Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR

ETIKA KEPERAWATAN

POKOK BAHASAN ETIKA UMUM

A. Pengertian etika umum, Fungsi etika, dan macam etika.


B. Etika sehari –hari : Berbicara, Bertelpon, Ber SMS, Berjalan.

Oleh :

Dr. Nyoman Ribek S.Kep Ns. M.Pd

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2017
BAHAN AJAR 1
A. Pokok Bahasan
Etika umum dan etika sehari - hari.
B. Capaian pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang etika
umum dan etika sehari - hari.
C. Bahan Kajian
1. Pengertian etika, Fungsi etika, macam etika, prinsip etika.
2. Etika sehari – hari : Berbicara, Bertelpon, Ber SMS, dan
Berjalan,dan duduk.

Pengertian etika umum.


Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. ]Dalam
bahsa Indonesia, kata etika berarti kebiasaan baik norma-norma yang baik.
Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika mengandung tiga arti
yaitu : 1). Ilmu tentang apa yang baik dana pa yang buruk hak dan kewajiban moral
(akhlak). 2). Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3). Nilai
mengenai benar dan salah yang dianutb suatu golongan atau masyarakat. Sebagai
suatu istilah, Etika sekurang-kurangnya mengandung dua arti, yaitu: Sebagai
pedoman baik-buruknya perilaku manusia dan Sebagai ilmu yang mengkaji pedoman
baik-buruknya perilaku manusia tersebut, yang menyangkut nilai-nilai, prinsip-
prinsip, dan norma-norma moral yang dipakai sebagai pegangan umum bagi
penentuan benar-salahnya tindakan seseorang sebagai manusia. Menurut Maryani &
Ludigdo (2001) “Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah
diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia. Jadi, dapat disimpulkan etika adalah usaha untuk mengerti tata aturan
social menentukan dan membatasi tingkah laku manusia tentang apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Fungsi etika

Etika berfungsi sebagai a). Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan
dengan berbagai moralitas yang membingungkan. b). Menampilkan ketrampilan
intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. c).
Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana
pluralism
Macam etika.
Secara umum etika dibagi menjadi dua bagian, yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana
seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika umum dapat pula dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori etika. Etika khusus merupakan penerapan
prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan
profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan dalam kehidupan
terhadap sesama. Etika khusus terdiri dari : 1). etika individual, yaitu menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri 2) etika sosial, yaitu mengenai
sikap dan kewajiban, serta pola perilaku manusia sebagai anggota bermasyarakat.
Etika sosial meliputi banyak bidang, antara lain : sikap terhadap sesama dan etika
keluarga 3). Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis,dokumentalis,
etika kedokteran, etika keperawatan dll.

Etika sehari –hari.


Etika berbicara.

Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur melalui lisan


sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Bicara di sini diartikan sebagai
bentuk komunikasi, dengan bicara maka komunikasi dapat terjalin, Tetapi berkata-
kata tanpa artipun sebenarnya bicara juga, hanya saja belum dimasukan ke dalam
kategori komunikasi. Kemampuan bicara menjadi penting dalam konteks menjalin
hubungan komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi
lebih ruwet karena ada batasan-batasan etika dan aturannya. Bicara kemudian
terkotak-kotak oleh kepentingan dan maksud-maksud tertentu. Setiap aspek
kehidupan memiliki aturan dan etika tersendiri dalam berbicara.
Faktor utama dalam berbicara adalah bahasa. Makna bahasa sekarang lebih luas
lagi, bukan hanya merujuk pada suku bangsa tetapi sudah merambah pada disiplin
ilmu. Kita sekarang tidak hanya mengenal bahasa jawa, Madura, Sunda, Bali dan
sebagainya yang berdasarkan kesukuan, melainkan bahasa ekonomi, bahasa
politik dan sebagainya dalam lingkup disiplin ilmu.
Selanjutnya, dari bahasa tadi mempengaruhi etika dan aturan bicara. Antara
bahasa hukum Kesehaatn, dan bahasa ekonomi ada aturan dan etikanya sendiri,
seperti halnya bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang di dalamnya tidak terpisahkan
oleh adat istiadat dan budaya dari mana bahasa itu berasal. Dalam pergaulan
etika berbicara itu penting, tidak boleh asal bicara. Semakin tinggi tingkat
pendidikan dan sosial, seseorang biasanya semakin tinggi pula etikanya dalam
berbicara. Kelas pendidikan dan sosial sering menjadi faktor pembeda dalam
berbicara. Antara bahasa tukang becak dan dosen jelas berbeda. Dan bial dibolak-
balik kesannya akan semakin semrawut. Kesannya akan lain. Seorang dosen
dengan strata pendidikan tinggi rasanya tidak pantas berbicara dengan gaya bahas
tukang becak yang terbiasa kasar, cespleng dan tidak mengenal unggah-ungguh.
Sebaliknya, tukang becak akan menjadi lucu bila memaksakan diri berbicara
dengan langgam berbicara seorang dosen yang cenderung ilmiah dan rumit
dicerna orang biasa.Tujuan utama berbicara adalah membuat lawan bicara
mengerti apa yang dikatakannya. Tidak peduli bahasa apa yang dipakai, punya
ungguh-ungguh atau tidak, yang penting orang yang diajak berbicara menangkap
dengan jelas maksudnya. Tetapi dalam perkembangannya, seiring dengan
kemajuan peradaban, mengerti saja tidak cukup. Sekarang ini, disamping dapat
dimengerti harus pula mencerminkan etika, termasuk didalamnya adalah unggah-
unggah. Apalagi di dunia timur (oriental)yang sangat menghormati nilai-nilai
kesopanan, unggah-ungguh menjadi faktor yang tak boleh ditinggalkan. Khususnya
di masyarakat Jawa, Unggah-ungga memegang peranan sangat dominan. Bahkan
bahasa yang dipakaipun berlainan antara bicara kepada orang tua, adik, atasan
dan sebagainya. Orang akan semakin dihormati apabila tahu unggah-ungguh. Dan
bila unggah-ungguh itu dilanggar, adat-istiadat sudah menyiapkan sangsinya.
Orang yang tidak tahu sopan-santun dalam berbicara pasti akan dikucilkan
selamanya.

Oleh karena itu berbicara yang dapat diterima secara etika antara lain:
1. Berbicara Harus Menatap Lawan Bicara
Yang harus anda perhatikan ketika berbicara adalah konsentrasikan diri anda
sepenuhnya kepada lawan bicara. jangan melihat ke arah lain sehingga membuat
lawan bicara tersinggung. Menatap lawan bicara sungguh-sungguh (bukan
mendelik/melirik) termasuk etika berbicara yang baik. Obyek anda adalah lawan
bicara bukan yang lain. jangan tinggalkan etika ketika anda sedang berkomunikasi
dengan orang lain. Kita sendiri juga pasti tersinggung jika ada orang lain mengajak
bicara tiba-tiba memutar hidungnya ke tempat lain. Mau menanggapi bicaranya saja
sebenarnya sudah harus disyukuri, jangan malah berpindah hati. Bicara itu bukan
hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan seluruh tubuh kita kecuali kalau kita
berbicara melalui telepon. Ketika berbicara usahakan seluruh gerak tubuh kita
mengarah ke lawan bicara sehingga kita tahu bagaimana reaksi lawan bicara ketika
membalas apa yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke tempat lain, kita
tahu apakah lawan bicara tulus dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan bicara
bilang setuju tetapi mimik wajahnya dan kita tahu karena pandangan kita tidak tertuju
kepadanya. Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental kita
sepenuhnya. Karena yang kita hadapi adalah manusia yang mempunyai perasaan, bisa
senang dan susah, bisa tersinggung dan marah-marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik
maupun mata kita harus menampakan wajah yang bersahabat dan sungguh-sungguh.

2. Suara Harus Terdengar Jelas


Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang tak kalah pentingnya adalah
menata suara kita agar lawan bicara dapat menangkap dengan jelas apa yang sedang
kita bicarakan. Tidak boleh terlalu terburu-buru dan jangan terlalu pelan. Usahakan
suara yang keluar bisa terdengar jelas agar lawan bicara dapat terdengar apa yang kita
ucapkan. Karena kondisi tertentu seringkali kita tidak dapat mengontrol suara kita,
sehingga menjadi terlalu cepat. Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali
dengan bertanya balik. Atau karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha
merendahkan intonasi suara sehingga di telinga lawan bicara terdengar seperti desis
ular. Kedua-duanya bukan cara yang efektif dalam berbicara. Berbicara dengan pelan
tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak perlu terlalu lemah. Yang perlu
kita perhatikan pula adalah tingkat emosional kita. Bicaralah ketika emosi kita sedang
tidak konsentrasi. misalnya kalau kita sedang marah atau sedih, usahakan agar
kemarahan atau kesedihan tersebut tidak terlihat oleh lawan bicara. Percuma saja kita
berbicara terburu-buru sampai nafas kita tersengal-sengal, lawan bicara susah
mengerti. Atau terlalu lembut seperti orang yang sedang dirundung derita
berkepanjangan, sehingga hanya terdengar seperti rintihan yang menyayat hati. Oleh
karena itu hindarilah berbicara terburu-buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi
berbicara seperti itu, sulit untuk meninta respon yang obyektif dari lawan bicara. Di
samping tidak efektif, pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga lawan
bicara kadang-kadang menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara. Maunya ingin
cepat-cepat selesai tetapi malah menimbulkan persoalan baru yang tidak selesai-
selesai. Tentunya ini akan merugikan diri kita sendiri.

3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik dan Benar


Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar belakang seseorang. Bahasa
pegawai kantor, jelas berbeda dengan orang berjualan di pasar. Salah satu unsur
pembedanya terdapat dalam pemakaian tata bahasa yang digunakan. Bahasa pegawai
kantor jelas lebih punya etika dari pada orang pasar. Bahasa anak gaul berbeda
dengan bahasa ningrat keraton. Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih
dahulu. Jangan sampai di tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu apa
yang akan kita bicarakan. Dan tentunya tidak boleh menggunakan kata-kata yang
kasar, apalagi yang meninggung hati lawan bicara. Kita harus mengetahui mana
subyek, mana predikat, obyek dan keterangan dalam sebuah kalimat. Kita harus tahu
pula bagaimana menempatkan perangkat kalimat pada tempat yang benar. jangan
sampai kita bingung dengan kalimat yang kita ucapkan sendiri. Umpamanya dengan
membolak-balik kedudukan subyek, predikat dan obyek sehingga menjadi kalimat
yang tidak beraturan.
4. Jangan menggunakan Nada Suara yang Tinggi
Citra pegawai kantor adalah citra kesopanan artinya orang lain melihat pegawai
kantor sebagai orang yang tahu etika, punya tata-krama dan santun dalam segala
tindak-tanduknya. Sikap dan perilakunya mencerminkan orang berpendidikan. Kesan
tersebut akan semakin membekas ketika kita sedang berbicara. Dari pembicaraan itu
orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai kantor atau bukan. Gaya
bicara, intonasi yang dipakai, dan tata bahasa, jelas berpengaruh besar di telinga
pendengar. Sebagai pegawai kantor, sebaiknya kita berbicara dengan kalimat yang
jelas dan intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu
rendah. Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi dengan baik. Pakailah
nada suara yang datar-datar saja, sehingga setiap orang dapat mendengarnya dengan
baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak semua pendengarnya dapat mendengar
dengan baik. Apalagi jika kita ditunjuk sebagai pembicara, nada suara harus benar-
benar dijaga. Sebab, pendengar dalam sebuah forum baik ceramah maupun diskusi
cenderung beragam. Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak
mungkin sanggup berteriak selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita bicarakan
sebaiknya dapat kita nikmati jangan malah menjadi beban. Disamping itu, kurang
beretika rasanya kalau kita berbicara dengan nada suara yang tinggi. Kecuali jika kita
sedang membakar semangat para anak-anak muda untuk terjun ke medan perang.
Dalam situasi yang biasa, aman dan tidak darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak
terlalu tinggi.

5.Pembicaraan Mudah Dimengerti


Tujuan utama berbicara adalah untuk membuat lawan bicara mengerti apa yang
sedang kita bicarakan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita cukup toleran dengan para
pendengar kita. Kita harus pandai-pandai memilih lawan bicara, sebab hal ini
berkaitan dengan bahasa yang kita pakai. Jangan karena ingin dianggap sebagai
pegawai kantor ke mana-mana kita selalu menggunakan bahasa tingkat tinggi. Kita
harus pandai menyesuaikan diri dengan kondisi dan latar belakang lawan bicara yang
kita hadapi. Jangan terjebak oleh keinginan untuk menjaga image atau gengsi
sehingga mengorbankan lawan bicara. Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti. Tidak penting anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah
orang lain mengerti terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain
menganggap diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka. Sering
kita mendengar ada orang berbicara dengan menggunakan bahasa yang tinggi.
Padahal pendengarnya hanya para pedagang yang tidak sempat mengikuti
perkembangan jaman. Memang ia berhasil membangun kesan di tengah audiennya
bahwa ia pembicara yang pandai, Tetapi ketika ditanyakan kepada mereka apakah
mereka mengerti, mereka malah bingung. Kita semua pasti punya pengalaman yang
sama ketika mengikuti khotbah Jum'at. Ada khatib yang selama khotbahnya
menggunakan bahasa Arab di tengah jamaah yang seluruhnya orang Indonesia.
yakinkah anda bahwa jamaah mengerti isi khotbah tersebut? Tipsnya sebelum
mengajak bicara, ketahuilah dulu siapa lawan bicaranya. Kalau memang lawan bicara
lebih mudah mengerti dengan bahasa daerah, maka kita harus menyesuaikan diri.Dari
bahasa di atas semakin mengertilah kita bahwa ternyata berbicara itu tidak semudah
yang kita bayangkan. Tetapi penulis juga tidak sedang mengarahkan pada satu
kesimpulan bahwa berbicara itu sukar. Singkatnya, sebagai pegawai kantor kita harus
tetap menjaga dengan baik etika kita dalam berbicara.

Etika dalam Bertelepon


1.Pegang gagang telepon dengan baik.
Hal ini penting untuk menghindarkan suara yang kita keluarkan tidak jelas.
Perhatikan juga jarak telepon, jangan terlalu dekat ataupun terlalu jauh dengan mulut
kita.
2.Usahakan nafas kita pada saat berbicara tidak terdengar seperti mendengus di
telepon. Kasihan lawan bicara kita, mbrebek (kata orang Jawa/ bali).
3.Ucapkan salam baik pada saat kita menelpon atau menerima telepon . Seperti
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dsb. Bila menerima telepon di kantor
biasanya kita sebutkan identitas perusahaan, salam, nama dan kalimat bisa dibantu.
Misal: Yayasan kasih keluarga, Selamat pagi/siang/sore, dengan Dian bisa
dibantu..?
4.Jangan lupa tanyakan identitas penelpon dengan kalimat Misal. boleh tahu dengan
Bapak/Ibu/Mas/Mbak siapa saya berbicara..?
5.Gunakan “Smiling Voice” selama pembicaraan berlangsung, bahkan sejak pertama
mengucapakan salam. Bagaimana sich membuat suara kita enak & empuk didengar
dan selalu seperti tersenyum..?ya kuncinya tersenyumlah selama berbicara dan buat
nada suara kita berada pada posisi suara rendah (jangan melengking) dan
menggunakan suara perut.
6.Selama pembicaraan jaga kecepatan bicara kita (pitch control) agar tidak terlalu
cepat dan terlalu lambat.
7.Simak baik-baik pesan atau kalimat yang diucapkan lawan bicara. Jangan
memotong pembicaraan. Bila perlu mencatat, siapkan selalu alat tulis di dekat kita.
8.Apabila tidak mengerti, tidak ada salahnya kita melontarkan pertanyaan.
9.Simpulkan hal-hal penting sepanjang pembicaraan sebelum mengakhiri
pembicaraan.
10.Akhiri pembicaraan dengan pertanyaan , Seperti, "apakah ada lagi yang bisa kita
bantu?" atau ada hal-hal penting yang terlewat untuk disampaikan. Bila tidak maka
ucapkan terima kasih dan jangan lupa ucapkan kembali salam
11.Yang menghubungi atau menelpon adalah yang meletakkan / menutup gagang
telepon terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindarkan adanya hal penting yang
mungkin belum disampaikan sepanjang pembicaraan dan telepon keburu ditutup atau
berkesan kita mentup/membanting telepon padahal lawan biacara belum selesai
berbicara.

Etika berjalan.
Berjalan juga perlu mendapat perhatian khusus agar kita tahu bagaimana seharusnya
etika berjalan di tempat umum. Saat berjalan hendaknya kita memperhatikan
kesekeliling kita, mungkin saja ada orang yang sedang terburu-buru namun jalannya
terhambat oleh kita, atau saat kita sedang terburu-buru, di depan kita berjalan
seseorang maka sebaiknya kita mengucapkan kata permisi untuk mendahuluinya.
Saat kita berjalan juga tidak boleh sampai memicu kecelakaan, contohnya berjalan
harus pada trotoar bagi pejalan kaki jangan sampai kita berjalan dijalan khusus untuk
kendaraan. Agar aman, nyaman serta tentram saat berjalan perhatikanlah etika
berjalan, toh tidak ada ruginya untuk kita apabila kita mengikuti aturan atau etika
tersebut. Beberapa etika yang dianjurkan dalam berjalan diantaranya :
1. Tidak membusungkan dada sehingga terlihat angkuh
2. Tidak membungkuk
3. Langkah tidak diseret
4. Langkah tidak dihen Langkah tidak panjang dan juga tidak pendek tak-hentak
5. Mata tidak jelalatan
6. Saat melangkah kaki tidak seperti mantul
7. Tidak menendang barang saat berjalan
8. Tidak mengobrol keras sambil berjalan
9. Tidak berjalan sambil menutup muka
10. Tidak menggerak-gerakan badan/pinggul
11. Tidak berjalan dengan bermesraan
12. Tidak berjalan dengan bergandengan
13. Tidak menghalangi jalan
14. Tidak jalan bergerombol
15. Tidak makan/minum
16. Tidak berjalan sambil merokok
17. Tidak berjalan sambil main HP
18. Tidak berjalan sambil tolak pinggang
19. Tidak berjalan dengan menginjak kaki orang lain
20. Tidak berjalan menyenggol orang

Etika Duduk
Sikap duduk mempengaruhi penilaian orang lain terhadap diri kita. Oleh karena itu
cara duduk yang baik sebagai berikut: 1). Duduklah tegak dan tidak merosot di kursi,
dalam posisi miring atau segaris dengan kedua kaki merapat. Kalau Anda
mengenakan rok mini atau dengan belahan di tengah atau di samping, cara ini
menutupi kaki Anda (Ingat, jangan pernah meletakkan benda-benda di atas rok mini
untuk menutupi kaki yang terbuka) 2). Saat duduk, letakan tas di samping kiri kursi
atau di belakang sandaran kursi. Letakan saja di kaki kursi. Dilarang keras
meletakkannya di atas meja. 3). Tamu persilakan duduk disebelah kanan kita. Ini
artinya kita menghormatinya. 4). Duduklah sejajar dengan tamu. Ini menunjukan
bahwa kita tidak menganggap rendah tamu itu .5). Duduk mengangkat atau
menumpang kaki tidak dilarang. tapi, jangan sampai kaki atau alas sepatunya terlihat,
karena terkesan tidak sopan. 6). Berdirilah bila berjabat tangan dan bila ada seorang
wanita yang masuk ke ruangan kerja atau berjalan menghampiri. 6). Duduklah
dengan sikap tegak, rentang paha tidak melebihi lebar pinggul.

Sumber : Disarikan dari Modul Etika Kerja Kesetaraan paket C SMA 2009.
ExsosGrendDais.2012.PengantarEtika(online).dalam:http://exsosgrend.blogspot.co.id
/2012/11/etika-dan-hukum-keperawatan.htmlDiaksespadatanggal 2 februari 2016.

Alwiniia.2013.Konsep EtikadanHukum(online).dalam:
http://alwiiniiaa.blogspot.co.id/2013/01/konsep-etika-dan-
hukum.htmlDiaksespadatanggal 2 februari 2016.

Sultan.2009.Pengantar Etika(online).dalam:
http://akhmadsultanfajar.blogspot.co.id/2009/10/pengantar-etika.html

Diakses pada tanggal 2 februari 2016.

Tugas :

1. Buatlah komunikasi atau percakapan dalam bentuk teks maksimal 2 lembar


2. Percakapan itu berisi suatu cerita seorang perawat akan masuk ruangan
Puskesmasnya tempat bekerja dengn cerita skenario sebagai berikut, perawat datang
dari parkir menuju ruangan tempatnya bekerja sepanjang perjalanan banyak pasien
dan keluarganya duduk menunggu program pengobatan, kemudian sampai di
ruangan ketemu rekan kerja dan perawat duduk dan membuka Hp dan menghubungi
rekan kerjanya lewat suara dan SMS dan berselang 10 menit menerima tamu dari
kampungnya untuk meminta informasi perawatan .
3. Praktikkanlah teks percakapan yang dibuat minimal 2 kali pertemuan.
4. Tiap kelas membuat 6 kelompok dan tiap kelompok mempraktikkan scenario yang
telah dibuat.
5. Semua praktik akan dinilai mulai teks, berjalan, berbicara, menerima telpon, SMS
dengan format sebagai berikut :

FORMAT LAPORAN PRAKTIK

A. Laporan teks percakapan

1. Percakapan dengan pasien dan keluarganya sepanjang perjalanan dari parkir sampai
ruangan kerja.
2. Percakapan dengan rekan kerja
3. Percakapan bertelpon
4. Percakapan ber SMS
5. Percakapan dengan tamu
B. Praktik simulasi
No Materi yang dinilai Skor 1-100
1. Teks Percakapan
2. Etika Berjalan
3. Etika Bertelpon dan SMS
4. Etika Berbicara
5. Etika duduk
.6 Jumlah
7. Nilai rata-rata

Nama Dosen Pembimbing ……………………., ……………..201..


Nama Kelompok dan nama mahsiswa

…………………………………………
NIP…………………………………..

Anda mungkin juga menyukai