INDONESIA
2. Menurut saya seseorang perlu memiliki kemampuan menyimak yang baik, sebab dengan adanya
kemampuan menyimak yang baik kita lebih mudah memahami materi apa yang disampaikan dan akan
tersimpan baik dalam ingatan sehingga memudahkan dalam proses pembelajaran dan agar kita terhindar
dari salah paham. Karena apabila kita tidak menyimak dengan baik, kita tidak akan paham apa yang
sedang kita dengarkan, dan akhirnya terjadi kesalah pahaman.
Tugas pertama B. Indonesia ini membahas materi yang ada pada inisiasi 1-3. Kerjakan
dengan baik sesuai dengan rambu-rambu yang diberikan.
1. Ada sebagian orang yang berkilah bahwa menulis di media sosial, seperti FB (Facebook), WA
(WhatsApp), IG (Instagram), Line, dan twitter tidak perlu terlalu memperhatikan standar
penggunaan bahasa, yang penting pembaca dapat mengerti apa yang disampaikan penulis. Kilahan
tersebut tidak beralasan, bahkan bertentangan dengan teori literasi informasi. Dalam teori literasi
informasi disebutkan bahwa penulis harus menyampaikan pesannya dengan menggunakan bahasa yang
standar, yaitu bahasa yang berkaidah. Hal tersebut didasari atas pertimbangan bahwa suatu pesan akan
tersampaikan secara baik kepada pembaca melalui penggunaan bahasa yang efektif, terutama
penerapan kaidah ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Kadang setiap saya menerima pesan atau
membaca status orang lain di media sosial, saya sering bingung dengan adanya kalimat yang disingkat
atau menggunakan angka sebagai pengganti abjad, misalkan ”4ku pus1n9 s3k4li” atau kalimat “mrka sgt
baik”. Kalimat tersebut untuk sebagian orang membuat bingung pembacanya.
2. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi karena perbedaan sistem bunyi bahasa setiap negara berbeda-
beda maka setiap bunyi tiruan pun akan berbeda di negara satu dengan negara yang lain, karena itu
menjadi ciri khas negara masing-masing.
1. Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi ujar (lisan) yang berwujud lambang.
Petunjuk berdiskusi:
1. Kemukakan terlebih dahulu kepemimpinan nasional/daerah yang Anda pilih
2. Kemukakan karakteristik kepemimpinannya
3. Berikan pendapat dan kritisi karakteristik kepemimpinan yang diterapkan
dalam menyediakan pelayanan umum yang adil dan merata sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kepemimpinan yang saya pilih yaitu kepemimpinan MOCHAMAD RIDWAN KAMIL atau yang sering di
sapa kang emil, adalah Gubernur Provinsi Jawa Barat. Saya sangat menyukai semua gagasan-
gagasannya, namun Dari hasil survei yang dirilis oleh Indonesia Strategic Institut (Instrat), sejumlah
masalah yang harus menjadi perhatian salah satunya adalah urusan kesejahteraan masyarakat.
Kemudian untuk mendukung kesejahteraan masyarakat,ada tiga program yang paling diberikan untuk
masyarakat yaitu Desa Digital, Jabar Quick Respons (JQR), dan Kredit Mesra. Ketiga program ini bisa
mengcover tiga permasalahan yang paling dikeluhkan oleh masyarakat, yaitu kesejahteraan, lapangan
kerja dan harga sembako. Namun pada kenyataannya program itu masih belum bisa terealisasi
sepenuhnya apalagi ke desa-desa terpencil, masih banyak kendala yang harus diperbaiki.
. Pengertian pelayanan publik dari berbagai sudut pandang dengan disertai
argumen
2. Bagaimana cara membangun pelayanan umum yang memenuhi hak
dasar warga dan prinsip keadilan, serta bebas dari diskriminasi?
3. Jelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam membangun pelayanan
publik yang memenuhi kebutuhan masyarakat
DISKUSI PENELITIAN SOSIAL
2. Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu tersedia
dan cukup banyak, tinggal peneliti mengidentifikasi, memilih dan
merumuskannya. Silakan diskusikan langkah-langkah dalam merumuskan
permasalahan dalam penelitian.
1. Tentukan fokus penelitian
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus tersebut yang
dalam hal ini dinamakan subfokus
3. Di antara faktor-faktor yang terkait, adakan pengkajian mana yang sangat menarik
untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
4. Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.
Sumber : Prof. DR. Lexy J. Moleong, MA., Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Bandung
Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat
merupakanfaktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka
lahirnya partai politik adalah sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Di negara yang
menganut paham demokratis, rakyat berhak berpartisipasi untuk menentukan siapa saja yang
layak menjadi wakil rakyat dan menjadi pemimpin mereka yang nantinya akan menentukan
kebijakan umum.
Menurut Ramlan Subekti(1992) - Sistem Kepartaian adalah opola perilaku dan interaksi diantara
partai politik dalam suatu sistem politik.
Austin Ranney(1990)- Sistem Kepartaian adalah pemahaman terhadap karakteristik umum
konflik partai dalam lingkungan dimana mereka berkiprah yang dapat digolongkan menurut
beberapa kriteria.
Riswanda Imawan (2004)- Sistem Kepartaian adalah pola interaksi partai politik dalam satu
sistem politik yang menentukan format dan mekanisme kerja satu sistem pemerintahan.
Hague and Harrop(2004) - Sistem Kepartaian merupakan interaksi antara partai politik yang
perolehan suaranya signifikan.
Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal
6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan paling tidak
ada dua partai atatu lebih yang bergabung untuk mengusung seorang calon pasangan presiden
dan wakio presiden dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya
sistem kepartaian di Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.
Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut. Melalui
Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti oleh 29
partai politik dan juga peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya partai
politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada waktu itu
memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu tahun
1971 diikuti oleh 10 partai politik dan pada tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga partai politik
saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi partai politik menjadi tiga partai(Golkar, PPP, PDI)
yang merupakan hasil penggabungan beberapa partai. Walaupun jika dilihat secara jumlah,
Indonesia masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli politik menyatakan pendapat
sistem kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian tunggal. Ini dikarenakan meskipun
jumlah partai politik masa orde baru memenuhi syarat sistem kepartaian multi partai namun dari
segi kemampuan kompetisi ketiga partai tersebet tidak seimbang.
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik
yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh
berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini disebabkan telah
diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU
yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang
meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak mencapai
ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya
dan mendirikan parpol baru.
tuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti persentasi
Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga
selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.