Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEMANTIK DAN PRAGMATIK

DENOTASI KONOTASI

TUGAS INDIVIDU:

AHMAD AKBAR, S.Pd

NIM: 105041102820

MAKALAH INI DI BUAT UNTUK PEMENUHAN TUGAS

MATA KULIAH SEMANTIK DAN PRAGMATIK

(DOSEN PENGAMPU : DR.RAHMAN,M.HUM)

PROGRAM PASCASARJANA BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020-2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Asslamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan
kesehatannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa, Sastra, dan Masyarakat dalam
tinjauan Sosiolinguistik ini.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada para Dosen yang
telah membimbing saya dalam proses pembelajaran, sehingga saya dapat menyelesaian makalah
ini.

Makalah ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan
pembelajaran Matakuliah Semantik dan Pragmatik khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Kiranya cukup demikian pengantar dari saya, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih yang
tiada batasnya

Wassalamu „alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Majene, Mei 2021

Ahmad Akbar, S.Pd


KONOTASI DAN DENOTASI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mempelajari makna pada hakikatnya mempelajari setiap pemilihan kata bisa dimengerti. Kata
memiliki makna yang membedakan antara kata satu dengan kata lain. Perbedaan kata dilihat dari
hubungan makna antar kalimat. Makna dalam kalimat yang baik dilihat dari ketepatan pemilihan
kata. Kata dapat dikatakan jelas apabila sudah digunakan dalam kalimat. Kejelasan makna dalam
kalimat dipengaruhi dengan adanya pemilihan kata yang baik dan tepat sehingga setiap kata dapat
dipahami maknanya.

Makna kata dibuat setepat mungkin untuk menghindari kesalahpahaman terhadap makna yang ada
pada pemakaian kata. Setiap kata memiliki makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi disebut
dengan makna sebenarnya, sedangkan makna konotasi disebut makna tidak sebenarnya.

Menyadari kebenaran ucapan tersebut maka dalam bab ini kita akan berusaha menjelaskan
beberapa istilah yang dipergunakan, khususnya yang ada kaitannya dengan semantik. Secara
singkat semantik adalah telaah mengenai makna (George, 1964 : 1), tetapi batasan seperti itu
belum memuaskan kita. Istilah semantik dapat dipakai dalam pengertian luas dan pengertian
sempit.

Makna leksikal bisa pula dibagi menjadi dua jenis, yaitu makna denotasi dan konotasi. Denotasi-
denotasi sesuatu kata merupakan makna-makna yang bersifat umum, tradisional, dan presedensial.
Denotasi-denotasi tersebut biasanya merupakan hasil penggunaan atau pemakaian kata-kata
selama berabad-abad; semua itu akhirnya termuat dalam kamus dan berubah dengan cara yang
sangat lambat. Sebaliknya konotasi-konotasi yang merupakan responsi emosional yang sering kali
bersifat perorangan timbul dalam kebanyakan kata-kata leksial pada kebanyakan para pemakainya.
justru konotasinyandan bukan denotasi yang memisahkan.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan Denotasi dan Konotasi

Bagaimana bentuk ungkapan denotasi dan konotasi


C. PEMBAHASAN

Makna Denotatif

Makna denotatif atau makna denotasi adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang
dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut maka konseptual,
makna denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain. Pada dasarnya sama
dengan makna referensial sebab makna denotasi ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang
sesuai dengan hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman
lainnya.

Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara
bebas memegang peranan penting di dalam ujaran (Lyons, I, 1977:208). Dalam beberapa buku
pelajaran, makna denotasi sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.

Selain itu itu Makna denotasi juga merupakan makna yang sebenarnya, sama dengan makna lugas
untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak
mengalami perubahan makna.

Contoh:
1. Daeng Liwang membeli susu sapi.

2. Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal.

3. Andi makan roti.

Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna
dasarnya.

Contoh:

1.   Merah               : warna seperti warna darah.

2.   Ular                   : binatang melata, tidak berkaki, kulitnya bersisik.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi adalah makna
sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia. Kata yang mengandung makna
denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat
umum. Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas
oleh semua orang.

Berikut ini beberapa contoh kata lain yang mengandung makna denotatif:
1. Dia adalah wanita cantik

Kata cantik ini diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih, berhidung
mancung, mempunyai mata yang indah dan berambut hitam legam.
2. Tami sedang tidur di dalam kamarnya.

Kata tidur ini mengandung makna denotatif bahwa Tami sedang beristirahat dengan memejamkan
matanya (tidur).

Makna Denotatif atau juga sering disebut Denotasi adalah makna yang sebenarnya, yang sama
dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna.

Contoh:

1.      Baco membeli susu sapi.

2.      Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal.

Masih banyak contoh kata-kata lain yang mengandung makna denotatif selama kata itu tidak
disertai dengan kata lain yang dapat membentuk makna yang berbeda seperti contoh kata wanita
yang makna denotasinya adalah seorang perempuan dan bukan laki-laki. Namun bila kata wanita
disertai dengan kata malam (wanita malam) maka akan menghasilkan makna lain yaitu wanita
yang dikonotasikan sebagai wanita nakal.
Makna Konotatif                     

Makna konotatif adalah makna yang bukan makna sebenarnya. Makna ini biasanya digunakan
dalam konteks sindiran. Makna konotatif sebenarnya adalah makna denotasi yang mengalami
penambahan.

Contoh:
1. Joni adalah sampah masyarakat di kampungnya.

2. Andi menjadi kambing hitam dalam masalah tersebut.

Makna konotasi adalah makna yang juga bisa bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi
yang mengalami penambahan.

Contoh:

1. Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts).

2.   Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir).

Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa
atau gambar tertentu.

Contoh:

Makna Kata Dasar Makna tambahan (konotasi)


Merah     : warna Berani/dilarang
Ular        : binatang Menakutkan/berbahaya

                                         

Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama,
yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa
rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.

Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1.      Konotasi positif

      Contohnya:

·         Suami istri

·         Tunanetra

·         Pria           

2.      Konotasi negative

      Contohnya:

·         Laki bini

·         Buta

·          Laki-laki

            Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata
ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Menurut Harimurti
(1982:91) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasrkan atas perasaan atau pikiran
yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.

            Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”,
baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi,
tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali
juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika
digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika
digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Misalnya, burung
garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif
sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang
kejahatan. Padahal binatang buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia
menjadikan mereka lambang yang tidak baik.

            Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan
kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian
kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas
beragama islam, memiliki konotasi negatif karena binatang tersebut menurut hukum islam adalah
haram dan najis. Sedangkan di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di
pulau Bali atau pedalama Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.

Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini
berkonotasi negatif karena berarti “cerewet” tetapi sekarang konotasinya positif. Sebaliknya kata
perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.

              

 Perbedaan Makna Konotatif dan Makna Denotatif

              Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-
kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

              Makna denotatif adalah makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah
leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal. Misal kata “babi” bermakna binatang yang
biasa diternakkan dan diambil dagingnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang
“ditambahkan” pada makna denotatitif.

              Perhatikan contoh berikut ini.

1. Anton menjadi kambing hitam dalam kasus tersebut.

2. Anton membeli kambing hitam kemarin sore.

Kata “kambing hitam” pada kalimat (a) tidak diartikan sebagai seekor hewan (kambing) yang
warnanya hitam. Karena, jika diartikan demikian, makna keseluruhan kalimat tersebut tidak logis
atau tidak dapat dipahami. Makna kata “kambing hitam” pada kalimat (a) adalah tersangka dalam
suatu perkara yang tidak dilakukan. Makna “kambing hitam” pada kalimat (a) inilah yang disebut
dengan makna konotasi. Berbeda halnya dengan kalimat (a),”kambing hitam” pada kalimat yang (b)
memiliki makna seekor hewan (kambing) yang warnanya hitam. Makna “kambing hitam” pada
kalimat (b) inilah yang disebut dengan makna denotasi. [2]

Secara singkat makna konotasi dapat diartikan sebagai makna tidak sebenarnya pada kata atau
kelompok kata. Oleh karena itu, makna konotasi sering disebut juga dengan istilah makna kias.
Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau
kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik.
Sedangkan makna denotasi adalah makna sebenarnya yang terdapat pada kata tersebut. Atau
secara singkat makna denotasi diartikan sebagai makna sebenarnya. Makna sebenarnya yang
dimaksud adalah makna dasar kata yang terdapat dalam kamus (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
BAB III

SIMPULAN

Makna Denotatif atau juga sering disebut Denotasi adalah makna yang sebenarnya, yang sama
dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual.

Makna Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya, yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka,


1991.

Http://id.wikipedia.org/wiki/makna-denotasi-konotasi/2012/04

Http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-
umum-dan-khusus/2012/04

Soedjito, Kosakata Bahasa Indonesia, Jakarta:GramediA, 1990.

Tarigan, Jago, Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, Jakarta: UT, 2002.

[1]Http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/06/makna-denotatif-makna-konotatif-dan.html

[2] Http://id.wikipedia.org/wiki/makna-denotasi-konotasi/2012/04

yang ingin kita sampaikan kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai