Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS TINDAK TUTUR DEKLARATIF DAN KOMISIF

DALAM NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI


KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO
PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

Oleh: Ersa Fitriana, Bagiya, dan Suryo Daru Santoso


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Ersa.Fitriana@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kategori


tindak tutur deklaratif, (2) kategori tindak tutur komisif, (3) skenario
pembelajaran tindak tutur deklaratif dan komisif dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi pada siswa kelas XII SMA. Sumber data penelitian ini adalah
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi. Obyek penelitian ini berupa tindak tutur
deklaratif dan tindak tutur komisif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik simak dan teknik catat. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan metode analisis padan. Teknik penyajian hasil analisis data yang
digunakan adalah teknik informal. Berdasarkan data dan pembahasannya,
disimpulkan bahwa (1) kategori tindak tutur deklaratif yang terdapat pada
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia terdiri dari 4 deklaratif
menunjuk, 13 deklaratif melarang, 3 deklaratif memutuskan, dan 2 deklaratif
memaafkan; (2) kategori tindak tutur komisif yang terdapat pada novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia terdiri dari 6 komisif berjanji, 4
komisif bersumpah, 7 komisif menyatakan kesanggupan, 3 komisif
mengancam, dan 5 komisif memanjatkan doa; (3) skenario pembelajaran
analisis tindak tutur deklaratif dan komisif yang terdapat pada novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di kelas XII SMA disesuaikan pada
KD 4.1 menginterpretasi makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan,
terdiri dari kegiatan stimulation (identifikasi masalah), datta collection
(pengumpulan data), datta processing (pengolahan data), verification
(pembuktian), dan generalization (menarik simpulan).

Kata kunci : tindak tutur deklaratif, tindak tutur komisif, skenario pembelajaran

PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang paling praktis sempurna
dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang lain seperti tanda-tanda lalu
lintas, morse, bendera dan sebagainya (Bagiya, 2017: 3). Dalam komunikasi
terdapat penutur dan mitra tutur yang sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-

1
2

kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-


interpretasi terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diaplikasikan penggunaanya dalam
karya sastra. Karya sastra sebagai karya imajinatif menawarkan berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan (Nurgiyantoro,
2013: 2). Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan salah
satu bentuk media bahasa yang di dalamnya terdapat tuturan dan tindak tutur.
Namun, kadang kala makna yang ingin disampaikan dalam novel pun akan
diterima pembaca secara berbeda antara pembaca yang satu dan yang lain.
Membaca karya sastra hendaklah dirasakan oleh para siswa sebagai suatu
kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk
dapat mencapai tujuan itu, maka membaca pemahaman sangat penting tujuannya.
Istilah membaca pemahaman sering disebut membaca intensif, membaca dalam
hati, atau membaca telaah isi. Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai
kegiatan membaca yang dilakukan dalam hati dengan hati-hati dan teliti sekali,
serta bersungguh-sungguh, sehingga mengerti benar maksus/isi yang ada dalam
bacaan (Sukirno, 2009: 40). Adanya sebuah analisis pragmatik di dalam bahasa,
digunakan untuk menganalisis sebuah percakapan ataupun tuturan yang tidak
dimengerti.
Leech (1993: 8) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang
makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation). Dengan
demikian, dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan
penutur atau pemakai bahasa. Menurut Rustono (1999: 17), analisis pragmatik
berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat
maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan,
terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali dengan penggunaan bahasa secara
konkret dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur
Leech (1993: 94) membagi tindak tutur menjadi tiga jenis yaitu lokusi,
ilokusi dan perlokusi. Searle mengemukakan bahwa klasifikasi tindak ilokusi
terbagi ke dalam berbagai kriteria yaitu tindak tutur asertif, direktif, ekspresif,
komisif, dan deklaratif (Tarigan, 2009: 42). Dari kelima jenis tindak tutur tersebut,
3

penulis ingin menganalisis dua jenis tindak tutur yang telah disebutkan dalam
judul penelitian yaitu tindak tutur deklaratif dan tindak tutur komisif.
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk menciptakan hal status, keadaan yang baru (Rustono, 1999: 40). Verba
yang menandai ilokusi ini yaitu menyerahkan diri, menamai, mengangkat,
menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, menvonis, mengesahkan,
mengizinkan, mengampuni, memaafkan, memutuskan, melarang, dan
mengabulkan. Searle mengemukakan bahwa tindak tutur komisif adalah tindak
tutur yang melibatkan pembicara pada bebeberapa tindakan yang akan datang
Berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan, menawarkan,
memanjatkan (doa) merupakan tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur
komisif (Tarigan, 2009: 41).
Di dalam kurikulum 2013 terdapat kompetensi dasar terkait analisis tindak
tutur pada jenjang kelas XII SMA semester 2 mata pelajaran bahasa Indonesia
wajib yang direlevansikan pada KD 4.1 menginterpretasi makna teks novel baik
secara lisan maupun tulisan. Analisis tindak tutur deklaratif dan komisif dalam
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
pertimbangan untuk bahan pembelajaran di SMA. Setelah membaca dan
menginterpretasi novel Antara Cinta dan Ridha Ummi, diharapkan peserta didik
dapat mengungkapkan tuturan yang tepat sesuai dengan konteks yang sedang
terjadi agar lebih santun dan dapat menggunakan bahasa dengan tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kategori tindak tutur
deklaratif yang terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia; (2) kategori tindak tutur komisif yang terdapat pada novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia; dan (3) skenario pembelajaran tindak tutur
deklaratif dan komisif dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi pada siswa
kelas XII SMA. Selanjutnya, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian M. Fakhrudin, Sukirno, Bagiya (2011), Fatimah, Fakhrudin, Bagiya
(2014), dan Khalimah, Fakhrudin, Bagiya (2016).
4

METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif yang bersifat
deskripstif. Objek penelitian ini berupa tuturan deklaratif dan komisif pada dialog
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Penelitian ini difokuskan
pada tindak tutur deklaratif dan komisif dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia. Data penelitian ini berupa tuturan tokoh dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi yang terdapat tuturan deklaratif dan komisif.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai
peneliti dengan bantuan kertas pencatat data dan alat tulis. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Dalam menganalisis
data, peneliti menggunakan metode analisis padan. Teknik penyajian hasil analisis
data yang digunakan adalah teknik informal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kategori tindak tutur deklaratif


yang terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia terdiri
dari 4 deklaratif menunjuk, 13 deklaratif melarang, 3 deklaratif memutuskan, dan
2 deklaratif memaafkan. Sedangkan kategori tindak tutur deklaratif yang tidak
ditemukan yaitu deklaratif menyerahkan diri, deklaratif menamai, deklaratif
mengangkat, deklaratif menjatuhkan hukuman, deklaratif menvonis, dan
deklaratif mengesahkan. Kategori tindak tutur komisif yang terdapat pada novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia terdiri dari 6 komisif berjanji, 4
komisif bersumpah, 7 komisif menyatakan kesanggupan, 3 komisif mengancam,
dan 5 komisif memanjatkan doa. Sedangkan kategori tindak tutur komisif yang
tidak ditemukan adalah komisif menawarkan. Berikut disajikan contoh
penggunaan bentuk tuturan deklaratif dan komisif yang terdapat dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma.

1. Abah : “Ya Allah jadikanlah aku, anak-anakku, dan keluargaku


termasuk dari golongan orang yang baik. Dan janganlah engkau jadikan aku
5

dan mereka dalam golongan orang yang jahat dan orang yang membuat
mudharat. Berilah rezeki kepadaku dan kepada mereka berupa ilmu yang
bermanfaat, akhlak yang baik, dan taufik untuk ketaatanku, juga pemahaman
para Nabi.”

Tuturan tersebut dituturkan oleh Abah untuk bermunajat kepada Allah


ketika Abah memperhatikan sikap Zidan yang belum juga berubah. Abah selalu
memanjatkan doa untuk keluarganya khususnya Zidan agar diberikan hidayah.
Abah tak kuat berlama-lama memandang Zidan atau bercakap-cakap kecuali
seperlunya saja. Tetapi nama Zidan lah yang selalu menyita doa-doa abah yang
paling panjang.
Tuturan abah ini tergolong ke dalam kategori tindak tutur komisif
memanjatkan doa karena tuturan tersebut mengikat penuturnya untuk
menyampaikan permohonan, harapan, permintaan, dan pujian kepada Allah yang
disertai dengan kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan
kemaslahatan. Abah bermunajat kepada Allah agar keluarganya menjadi golongan
orang yang baik. Abah selalu memanjatkan doa untuk keluarganya khususnya
Zidan agar diberikan hidayah. Nama Zidan lah yang selalu menyita doa-doa abah
yang paling panjang. Sebagai ayah, doanya tak putus setiap malam untuk Zidan.
Sebagai hamba Allah, Abah senantiasa memasrahkan segala urusannya kepada
Allah.

2. Abah : “Zidan, Tolong para wartawan kamu urus. Minta pengertian


mereka.”

Tuturan tersebut dituturkan oleh Abah setelah menyuruh Umar untuk


meghubungi Zainal. Sesudah itu, Abah menunjuk Zidan untuk menemui
wartawan. Zidan diminta untuk mengurus wartawan dari berbagai media yang
telah hadir di rumah sakit agar mereka mendoakan anak dan istri Zainal selamat.
Tuturan Abah tersebut tergolong ke dalam kategori tindak tutur deklaratif
menunjuk karena dimaksudkan penuturnya untuk memberikan tugas kepada mitra
tutur. Tuturan Abah tersebut terkesan santun karena ditandai dengan kata “tolong”.
Daya pragmatis yang ada pada tuturan tersebut tidak dapat ditangkap dengan baik
6

oleh mitra tutur. Hal ini dibuktikan melalui tuturan Zidan berupa pertanyaan
“Ngng..caranya Abah?” sembari mengucek-ucek rambut yang tidak gatal. Abah
pun mengajari Zidan bagaimana cara mengurus wartawan dari berbagai media
yang telah hadir dirumah sakit dengan cara meminta mereka untuk mendoakan
anak dan istri Zainal selamat. Zidan pun akhirnya mengerti maksud dari tuturan
Abah.
Skenario pembelajaran tindak tutur deklaratif dan komisif pada novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi direlevansikan dengan pembelajaran membaca dan
berbicara pada siswa kelas XII SMA semester 2 berdasarkan kurikulum 2013.
Kompetensi dasar yang relevan dengan pembelajaran analisis tindak tutur
deklaratif dan komisif yaitu pada KD 4.1: menginterpretasi makna teks novel
baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran ini, model pembelajaran
yang digunakan adalah model Discovery Learning.
Langkah-langkah pembelajaran menginterpretasi makna teks novel
meliputi; (1) peserta didik membaca novel Antara Cinta dan Ridha Ummi untuk
mengamati tuturan deklaratif dan komisif; (2) peserta didik secara berkelompok
mengajukan pertanyaan tentang tuturan deklaratif dan komisif yang tidak
dipahami untuk mendapatkan informasi tambahan; (3) peserta didik secara
berkelompok mencari, menemukan, mengidentifikasi, dan menganalisis makna
tuturan deklaratif dan komisif serta tuturan langsung dan tidak langsung yang
terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi; (4) peserta didik menyusun
hasil diskusi terkait hasil analisis menginterpretasi makna tuturan deklaratif dan
komisif yang terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi; (4) peserta
didik mempresentasikan hasil diskusi yang telah disusun; (5) Peserta didik lain
menanggapi hasil presentasi tersebut; dan (6) peserta didik menyimpulkan hasil diskusi
berdasarkan tambahan penguatan dari guru.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pembahasan data, penulis menyimpulkan bahwa
kategori tindak tutur deklaratif yang terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia terdiri dari 4 deklaratif menunjuk, 13 deklaratif
7

melarang, 3 deklaratif memutuskan, dan 2 deklaratif memaafkan. Sedangkan


kategori tindak tutur deklaratif yang tidak ditemukan yaitu deklaratif
menyerahkan diri, deklaratif menamai, deklaratif mengangkat, deklaratif
menjatuhkan hukuman, deklaratif menvonis, dan deklaratif mengesahkan.
Kategori tindak tutur komisif yang terdapat pada novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia terdiri dari 6 komisif berjanji, 4 komisif
bersumpah, 7 komisif menyatakan kesanggupan, 3 komisif mengancam, dan 5
komisif memanjatkan doa. Sedangkan kategori tindak tutur komisif yang tidak
ditemukan adalah komisif menawarkan.
Skenario pembelajaran analisis tindak tutur deklaratif dan komisif yang
terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di kelas XII
SMA disesuaikan pada KD 4.1 menginterpretasi makna teks novel baik secara
lisan maupun tulisan, terdiri dari kegiatan stimulation (identifikasi masalah), datta
collection (pengumpulan data), datta processing (pengolahan data), verification
(pembuktian), dan generalization (menarik simpulan).
Hasil penelitian ini, hendaknya dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia, yakni pembelajaran membaca dan
berbicara. Selanjutnya, makna tuturan yang santun yang terdapat dalam novel
tersebut dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik diharapkan mampu memahami makna tuturan deklaratif dan komisif pada
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dengan cermat agar
peserta didik mengetahui cara berkomunikasi dengan baik sehingga peserta didik
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan penelitian
ini dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya dan semoga dapat melakukan
penelitian sejenis dengan baik agar diperoleh kajian yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Bagiya. 2017. Linguistik Umum. Yogyakarta: Jumat Publishing.


8

Fakhrudin, Muhammad, Sukirno, dan Bagiya. 2011. “Kesahihan Isi Tindak Tutur

Konstatif Berbahasa Indonesia”. Makalah diseminarkan di

Universitas Gajah Mada (24 Oktober-25 Oktober 2017).

Fatimah, Fakhrudin, Bagiya. 2014. “Tindak Tutur Ilokusi Tokoh Kakek dalam

Film Tanah Surga Sutradara Herwin Novianto, Relevansinya dengan

Pembelajaran Menyimak dan Skenario Pembelajarannya di kelas X

SMA”. Jurnal Surya Bahtera. Universitas Muhammadiyah

Purworejo. Vol. 2, No. 11, hlm, 48-52.

Khalimah, Fakhrudin, dan Bagiya. 2016. “Tindak Tutur Direktif pada Dialog Film

Cinta Suci Zahrana Sutradara Chaerul Umam, Relevansinya Sebagai

Bahan Ajar Pembelajaran Menyimak dan Berbicara, dan Skenario

Pembelajaranya pada Siswa XI SMA”. Jurnal Surya Bahtera.

Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol. 4, No. 42, hlm, 48-52.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (Terjemahan, Oka, M.D.D. dan

Setyadi Setyapranata. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.
9

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Universitas

Muhammadiyah Purworejo Press.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai