Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MENULIS ARTIKEL

Mata Kuliah Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia


Yang Diampu Oleh Afnita, M. Pd.

Disusun oleh:
Aulia Ramadhani (19016152)
Enia Listikal (19016019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Tindak Tutur Direktif dan Fungsinya dalam Novel 5 Kelopak Mawar
Berbisa Karya Ria Jumriati

Enia Listikal1, Aulia Ramadhani2


Program Studi Bahasa Indonesia dan Sastra
FBS UNiversitas Negeri Padang
Email: enialistikal@gmail.com, auliaramadhani18199@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas bagaimana tindak tutur direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur
direktif, tindak tutur direktif dan fungsinya yang dominan dalam novel 5 Kelopak Mawar
Berbisa. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Selain itu, penulis menggunakan pendekatan kepustakaan serta teknik
baca dan catat dalam menyusun langkah kerja. Novel ini terdiri atas 12 cerpen dari 138
halaman. Selanjutnya, peneliti melakukan sampel acak. Jumlah yang ditetapkan untuk diteliti
sebanyak seperempat dari jumlah keseluruhan. Jadi data yang diteliti sebanyak 3 subjudul
novel dari 15 subjudul dalam novel 5 Kelopak mawar Berbisa. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa, pertama terdapat enam jenis tindak tutur direktif yang ditemukan
berdasarkan teori Ibrahim, yaitu permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, menyetujui, dan
nasihat. Kedua, terdapat tiga fungsi tindak tutur direktif, yaitu kompetitif, bekerja sama, dan
menyenangkan. Ketiga, Tindak Tutur Direktif yang dominan ditemukan adalah pertanyaan (8
data), permintaan (2 data), perintah (2 data), dan nasihat (2 data). Keempat, Fungsi tindak
tutur direktif yang dominan adalah fungsi kompetitif, bertentangan dan kerja sama yang
masing-masing hanya terdiri dari satu data saja.

Kata Kunci: Tindak tutur, fungsi tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur, novel.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan kunci utama dalam komunikasi. Bahasa manusia didapat setelah
manusia lahir dari mendengar, berpikir, ekspresi, lalu komunikasi. Selain menyimpan sejarah,
bahasa juga untuk menjembatani antargenerasi. Bahasa dapat diartikan sebagai alat
komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga dapat
diartikan sebagai ekspresi, maksudnya selain untuk berkomunikasi, bahasa juga dapat
menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa kita dapat menunjukkan karya, perasaan,
pemahaman, serta pemahaman.
Tuturan yang baik dibangun dari komunikasi yang mempertimbangkan rasa ketika
berbicara, komunikasi yang mempertimbangkan adanya efek rasa adalah tuturan direktif.
Seperti menyuruh orang lain, membujuk, dan lain-lain perlu mengutamakan adanya
keharmonisan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Tindak tutur direktif juga memiliki
fungsi yang bermacam-macam, di antaranya kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan
bertentangan. Ketika berkomunikasi, penutur juga harus menyesuaikan situasi dengan lawan

1
tutur. Situasi dalam tuturan dapat berupa situasi santai dan dapat juga situasi resmi. Peristiwa
ini tentu menekankan kepada kita agar dapat memahami bahasa secara adabtif, shingga
proses komunikasi dapat dipahami dengan menyesuaikan pada konteks situasi tutur (Defina,
2018). (Sagita dan Setiawan, 2019) menambahkan bahwa ilmu bahasa berhubungan dengan
analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya.
Beberapa kajian mengenai tindak tutur direktif dan fungsinya dalam novel akan
dipaparkan sebagai berikut. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis,
dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu (Chaer dan Agustina 2004:50). Tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Hymes (dalam Ibrahim, 1994:268) menyatakan bahwa tindak
tutur merupakan level paling sederhana, tetapi menyulitkan. Dikatakan paling sederhana
karena tindak tutur merupakan perangkat yang paling kecil, yakni berada dalam peristiwa
tutur. Dikatakan menyulitkan karena tindak tutur memunyai perbedaan yang sangat tipis
dengan makna istilah, dengan kata lain, harus dibebankan dengan bentuk kalimat dalam level
gramatika, intonasi, perintah, ataupun permohonan.
Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in the philosophy of language(dalam
Wijana dan Rohmadi, 2009:20) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada
tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan
perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti
“berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer
dan Agustina, 2004:53). Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya
diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Selain itu, Searle (dalam
Rahardi, 2005:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk
tuturan, yaitu sebagai berikut (1) Tindak tutur asertif; (2) Tindak tutur direktif; (3) Tindak
tutur ekspresif; (4) Tindak tutur komisif; (5) Tindak tutur deklaratif. Levinson (dalam
Rusminto, 2010:23) menyatakan bahwa tindakan perlokusi lebih mementingkan hasil sebab
tindakan ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan oleh
penutur.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Widada, 1999:3) yang menyatakan bahwa
komunikasi direktif merupakan sebuah tuturan atau ujaran yang berisi agar orang lain mau
melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh penutur. Menurut (Ibrahim,
1994:27-33) menyatakan bahwa ada enam bentuk tindak tutur direktif, yaitu (1) permintaan;
(2) pertanyaan; (3) perintah; (4) larangan; (5) menyetujui; (6) nasihat. Fungsi ilokusi dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan
tujuan-tujuan sosial berupa perilaku yang sopan dan terhormat. Berikut fungsi tindak ilokusi
(1) kompetitif; (2) bekerja sama; (3) menyenangkan; (4) bertentangan.
Peneliti tertarik membahas dan mengkaji topik ini karena belum ada peneliti yang
meneliti Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa. Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa belum pernah
dieksplorasi karena Novel ini tidak popular, namun cerita dalam novel ini menarik untuk
diteliti.

Adapun penelitian relevan mengenai tindak tutur direktif yang pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, yaitu : (Yuliarti, 2015), melakukan penelitian dengan judul
"Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Novel Trilogi Karya Agustinus Wibowo", penelitian

2
ini menganalisis tuturan yang bersifat direktif dengan wacana novel Trilogi karya Agustinus
Wibowo sebagai obek kajiannya dan peneliti mendapatkan fungsi tuturan tindak direktif
sebanyak 11 fungsi yang mendominasi novel tersebut. Anindya (2020) dengan judul
"Analysis Of Directive Speech Acts In Mata Najwa Youtube Channel Because Of Corona:
why Indonesia is not like Singapore", dalam artikel ini peneliti mendeskripsikan fungsi tindak
tutur direktif yang terdapat dalam saluran youtube Mata Najwa dengan judul “Gara-Gara
Corona: Mengapa Indonesia Tak Seperti Singapura”. Data dalam penelitian ini adalah
penggalan tuturan para narasumber dalam program tersebut. Penelitian mengenai tindak rurur
direktif dilakukan oleh Arifiany (2016) yang berjudul "Pemaknaan Tindak Tutur Direktif
dalam Komik "Yowamushi Pedal Capter 87-93", penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan partisipan saat menuturkan tindak tutur direktif dalam komik Yowamushi Pedal,
dan untuk mengetahui tindak tutur direktif dengan makna apa saja yang terdapat dalam
komik Yowamushi Pedal.
Berdasarkan pemaparan di atas, pada penelitian ini akan diungkapkan tindak tutur
yang ada dalam novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati. Adapun tujuan dari
pengungkapan tersebut untuk mengetahui jenis dan fungsi tindak tutur direktif dalam novel
tersebut.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data dalam artikel ini yaitu menggunakan teknik baca dan catat dengan
pendekatan kepustakaan. Fokus dalam penelitian ini adalah novel 5 Kelopak Mawar Berbisa
karya “Ria Jumriati", dan subfokus dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif dan
fungsinya dalam novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati. Instrumen dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri (Human instrument), peneliti dibantu oleh buku sumber,
artikel, dan table analisis data.
Berikut tahapan-tahapan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Pertama, membaca semua novel dengan teliti. Kedua, menandai tuturan dengan tinta warna
kuning. Ketiga, menganalisis tindak tutur direktif dan fungsi tindak tutur. Keempat,
mengelompokkan hasil analisis berdasarkan penggunaan tindak tutur direktif dan fungsi
tindak tutur seperti di tabel analisis. Kelima, menginterpretasikan temuan dan menyimpulkan
hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tindak tutur direktif yang terdapat pada novel “5
Kelopak Mawar Berbisa” karya Ria jumriati adalah (1) Tindak Tutur Direktif Permintaan, (2)
Tindak Tutur Perintah, (3) Tindak Tutur Menyetujui, (4) Tindak Tutur Pertanyaan, (5)
Tindak Tutur Nasihat, dan (6) Tindak Tutur Larangan. Adapun fungsi Tindak Tutur Direktif
yang ditemukan yaitu: (1) fungsi kompetitif (2) Fungsi menyenangkan (3) fungsi bekerja
sama, dan (4) fungsi bertentangan.

3
Tabel 1. Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa Karya
Ria jumriati

Keterangan:
1. TTD Permintaan
2. TTD Peritah
3. TTD Menyetujui
4. TTD Pertanyaan
5. TTD Nasihat
6. TTD Larangan
No Subjudul Novel Tuturan Tindak Tutur Direktif

1 2 3 4 5 6

1 BAB I Kelopak “Kamu pernah dengar ceritanya √


Layu Kembang si Sunarti?” sambung Mbok
Sagiyem Lastri

“Bu, boleh aku memeluk Ibu?.” √

“Ibumu sekarang sudah sulit √


membedakan mana rasa
kasihan, benci, dan marah.
Semua bercampur aduk di
batinnya. Sudah, jangan
ganggu dia lagi.”

“Jangan dekat-dekat..nanti √
ketularan masuk neraka!”

“Aku juga berdo’a seperti itu, √


semoga orang-orang itu lebih
menderita dari anak-anak kita.”

2 BAB II Kelopak “Kenapa belum tidur, Nduk?” √


Kembang Kertas suara Mbah Suryo
Marni membuyarkan Marni.
Kelopak
Kembang Kertas “Tidurlah, Nduk…sudah √
Marni malam.”

“Bilang sama Ibumu ya, Nduk! √


Kalau mulutnya itu tak pernah

4
bisa berhenti menggunjingkan
Marni, aku tak akan pernah
mau membuatkan obat
untuknya.”

3 BAB III Duri “Sabarlah Mbok, mudah- √


Tajam Kelopak mudahan mereka bisa sadar
winarsih dan mau memaklumi keadaan
Marni.”

“Wah!, bagus dong, Mbah. √


Bagaimana kalau saya
menikahi anakmu. Kasihan
kan? Dia pasti kesepian
ditinggal suami.”

Pembahasan

A. Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa Karya Ria
Jumriati
1. Tindak Tutur Direktif Permintaan

“Bu, boleh aku memeluk Ibu?.”

Analisis:
Konteks tuturan ini di sebuah rumah di pedesaan. Marni adalah
kembang desa yang disunting oleh Trenggon, salah satu pemuda tampan di
desanya. Mereka dianugerahi seorang anak bernama Winarsih. Marni dan
suaminya mendapat perlakuan yang tidak layak oleh tentara Jepang, suaminya
dipaksa menjadi pekerja Romusha dan Marni dijadikan budak pemuas nafsu
para tentara.
Tuturan di atas diucapkan Winarsih ketika menenangkan Ibunya yang
sedang trauma dengan pengalaman yang dialaminya. Tuturan Winarsih
tersebut termasuk tuturan permintaan. Hal tersebut dapat dilihat dari tuturan
Winarsih yang ingin memeluk Ibunya dan memintanya secara lembut kepada
Ibunya.

“Wah!, bagus dong, Mbah. Bagaimana kalau saya menikahi anakmu.


Kasihan kan? Dia pasti kesepian ditinggal suami.”

Analisis:
Tuturan ini terletak pada Bab III yang mengisahkan pertemuan Pak
Warso-Si Juragan tengkulak sembako yang doyan kawin dan selingkuh,

5
dengan Mbok Sagiyem sebagai Ibu Marni. Pak Warso ingin memeperistri
Marni, dan meminta perizinan Mbok Sagiyem. Tuturan tersebut termasuk
kategori Tindak Tutur Direktif permintaan karena Pak Warso meminta
persetujuan menikahi Marni.

2. Tindak Tutur Perintah

“Jangan dekat-dekat…nanti ketularan masuk neraka!”

Analisis:
Konteks tuturan ini berada di luar rumah, ketika Winarsih ingin bermain
dengan anak-anak seusianya. Tapi anak-anak di kampung tidak mau berteman
dengan winarsih katrena cerita kelam Ibunya. Salah satu dari mereka berkata
“Jangan dekat-dekat…nanti ketularan masuk neraka!” yang artinya secara
tidak langsung memerintakan Winarsih untuk menjauh dari mereka.

“Bilang sama Ibumu ya, Nduk! Kalau mulutnya itu tak pernah bisa berhenti
menggunjingkan Marni, aku tak akan pernah mau membuatkan obat
untuknya.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Surti meminta obat ramuan
penyembuh penyakit ibunya. Ibu Surti bernama Bu Darjo, Bu Darjo sering
memfitnah Marni kepada orang-orang dikampung, sehingga membuat Mbok
Sagiyem geram dengan perlakuan Bu darjo terhadap anaknya, Mbok Sagiyem
mencampurkan racun kedalam jamu yang sering dipesan Bu Darjo.
Tuturan di atas termasuk Tindak Tutur Direktif perintah, hal ini bisa
dilihat dari kalimat yang diucapkan Mbok Sagiyem kepada surti yang
memerintahkan Surti untuk menasehati Ibunya supaya tidak memfitnah anak
Mbok Sagiyem lagi.

3. Tindak Tutur Menyetujui

“Aku juga berdo’a seperti itu, semoga orang-orang itu lebih menderita dari
anak-anak kita.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Mbok Sagiyem bercerita dengan salah
satu temannya yang bernasib sama dengan Mbok Sagiyem. Teman Mbok
Sagiyem bernama Mbok Lastri. Mbok Lastri menceritakan kejadian serupa yang
pernah dialami perempuan sebelum Marni. Mbok Lastri berharap arwah
gentayangan dari wanita yang menjadi korban tentara Jepang bisa

6
melampiaskan dendam mereka dengan mencekik tentara Jepang hingga tewas.
Tuturan di atas merupakan ucapan Mbok Sagiyem yang menyetujui pendapat
Mbok Lastri tadi dan ia juga berdo’a agar tentara Jepang lebih menderita dari
anak-anak mereka. Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan di
atas termasuk Tindak Tutur Direktif Menyetujui.

4. Tindak Tutur Pertanyaan

“Kamu pernah dengar ceritanya si Sunarti?” sambung Mbok Lastri.

Analisis:
Kontek tuturan ini merupakan sambungan dari kalimat tindak tutur
menyetujui. Kalimat di atas merupakan Tindak Tutur Pertanyaan, hal tersebut
dapat dilihat dari kalimat yang dituturkan Mbok Lastri kepada Mbok Sagiyem
yang menanyakan apakah Mbok Sagiyem pernah mendengar cerita Sunarti.

“Kenapa belum tidur, Nduk?” suara Mbah Suryo membuyarkan Marni.

Analisis:
Konteks tuturan ini disebuah rumah, Mbah Suryo menanyakan keadaan
anaknya yaitu Marni yang belum tidur padahal sudah larut malam. ]Tindak
Tutur tersebut adalah Tindak Tutur Direktif pertanyaan, karena kalimat tersebut
memuat pertanyaan dari Mbah Suryo.
5. Tindak Tutur Nasihat

“Tidurlah, Nduk…sudah malam.”

Analisis:
Tuturan di atas adalah sambungan dari tuturan “Kenapa belum tidur,
Nduk?” suara Mbah Suryo membuyarkan Marni. Tindak tutur ini termasuk
Tindak Tutur Direktif Nasihat, karena Mbah Suryo menasihati Marni untuk
tidur, karena hari sudah larut malam.

“Sabarlah Mbok, mudah-mudahan mereka bisa sadar dan mau memaklumi


keadaan Marni.”

Analisis:
Tuturan ini diucapkan oleh Mbah Suryo kepada Mbok Sagiyem. Mbah
Suryo mencoba menguatkan istrinya yang sangat dendam dan marah dengan
warga desa yang selalu mengejek keluarga mereka. Terlihat dalam kalimat di
atas Mbah Suryo menasihati Mbok Sagiyem untuk bersabar dengan segala
ucapan dari warga desa.

7
6. Tindak Tutur Larangan

“Ibumu sekarang sudah sulit membedakan mana rasa kasihan, benci, dan
marah. Semua bercampur aduk di batinnya. Sudah, jangan ganggu dia lagi.”

Analisis:
Konteks tuturan ini adalah ketika Winarsih mencoba berkomunikasi
dengan Marni yang sedang dalam keadaan trauma berat. Mbok Sagiyem
melarang winarsih yang sedang mengganggu Ibunya.
Tuturan di atas termasuk Tindak Tutur Larangan, hal tersebut dapat dilihat
dari perkataan Mbok Sagiyem “Sudah, jangan ganggu dia lagi.” yang ditujukan
kepada Winarsih sebegai bentuk larangan untuk mengganggu Ibunya.

Hasil

Tabel 2. Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa
Karya Ria Jumriati
Ket:
1. Fungsi Kompetitif
2. Fungsi Menyenangkan
3. Fungsi Bekerja Sama
4. Fungsi Bertentangan
No Subjudul Novel Tuturan Fungsi
Tindak Tutur
1 2 3 4
1 BAB I Kelopak “Jangan dekat-dekat..nanti ketularan √
Layu Kembang masuk neraka!”
Sagiyem

2 BAB II “Ibuku bukan pelacur!!” √


Kelopak
Kembang
Kertas Marni
3 BAB III Duri “Wah!, bagus dong, Mbah. Bagaimana √
Tajam Kelopak kalau saya menikahi anakmu. Kasihan
winarsih kan? Dia pasti kesepian ditinggal
suami.”

Pembahasan

8
B. Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Novel 5 Kelopak Mawar berbisa karya Ria
Jumriati
1. Fungsi Bertentangan
“Jangan dekat-dekat..nanti ketularan masuk neraka!”

Analisis:
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi yang memiliki fungsi
bertentangan, dengan verba mengancam. Tuturan tersebut memiliki tujuan yang
bertentangan dengan tujuan sosial yaitu mengancam dan direncanakan untuk
menimbulkan pelanggaran. Penutur mengancam Winarsih yang ingin mendekat,
siapa yang dekat dengan Winarsih maka dia akan ketularan masuk neraka. Dalam
tuturan tersebut sopan santun tidak ada sama sekali, karena tuturan mengancam
tidak mungkin disampaikan dengan sopan. Disebut mengancam karena penutur
memberi pertanda atau peringatan mengenai kemungkinan buruk yang akan
terjadi.

2. Fungsi Kompetitif

“Ibuku bukan pelacur!”

Analisis:
Tuturan di atas termasuk fungsi kompetitif dengan verba mengkritik.
Tuturan “Ibuku bukan pelacur!” dituturkan penutur untuk mengkritik tuduhan
mitra tutur kepada Ibunya. Disebut mengkritik karena penutur berusaha keras
untuk mendapatkan keadilan yang sama kepada Ibunya, karena semua yang
terjadi bukan sepenuhnya kemauan Ibunya.

3. Fungsi Bekerjasama

“Wah!, bagus dong, Mbah. Bagaimana kalau saya menikahi anakmu.


Kasihan kan? Dia pasti kesepian ditinggal suami.”

Analisis:
Tuturan ini termasuk fungsi tuturan bekerja sama dengan verba
memberitahukan. Penutur setuju dengan ucapan mitra tutur yang menegaskan
bahwa Marni sudah sembuh dari traumanya dan omongan warga tentang Marni
semuanya salah. Penutur berniat melakukan kerjasama dengan mitra tutur untuk
menikahi Marni agar Marni tidak kesepian lagi karena ditinggal oleh suaminya.
Tuturan yang diujarkan oleh penutur mengandung nilai sopan santun yang
bersifat negatif, karena aslinya penutur sudah sering menikah dan selingkuh.

9
SIMPULAN
Berdasarkan analisis Novel 5 Kelopak Mawar Berbisa dapat disimpulkan bahwa Tindak tutur
direktif yang paling sering digunakan adalah tindak tutur direktif permintaan, perintah,
pertanyaan, dan nasihat. Fungsi tindak tutur direktif yang paling sering digunakan dalam
novel ini adalah fungsi tindak tutur bertentangan, kompetitif, dan bekerjasama. Sedangkan
fungsi yang tidak ditemukan dalam novel ini adalah fungsi menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik.Jakarta: Rineka Cipta.

Defina. (2018). Tindak Tutur Ekspresif pada Anak-anak Saat Bermain Bola di Lapangan.
Jurnal Kajian Bahasa, 7(1), 69–85. Institut Pertanian Bogor.

Ibrahim, A. S. (1994). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Indrayanti, Novita. (2019). “TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA NASKAH


DRAMA DELEILAH TAK INGIN PULANG DARI PESTA KARYA PUTHUT
E.A.”. Jurnal Sastra Indonesia, Vol 8, No 1.

Pusparita, Indah. (2020). “Tindak tutur direktif dan Fungsinya dalam Kumpulan Cerpen
Piliahan Kompas 2017 Kelas Bercerita”. Jurnal Pendidikan Bahasa
Indonesia”,vol 3, No. 1. Pp35-43.

Rahardi, K. (2005). Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rusminto, N. E. (2010). Memahami bahasa anak-anak. Bandar Lampung: universitas


Lampung.

Setiawan, Teguh dan Veranita Ragil Sagita. 2019. “Tindak Tutur Ilokusi Ridwan
Kamil dalam Talk Show Insight di CNN Indonesia”. Jurnal Unimus, Lensa:
Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya, Vol. 9, No. 2. Diakses Melalui
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa/article/view/5123. Pada 19 Mei 2022.

Widada. (1999). Latar Belakang Penutur Sebagai Faktor Penentu Bentuk Wacana Direktif
dalam Bahasa Jawa. Widyaparwa Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra. ISSN
0215-9171: 51-63.

Wijana, I Putu dan Muhammad Rohmadi, 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori
dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

10
11

Anda mungkin juga menyukai