Anda di halaman 1dari 4

 ETIKA KOMUNIKASI

1. Pengertian Etika

Etika adalah sebagai suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku
manusia mana yang di nilai baik dan mana pula yang di nilai buruk..

Etika juga di sebut ilmu normatif maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-
norma) yang dapat di gunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk.

Penerapan etika dalam berkomunikasi adalah agar komunikator dan komunikan Iebih sensitif
terhada lawan bicara, situasi, dan kondisi. Bahwa setiap orang memiliki kepentingan yang
berbeda pada saat yang sama. Ada yang menginginkan suhu ruang kerja yang didinginkan.

Sering kali orang mencampur aduk istilah etika dan etiket. Etika adalah cabang filsafat yang
mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan moral dan kesusilaan. Sedangkan
Etiket adalah tata karma dan sopan santun

1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif merupakan usaha menilai cara berkomunikasi berdasarkan pada ketentuan
atau norma baik-buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama, baik dalam keluarga,
organisasi maupun di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan
kebiasaan yang sudah ada di keluarga. organisasi. atau di masyarakat sebagai acuan etis.

2. Etika Normatif

Etika normatif adalah etika yang berusaha untuk menetapkan berbagai macam sikap dan pola
perilaku yang bersifat ideal dan sepatutnya di miliki oleh manusia sebagai sesuatu yang
berharga/bernilai di dalam hidupnya.

2. Aliran Etiika

Kajian dari berbagai literatur. dapat diidentifikasi adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai stander menilai tindakan etis. antara lain, aliran deontologis, Teleologis,
egoisme. dan utilitarisme'sme.

Aliran deontologist (Deon = yang harus/wajib, Yunani) mekukan penilaian atas cara
berkomunikasi dengan melihat aktivitas komunikasi itu sendiri. Artinya, suatu tindakan
komunikasi secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk.
Ukuran etis yang berbeda. oleh pelaku komunikasi sendiri. Artinya, tindakan komunikasi
dikategorikan etis dan baik apabila menghasilkan yang baik bagi diri sendiri (individu) secara
pribadi.

Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari paham egoisme. yaitu yang
memandang suatu tindakan komunikasi itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak
(masyarakat). Dengan demikian. tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu,
melainkan secara subjektif pada masyarakat umum.

 Etika Profesi
Sehubungan dengan pilihan tindakan etis tersebut Coutland L Bovee dan John V. Thill (Alih
bahasa Doddi Prastuti, 2007: 32) menjelaskan perbedaan antara dilema etika dan hilang
etika. Suatu dilema etika melibatkan pemilihan antara alternatif –alternatif yang tidak jelas
batasnya (barangkali dua aItematif tindakan tersebut sama-sama etis dan valid, atau
barangkali alternatif tersebut terletak di area abu-abu. yakni area yang tidak jelas benar dan
salahnya.
Sementara itu. hilang etika adalah pilihan tindakan yang jelas tidak beretika. atau pilihan
tindakan yang ilegal tidak ada dasar hokum maupun dasar etika.

 Etika Komunikasi Tatap Muka


Baiklah. di sini disampaikan beberapa norma etlka berkomunikasi secara tatap muka yang
perlu di perhatikan.

1. BuatIah kesepakatan waktu akan di laksanakan pembicaraan. Ketika sudah ada


kesepakatan, maka kita harus beusaha untuk menepatinya.
2. Mulailah pembicaraan dengan pendahuluan seperlunya, biasanya dengan saling
berkenalan. mempersilakan duduk. dan sebagainya.
3. Ketika berbicara hendaklah kita tenang sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan .
dengan gerak tangan secara halus dan sopan.
4. Setiap orang mempunyai minat terhadap topik pembicaraan. Oleh karena itu. jangan
paksakan kita bicarakan sesuatu yang tidak disukai atau tidak dimengerti orang lain.
5. Hargailah adanya berbagai perbedaan cara dan budaya dalam berkomunikasi.
6. Tidak ada orang yang_sempurna. Di samping kebaikannya, tentu ada juga kekurangannya.
Oleh karena itu. jangan menggunjingkan teman. apalagi yang dipergunjingkan adalah
kejelekan dan sisi negatif orang lain.
7. Berilah kesempatan yang seimbang kepada teman kita untuk berbicara, jangan memborong
seluruh pembicaraan.
8. Ketika berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita ajak
berbicara.
9. Gunakanlah volume suara sesuia dengan kebutuhan, jangan terlalu keras karena akan
menggaggu orang-orang di sekitar. Sebaliknya juga jangan terlalu lembut, karena hal itu
dapat mengurangi ketepatan pemahaman pesan.

3. Etika Berkomunikasi dengan Media Telepon

1. Pertimbangkan apakah pesan yang akan kita sampaikan memang cocok di komunikasikan
dengan media telepon atau tidak.

2. Apabila hendak melepon hendaklah pertimbangkan waktu yang tepat

3. Berbicaralah dengan tenang, jelas dan langsung ke sasaran (to the point)

4. Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.

5. Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih

6. Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, adalah dengan
membayangkan seolah-olah lawan bicara bertatap muka dengan kita.

4. Etika Menyambut Tamu


Ada berbagai cara unik yang di lakukan oleh organisasi dalam menyambut tamu, antara lain:
1. Menjemput tamunya di bandara, stasiun kereta api atau di tempat kedatangan lainnya.
2. Menyediakan akomodasi dan transportasi
3. Berjabat tangan dan atau saling memeluk
4. Mengalungkan bunga kepada tamu
5. Mengadakan jamuan pennghormatan di sertai Toast atau angkat gelas.
6. Mengomunikasikan dan mengompromikan jadwal acara.

Etika Komunikasi Berbasis Nilai-Nilai Kearifan local


Pengembangan norma etika komunikasi di organisasi di rencanakn akan di sesuaikan dengan
karakteristik Nilai-nilai kearifan local budaya yang di junjung tinggi oleh masyarakat atau
komunitas daerah setempat.

Secara konseptual, kearifan local adalah nilai-nilai yang di aktualiisasikan,, atau di laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, yang mencerminkan jati diri suatu komunitas dalam batas
kolektivitas Negara, maka nilai tersebut merupakan kearifan bangsa.

Nilai kerifan local adalah nilai-nilai positif yang akan mendorong orang untuk mengetahui
kebijakann (knowing the good), kemudian mengajak merasakan kebajikan (felling the good),
lalu , mencintai kebajikan (loving the good), dan kemudian menginginkan untuk melaksanakan
kebajikann (Desrring the good) dan akhirnya mengerjakann kebajikan itu sendiri (acting the
good)

Anda mungkin juga menyukai