Anda di halaman 1dari 11

Analisis Naskah Drama

Maling
karya Auf Sahid
Oleh
Ayudia Puspa K1212013
Chori Latifah K1212015
Suprihatin
K1212067

Analisis Naskah Drama Maling

A. Tokoh
B. Penokohan
C. Setting
D. Alur
E. Amanat

Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi, sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita, sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut
penokohan (Aminuddin, 2004:79).
Tokoh yang terdapat dalam naskah drama Maling
karya Auf Sahid ada empat orang, yaitu Maman,
Lurah, maling, warga kampung laki-laki dan
perempuan.

Tokoh Maman merupakan tokoh utama yang dituduh


maling walaupun sebenarnya ia bukan maling.
Tokoh utama yang kedua adalah maling. Ia
memerankan sebagai maling yang mencuri barangbarang warga kampungnya.
Tokoh lurah merupakan tokoh pendukung yang
berperan sebagai orang yang ingin untung sendiri
karena kedudukannya sebagai lurah serta bijaksana dan
taat pada aturan.
Warga kampung laki-laki dan perempuan juga
merupakan tokoh pendukung yang berperan sebagai
orang yang kemalingan dan mencari maling tersebut.

Penokohan
Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan
mengenai tokoh cerita; baik lahirnya maupun
batinnya yang dapat berupa: pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adatistiadatnya dan sebagainya (Suharianto, 1982:31).
Adapun penokohan dalam naskah drama
Maling in menggunakan teknik dramatik.
Teknik darmatik merupakan pelukisan tokoh
dilakukan secara tidak langsung. Pengarang tidak
mendeskripsikan secara langsung sifat dan sikap
serta tingkah laku tokoh cerita.

Penokohan dalam naskah drama Maling ini yaitu tokoh maling


digambarkan orang yang licik, jahat, pintar bersembunyi dan suka
mencuri barang milik orang lain. Hal ini ada pada kutipan dialog
berikut
Maling
: (keluar dari tempat persembunyiannya,
menodongkan celurit) Mas, serahkan bungkusan itu.
Maman
: Siapa sampeyan?
Maling
: Tidak perlu banyak bicara. Serahkan saja bungkusan
itu.
Maman
: Waduh, mas. Ini tadi sulit dapatnya. Saya saja tadi
hampir jatuh, digigit semut, dikejar tawon, kecebur sungai....
Maling
: Hei! Aku tidak mau mendengar curhatanmu.
Serahkan! (mengacungkan senjata)

Penokohan pada tokoh Maman digambarkan lelaki yang


lugu, apa adanya dan mudah dibohongi orang lain, maka
dari itu ia malah dituduh sebagai malingnya. Hal ini ada
pada kutipan berikut
Maman
:Aduh, sialan. Ini gara-gara mangga curian. Pasti
yang punya nggak ikhlas. Mana sih kunciku? Aduh, gawat.
Aduh, sudah diujung tanduk nih. Eh, Mas. Jangan diam saja.
Tolong, mas.
(Maling membantu membukakan pintu rumah Maman)
Maman
: Makasih ya mas.
Maling
: Sama-sama.
Maman
: Kok pinter sampeyan, Mas? Kayak maling sa...
Maliiiiing... maliiiiing....

Penokohan pada tokoh lurah digambarkan orang yang ingin untung


sendiri karena kedudukannya sebagai lurah serta bijaksana dan taat
pada aturan. Hal ini ada pada kutipan berikut
Lurah
: Dalam Perdes pasal 15 ayat 10 butir (e) tahun 1965
telah dijelaskan bahwa: Kegiatan pengejaran pencuri, jambret,
rampok dan atau semacamnya hanya boleh dilakukan oleh warga
dan atau perangkat desa sebatas lingkungan desa mereka sendiri.
Seseorang : Nah, kalau malingnya lari keluar desa bagaimana?
Lurah
: Itu sudah diatur dalam pasal dan ayat yang sama
pada butir (k), bahwa: Jika pelaku yang telah dijelaskan pada butir
(a) melarikan diri hingga ke luar batas desa maka warga dan atau
perangkat desa wajib membuat surat ijin pengejaran pada
perangkat desa yang dimaksud hingga disetujui oleh perangkat desa
yang dimaksud.

Alur
Alur yang terdapat dalam naskah drama
Maling karya Auf Sahid adalah alur maju yang
ceritanya runtut dari awal hingga akhir. Di
awal cerita diceritakan salah satu warga
kampung kemalingan kemudian warga dan
pak lurah mencari maling tersebut.

Setting/latar
Adapun latar yang ada pada naskah drama Maling ini adalah :
latar tempatnya di halaman rumah sebuah kampung, di rumah
Maman.
Latar waktunya di malam hari.
Latar suasana menegangkan
Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut ini :
(Setting tempat halaman rumah di sebuah kampung. Waktu malam
hari. Dari luar terdengar suara gaduh derap langkah orang berlari
sambil berteriak maling diiringi musik pembuka.
Seseorang : Akhirnya, kamu kena juga ya.
Seseorang : Jadi selama ini dia sembunyi di dalam rumah Maman.

Kesimpulan
Unsur intrinsik seperti tokoh dan penokohan, alur, dan latar
disampaikan Auf Sahid melalui dialog-dialognya dengan
jelas. Jadi, dari dialog yang diperankan tokoh dapat
diidentifikasi unsur intrinsiknya. Peran yang harus
diperankan tokoh juga diungkapkan Auf Sahid dengan
gamblang dari dialog yang dibuatnya. Drama Maling karya
Auf Sahid ini banyak dijumpai pada kehidupan manusia
bahwa sesuatu yang tidak dilakukan bisa saja menjadi ia
yang melakukannya karena kebusukan orang lain. Dengan
demikian drama karya Auf Sahid ini menceritakan
kehidupan yang dijalani manusia yang sudah digariskan
oleh penciptanya walaupun ia tidak menyukainya.

Anda mungkin juga menyukai