KAJIAN PUSTAKA
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, frasa, atau
klasa. Membicarakan makna sama halnya berpikir keras mengenai arti dari sebuah
objek yang dituju. Makna sebagai penghubung bahasa dengan bahasa di dunia
luar yang telah disepakati para pemakainnya sehingga dapat saling mengerti arti
7) mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata
tersebut berbeda dari kata-kata lainnya. Dengan kata lain, mempelajari makna
sama halnya mengartikan pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat bahasa bisa
mengartikan yang wujudnya berupa runtukan bunyi, dan komponen signifie atau
yang diartikan yang wujudnya berupa pengertian atau konsep. Dalam penelitian
ini makna yang digunakna adalah komponen signifie atau yang diartikan jadi
wujudnya berupa konsep atau pengertian. Adapun menurut Ogden & Richards
(dalam Aminuddin 2015:80) sign atau lambang, kemudian ada signifiant unsur
dasar dari lambang, yang terakhir ada signifikantor yang menunjukkan adaanya
makna dalam lambang. Hubungan ketiga unsur dasar digambarkan oleh Ogden
10
11
Referensi
Lambang Referen
lambang dengan referensi saling terikat karena referensi merupakan unsur dasar
dari sebuah lambang. Selain itu, antara lambang dan referen memiliki hubungan
yang tidak langsung karena keduanya memiliki hubungan yang bersifat arbiter.
Dalam penelitian ini lambang yang dimaksud ialah kata, frasa atau klausan yang
emosional di dalam stimulus respon. Makna yang murni atau asli telah
kata-kat baru. Makna konotatif berbeda dengan makna denotasi meskipun makna
konotasi dan makna denotasi sangat berkaitan erat. Perbedaannya tentu terletak
ahli. Makna konotasi juga memiliki dua sifat yang bisa disebut juga ragam
konotasi. Menurut Tarigan (2015: 53) konotasi ada yang bersifat individual dan
12
dan hanya perorangan, sedangkan konotasi kolektif lebih mengutamakan nilai rasa
karena mengutamakan nilai rasa individual itu sendiri. Konotasi kolektif dapat
dibagi menjadi dua menurut garis besarnya, yaitu (1) konotasi baik meliputi
konotasi tinggi dan konotasi ramah, (2) konotasi tidak baik meliputi konotasi
berbahaya, konotasi tidak pantas, konotasi tidak enak, konotasi kasar, konotasi
keras, dan (3) konotasi netral meliputi konotasi bentukan sekolah, konotasi kanak-
kanak, konotasi hipokoristik, dan konotasi bentuk nonsens. Dalam penelitian ini
jenis konotatif yang dipilih ialah makna konotasi positif dan makna konotasi
negatif. Penggunaan makna konotatif ditinjau dari segi nilai rasa positif maupun
negatif.
yaitu, konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif merupakan kiasan
yang mengandung makna baik atau positif. Menurut Djajasudarma (2009: 13)
makna konotatif dan makna emotif cenderung berbeda dalam bahasa indonesia
Menurut Wijana dan Rohmadi (2008: 23) nilai emotif dari suatu kata
berbeda-beda bisa jadi halus maupun kasar. Nilai emotif yang terdapat dalam
konotasi yang positif karena memiliki nilai rasa yang tinggi daripada perempuan.
Wanita memiliki nuanasa halus dan perempuan memiliki nuansa lebih kasar. Hal
ini bisa dibedakan dari makna suatu kata atau sinonim suatu kata. Maka akan
terlihat perbedaan makna konotatif dan makan emotif. Contoh tersebut ditinjau
dari penggunaan kata, adapun contoh dari ungkapan anak emas yang artinya anak
kesayangan. Positif atau negatifnya nilai rasa bergantung pada konteks yang
asosiasi perasaan kita terhadap apa yang didengar atau diucapkan. Makna
merujuk ke hal-hal yang positif. Konotasi negatif dapat dilihat dari nilai rasa yang
nilai rasa yang rendah daripada wanita sehingga kata perempuan memiliki
konotasi yang negatif. Contoh lain yang berupa ungkapan adu domba memiliki
makna yang negatif yaitu membuat orang lain menjadi bermusuhan atau berselisih
konotasi negatif bisa berupa kata, frasa atau klausa. Peribahasa ataupun ungkapan
komunikasi. Bahasa media massa tentu berbeda dengan bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari ragam
dikatakan sebagai bahasa koran maupun media massa, cenderung memiliki alinea
atau kalimat yang pendek. Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus singkat,
Bahasa jurnalistik pada umumnya harus lugas, hemat kata, dan sederhana
agar isi dari penulisan berita menjadi ringkas, padat, dan mudah dipahami oleh
pembaca. Ada pun etika dalam ragam jurnalistik yang menuntut bahasa di media
kata kasar, hangat, menarik dsb (Dewabrata, 2004: 4). Mengingat tidak semua
masyarakat membaca surat kabar, sehingga bahasa yang digunakan harus lugas
dan pemilihan kata haru tepat. Oleh karenanya, pembaca tidak perlu membaca
yang sangat besar dalam penyampaian informasi, ide-ide, hiburan atau gambaran
umum tentang suatu kejadian. Menurut Cangara (2006) media adalah alat atau
khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam
komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Keberadaan media massa
sudah menjadi hal yang umum dibicarakan maupun dicari oleh masyarakat. Tanpa
adanya media massa masyarakat buta akan informasi yang terkini, aktual, maupun
lugas.
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999, Bab II pasal 3.1, fungsi media massa
adalah (1) menginformasikan (to inform), (2) mendidik (to educate), (3)
penggunaan media massa. Berkaitan dengan fungsi media massa tentu tidak lepas
memiliki tiga jenis yaitu, (1) media online merupakan media massa yang
menyebarkan infomasi melelalui online atau internet, (2) media massa elektronik
merupakan media massa yang informasi mellaui elekronik seperti televisi, radio,
film, dll, (3) media massa cetak merupakan media yang dicetak seperti surat
kabar/koran, majalah, buku, tabloit, buletin, dan newslett. Dalam media massa
cetak, koran menjadi sarana informasi yang sering digunakan oleh masyarakat
setiap harinya.
Koran adalah salah satu media massa cetak yang memberitakan kejadian-
informasi yang aktual dan fakta sesuai dengan apa yang ada di lapangan.Tulisan-
tulisan yang terdapat dalam sebuah koran dihasilkan oleh para penulis berita yang
mengatakan aktualisasi surat kabar atau koran menunjukan waktu tetapi juga
untuk memudahkan pembaca lebih memahami isi informasi dari koran tersebut.
Rubrik itu sendiri biasanya menjadi sebuah ciri khas atau kriteria dari suatu hal
atau informasi yang ada dalam koran. Jenis-jenis rubrik biasanya ada pendidikan,
politik, kesehatan, fashion, traveling, opini dan kolom, dsb. Penulisan judul rubrik
juga harus menarik minat baca msyarakat. Sehingga, masyarakat tertarik dan
penasaran tentang isi rubrik atau informasi yang ada dalam rubrik tersebut.
Keraf (2007: 24) mengatakan bahwa diksi adalah kata-kata yang dipakai
kata-kata yang tepat sesuai dengan suatu situasi. Persoalan diksi tidak hanya untuk
mengungkapkan ide atau gagasan tapi juga persoalan tenang frasa, ungkapan, dan
gaya bahasa (Awalludin 2017: 19). Dengan demikian, diksi tidak dapat digunakan
semua kosakata hanya beberapa kosakata yang sesuai dengan situasi yang
diperlukan.
yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk membentuk kata-kata yang cocok
17
dengan nilai rasa yang dimiliki sekelompok pendengar. Penggunaan diksi harus
pemilihan kata diungkapkan oleh Widjono (dalam Awalludin, 2017: 20) indikator
kebahasaan yang tepat, (2) menghasilkan komunikasi yang efektif tanpa adanya
penafsiran makna yang salah, (3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar
yang baik sesuai harapan penulis, (4) menghasilkan target komunikais yang
diharapkan.
Kolom merupakan golongan dari ragam opini yang ada di koran. Hanya
tertentu. Kolom bisa disebut juga artikel subjektif. Tulisan ini biasanya bersifat
renungan, reflektif dengan gaya humor, satir dan konsultasi. Kolom konsultasi
merupakan salah satu jenis rubrik yang ada di dalam koran. Kolom konsultasi ini
biasanya beradadalam rubrik opini dan kolom. Akan tetapi tidak semua koran
koran kampus.
saran kepada konselor lewat koran. Soetomo menjelaskan (2003: 95) koran
atau protes mereka. Dengan demikian, kolom konsultasi ada pada koran ketika
18
pendapat tentang masalahnya kepada konselor yang disediakan oleh pihak koran.
komunikatif tapi tetap mengindahkan bahasa baku. Pemilhan kata yang tepat
pada koran. Pemilihan kata ini bertujuan agar pasien menulis permasalahannya
tidak vulgar dan tidak menimbulkan kesalahpahaman makna, akan tetapi masih
seseorang yang ingin konsultasi melalui surat kabar harus dapat menggunakan
pilihankata yang tepat agar pembaca dan konselor paham apa yang menjadi pokok
permasalahan.