila ada bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi.
Dalam masyarakat penggunaan bahasa sangat sangat beragam bergantung pada
konteks, tujuan, apa, siapa dan di mana komunikasi tersebut berlangsung.
Beragamnya penggunaan bahasa dalam masyarakat menimbulkan keingintahuan
manusia mengenai bagaimana bahasa itu digunakan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, muncullah suatu ilmu dalam bidang linguistic yang mempelajari
tentang penggunaan bahasa di lingkunngan sosial yang dissebut sosiolinguistik.
Sosiolinguistik menurut Chaer adalah ilmu antar disiplin yang memepelajari
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat
(Saddhono, 2013).
Penggunaan bahasa Indonesia tidak baku seringkali memuat campur kode
dan interferensi dari bahasa lain. Penggunaan bahasa juga tidak lepas dari dialek
penutur (Saddhono,2013).
Campur kode dapat diartikan masuknya kata atau unsur bahasa ke dalam bahasa
lain, di mana salah satu bahasa lebih dominan dibandingkan bahasa yang lain.
Contohnya adalah ketika berbicara dengan bahasa Indonesia masuk juga bahasa
daerah , Bahasa Jawa misalnya. Seperti yang Kachru bahwa campur kode adalah
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa
yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain secara konsisten (Rohmani, 2013).
Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain
untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya
pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dsb (Kridalaksana, 2011). Chaklander
berpendapat bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat dalam peristiwa campur
kode itu terbatas pada unsur klausa, apabila di dalam tuturan terjadi

percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di dalam satu


klausa yang sama, maka peristiwa itu di sebut campur kode (Suwito, 1985).
Sedangkan interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaankebiasaan ujaran bahasa atau dialek ibu ke dalam bahasa atau dialek kedua
(Muharam 2011).

Rusyana juga merumuskan defenisi interferensi sebagai

penggunaan unsur-unsur yang termasuk ke dalam bahasa ketika berbicara atau


menulis dalam bahasa lain. (Muharam, 2011).
Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai, variasi bahasa
yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu (Kridalaksana,2008).
Beberapa ragam dialek yani: dialek regional, dialek sosial, dan dialek temporal.
Fenomena campur kode, interferferensi dan dialek membuat bahasa
Indonesia semakin beragam. Fenomena- fenomena tersebut membuat bahasa
Indonesia tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang ada. Bahasa yang demekian itu
menjadi ragam tersendiri dalam bahasa Inndonesia yang disebut sebagai ragam
tidak baku.
Penggunaan bahasa dalam media massa khususnya televisi tentu akan
memengaruhi penggunaan bahasa di masyarakat. Terlebih acara televisi tersebut
memiliki rating yang tinggi. Film TV merupakan salah satu acara yang
ditayangkan di televisi yang banyak pemintanya, oleh karena itu film juga
merupakan salah satu jenis media massa yang dapat berpengaruh terhadap
kehidupan sosial. Sehingga dianjurkan dalam film juga mengandung fungsi-fungsi
media massa baik dalam hal penyajiannya maupun isinya. Disebutkan ada empat
fungsi utama media massa di dalam masyarakat yakni menginformasikan (to
inform), mendidik (toeducate), membentuk opini atau pendapat (to persuade), dan
menghibur (toentertain) (Ayu, 2013). Media massa dapat berpengaruh pada gaya
hidup dan cara pandang masyarakat terhadap suatu hal. Karena kecendurangan
manusia adalah meniru apa yang dianggapnya menyenangkan dari seorang figur.
Salah satu gaya hidup adalah cara manusia berkomunikasi. Masyarakat akan
meniru gaya berbahasa yang populer di media massa.

Sembilan teori yang menyatakan bahwa media massa mempunyai pengaruh


terhadap masyarakat (Ayu, 2013):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Teori jarum suntik;


Teori arus bertahap;
Teori proses selektif;
Teori pembelajaran sosial;
Teori kultivasi;
Teori priming;
Teori penetapan agenda;
Teori Catharsis;
Teori kritis.

Dari teori-teori di atas disebutkan bahwa media massa memiliki pengaruh


terhadap kehidupan sosial, yang berdasarkan pada asumsi bahwa media adalah
industri yang berrubah dan berrkembang, media massa merupakan sumber
kekuatan, alat kontrol, manajemen,dan inovasi dalam masyarakat, Media adalah
wadah yang menampilkan peristiwa-peristiwakehidupan masyarakat, Media
seringkali berperan dalam mengembangkan kebudayaan, Media telah menjadi
sumber dominan.
Seringkali masyarakat berpikir bahwa apa yang ditamplkan di media
massa adalah bagaimana suatu seharusnya suatu hal terjadi. Apalagi di dalam film
yang menyajikan konflik seperti di dunia nyata. Maka hal tersebut akan semakin
memberi dorongan kepada masyarakat untuk berpikir bahwa hal yang benar
adalah apa yang disajikan.
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Film TV Menjemput Putri Impian
Film TV atau yang biasa disebut FTV kini sedang marak diminati oleh
masyarakat Indonesia. Dialog atau percakapan yang terjadi dalam FTV biasanya
menggunakan bahasa Indonesia. Begitupun bahasa yang digunakan dalam FTV
yang berjudul Menjemput Putri Impian yang ditayangkan di SCTV pada hari
Minggu, 2 November 2014 pukul 10.00 WIB. Dialog-dialog dalam bahasa film
tersebut menggunakan bahasa Indonesia ragam tidak baku. Hal tersebut dapat
dilihat dari cuplikan dialog berikut ini:

Mila: Seriuss? Makasih, (tertawa). Tapi aneh deh, maksudnya gini: gue
sama lu kan baru kenal, dan elu mau bantuin gue. Sedangkan kemaren
gue minta tolong sama Dimas, dia tu boro-boro mau bantuin gue.
Bimo: Yaah, dia lagi sibuk kali.
Mila : Sibuk apaan?
-Bimo: Lu udah tinggal di sini, nontonnya kayak beginian terus. Gak bosen
Lu?
Dimas: (Lama tidak merespon, Bimo batuk) Eh sob, kenapa lu? Eh pasti
lu sama kayak gue ya, teragum-kagum melihat penarinya?
--

Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam film
tersebut adalah bahasa Indonesia yang tidak baku. Dalam dialok tersebut
mengandung kata , deh, gini, gue, lu, kemaren, kata-kata tersebut merupakan kata
tidak baku, sehinngga membuat bahasa yang digunakan menjadi bahasa yang
tidak baku.
Bukti lain bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang tidak baku
adalah adanya campur kode ang terjadi dalam beberapa percakapan dalam
beberapa adegan, yakni:
Saat Niluh berpamitan kepada Ibu untuk menemui murid-murid tarinya.
Niluh: Waduh ibu, saya telat. Kasihan anak-anak pada nungguin saya. Saya
duluan yaa Bu. Hom suastiastu.
Ibu

: hom suastiastu.

Dari percakapan di atas terjadi campur kode penggunaan Bahasa Bali dalam
percakapan menggunakan Bahasa Indonesia. Di mana Bahasa Indonesia
sebearnya lebih dominan dan kemudian Niluh mengucapkan salam dengan bahasa
Bali.

Adegan berikutnya yang mengindikasikan adanya campur kode dalam film ini
adalah saat Bimo menanyakan alamat pada seeorang pria,
Bimo: Beli mau tanya, apa betul ini rumahnya Hastari? Saya temannya
dari Jakarta.
Pria: Oh Anda dari Jakarta? Jakartanya mana? Saya juga pernah tinggal di
Jakarta. Baru enam bulan balik ke Bali.
Bimo: Hhmm, dia malah nostalgia. Beli, apa bener ini alamatnya Hastari?
Alamatnya ini kan?
Percakapan di atas juga mengalami fenomena campur kode, di mana sapaan
bahasa Bali beli digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia. Di mana Bimo
adalah orang Jakarta dan berbicaara dengan orang asli Bali.
Selain adanya campur kode, yang membuktikan bahwa bahasa yang digunakan
adalah adanya penggunaan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh oleh dialek
bahasa Bali, ketika seorang warga Bali asli berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. dialek yang mempengaruhi adalah dialek regional yakni divariasi
bahasa berdasarkan perbedaan lokal (tempat) dalam suatu wilayah bahasa. Di
mana diketahui bahwa masyarakat asli Bali tidak dapat melafalkan konsonan /t/
dengan tipis, mereka melafalkan /t/ dengan konsonan tebal /th/.
Dapat diketahui dalam dialog berikut ini:
Wanita: bethul ithu, saya denger bahwa hasil usaha kerajinan kecil belum
thenthu bisa masuk outhleth besar.
Niluh: iya sih, .

Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Film terhadap Penggunan Bahasa di


Masyarakat
Telah dijelaskan dalam kajian teori bahwa media massa memimiliki
pengaruh terhadap kehidupan sosial. Terlebih film yang begitu banyak
peminatnya.

Film TV Menjemput Putri Impian tentunya juga tidak lepas dari


peranannya dalam memengaruhi masyarakat. Film tersebut menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa utama untuk menyampaikan pesan. Akan tetapi, bahasa
Indonesia yang digunakan bukanlah bahasa Indonesia yang resmi. Di dalamnya
terdapat banyak fenomena campur kode dan pengaruh dialek para tokoh.
Kata-kata yang mungkin akan ditiru oleh masyarakat adalah penggunaan
kata elu, gue sebagai kata ganti orang pertama, bukan lagi kata aku dan kamu.
Kemudian masyarakat akan meniru pencampuran bahasa dari satu bahasa ke
bahasa lain dalam suatu percakapan. Namun film ini tidak berrpegaruh terhadap
banyak hal dalam kebahasaan. Penyelewengan bahasa tidak terlalu banyak, maka
masih bisa dimaklumi, karena sebelum adal film ini pun bahasa masyarakat sudah
tidak lagi taat pada kaidah yang ada.
Simpulan
Dari uraian dan data-data yang ada dapat disimpulkan penggunaan bahasa
Indonesia dalam film Menjemput Putri Impian masih kurang tepat bila dilihat dari
sudut kebahasaan yang baku. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
sehari-hari dalam pergualan masyarakat. Penggunaan ragam bahasa tidak baku
dipilih karena film ini bersifat hiburan, maka diperlukan bahasa yang ringan
namun tetap komunikatif. Walaupun ditayangkan dengan bahasa Indonesia yang
tidak baku, pengaruh film ini terhadap gaya berbahasa masyarakat tidak cukup
banyak. Karena dalam film ini tidak mengandung kata, dan istilah yang cukup
menarik perhatian.

Lampiran 1. Sinopsis FTV Menjemput Putri Impian


Tokoh-tokoh penting dalam film ini antara lain:
1. Bimo: seorang desainn interior;
2. Niluh: mantan pacar Bimo;
3. Mila: teman Niluh;
4. Dima, tunangan Niluh yang juga teman Bimo.
Bimo (Surya Saputra) adalah seorang desain interior, dia berusaha mencoba
peruntungannya di Bali, di Bali dia ketemu dengan Dimas (Agus Yoga), dan
akhirnya Bimo diberi pekerjaan sebagai EO diacara peresmian galeri lukisnyanya
Dimas.
Secara tidak sengaja Bimo ketemu dengan Niluh (Agni Pratistha) dan Mila (Lia
Waode), dan ternyata Niluh adalah tunangan Dimas, perlu diketahui, tujuan Bimo
selain mencari peruntungan-nya di Bali, juga untuk mencari kekasihnya dulu yaitu
Niluh. Di mana Nilu adalah seorang putrid impian bagi Bimo.
Konflik yang melanda adalah bahwa Niluh adalah tunangan Dimas teman Bimo.
Maka kecil harapan Bimo untuk dapat kembali bersama Niluh. Tetapi ternyata
Niluh pun masih menyimpan rasa terhadap Bimomantan kekasihnya--.
Penyelesaian yang dipilih adalah terungkapnya sifat asli Dimas yang buruk. Maka
Niluh memutuskan untuk meninggalkan Dimas dan kembali kepada Bimo.
Dilengkapi video film Menjemput Putri Impian
. https://www.youtube.com/watch?v=hBnm_SYjm-c.

Referensi
Ayu, Triana.2013. Pengaruh Media Terhadap Perilaku Sosial.
https://www.academia.edu/5405882/Pengaruh_Media_Terhadap_Perilaku_
Sosial. diakses pada tanggal 7 November 2014.
Film
Menjemput
Putri
Impian.
https://www.youtube.com/watch?
v=hBnm_SYjm-c. diakses tanggal 7 November 2014.
Kridalaksana, Harimurti, 2011, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: Kompas Gramedia
Muharam, Rijal. 2011. ALIH KODE, campur kode, dan interferensi yang
terjadi di dalam pembicaraan bahasa Indonesia dan bahasa melayu ternate.
Google.com diakses 9 November 2014.
Rohmani, Siti. 2011. ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA
NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI. BASASTRA
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2
Nomor 1, April 2013, ISSN I2302-6405. Google.com diakses pada tanggal
7 November 2014.
Saddhono, Khundaru. 2013. Pengantar Sosiolinguistik teori dan konsep dasar.
Surakarta: UNS Press
Suwito. (1985). Sosiolinguistik. Surakarta: UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai