1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
Oleh
Aulia Nurul Fauzi1), Nurlaksana Eko Rusminto2), Bambang Riadi3)
1)2)3)
Universitas Lampung
e-mail: aulianurul1512@gmail.com, nurlaksana.eko@fkip.unila.ac.id,
bambang.riadi@fkip.unila.ac.id
Abstract
The problem in this research is the perlocutionary act in Mata Najwa Talkshow, Trying
Face-to-face Episode, and its implications for learning Indonesian in junior high school. This
study uses the descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out by
observing and taking notes. The data source of this research is the speech in Mata Najwa
Talkshow, Trying Face-to-Face Episode. This study shows that there are 82 illocutionary
acts that are expressed by speakers with certain perlocutions from the speech partners. The
illocutionary and perlocutionary acts dominating were assertive illocutionary acts with
positive responsive verbal perlocutions (22 data), while non-responsive verbal perlocutions
were not found. This research can be implicated in learning Indonesian in Basic Competency
Junior High Schools 3.9 and 4.9. They are summarizing the content of ideas, opinions, and
arguments that support and against as well as the solutions for actual problems in the
discussion texts that are read and heard.
Keywords: illocutionary acts, perlocutionary acts, Mata Najwa’s Talk Show
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah Tindak Perlokusi dalam Gelar Wicara Mata Najwa
Episode Coba-Coba Tatap Muka dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara simak dan catat. Sumber data penelitian ini adalah tuturan dalam Gelar
Wicara Mata Najwa Episode Coba-Coba Tatap Muka. Penelitian ini menunjukkan ada 82
tindak ilokusi yang diungkap oleh penutur dengan perlokusi tertentu dari mitra tutur. Tindak
ilokusi dan perlokusi yang mendominasi adalah tindak ilokusi asertif berperlokusi verbal
responsif positif (22 data), sedangkan tindak ilokusi berperlokusi verbal nonresponsif tidak
ditemukan sama sekali. Penelitian ini dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Kompetensi Dasar 3.9 dan 4.9 Menyimpulkan isi gagasan, pendapat,
argumen yang mendukung dan yang kontra serta solusi atas permasalahan aktual dalam teks
diskusi yang dibaca dan didengar.
Kata kunci: tindak ilokusi, tindak perlokusi, Gelar Wicara Mata Najwa.
36
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
di hadapan kita. Akibatnya, bahasa kita perlu dimaksudkan oleh penutur. Tindak ilokusi
lebih terang dan jelas karena bahasa kita adalah tindak tutur dalam wujud nyata yang
tidak disertai dengan isyarat tangan, diucapkan dan diperformansikan lewat
pandangan, atau gerakan kepala sebagai tuturan. Tindak perlokusi adalah respon atau
tanda penegasan. Hal sebaliknya juga dampak yang ditimbulkan oleh suatu tuturan
berlaku apabila kita menggunakan ragam terhadap mitra tutur, sehingga mitra tutur
lisan. Dalam ragam lisan kita menggunakan diharapkan dapat melakukan tindakan sesuai
beberapa upaya dalam menegaskan ujaran, dengan isi tuturan. Tindak perlokusi ini lebih
misalnya menggunakan irama atau nada, mementingkan hasil akhir, sebab dikatakan
yang tentunya akan sulit dilambangkan berhasil jika mitra tutur melakukan sesuatu
dalam ejaan dan tata tulis yang kita miliki. yang berkaitan dengan tuturan penutur
(Levinson, dikutip dalam Rusminto, 2015).
Sejalan dengan hal tersebut, Holmes (dalam
Rusminto, 2010) menyatakan bahwa variasi Melengkapi rumusan mengenai tindak tutur
pemakaian bahasa dalam suatu interaksi, perlokusi yang telah disebutkan sebelumnya,
juga dapat dipengaruhi oleh dimensi-dimensi Kartika (2014) kemudian mengklasifikasikan
sosial. Dimensi sosial tersebut meliputi tindak perlokusi menjadi tiga jenis, yakni (1)
empat skala sebagai berikut: (1) dimensi perlokusi responsif positif, (2) perlokusi
skala jarak sosial, (2) dimensi skala status responsif negatif, dan (3) perlokusi
sosial, (3) dimensi skala formalitas, dan (4) nonresponsif. Perlokusi responsif positif
dimensi skala referensial. adalah dampak tindak tutur berupa tindakan
atau memberikan tanggapan yang
Pemakaian bahasa harus menyesuaikan ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra tutur
dengan kondisi dan situasi tuturan. Hal ini sehingga mitra tutur melakukan suatu
disebabkan karena adanya konteks tuturan, tindakan berdasarkan isi dan tujuan tuturan.
sehingga penutur diharapkan mampu untuk Perlokusi responsif negatif adalah dampak
berujar atau berbahasa sesuai dengan aspek memberikan tanggapan atau tindakan yang
lingkungan fisik atau sosial yang terkait ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra
dengan tuturan tersebut. Pada ragam bahasa tutur. Namun, tanggapan atau tindakan
lisan selalu terjadi hubungan berbahasa atau tersebut tidak sesuai dengan isi dan tujuan
komunikasi langsung, berupa percakapan tuturan. Perlokusi nonresponsif adalah
antarindividu maupun kelompok. Percakapan dampak tidak memberikan tanggapan atau
yang terjadi kemudian mengakibatkan bersikap tak acuh yang ditimbulkan oleh
adanya peristiwa tutur atau tindak tutur. tuturan terhadap mitra tutur.
Austin (dalam Rusminto, 2015) lebih lanjut Peristiwa tindak tutur terutama tindak
mengklasifikasikan tindak tutur atas tiga perlokusi tidak hanya terjadi dalam situasi
klasifikasi, yaitu (1) tindak lokusi sehari-hari, tetapi juga dapat muncul dalam
(locutionary acts), (2) tindak ilokusi acara yang tayang di televisi salah satunya
(illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusi pada program gelar wicara Mata Najwa.
(perlocutionary acts). Tindak lokusi adalah Program televisi yang dipandu oleh jurnalis
isi tuturan yang diungkapkan atau senior Najwa Shihab ini menggunakan
37
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
sistem episode dan memiliki banyak sekali memfokuskan penelitian pada kajian tindak
penggemar, sebab konsisten menghadirkan perlokusi yang terdapat dalam tuturan gelar
topik yang sesuai dengan isu-isu wicara Mata Najwa Trans 7 Episode Coba-
kontemporer yang saat ini tengah merebak di Coba Tatap Muka dan mendeskripsikan
masyarakat. Hal tersebut membuat tindak implikasinya pada pembelajaran Bahasa
perlokusi dalam gelar wicaraMata Najwa Indonesia di SMP kelas IX berdasarkan KD
menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih 3.9 dan 4.9 (Menyimpulkan isi gagasan,
lanjut. pendapat, argumen yang mendukung dan
yang kontra serta solusi atas permasalahan
Sejauh ini ada sudah ada beberapa penelitian aktual dalam teks diskusi yang didengar atau
terdahulu yang telah mengkaji tindak tutur dibaca).
perlokusi baik dalam media cetak maupun
media elektronik, antara lain sebagai berikut. II. METODE PENELITIAN
Atik Kartika (2014), meneliti tentang Tujuan dari penelitian ini ialah
implikatur percakapan dalam pembelajaran mendeskripsikan tindak perlokusi dalam
olahraga siswa kelas XI di SMAN 2 Bandar Gelar Wicara Mata Najwa Episode Coba-
Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk Coba Tatap Muka dan mengimplikasikan
mendeskripsikan penggunaan implikatur hasil penelitian pada materi pembelajaran
dalam tuturan guru olahraga kepada siswa Bahasa Indonesia di SMP. Agar tujuan
selama proses pembelajaran sedang tersebut dapat dicapai, maka digunakan
berlangsung. Penelitian kedua oleh metode penelitian deskriptif dengan
Istiqomah Pramudia (2017), meneliti tentang pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini
perlokusi tindak tutur ekspresif dalam drama berupaya untuk menggambarkan pemecahan
Jepang Wakamonotachi. Penelitian ini masalah tanpa melalui prosedur statistik atau
bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk hitungan.
penggunaan tindak perlokusi, khususnya
perlokusi ekspresif, yang terdapat dalam Metode deskriptif merupakan metode yang
tuturan drama. Penelitian selanjutnya menguraikan data secara akurat
dilakukan oleh Rani Oktaviyani (2020), menggunakan kata-kata dan bukan
meneliti tentang tindak perlokusi dalam menggunakan angka-angka. Pendekatan
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah kualitatif adalah pendekatan yang penting
Membenci Angin karya Tere Liye. Penelitian untuk memahami suatu fenomena sosial dan
ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindak prespektif individu yang diteliti dengan
perlokusi yang terdapat dalam transkrip tujuan pokok menggambarkan, mempelajari,
novel, berupa efek negatif atau positif dan menjelaskan fenomena itu (Syamsuddin
terhadap mitra tutur. dan Damayanti, 2011: 74).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah Metode penelitian ini dipilih sebab penelitian
disebutkan, belum ada penelitian yang yang dilakukan bertujuan untuk
menggunakan video tuturan dalam gelar mendeskripsikan tindak perlokusi dalam
wicara Mata Najwa sebagai objek penelitian. Gelar Wicara Mata Najwa Episode: Coba-
Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk Coba Tatap Muka. Data yang diperoleh
38
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
dalam Gelar Wicara Mata Najwa tidak Muka dan implikasinya pada pembelajaran
dideskripsikan dalam bentuk bilangan, tetapi Bahasa Indonesia di SMP.
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata.
A. Hasil Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah tuturan Hasil penelitian menyatakan bahwa
dalam Gelar Wicara Mata Najwa Episode: ditemukan semua jenis tindak ilokusi yakni
Coba-Coba Tatap Muka yang ditayangkan asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan
oleh Trans7. Data penelitian ini adalah deklaratif dalam Gelar Wicara Mata Najwa
tuturan yang mengandung tindak perlokusi Episode Coba-Coba Tatap Muka. Namun,
dalam Gelar Wicara Mata Najwa Episode: tidak semua jenis tindak perlokusi ditemukan
Coba-Coba Tatap Muka. dalam penelitian. Tindak perlokusi yang
tidak ditemukan sama sekali adalah tindak
Teknik pengumpulan data yang dilakukan perlokusi verbal nonresponsif. Tuturan yang
pada penelitian ini menggunakan teknik digunakan oleh moderator sudah disesuaikan
simak dan teknik catat. Teknik simak dengan rentang usia narasumber yang cukup
dilakukan dengan menyimak isi video Gelar beragam pada saat acara berlangsung.
Wicara Mata Najwa Episode: Coba-Coba Terdapat masing-masing tiga jenis tuturan
Tatap Muka. Teknik pengumpulan data perlokusi verbal dan nonverbal yang
berikutnya adalah teknik catat, yakni digunakan dalam acara tersebut, dengan
membuat transkrip data. Catatan transkrip tindak perlokusi verbal responsif positif
data dilakukan dengan tujuan mencatat sebagai jenis perlokusi yang paling
tuturan yang disampaikan oleh pembawa mendominasi. Berdasarkan hasil penelitian,
acara, narasumber, bintang tamu, dan ditemukan 82 data tindak ilokusi dan
penonton. perlokusi.
39
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
Peristiwa tutur terjadi pada segmen satu saat 1.1.3 Tindak Ilokusi Asertif Berperlokusi
moderator melakukan sesi tanya jawab Verbal Nonverbal
dengan salah satu siswa. Tuturan awal yang Najwa Shihab : “Oke, jadi
kameranya harus on
disampaikan oleh penutur memiliki makna
terus. Kalo ngantuk
menyatakan kepada mitra tutur untuk keliatan dong ya?”
mengaktifkan kamera selama pembelajaran Arya : “Iya.” (tersenyum
daring berlangsung. Mitra tutur kemudian malu-malu) (Dt 09/
memberikan respons verbal atas pernyataan AST 5/ VRP-NRP)
yang disampaikan oleh penutur.
Tuturan yang disampaikan oleh penutur
1.1.2 Tindak Ilokusi Asertif Berperlokusi memiliki maksud menuntut kepada
Nonverbal mitra tuturnya agar tidak mengantuk
Najwa Shihab : “Siapa tapi yang selama proses pembelajaran daring
mau ngaku kalo dilaksanakan. Mitra tutur memberikan
online banyakan respons atas tuturan tersebut dengan
ngantuknya? Ayo menjawab secara verbal diiringi dengan
nggak apa- gestur menganggukkan kepala dan
apa,walaupun tersenyum malu-malu.
didenger Kepala
Sekolah malam ini 1.2 Direktif
nggak apa-apa 1.2.1 Tindak Ilokusi Direktif Berperlokusi
karena Verbal
ngomongnya di Najwa Shihab : “Gimana Nes? Kak
Mata Najwa kok. Nana kurang
Kakak yang mendengar. Bisa
tanggung jawab diulang?”
kalo dihukum Nesia : “Kalo praktik
nanti…” kayak gitu cuma
Siswa/i SMP : (diam, tidak ada disuruh video
yang menjawab) sama guru.” (Dt
(Dt 10/ AST 5/ 24/ DRT 1/ VRP)
NNR)
Kalimat pertama yang disampakan oleh
Pada peristiwa tutur ini, penutur bermaksud penutur memiliki maksud memerintah
menuntut mitra tutur untuk mengakui suatu kepada mitra tutur agar bersedia mengulangi
perbuatan dengan menggunakan modus perkataan yang ia sampaikan sebelumnya.
bertanya perihal apakah ada yang mengantuk Penutur memberikan direksi tersebut sebab
selama melaksanakan pembelajaran daring. suara yang dikeluarkan oleh mitra tutur
Mitra tutur tidak memberikan respons terlalu pelan sehingga sulit didengar. Mitra
apapun secara verbal, melainkan hanya tutur yang memahami instruksi kemudian
menampakkan gestur saling melirik satu memberikan respons positif dengan
sama lain dan tidak menjawab pertanyaan mengulangi perkataannya atau menjawab
yang diajukan secara verbal.
40
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
41
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
menjawab diiringi dengan gerak bibir yang 1.4.3 Tindak Ilokusi Komisif Berperlokusi
menunjukkan senyum malu-malu. Verbal Nonverbal
Najwa Shihab : “Hahaha, oke.
1.4 Ekspresif Langsung divaksin
1.4.1 Tindak Ilokusi Ekspresif sama Mas
Berperlokusi Verbal Gubernur. Baik,
Najwa Shihab : “…Baik. Terima terima kasih Mas
kasih ya Bu Tri, Ganjar sudah
sudah cerita di bergabung di Mata
Mata Najwa malam Najwa malam ini.
ini...” Sehat-sehat, Mas.”
Ibu Tri Puji : “Iya, terima kasih Ganjar : “Terima kasih,
Mbak Nana.” (Dt Mbak. Terima
73/ EKS 2/ VRP) kasih Bu Sekjen.”
(gestur
Tuturan tersebut diucapkan oleh penutur menyatukan dua
telapak tangan)
dengan maksud berterima kasih kepada mitra
(Dt 75/ EKS 2/
tutur (narasumber), atas kesediannya hadir di VRP-NRP)
acara Mata Najwa Trans 7. Ibu Tri Puji
selaku mitra tutur membalas ucapan terima Pada konteks tuturan ini, penutur
kasih yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan terima kasih atas kehadiran
respons verbal. dan kesediaan mitra tutur untuk memberikan
tanggapan terkait dengan masalah yang
1.4.2 Tindak Ilokusi Komisif Berperlokusi menjadi topik utama dalam gelar wicara.
Nonverbal Mitra tutur memberikan respons positif atas
Najwa Shihab : “Terima kasih
tuturan tersebut secara verbal diiringi dengan
Naufal. Jadi ingetin
diri sendiri kalo gerakan menyatukan dua belah telapak
nanti dibeliin piano tangan sebagai tanda penghormatan kepada
gitu ya? Sama penutur dan bintang tamu lainnya.
jangan kebanyakan
main…” 1.5 Deklaratif
Daffa Naufal : (menganggukkan 1.5.1 Tindak Ilokusi Deklaratif
kepala) (Dt 27/ Berperlokusi Verbal
EKS 2/ NRP) Najwa Shihab : “…Kalau misalnya
Ibu Tri
Pada konteks tuturan ini, penutur membandingkan,
mengucapkan terima kasih kepada dulu kemampuan
narasumber karena sudah bersedia yang seharusnya
membacakan surat refleksinya di hadapan sudah bisa
dilakukan kelas
semua orang. Mitra tutur yang mendengar
tertentu terus
tuturan tersebut hanya memberikan respons sekarang karena
positif berupa gestur menganggukkan kepala. pandemi jadi nggak
bisa, ada gambaran
nggak?”
42
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
43
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
44
J-Simbol: Vol. 10, No. 1 April 2022
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung
url: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/index
Halaman: 36—46
45