Anda di halaman 1dari 5

NEVADA SAGA SUSENO

2015-81-168

Senin, 27 Maret 2016

Hubungan Berbahasa Indonesia dan Etika

A. Pendahuluan
Bahasa Indonesia telah diakui sebagai bahasa persatuan sejak jaman dulu, tepatnya ketika
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia telah melewati masa-masa
dimana banyak sekali peristiwa sejarah yang merupakan fase perjuangan bangsa dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan, memerangi pemberontakan-pemberontakan, jaman orde baru, hingga
sekarang. Seiring dengan adanya perubahan-perubahan kondisi tersebut, Bahasa Indonesia pun mengalami
beberapa perubahan, baik dalam cara penulisan, pengucapan, penambahan dan pengurangan kosakata,
perbaikan ejaan, dan lainnya, semua itu bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan penggunaan
Bahasa Indonesia agar lebih baik. Sampai sekarang Bahasa Indonesia tetap indah untuk diucapkan, tetap
indah didengar, tetap indah dibaca, tentu hal tersebut akan menjadi kenyataan kalau Bahasa Indonesia
diucapkan dan ditulis dengan baik dan beretika.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di
Indonesia, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, yaitu
mendengarkan, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang rentan terhadap ketidaksantunan berbahasa. Seseorang yang terampil berbicara pasti
mempertimbangkan apa yang akan dikatakan sebelum dia mengatakan sesuatu. Kemajuan teknologi yang
menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal,
sehingga memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kamu pelajar. Selain itu, kemajuan
teknologi juga menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, sehingga bukan kesantunan berbahasa
yang terjalin melainkan kekerasan fisik, yaitu tawuran. Kesalahan-kesalahan dalam memilih kata
merupakan bagian dari kesalahan berbahasa yang wajar terjadi pada masyarakat atau para pembelajar
bahasa Indonesia.

B. Pembahasan
Membahas mengenai hubungan antara Bahasa Indonesia dan Etika sebaiknya kita mengetahui
terlebih dahulu apa itu Bahasa Indonesia dan Etika. Menurut sumber dari Wikipedia Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya,
bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Sedangkan pengertian bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan
(dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi
memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang
sangat jauh berbeda. Misalnya kata “sarang” dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam Bahasa
Indonesia artinya kandang atau tempat. Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi
kata bermakna dan dituliskan.
Sedangkan pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Terdapat pengertian
dari beberapa ahli mengenai etika.
 Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.

 Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

 Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara metodologi tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
 Meta-etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau
peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan
hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.
 Etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Oleh karena itu Etika Normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan
hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
 Etika terapan merupakan disiplin filsafat yang berusaha untuk menerapkan teori – teori etika
dalam situasi kehidupan sehari – hari. Etika terapan merupakan cabang etika yang terdiri
dari analisis dari masalah moral yang spesifik dan konvensional.

Hubungan antara bahasa Indonesia dan etika di nilai cukup erat karena bahasa mencerminkan
pribadi seseorang. Jika kita selalu menggunakan bahasa yang baik dan penuh kesantunan, orang akan
mencitrakan kita sebagai pribadi yang baik dan berbudi. Karena melalui tutur kata seseorang mampu
menilai pribadi dari orang tersebut. Sementara itu jika dalam kesehariannya kita tidak memenuhi etika
berbahasa santun. Orang lain akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang buruk.

Untuk itu, Bahasa Indonesia harus tetap digunakan pada rel yang benar, agar perilaku generasi bangsa
tidak semakin memburuk di masa depan. Hal ini penting, sebab bahasa merupakan sesuatu yang digunakan
sehari-hari, apabila bahasa yang digunakan buruk, maka dapat dikatakan bahwa hal itu merupakan perilaku
buruk yang akan mempengaruhi kepada psikologi pribadi dan tata nilai di masyarakat. Jangan menganggap
remeh bahasa yang digunakan sehari-hari, apakah itu Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah, yang jelas
norma-norma dan kaidah-kaidah berbahasa sangat kuat pengaruhnya bagi diri pribadi dan bagi orang lain.
Sudah pasti Bahasa Indonesia yang berlaku saat ini merupakan bahasa yang baik, di dalamnya terdapat
amanat agar bangsa kita menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan bijaksana, dengan sopan dan
beretika, hanya orangnya saja yang menggunakan Bahasa Indonesia terkadang tidak beretika, misalnya
dengan berkata kasar, mencaci-maki, mencela, berbicara jorok, dan lain-lain.
Kenyataan yang terjadi sekarang, bahasa dan sastra kita digunakan secara tidak benar oleh orang-orang
tertentu. Orang yang berbicara kasar akan memberi pengaruh negatif kepada dirinya sendiri dan kepada
orang lain yang melihat dan mendengarnya. Akibatnya bisa fatal, apakah itu akan terjadi perkelahian,
kerusuhan, pertikaian, bahkan pembunuhan. Inilah hebatnya bahasa, memiliki pengaruh yang sangat kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa berkaitan erat dengan moral dan etika, untuk itu wajib bagi semua
orang menggunakan bahasa yang baik di lingkungan masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang baik
dan beretika, orang lain akan melihat kita baik juga, akan berpikir dan menganggap bahwa diri kita
merupakan orang yang baik dan patut dihormati. Sebaliknya apabila kita menggunakan bahasa dengan
salah, bahkan dengan kasar, orang lain pasti akan menganggap kita orang yang tidak baik dan sebagai
balasannya kita tidak layak dihormati, bahkan ekstrimnya bisa dikira kita orang gila yang tidak beradab. Di
kalangan remaja sering terjadi kesalahan dalam berbahasa, yaitu dengan menggunakan kata-kata baru yang
menurut mereka sedang musimnya berbicara atau menulis dengan kata-kata baru tersebut, dulu sekitar 20
tahun yang lalu remaja sering membolak-balik kata saat berbicara atau menulis, kemudian berganti lagi
dengan yang baru, yang dirintis oleh artis Debby Sahertian dengan kata “gaul” nya, saat ini muncul lagi
gaya bahasa yang sangat aneh, apalagi dalam cara penulisannya. Walaupun gaya bahasa dari tiap generasi
berbeda-beda datang dan pergi silih berganti, namun Bahasa dan Sastra Indonesia yang baku tetap ada,
tidak hilang.

C. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan sesamanya. Bahasa menjadi
alat utama dalam menjaga dan membina hubungan dengan sesama, bahasa merupakan alat komunikasi
yang paling penting. Membina hubungan dengan relasi bisnis dibutuhkan keterampilan berbahasa yang
baik, makna dasarnya adalah harus selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar, tidak berkonotasi
negatif. Dengan itu saja dapat diyakini rekan bisnis akan semakin mempererat hubungan bisnis dengan
kita, tentu saja hal tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak. Berbeda kalau misalnya kita tidak
pandai menggunakan Bahasa Indonesia yang baik ketika melakukan komunikasi bisnis dengan relasi, hal
tersebut akan membuat bisnis kita terganggu, yang akhirnya bisa merugikan perusahaan.
Bahasa mencerminkan pribadi seseorang. Jika kita selalu menggunakan bahasa yang baik dan
penuh kesantunan orang akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang baik dan berbudi. Karena melalui tutur
kata seseorang mampu menilai pribadi dari orang tersebut. Sementara itu jika dalam kesehariannya kita
tidak memenuhi etika berbahasa santun. Orang lain akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang buruk.
Demikian pula dengan pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Melalui bahasa, suatu bangsa akan dikenal
oleh masyarakat dunia. Apakah bangsa tersebut termasuk bangsa yang ramah, sopan, dan santun. Atau
bangsa yang cinta akan kebencian, permusuhan, dan perseteruan.
Pentingnya berbahasa santun sangatlah jelas. Bahasa santun digunakan sebagai pencitraan pribadi,
jati diri bangsa, dan alat pemersatu. Pendek kata marilah kita berupaya untuk berbahasa yang santun dan
beradab, karena bahasa merupakan cermin moral dan etika.
D. Daftar Pustaka
 https://id.wikipedia.org/wiki/Meta-etika
 http://www.ilmupsikologi.com/2015/09/pengertian-etika-terapan-dan-metode-meta-etika.html
 http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-dan-contoh-etika-normatif.html
 http://www.kompasiana.com/sidiqpermadi/etika-berbahasa-cerminan-budaya-
bangsa_552fd1846ea8341a438b45a3
 https://id.wikipedia.org/wiki/Etika

Anda mungkin juga menyukai