Anda di halaman 1dari 11

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL POCONGGG JUGA POCONG

KARYA ARIEF MUHAMMAD

Fatin Nur Fa’izah

Fakultas Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Universitas Pamulang

2019

e-mail : fatinurfaizah@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini menggunakan deiksis persona dalam novel Poconggg Juga Pocong karya
Arief Muhammad terhadap pembelajaran Pragmatik. Sumber penelitian ini diambil dari novel
Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad. Penelitian ini menggunakan metode persona
pertama. Metode pada penelitian ini ditemukan data endofora dan data eksofora. Data endofora
terdapat di dalam teks, sedangkan eksofora terdapat di luar teks (konteks).

Kata kunci : Pragmatik, Deiksis, novel Poconggg Juga Pocong.


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Mengenai definisi
pragmatik ini ada baiknya disimak kutipan di bawah ini :
“Pragmatik adalah perbedaan dari tata bahasa, yang merupakan studi struktur internal
bahasa. pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi (I
Dewa Putu Wijana dalam Parker, 1986:11)”.
Dengan demikian pragmatik disebut sebagai studi tentang maksud penutur. Adapun yang
menjadi kajian dalam pragmatik, yaitu tindak tutur, prinsip kerjasama, preposisi, implikatur,
entailment, dan deiksis. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang kajian pragmatik
yaitu, deiksis.
Deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi sebagai
penunjuk hal atau fungsi tertentu diluar bahasa. Sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat
deiksis apabila acuan atau referennya berpindah-pindah dan berganti-ganti pada siapa yang
menjadi pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Fenomena
deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan
konteksnya, karena itu peneliti melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan deiksis.
Alasan peneliti mengkaji novel Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad ini
karena novel ini merupakan novel pertama @poconggg. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik
meneliti deiksis pada novel ini. Bagaimana kata demi kata yang digunakan pengarang dalam
menjabarkan cerita yang begitu kekinian, dan memiliki gaya bahasa yang mudah dicerna karna
banyak menggunakan bahasa gaul. Dan tentunya mengapa peneliti mengambil novel ini karna
dalam novel ini terdapat data yang dapat dikaji dari segi deiksis persona pertama, kedua, dan
ketiga.
Kajian deiksis dalam rancangan penelitian ini menggunakan kajian pragmatik, karena
studi pragmatik berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan oleh tuturan.
Karena itu, dalam penelitian kali ini, peneliti menganalisis dialog-dialog percakapan yang ada
daam novel Poconggg Juga Pocong dengan kajian pragmatik. Dengan adanya penelitian ini
peneliti berharap dapat lebih mengetahui penggunaan deiksis dalam sebuah percakapan.
2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana jenis persona dalam novel Poconggg Juga Pocong karya Arief
Muhammad?
2.2 Apa fungsi deiksis dalam novel Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad?
3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengidentifikasi, mengklasifikasikan dan menganalisis


jenis-jenis serta fungsi deiksis dalam novel Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad.

4. Studi Pustaka

Penelitian tentang jenis-jenis dan fungsi deiksis pernah di lakukan oleh beberapa orang
diantaranya:

 DEIKSIS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA SERTA


PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi oleh Rahma Rahayu
Mustika Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
 PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LAMPUKI KARYA
ARAFAT NUR oleh Muhammad Iqbal at 04:53 Jum’at, 5 Februari 2016.
 DEIKSIS DALAM NOVEL “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” KARYA ASMA
NADIA Jurnal Skripsi oleh Walset Tolongana Universitas Ratulangi Fakultas
Ilmu Budaya Manado 2016.
 DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL TUNGGAK-TUNGGAK JATI KARYA
ESMIET SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK oleh Yeti Martianingrum Jurusan
Pendidikan dan Bahasa Daerah Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta 2012.
 DEIKSIS PERSONA, TEMPAT WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA
TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA oleh Prastuti
Kesumawardani Program Studi Pendidilkan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Universitas PGRI Yogyakarta Email : prastutikusumawar@gmail.com .
5. Kerangka Teori dan Metode
5.1 Kerangka Teori

Pengertian Pragmatik menurut Tarigan, H.G. (1990 : 32) Pragmatik menelaah


ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan memusatkan perhatian pada
aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat
dipengaruhi tafsiran atau interprestasi. Telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan
sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar.
Dalam menelaah tindak ujar ini kita harus menyadari benar-benar betapa pentingnya
konteks ucapan/ungkapan. Teori tindak ujar bertujuan mengutarakan kepada kita, bila
kita mengutarakan peryataan padahal yang dimasutkan adalah menyuruh, atau bila kita
mengatakan sesuatu hal dengan intonasi khusus (sarkastis) padahal yang dimaksud justru
sebaliknya.

Kata deiksis berasal dari kata yunani deiktikos yang berarti “hal yang menunjuk
secara langsung”. Dalam bahasa yunani, deiksis merupakan istilah teknis untuk salah satu
hal mendasar yang dilakukan dalam tuturan. Sedangkan istilah deiktikos  yang
dipergunakan oleh tata bahasa yunani dalam pengertian sekarang kita sebut kata ganti
demonstratif. Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi atau identifikasi orang, objek,
peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau ang sedang diacuh dalam
hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara
atau orang yang diajak bicara (lyion, 1977: 637 via Djajasudarma, 1993:43).

Menurut Yayat Sudaryat (2008 : 121) deiksis adalah bentuk bahasa yang berfungsi
sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu diluar bahasa. Istilah ini berasal dari bahasa
yunani “deiktikos” yang berarti hal penunjukan secara langsung. Selanjutnya Bambang
Kaswanti Purwo ( 1984: 1 ), mengatakan bahwa deiksis adalah kata yang tidak memiliki
referen (acuan) yang tetap, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung
pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.

Deiksis persona berhubungan dengan pemahaman mengenai peserta tuturan dalam


situasi pertuturan dimana tuturan tersebut dibuat. Dengan kata lain deiksis persona
memiliki pemahaman yaitu pendengar atau pembicara yang terlibat dalam satu
percakapan dan dimana percakapan itu berlangsung. Deiksis ruang/tempat berhubungan
dengan pemahaman lokasi atau tempat yang digunakan peserta pertuturan (percakapan)
dalam situasi pertuturan (percakapan). Deiksis waktu berhubungan dengan titik ataupun
rentang waktu saat tuturan dibuat (atau pada saat pesan tertulis dibuat ).

Deiksis juga dikemukakan oleh Bagus Putrayasa (2014 :43), bahwa sebuah bentuk
bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/ rujukan/ referennya berpindah-
pindah atau berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung
pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.

5.2 Metode Penelitian

Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah


sistematis untuk memperoleh ilmu (Syarifudin Hidayat, 2002 : 25).

Peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian tentang


riset yang menggunakan data deskriptif kualitatif dan cenderung menggunakan analisis
(Sedarmayanti dan Syarifudin, 2002: 33), penelitian disini lebih menekankan makna pada
dialog-dialog tokoh.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penggunaan metode ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan deiksis pada novel Poconggg Juga Pocong
karya Arief Muhammad. Sumber data penelitian ini adalah novel Poconggg Juga Pocong
karya Arief Muhammad. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa deiksis persona
pertama, kedua, dan ketiga. Analisis ini dilakukan dengan cara membaca dan menulis
data percakapan yang mengandung deiksis person dalam novel Poconggg Juga Poconggg
karya Arief Muhammad, kemudian menganalisisnya.

B. PEMBAHASAN

Penggunaan deiksis dalam cerpen Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad
menghasilkan data sebagai berikut :

1. Persona Pertama

Dalam Bahasa Indonesia, persona pertama adalah aku, daku, saya (bentuk bebas),
ku- (bentuk terikat lekat kiri); -ku (bentuk terikat lekat kanan.). Bentuk saya, biasanya
digunakan dalam tulisan atau ujaran resmi atau juga untuk menyatakan kepemilikan.
Aku, banyak digunakan dalam situasi non-formal dan lebih menunjukan keakraban.
Persona pertama ini memiliki variasi bentuk, yaitu –ku dan ku-. Sedangkan daku, pada
umumnya digunakan dalam karya sastra. Selain itu ada bentuk jamak, yakni kami, kita.
Kami bersifat eksklusif. Kita bersifat inklusif.

Data 01:

“Oke, siapa takut! Kalo cuma ustad doang mah gue berani!” Gue menyanggupi
tantangan Anjaw” (2011 : 09)
Kata gue dalam kalimat tersebut merupakan deiksis orang pertama yang
merupakan pengganti kata aku maupun saya. Kata gue mengacu kepada Poconggg yang
ingin membuktikan bahwa dirinya jantan dihadapan Anjaw pada saat dinas malam.
Data 02:
“Sebenarnya aku sama Bowo (temen deket Anjaw, genderuwo Sumatra) ngikutin
kamu tadi malem. Kita sengaja nungguin di depan portal, soalnya kita tau kamu pasti
nggak bakal bisa ngelewatin portalnya. (2011 : 13)
Terdapat beberapa kata persona pertama. Kata aku merujuk kepada Anjaw. Dan
kata kita merujuk kepada Anjaw dan Bowo. Mereka menunggu Poconggg di depan portal
untuk mengetes kejantanan Poconggg.
Data 03:
“Oke, kita emang nggak bisa megangin bayinya keluar. Tapi kita bisa ngebantu
dengan cara lain. Kita bisa ngasih dia semangat. Ya, semangat Conggg! Itu tuh penting
banget.” (2011 : 20)
Kata kita dalam kalimat tersebut merupakan deiksis persona pertama bentuk
jamak. Kata kita mengacu kepada Anjaw dan Poconggg yang sadar bahwa tidak bisa
menolong saat melahirkan. Dan muncul ide cemerlang untung membantu Si cewek yang
diganggunya untuk lahiran.
Data 04:
“Permisi, Om, Tante… aku temennya Dea.” (2011 : 39)
Kata aku dalam kalimat tersebut merupakan deiksis persona pertama. Kata aku
merujuk kepada Poconggg yang mengenalkan bahwa ia adalah teman dari anaknya, yaitu
Dea.
Data 05:
“Eh, kita nonton apaan, nih?” (2011 : 52)
Kata kita dalam kalimat diatas merupakan bentuk jamak dari persona pertama.
Kata kita merujuk pada Seilla dan Poconggg. Seilla merupakan teman lama Poconggg,
mereka sudah kenal lama kebetulan mereka satu SMP. Seilla adalah cewek yang hamper
jadian sama dia.

2. Persona Kedua

Persona kedua memiliki beberapa wujud, yaitu engkau, kau, dikau, anda (bentuk
bebas); kau- (bentuk terikat kiri); -mu (bentuk terikat lekat kanan). Persona kedua
engkau, kau, -mu, dapat dipakai oleh orang tua terhadap yang lebih muda yang dikenal
dengan baik, orang yang berstatus sosial lebih tinggi, dan orang yang akrab tanpa
memandang umur dan status sosial. Selain itu terdapat bentuk jamak, yaitu kalian dan
bentuk sekalian, kamu sekalian. Persona kedua yang memiliki variasi bentuk hanyalah
engkau dan kamu. Bentuk terikat itu masing-maisng adalah kau- dan –mu.

Data 01:
“Udah, kalo emang kamu jantan, kamu harus nyobain dinas di sana!” (2011 : 09)
Kata kamu dalam kalimat tersebut merupakan deiksis orang kedua. Kata kamu
merujuk kepada Poconggg. Anjaw menantang Poconggg untuk dinas di komplek itu
untuk membuktikan seberapa tangguhnya Poconggg.
Data 02:
“Please, kalian berdua tolongin gue. Gue nggak bisa ngadepin ini sendiri, gue
butuh bantuan… gue butuh bantuan kalian!” (2011 : 17)
Kata kalian dalam kalimat tersebut merupakan bentuk jamak dari persona kedua.
Kata kalian merujuk kepada Anjaw dan Poconggg yang dilontarkan oleh Si cewek yang
sedang kesakitan dan meminta pertolongan saat ingin melahirkan.
Data 03:
“Kalian mau pergi ya? Hehe… ya udah, jangan kesiangan ya. Nggak enak diliat
tetangga.” (2011 : 40)
Kata kalian merupakan bentuk jamak deiksis persona kedua. Kata kalian pada
kalimat diatas yang dikatakan oleh bapaknya Dea merujuk kepada Poconggg dan Dea
yang hendak pergi untuk nonton bioskop.
Data 04:
“Kamu udahan dong nangisnya, aku jadi ikutan sedih.” (2011 : 41)
Kata kamu dalam kalimat diatas masuk ke dalam deiksis persona kedua. Kata
kamu merujuk kepada Dea yang nangis karena menonton film saat bersama Poconggg.
Sambil nahan malu, Poconggg menyuruh Dea untuk berhenti menangis.
Data 05:
“WOI, CONG, JANGAN LARI LO!!!” (2011 : 86)
Kata lo dalam kalimat tersebut merupakan deiksis persona kedua. Kata lo ini
merujuk kepada Bencong-bencong yang lari karena melihat segerombol berseragam dan
membawa pentungan yang ternyata kamtib.

3. Persona Ketiga

Persona ketiga terdiri atas ia, dia, beliau (bentuk bebas); -nya (bentuk terikat lekat
kanan). Dalam posisi sebagai subjek, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi,
jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya
bentuk –nya yang dapat muncul. Persona ketiga beliau digunakan untuk menyatakan rasa
hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah dari
orang yang dibicarakan. Dari keempatnya hanya dia, -nya, dan beliau yang dapat
digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Bentuk jamak dari persona ketiga yaitu
mereka. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk insan. Benda atau konsep yang
jamak dinyatakan dengan cara lain; misalnya dengan mengulang nomina tersebut atau
dengan mengubah sintaksisnya.

Data 01:

“DIA MAU MELAHIRKAN, JAW! MELAHIRKAN!!!” (2011 : 17)


Kata dia dalam kalimat tersebut merupakan deiksis persona orang ketiga. Kata
dia mengacu kepada sosok cewek berbaju merah yang sedang ia ganggu. Si cewek
memang merasa tidak nyaman dan semakin gelisah, tetapi bukan karna gangguan
Poconggg dan Anjaw. Si cewek teriak seperti orang kesurupan, dan dari bawah roknya
menggeluarkan darah. Ternyata cewek tersebut mau melahirkan.

Data 02:

“HAAA? MELAHIRKAN??? MAKSUD KAMU, DALAM BEBERAPA


MENIT LAGI BAKALAN ADA ORANG YANG KELUAR DARI DALAM
ROKNYA??? Anjaw panik. Gue panik. Anjaw dan gue panik. Gue dan Anjaw panik.
Intinya, kita berdua panik.” (2011 : 17)

Kata –nya yang terdapat dalam kata roknya merupakan bentuk terikat lekat kanan
dalam deiksis persona ketiga. Kata –nya merujuk pada rok yang dipakai oleh cewek yang
ditemui dipinggir kolam.

Data 03:

“Hei, sendirian aja?” Dia nengok kea rah gue.” (2011 : 37)

Kata dia masuk ke dalam persona ketiga. Dia yang dimaksud di kalimat tersebut
yaitu Dea. Dea merupakan Pocongwati, ia salah satu dari sekian cewek yang sempat
mampir di kematian Poconggg.

Data 04:

“Permisi, Om, Tante… aku temennya Dea.” (2011 : 39)

Kata –nya dalam kalimat tersebut merupakan bentuk terikat lekat kanan dalam
deiksis persona ketiga. Kata –nya merujuk kepada Poconggg untuk memperkenalkan diri
dihadapan orang tua Dea.

Data 05:

“Loh, ini mereka mau ngapain” gue heran.” (2011 : 85)

Kata mereka dalam kalimat tersebut merupakan bentuk jamak deiksis persona
ketiga. Kata mereka merujuk kepada segerombolan bencong yang lari karena ada razia
kamtib. Kemiripan nama Poconggg dan Bencong cukup mengganggu. Terlebih jika
Poconggg sedang dinas ma lam disekitaran Taman Lawang.

C. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

Penggunaan deiksis dalam novel Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad
menggunakan deiksis persona. Deiksis persona yang digunakan pada novel Poconggg Juga
Pocong dibagi menjadi tiga, yaitu persona pertama tunggal yaitu aku, dan bentuk jamaknya kami
dan kita. Makna deiksis persona pertama ialah sebagai pembicara. Deiksis persona kedua yaitu
kamu dan kalian. Makna deiksis persona kedua ialah sebagai lawan bicara. Deiksis persona
ketiga tunggal yaitu ia, dia, sedangkan bentuk jamak mereka. Makna deiksis persona ketiga ialah
sebagai yang dibicarakan.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti dapat
memberikan saran untuk para pembaca, khususnya pada bidang pembelajaran bahasa Indonesia
diharapkan agar dapat memperkaya teori-teori dan menambah pengetahuan yang berkaitan
dengan kajian pragmatik, khususnya mengenai deiksis persona. Dan bagi peneliti, diharapkan
agar dapat menyempurnakan penelitian ini.

D. DAFTAR PUSTAKA
 Muhammad, Arief. 2011. Pocong Juga Poconggg. Jakarta : Bukune.
 Tologana, Walset. 2016. Deiksis dalam Novel “Assalamualaikum Beijing” Karya
Asma Nadia (Suatu Kajian Pragmatik). Jurnal Skripsi. Universitas Sam
Ratulangi : Manado. (Online).
https://media.neliti.com/media/publications/81165-ID-deiksis-dalam-novel-
assalamualaikum-beij.pdf.
 Kesumawardani, Astuti, Deiksis Persona, Tempat, dan Waktu dalam Novel
Pulang Karya Tere Liye (Kajian Pragmatik) dan Relevansinya Dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta :
Yogyakarta. http://repository.upy.ac.id/1580/1/ARTIKEL%20PRASTUTI
%20KESUMAWARDANI.pdf
 Martianingrum, Yeti. 2012. Deiksis Persona dalam Novel Tunggak-tunggak Jati
Karya Esmiet Sebuah Kajian Pragmatik. Skripsi. UNY : Yogyakarta. (Online).
http://eprints.uny.ac.id/9543/1/1-06205244122.pdf

Anda mungkin juga menyukai